PERIKANAN TONGKOL DI PERAIRAN BUYAT PANTE (LITTLE TUNA FISHERIES IN THE WATERS OF BUYAT PANTE) Meta Sonja Sompie 1 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah penangkapan ikan dari kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STATUS HASIL TANGKAPAN PERIKANAN PANCING DASAR DI PERAIRAN TELUK BUYAT. The Status of Bottom Hand Line Catch in Buyat Bay

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

3 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Upaya Penangkapan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab

III. KERANGKA PEMIKIRAN

STATUS HASIL TANGKAPAN PERIKANAN PANCING DASAR DI PERAIRAN TELUK BUYAT. The Status of Bottom Hand Line Catch in Buyat Bay

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI DAN PARTISIPASI NELAYAN PADA PENGELOLAAN SUMBERDAYA UDANG (Penaeus merguensis de Man 1888) DI KABUPATEN BATANG

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN di PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

Study Programme Aquatic Resources Management Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN MANADO SULAWESI UTARA 1)

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan from Yayasan TERANGI

PENDUGAAN POTENSI LESTARI KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

3. METODE PENELITIAN

PERIKANAN TANGKAP KEMBUNG (RASTRELLIGER SP.) DI PERAIRAN SEKITAR TELUK BUYAT

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN LAUTAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERIKANAN TONGKOL DI PERAIRAN BUYAT PANTE (LITTLE TUNA FISHERIES IN THE WATERS OF BUYAT PANTE) Meta Sonja Sompie 1 ABSTRACT Fisheries development in Indonesia, especially in North Sulawesi, is to optimize the utilization of resources through a comprehensively integrated approach and accommodate a variety of interests, such as fishermen, national economy, sustainability of marine resources and fisheries, and environmental balance and sustainability. For fisheries policy preparation, adequate information on fish resources is required. One of the fish resources in Buyat Bay area is little tuna (Auxis thazard). This study aimed to evaluate the little tuna resource and fishing season in the waters of Buyat Bay and surrounding areas. The fishing area in Buyat Bay waters is 4.88 km 2. The little tuna biomass of Buyat Bay is 0.486 ton/km 2. Monthly average catch was 0.7 tons relative to the maximum sustainable catch of 2.37 ton/month, and then the exploitation rate was 29.59%. This meant that the catch landed in Buyat Pante was lower than the monthly maximum sustainable catch. The catch is allowed at 80% of the maximum sustainable catch, which amounted to 1.89 tons/month. Tuna fishing season in Buyat Bay occurred in March and then from May to September following the pattern of the two-month season of the year for high density. Keywords: Capture Fishermen, Buyat Pante, Little Tuna, Season. ABSTRAK Pembangunan perikanan di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya melalui pendekatan yang terintegrasi dengan komprehensif dan mengakomodasi berbagai kepentingan, yaitu: nelayan, ekonomi nasional, kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan, serta keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Untuk penyusunan kebijakan perikanan diperlukan informasi yang memadai dari sumberdaya ikan. Salah satu sumberdaya ikan di wilayah Teluk Buyat adalah ikan tongkol (Auxis thazard). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sumberdaya dan musim penangkapan ikan di perairan Teluk Buyat dan sekitarnya. Area penangkapan ikan di perairan Teluk Buyat (4,88 km 2 ). Biomassa ikan ini di Teluk Buyat 0,486 ton/km 2. Tangkapan rata-rata bulanan sebesar 0,7 ton, dibandingkan dengan hasil tangkapan maksimum yang lestari dari 2,37 ton/bulan, kemudian tingkat pemanfaatan ikan tuna di Teluk Buyat berada pada 29,59%. Ini berarti bahwa hasil tangkapan yang didaratkan oleh para nelayan Buyat Pante masih berada di bawah eksploitasi. Hasil tangkapan yang diperbolehkan sebesar 80% dari hasil tangkapan maksimum lestari (1,89 ton/bulan). Musim penangkapan tuna di Teluk Buyat terjadi selama enam bulan, yang dimulai dari bulan Maret dan selanjutnya dari bulan Mei hingga September, mengikuti pola musim dua bulan dalam setahun dengan kepadatan tinggi. Kata kunci: Perikanan Tangkap, Buyat Pante, Tongkol, Musim Penangkapan. 1 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara PENDAHULUAN pangan pekerjaan serta kegiatan ekonomi bagi yang terlibat di dalamnya. Namun, Latar Belakang dengan adanya peningkatan pengetahuan Sejak dahulu, perikanan tangkap telah menjadi sumber utama pemenuhan ke- disadari bahwa sumberdaya laut, meskipun dan perubahan dinamika perikanan, maka butuhan makanan dan sebagai penyedia la- terbarukan, bukan berarti tidak terbatas se- 87

