BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. bagian. Bagian pertama memaparkan simpulan berdasarkan hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. konsep pemasaran (Kohli & Jaworski, 1990). Orientasi pasar adalah budaya

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang

BAB V SIMPULAN. dalam bab sebelumnya, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sistem Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA TAHUN 1997.I IV

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan, dan faktor-faktor apa

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak Badan lainnya (Sarwedi, 2012). Dengan melihat realita ini maka pemerintah

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, pasar dan teknologi baik secara geografi maupun batas-batas budaya,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. makin popular untuk banyak perusahaan (Lodorfos dan Boateng 2006 dalam

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

PENDAHULUAN TREN GLOBAL DALAM FDI MENGAPA PERUSAHAAN BERINVESTASI DI LUAR NEGERI? MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS RISIKO POLITIK DAN FDI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari akademisi (Welch & Luostarinen, 1988). Dari beberapa penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dengan merek tertentu di pasar negara lain. Strategi ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang harus merata mencapai pedesaan dan perkotaan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan serta memakmurkan para pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. langsung atau Foreign Direct Investment-FDI. Investasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film.

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatnya hubungan perdagangan antar negara. Proses globalisasi perekonomian

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

1 Christopher A. Barlett dan Sumantra Ghosal (Brakman, et al., 2006, p. 345)mencoba untuk megklasifikasikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada studi literatur dan penelitian sebelumnya mengenai teori, faktor-faktor pendorong dan tahapan dalam proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian kedua menguraikan rumusan masalah penelitian. Bagian ketiga menyajikan pertanyaan penelitian. Bagian keempat berisi tentang tujuan penelitian. Bagian kelima memaparkan kontribusi penelitian baik teoritis dan manajerial. Bagian keenam mengulas sistematika penulisan setiap bab dalam tesis ini. 1.1 Latar Belakang Dalam 20 tahun terakhir, perusahaan telah mengubah orientasi mereka yang bermula lokal menuju pasar internasional (Malhotra et al., 2003). Peningkatan level internasionalisasi industri berdampak pada berkembangnya ketertarikan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keunggulan bersaing di kondisi tersebut (Casillas et al., 2009). Bahkan perusahaan kecil saat ini harus berkompetisi untuk melakukan internasionalisasi perusahaan sehingga dapat mempertemukan posisi lokal dan global secara efektif (McNamara, 2006). Saat ini, banyak penelitian internasionalisasi yang berfokus pada pengembangan dan keberhasilan melakukan operasi bisnis internasional 1

perusahaan (Benito dan Welch, 1997). Berbagai definisi, model dan teori telah digunakan untuk menjelaskan internasionalisasi perusahaan, namun masih kurang penelitian yang menekankan perusahaan di negara-negara berkembang (Malhotra et al., 2003). Bell et al. (2004) menambahkan, dalam satu dekade terakhir arah penelitian internasionalisasi banyak yang meneliti perusahaan terlahir global (born global). Melanjutkan paragraf sebelumnya, dasar pasar internasional saat ini mengalami perubahan dengan adanya globalisasi yang memungkinkan perusahaan mudah untuk memasuki pasar baru (Fillis, 2001). Terdapat fenomena perusahaan terlahir global dalam proses internasionalisasi (Brennan dan Garvey, 2009; Fillis, 2001). Brennan dan Garvey (2009) menyatakan bahwa fenomena munculnya perusahaan terlahir global merupakan isu yang relatif baru. Pada paradigma tradisional, perusahaan akan memulai pasarnya dari dalam negeri dan mulai membuka pasar luar negeri berdasarkan jarak negara terdekat. Di lain sisi, perusahaan terlahir global telah memiliki orientasi memasuki pasar internasional meskipun belum memiliki pasar lokal baik ke negara terdekat atau jauh secara jarak fisik dan budaya dari negara asalnya. Lebih lanjut proses terlahir global dapat didasari oleh tingkat akumulasi pengetahuan internasionalisasi yang dimiliki suatu perusahaan (Chetty dan Hunt, 2004). Coviello dan McAuley (1999) dalam reviu penelitiannya menyatakan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan apa saja yang terdapat pada proses internasionalisasi perusahaan. Reviu penelitian mengenai internasionalisasi yang dilakukan oleh Fillis (2001) memperlihatkan bahwa penelitian kualitatif yang telah dilakukan belum banyak yang mengkaji secara 2