hingga perlu dikelola dengan baik agar kontribusi untuk sumber pangan, ekonomi dan kesejahteraan sosial yang terus bertambah itu akan berkelanjutan. Adopsi dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada tahun 1982 memberikan kerangka kerja baru untuk pengelolaan sumberdaya laut yang lebih baik. Rezim hukum laut yang baru memberikan hak dan tanggung jawab pengelolaan dan penggunaan sumberdaya perikanan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) masingmasing negara, yang tercakup sekitar 90% perikanan laut dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, perikanan tangkap telah berkembang secara dinamis menjadi industri dan negaranegara yang mempunyai wilayah pesisir berupaya untuk mengambil keuntungan dari peluang ini dengan menginvestasi armada penangkapan ikan modern dan pabrik pengolahan dalam memenuhi permintaan dunia akan ikan dan produk perikanan. Hal inilah yang memperjelas terjadinya eksploitasi sumberdaya perikanan secara tidak terkontrol. Dengan ada tanda-tanda eksploitasi yang berlebihan dari stok ikan ekonomis penting akan mengancam keberlanjutan perikanan jangka panjang dan kontribusi perikanan sebagai penyedia bahan pangan. Oleh karena itu FAO melalui Committee on Fisheries (COFI) pada sidang ke sembilan belas yang diadakan pada bulan Maret 1991, merekomendasikan adanya pendekatan baru untuk konservasi dan pengelolaan perikanan dengan mempertimbangkan lingkungan, serta sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk itu, FAO melalui Deklarasi Cancun membawa hasil konperensi ke pertemuan Rio de Janeiro Brazil pada bulan Juni 1992 melalui United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang mendukung penyusunan Code of Conduct for Responsible Fisheries. Pada tanggal 31 Oktober 1995 melalui Sidang Konferensi PBB yang ke 28, maka dalam Resolusi 4/95 mengadopsi Code of Conduct for Responsible Fisheries. Pengembangan perikanan tangkap di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya untuk setiap wilayah perlu dilakukan melalui pendekatan yang bersifat komprehansif dan terpadu dengan mengakomodasikan berbagai kepentingan, yaitu: (1) nelayan; (2) perekonomian nasional; (3) kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan; dan (4) keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Strategi yang akan diterapkan harus dapat meningkatkan kemampuan akses nelayan terhadap sumberdaya modal, teknologi maupun pasar yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahanya. Salah satu wilayah yang dapat dikembangkan adalah Buyat pante. Untuk penyusunan kajian kebijakan perikanan tangkap diperlukan informasi yang memadai dari jenis sumberdaya ikan. Salah satu sumberdaya ikan yang ada di wilayah ini adalah ikan tongkol (Auxis thazard). Melihat permasalahan tersebut, maka penelitian ini mencoba melihat bagaimana sumberdaya perikanan tongkol dan kapan ikan itu muncul di wilayah perairan Teluk Buyat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sumberdaya perikanan tongkol, dan mengetahui musim tangkap ikan tongkol di wilayah penelitian yaitu di perairan dusun Buyat Pante Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara Propinsi Sulawesi Utara. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pemerintah (khususnya PEMDA MITRA) dalam menetapkan kebijakan perikanan tongkol di wilayah Ratatotok Timur. METODE PENELITIAN Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta, sifat serta hubungan antar fenomena, membuat prediksi dan memdapatkan makna serta implikasi dari masalah yang terjadi sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Dasar penelitian adalah studi kasus, yaitu mempelajari kasus tertentu pada objek yang terbatas dalam hal ini adalah perikanan tangkap ikan tongkol di Teluk Buyat. Teknik pengambilan data dengan melakukan monitoring hasil tangkapan 88

Tangkapan (ton) Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-2, Agustus 2011 yang didaratkan oleh nelayan setelah selesai melakukan penangkapan di perairan Teluk Buyat, khususnya hasil tangkapan ikan tongkol. Hasil tangkapan tersebut dicatat sesuai dengan satuan tangkap yang digunakan oleh nelayan setempat, yaitu satuan kilogram. Data hasil tangkapan ikan tongkol dianalisis melalui hubungan hasil tangkap (h) dengan upaya tangkap (E) adalah: Hasil tangkapan ikan tongkol selang tahun 2004 hingga tahun 2010 yang tertangkap dengan alat tangkap pancing (handline) disajikan dalam Gambar 2. Trip penangkapan yang dilakukan oleh nelayan untuk menangkap ikan tongkol disajikan dalam Gambar 3. Hasil analisis hubungan hasil tangkapan (ton) dengan upaya tangkap (trip) ditunjukkan pada Gambar 4. dimana h= hasil tangkapan, E= effort, sedangkan a dan b adalah parameter yang diestimasi secara linear. Pada kondisi maksimum, maka perubahan hasil tangkapan terhadap effort (dh/de = 0), sehingga diperoleh: Dengan demikian potensi dapat diperoleh melalui persamaan: Gambar 2. Hasil tangkapan ikan tongkol dengan pancing (handline). Trip penangkapan pancing Perubahan tangkapan bulanan dianalisis dengan menggunakan persamaan indeks musim (IM): IM = (jumlah tangkapan bulanan) (rata-rata tangkapan bulanan) Hasil persamaan ini selanjutnya diplot dalam diagram Kartesian untuk menentukan bulan-bulan musim tangkap ikan tongkol di Teluk Buyat. Gambar 1. Ikan tongkol (Auxis thazard) HASIL DAN PEMBAHASAN Cakupan area penangkapan ikan tongkol di perairan Teluk Buyat dan sekitarnya membentang dari Utara pada posisi geografis 0 o 50 5,05 LU n 1 o 00 BT hingga ke arah Selatan pada posisi geografis 0 o 8,76 LU dan 124 o 08, 6 BT, dan dari Barat dengan posisi geografis 0 o 9 9,7 LU dan 124 o 1 7,05 BT ke arah Timur dengan posisi geografis 0 o 9 5, 8 LU n 1 o 3 15, 1 BT. Januari Pebruai Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 0 50 100 150 200 250 300 350 Gambar 3. Jumlah trip penangkapan nelayan yang mendaratkan ikan tongkol selang tahun 2004 hingga 2010 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Upaya tangkap (trip) Gambar 4. Hubungan hasil tangkapan dengan upaya tangkap. Persamaan polynomial yang diperoleh adalah: 0 03 0,0001 dari hasil ini diperoleh upaya tangkap maksimum bulanan untuk perikanan tongkol di 89