langsung pengetahuan pada internasionalisasi di perusahaan kecil dan menengah. Dari aspek lain, reviu yang dilakukan oleh Werner (2002) terhadap 20 jurnal top manajemen, menunjukkan bahwa penelitian mengenai internasionalisasi banyak yang mengaitkan dengan kinerja perusahaan dan memberikan saran penelitian mendatang untuk meneliti topik yang lain seperti transfer pengetahuan atau pengaruh tim manajemen yang berasal dari luar negeri. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Brennan dan Garvey (2009) menjelaskan dalam arahan penelitian selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam konsep pengetahuan dalam proses internasionalisasi. Berdasarkan reviu dan arahan penelitian sebelumnya (Coviello dan McAuley, 1999; Fillis, 2001; Werner, 2002; Brennan dan Garvey, 2009) penelitian mengenai peran pengetahuan pada proses internasionalisasi perusahaan relevan untuk dilakukan. Menurut literatur (Coviello dan McAuley, 1999), terdapat empat pandangan mengenai internasionalisasi. Pandangan pertama menyatakan bahwa internasionalisasi merupakan pola investasi di dalam pasar internasional yang dijelaskan dengan analisis rasional ekonomi pada internalisasi, kepemilikan dan lokasi. Pandangan kedua berpendapat bahwa internasionalisasi merupakan proses evolusi perusahaan (Melin, 1992 dalam Coviello dan McAuley, 1999) dalam meningkatkan keterlibatannya pada komitmen dan pengetahuan di pasar internasional (Johanson dan Vahlne, 1977). Pandangan ketiga menjelaskan bahwa internasionalisasi tidak memiliki jalur tahapan yang tetap, namun terdapat koneksi inward dan outward secara bersamaan dalam pola ekspansi internasional perusahaan (Welch dan Luostarinen, 1993). Pandangan keempat, internasionalisasi 3

diasumsikan memiliki komponen perilaku dan biaya dalam prosesnya (Beamish, 1990 dalam Coviello dan McAuley, 1999). Pendapat lain dikemukakan oleh Hodgkinson (2000) yang memaparkan penelitian internasionalisasi secara garis besar dapat dibedakan melalui tiga pendekatan. Pertama, pendekatan ekonomi seperti teori biaya transaksi ekonomi (Williamson, 1975) dan Paradigma Pemilihan (the electic paradigm) (Dunning, 1988). Kedua, pendekatan keperilakuan yang mengembangkan rantai atau tahapan internasionalisasi seperti model Uppsala (Johanson dan Vahlne, 1977; 2009). Ketiga, pendekatan Jejaring (network) yang dapat dilakukan melalui ekspansi, kolaborasi dan integrasi internasional (Johanson dan Mattsson, 1988). Dalam perkembangan penelitian internasionalisasi, Hodgkinson (2000) menjelaskan bahwa belum banyak terdapat literatur konseptual mengenai proses internasionalisasi perusahaan di negara-negara Asia dan dibutuhkan eksplorasi lebih pada tahapan internasionalisasi. Sim dan Pandian (2003) menyatakan masih sedikit penelitian empiris mengenai proses internasionalisasi pada perusahaan multinasional Asia. Sementara itu, penelitian mengenai internasionalisasi masih berfokus pada perusahaan besar dan masih sedikit penelitian yang dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah di negara-negara berkembang (Sari et al., 2008). Topik penelitian terdahulu dan sedang berkembang hingga saat ini dalam internasionalisasi perusahaan di Asia adalah strategi bisnis perusahaan (Sim dan Pandian, 2003; Child dan Rodrigues, 2005; Kaufmann dan Jentzsch, 2006; Azmeh dan Nadvi, 2014). Sim dan Pandian (2003) dalam penelitiannya menganalisis dan membandingkan karakteristik internasionalisasi dan strategi internasional antara perusahaan Singapura dan Taiwan. Penelitian lain yang dilakukan Child dan 4

Rodriguez (2005) mengkaji internasionalisasi perusahaan Tiongkok. Kaufmann dan Jentzsch (2006) meneliti perusahaan multinasional di Tiongkok mengenai pemilihan strategi internasionalisasi yaitu ekspor, transfer bisnis, integrasi global, lisensi, franchise dan subkontrak asing. Dari aspek lain, Azmeh dan Nadvi (2014) menguji pengaruh perusahaan garmen multinasional pada rantai nilai global di Yordania. Penelitian ini fokus mengeksplorasi proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Berdasarkan kajian literatur, penelitian internasionalisasi perusahaan kecil, menengah dan besar di Asia didominasi pada sektor manufaktur seperti elektronik (Hodgkinson, 2000; Sim dan Pandian, 2003; Child dan Rodrigues, 2005, McNamara, 2006), tekstil (Sim dan Pandian, 2003), otomotif (Kaufmann dan Jentzsch, 2006), garmen (Azmeh dan Nadvi, 2014). Hutchinson et al. (2007) menyatakan masih dibutuhkan penelitian mengenai internasionalisasi perusahaan pada sektor lain. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan pada industri obat dan makanan, sektor yang belum banyak digunakan dalam penelitian mengenai internasionalisasi perusahaan. Industri obat dan makanan, umumnya dikaji peneliti di bidang pertanian, farmasi atau kesehatan. Berbagai mode masuk dapat dipilih perusahaan dalam proses internasionalisasi seperti ekspor, joint venture, foreign direct investment (FDI) dan integrasi internasional (Andersen, 1997). Lecraw (1993) menjelaskan pemilihan mode masuk oleh perusahaan dipengaruhi oleh tingkat komitmen sumberdaya, komitmen pasar dan kontrol perusahaan di suatu negara. Komitmen sumberdaya tidak hanya berupa modal tetapi juga sumberdaya teknologi dan manajemen (Moghaddam, 2014). Semakin besar komitmen sumberdaya yang dimiliki 5

perusahaan, semakin tinggi pula tingkat kontrol perusahaan. Namun, perusahaan akan mengurangi tingkat komitmen sumberdaya mereka jika menghadapi resiko. Resiko tinggi dipersepsikan perusahaan ketika memasuki pasar baru karena kurangnya pengetahuan pasar dan operasi internasional yang dimiliki (Welch dan Luostarinen, 1993). Penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa perusahaan akan memilih memasuki pasar dengan tingkat komitmen sumberdaya yang rendah, kemudian meningkat skalanya melalui ekspor langsung, joint venture minoritas, joint venture mayoritas dan kepemilikan perusahaan sepenuhnya (wholly owned subsidiary) (Lecraw, 1993). Hal berbeda dikemukakan oleh Welch dan Luostarinen (1993) bahwa keterlibatan perusahaan dalam operasi internasional dapat diperoleh melalui hubungan aktivitas masuk (inward) seperti impor dan keluar (outward) contohnya ekspor. Aktivitas impor dapat mengarahkan perusahaan untuk melakukan ekspor. Ekspor dianggap secara tradisional sebagai langkah pertama memasuki pasar internasional serta merupakan dasar untuk ekspansi internasional di masa datang (Kogut dan Chang, 1996 dalam Lu dan Beamish, 2001). Perusahaan kecil dan menengah cenderung memasuki pasar luar negeri sebagai eksportir atau investor asing (Reynolds, 1997 dalam Lu dan Beamish, 2001). Adapun perusahaan besar atau multinasional memiliki strategi aktivitas internasional berupa ekspor dan FDI (Lu dan Beamish, 2001). Dalam penelitian ini, fokus mode masuk internasionalisasi perusahaan adalah ekspor. Aktivitas ekspor pada perusahaan kecil, menengah dan besar memainkan peranan yang penting dalam perekonomian negara maju dan berkembang (Sari et al., 2008) serta berdampak signifikan pada perekonomian negara-negara Asia (e.g. Indonesia) (Hodgkinson, 2000). 6