Indeks Musim Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-2, Agustus 2011 perairan Teluk Buyat dan sekitarnya adalah sebanyak 139 trip dengan tangkapan maksimum lestari sebesar 2,37 ton setiap bulan atau setara dengan 14,37 ton per tahun. Hasil analisis musim penangkapan ikan tongkol disajikan dalam Gambar 5. 0.2 0.15 0.1 0.05 0-0.05-0.1-0.15 Gambar 5. Indeks musim ikan tongkol di Teluk Buyat PEMBAHASAN Kegagalan pengelolaan perikanan umumnya ditinjau dari pandangan biologi atau sumberdaya dan dari sosial-ekonomi. Dari pandangan biologi, kegagalan terjadi melalui penurunan maupun hilangnya stok ikan sebagai konsekuensi langsung dari rejim pengelolaan, sedangkan dari pandangan sosial-ekonomi, kegagalan tergambar melalui kinerja ekonomi dari perikanan yang sangat minim dan konsekuensi ekuitas tidak dapat diterima sehubungan dengan distribusi ulang hak, kekuasaan, kesempatan dan kesejahteraan. Pengelolaan perikanan tongkol di Teluk Buyat tergambar melalui masukkan terkontrol dimana pembatasannya terletak pada jumlah atau kapasitas alat tangkap dalam hal ini jumlah trip penangkapan yang telah umum digunakan sebagai mekanisme untuk mengontrol eksploitasi baik digunakan secara sendiri maupun digabungkan dengan masukan terkontrol lain atau luaran terkontrol seperti jumlah yang boleh ditangkap (JBT). Penetapan masukan terkontrol dalam perikanan tidaklah cukup untuk mengontrol mortalitas yang diakibatkan oleh kegiatan penangkapan karena hal ini biasanya berkaitan dengan peningkatan efisiensi unit penangkapan itu sendiri. Dengan demikian masukkan terkontrol bisa saja lambat, tetapi tidak dapat mencegah peningkatan laju eksploitasi. Berdasarkan hasil analisis dengan model surplus produksi, diperoleh tangkapan maksimum lestari sebesar 2,37 ton/- bulan untuk wilayah perairan sekitar buyat dengan batasan upaya sebesar 139 trip per bulan. Cakupan area penangkapan Utara- Selatan terdapat diantara wilayah Teluk Buyat yang posisi geografis 0 o 50 5,05 LU dan 124 o 00 BT ingg ke wil y Pul u Racun dengan posisi geografis 0 o 8,76 LU dan 124 o 08,26 BT, sedangkan cakupan area Barat-Timur terdapat diantara Tanjung Sikot dengan posisi geografis 0 o 9 9,74 LU dan 1 0 1 7,05 BT ingg posisi geogr fis ke arah laut dengan posisi geografis 0 o 9 5, 8 LU n 1 o 3 15, 1 BT, maka luas wilayah penangkapan adalah sebesar 4,88 km 2. Dengan demikian kepadatan ikan tongkol yang memasuki Teluk Buyat adalah sebesar 0,486 ton/km 2 (486 kg/km 2 ), dibandingankan dengan hasil yang diperoleh BPPL (1998) di wilayah Teluk Tomini sebesar 68 kg/km 2 ), maka dari hasil ini menunjukkan bahwa wilayah perairan sekitar Teluk Buyat merupakan daerah alur migrasi ikan tongkol (Auxis thazard). Hasil tangkapan rata-rata bulanan adalah sebesar 0,7 ton dari hasil tangkapan maksimum lestari sebesar 2,37 ton/bulan, maka tingkat pemanfaatan ikan tongkol di Teluk Buyat adalah sebesar 29,59%. Hal ini berarti hasil tangkapan yang didaratkan oleh nelayan Buyat Pante telah berada di tingkat lightly exploited. Hasil ini menunjukkan bahwa stok sumberdaya ikan tongkol hanya sedikit tereksploitasi dari tangkapan maksimum lestari, dengan demikian peningkatan jumlah upaya tangkap sangat dianjurkan, karena belum mengganggu kelestarian sumberdaya ikan dan hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) masih bisa meningkat. Dengan demikian sumberdaya tongkol yang ada di Teluk Buyat akan berkesinambungan, bila pengelolaan dilakukan dengan hatihati dengan tidak mengubah upaya tangkap yang ada saat ini yaitu alat tangkap pancing. Musim penangkapan ikan tongkol di Teluk Buyat terjadi selama enam bulan, yaitu diawali pada bulan Maret dan selanjutnya dari bulan Mei hingga September. Hasil ini merupakan akumulasi dari hasil tangkapan selang tahun 2004 hingga tahun 90