Dalam melakukan internasionalisasi, ada berbagai faktor pendorong yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan proses tersebut. Hutchinson et al. (2007) menyatakan dalam temuan penelitiannya, terdapat beberapa faktor pendorong perusahaan untuk melakukan proses internasionalisasi. Adapun faktorfaktor tersebut adalah identitas merek perusahaan, karakteristik pengambil keputusan, inisiatif perusahaan induk dan jejaring yang dimiliki. Lebih lanjut Casillas et al. (2009) menegaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku internasionalisasi perusahaan. Dengan kata lain, pengetahuan memegang peranan dalam proses internasionalisasi suatu perusahaan. Pengetahuan merupakan salah satu variabel penting yang dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan proses internasionalisasi (Johanson dan Vahlne, 2009). Arus informasi yang diperoleh dari pengetahuan tacit dan eksplisit mempengaruhi rantai nilai global perusahaan (McNamara, 2006). Athanassiou dan Nigh (2000) menjelaskan bahwa pengetahuan (baru) dapat menjadikan perusahaan memiliki proses internasionalisasi yang idiosyncratic dengan karakteristik sumberdaya yang langka, sulit diganti dan diimitasi untuk memperoleh keunggulan kompetitif perusahaan. Mengaitkan dengan paragraf sebelumnya, selain ekspor, internasionalisasi dapat dilakukan melalui FDI. McNamara (2006) dalam penelitiannya telah meneliti peran pengetahuan pada internasionalisasi perusahaan kecil dan menengah di Asia, namun mode masuk yang ditekankan adalah FDI. FDI merupakan bentuk internasionalisasi pada tahap lanjut (Hodgkinson, 2000). Perusahaan besar di Indonesia menjadikan ekspor sebagai salah satu strategi internasional sebelum mencapai tahap FDI (Sari et al., 2008). Hal tersebut tidak lepas dari perbedaan 7

karakteristik antara perusahaan kecil dan menengah di negara berkembang (e.g. Indonesia) dan di negara maju (e.g. Jepang dan Inggris) (Bell et al., 2004) serta di Tiongkok (Child dan Rodriguez, 2005). Beberapa karakteristik perusahaan kecil dan menengah di negara maju antara lain jumlah kepemilikan modal sekitar $3.000.000,00; jumlah pekerja yang mencapai 300 orang (McNamara); dan penerapan penggunaan teknologi informasi di perusahaan (Bell et al., 2004). Karakteristik tersebut pada akhirnya mendorong aktivitas internasionalisasi yang lebih terintegrasi, terkontrol dan beresiko dari ekspor yaitu FDI (Bell et al., 2004). Peran pengetahuan dalam proses internasionalisasi telah diteliti pada penelitian sebelumnya (Athanassiou dan Nigh, 2000; McNamara, 2006, Brennan dan Garvey, 2009). Terdapat beberapa istilah pengetahuan yang digunakan dalam proses internasionalisasi perusahaan pada penelitian terdahulu seperti pengetahuan eksperensial yang diperoleh dari pengalaman (Johanson dan Vahlne, 1977; 2009), pengetahuan pasar dan operasi internasional (Autio et al., 2000) dan pengetahuan internasional (Brennan dan Garvey, 2009). Pengetahuan dalam proses internasionalisasi dapat berupa tacit seperti pengambilan keputusan oleh manajemen puncak (Athanassiou dan Nigh, 2000) dan eksplisit seperti transfer teknologi (McNamara, 2006). Menurut Clercq et al. (2012), secara garis besar terdapat dua konsep penciptaan pengetahuan yang digunakan pada penelitian yang terkait dengan internasionalisasi, yaitu Huber (1991) dan Nonaka dan Takeuchi (1995). Huber (1991) mengemukakan empat konsep proses penciptaan pengetahuan yang berkontribusi pada teori organisasi pembelajar, diawali oleh proses akuisisi pengetahuan, distribusi pengetahuan, interpretasi pengetahuan dan memori 8