2010 (Gambar 5). Secara rinci adalah sebagai berikut: pada tahun 2004 hasil tangkapan tertinggi terjadi di Bulan September dan Oktober. Pada tahun 2005 terjadi pada bulan Maret, Mei, Juni dan September. Kemudian selama dua tahun berturut (yaitu tahun 2007 dan 2008) pemunculan ikan tongkol berada di bawah tangkapan rata-rata (Lampiran 1) sehingga tidak ada bulan yang mencukupi untuk masuk dalam kategori musim penangkapan. Selanjutnya di tahun 2009 ikan tongkol kembali memasuki Teluk Buyat dengan kepadatan yang tinggi setiap dua bulanan, yaitu pada bulan Pebruari dan Maret, Mei dan Juni, Agustus dan September, kemudian terjadi lagi penurunan dengan menurunnya kepadatan ikan yang terdeteksi melalui jumlah tangkapan yang menurun dan hanya terjadi dalam sebulan, yaitu bulan November. Di tahun 2010 pemunculan ikan tongkol terjadi di bulan Mei dan Juni. Hasil ini memberikan gambaran bahwa ikan tongkol berada di Teluk Buyat mengikuti pola musim dua bulanan dalam setahun dengan kepadatan yang tinggi. KESIMPULAN - Tingkat eksploitasi ikan tongkol sebesar 29,59% dari potensi yang ada, hal ini menunjukkan bahwa kondisi sumberdaya ikan tongkol di Teluk Buyat masih berpeluang untuk dikembangkan. - Potensi ikan tongkol di Teluk Buyat sebesar 2,37 ton setiap bulan dengan trip penangkapan sebesar 139 trip. - Musim penangkapan ikan tongkol di Teluk Buyat terjadi selama enam bulan dalam setahun, yaitu diawali pada bulan Maret dan selanjutnya dari bulan Mei hingga September. Dengan rata-rata siklus dua bulanan dalam setahun dengan kepadatan yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA pengelolaan perikanan laut. Balitkanlut, Jakarta. Laevastu T. 1993. Marine climate, weather and fisheries: the effect of weather and climatic changes on fisheries and ocean resources. Fishing News Books, Oxford. 204 p Telleng, A.T.R., 2005. Laporan monitoring bulan Agustus hingga Desember 2004., 2006. Laporan monitoring bulan Januari hingga Desember 2005., 2007. Laporan monitoring bulan Januari hingga Desember 2006., 2008. Laporan monitoring bulan Januari hingga Desember 2007., 2009. Laporan monitoring bulan Januari hingga Desember 2008., 2010. Laporan monitoring bulan Januari hingga Desember 2009. BPPL (Balai Penelitian Perikanan Laut), 1998. Potensi sumberaya ikan di wilayah 91

Tabel 1. Tangkapan ikan tongkol (Auxis thazard) selang 2004 hingga 2010 Tahun Bulan Nelayan Satuan tangkapan Satuan tangkapan Tahun Bulan Nelayan Kg Ton Kg Ton Agustus 4 615,00 0.6150 September 97 1.941,00 1,9410 September 38 2.851,50 2.8515 Oktober 65 1.908,00 1,9080 2007 2004 Oktober 8 527,25 0.5273 Nopember 34 587,25 0,5873 Nopember 39 233,25 0.2333 Desember 6 96,75 0,0968 Desember 10 105,00 0.1050 Januari 17 291,75 0,2918 Januari 1 0,75 0,0008 Pebruari 12 88,50 0,0885 Pebruari 2 7,50 0,0075 Maret 30 438,00 0,4380 Maret 16 665,25 0,6653 April 51 1.635,75 1,6358 April 42 444,00 0,4440 Mei 28 366,75 0,3668 Mei 89 3.873,00 3,8730 Juni 44 617,25 0,6173 2008 Juni 20 733,50 0,7335 Juli 106 2.253,75 2,2538 2005 Juli 36 902,25 0,9023 Agustus 51 480,00 0,4800 Agustus 47 435,00 0,4350 September 47 827,25 0,8273 September 22 1.386,00 1,3860 Oktober 3 7,50 0,0075 Oktober 14 297,00 0,2970 Nopember 5 76,50 0,0765 Nopember 10 216,75 0,2168 Desember 3 24,00 0,0240 Desember 8 36,75 0,0368 Januari 0 - - Januari 26 177,00 0,1770 Pebruari 1 52,50 0,0525 Pebruari 4 75,75 0,0758 Maret 9 343,50 0,3435 Maret 3 267,75 0,2678 April 2 42,75 0,0428 April 10 160,50 0,1605 Mei 8 780,00 0,7800 Mei 16 129,00 0,1290 Juni 12 1.050,75 1,0508 2009 Juni 30 2.162,25 2,1623 Juli 8 216,75 0,2168 2006 Juli 5 561,00 0,5610 Agustus 36 1.666,50 1,6665 Agustus 4 449,25 0,4493 September 22 2.130,00 2,1300 September 84 3.184,50 3,1845 Oktober 4 66,00 0,0660 Oktober 111 2.746,50 2,7465 Nopember 10 683,25 0,6833 Nopember 9 193,50 0,1935 Desember 8 123,75 0,1238 Desember 30 893,25 0,8933 Januari 8 147,75 0,1478 Januari 18 362,25 0,3623 Pebruari 54 1.482,00 1,4820 Pebruari 8 227,25 0,2273 Maret 1 9,75 0,0098 Maret 36 813,75 0,8138 April 0 - - 2007 April 85 1.867,50 1,8675 2010 Mei 4 195,00 0,1950 Mei 139 1.492,50 1,4925 Juni 4 129,00 0,1290 Juni 6 27,75 0,0278 Juli 0 - - Juli 44 333,75 0,3338 Agustus 0 - - Agustus 78 1.613,25 1,6133 September 5 46,50 0,0465 Ket: Nel y n l Juml nel y n y ng men r tk n ik n Sumber: Telleng (2010, 2011) Tabel 2. Indeks musim ikan tongkol di Teluk Buyat Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 musim Januari -0,0296-0,0236-0,0103-0,0132-0,0304-0,0119-0,1189 Pebruari -0,0266-0,0114-0,0020-0,0230 0,0221-0,0029-0,0438 Maret 0,0112 0,0589-0,0078-0,0158 0,0078-0,0206 0,0337 April -0,0198-0,0143-0,0084 0,0017-0,0090-0,0304-0,0802 Mei 0,0131-0,0223-0,0196-0,0173 0,0671 0,0184 0,0394 Juni 0,0063 0,0417-0,0258-0,0163 0,0572 0,0019 0,0650 Juli -0,0053 0,0818-0,0228-0,0091-0,0033-0,0304 0,0109 Agustus 0,1234-0,0211 0,0819-0,0097-0,0210 0,0159-0,0304 0,1391 September 0,0447 0,0326 0,0075-0,0104-0,0128 0,0664-0,0211 0,1070 Oktober 0,0355-0,0092-0,0056-0,0010-0,0279-0,0139-0,0220 Nopember -0,0244-0,0087-0,0089-0,0131-0,0151 0,0379-0,0322 Desember -0,0199-0,0258-0,0006-0,0143-0,0224-0,0149-0,0978 92