organisasi. Akuisisi pengetahuan dilakukan perusahaan ketika mencari dan memperoleh pengetahuan mengenai negara tujuan tertentu yang dapat mempengaruhi pemilihan awal mode masuk internasionalisasi. Proses distribusi pengetahuan dimulai saat pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber dibagikan di dalam perusahaan dan kemudian menjadi pemahaman baru mengenai pasar baru di negara tertentu. Interpretasi pengetahuan merupakan proses pengetahuan yang dibagi sebelumnya (mengenai pasar baru di negara tertentu) dapat dipahami secara umum. Memori organisasi adalah proses penyimpanan pengetahuan untuk dapat digunakan di masa mendatang ketika perusahaan memutuskan melakukan internasionalisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) berpendapat konsep penciptaan pengetahuan dalam berbagai proses di perusahaan (e.g. proses internasionalisasi) dilakukan melalui proses konversi pengetahuan tacit dan eksplisit. Organisasi tidak dapat menciptakan pengetahuan tanpa individu dan setidaknya terdapat saling berbagi pengetahuan dengan individu lain dan kelompoknya, sehingga pengetahuan dapat berguna bagi organisasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses penciptaan pengetahuan terjadi karena adanya interaksi antar-individu di dalam organisasi. Berdasarkan model penciptaan pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (1995:62-70), terdapat empat model konversi pengetahuan tacit dan eksplisit yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Sosialisasi merupakan proses konversi pengetahuan tacit menjadi pengetahuan tacit yang baru. Dalam proses internasionalisasi, sosialisasi terjadi saat perusahaan memilih pasar baru di negara tertentu dipengaruhi oleh pengetahuan yang melekat pada pemilik atau pimpinan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Eksternalisasi merupakan proses 9

konversi pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit. Proses ekternalisasi terlihat dalam dialog antar-anggota manajemen puncak dalam membahas peluang memasuki pasar baru. Kombinasi merupakan proses konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan eksplisit yang baru. Limpahan teknologi yang berasal dari perusahaan induk atau rekan bisnis merupakan salah satu proses kombinasi pengetahuan yang dapat mempermudah proses internasionalisasi perusahaan. Internalisasi merupakan proses konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit. Proses internalisasi dapat terjadi saat pemilik atau pimpinan perusahaan membaca dan mengkaji peraturan regulasi ekspor di suatu negara yang kemudian mempermudah perusahaan melakukan internasionalisasi melalui ekspor. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pengetahuan berada pada level individu (Polanyi, 1962; Grant, 1996; Alavi dan Leidner, 2001). Pengetahuan pada level individu dalam konteks perusahaan kecil dan menengah juga merepresentasikan pengetahuan pada level organisasi (Indarti, 2010). Pada perusahaan kecil, peran individu sebagai pemilik cukup dominan sebagai pengambil keputusan sehingga dapat mempengaruhi perilaku internasional (ekspor) (Reid, 1981) dan memiliki jiwa wirausaha di dalam perusahaan (Bracker et al., 1988 dalam Bell et al., 2004). Faktor individu berperan pada penentuan waktu dan fase proses internasionalisasi yang dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai kondisi pasar luar negeri (Oviatt dan McDougall, 1994). Pengetahuan dapat diciptakan melalui proses interaksi antar-individu di dalam perusahaan (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Pada perusahaan besar, pengetahuan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan internasionalisasi melalui tim manajemen puncak (Athanassiou dan Nigh, 2000). Oleh karena itu, 10

model penciptaan pengetahuan yang digunakan pada penelitian ini adalah Nonaka dan Takeuchi (1995). Model Nonaka dan Takeuchi (1995) dapat menjelaskan penciptaan pengetahuan melalui interaksi pengetahuan tacit dan eksplisit. Pelatihan ekspor yang diadakan pemerintah (pengetahuan eksplisit) dapat menjadi sumber pengetahuan baru (e.g. pasar tujuan ekspor) bagi pemilik atau pimpinan perusahaan. Pengetahuan tersebut kemudian melekat pada pemilik atau pimpinan perusahaan (pengetahuan tacit) dan menjadi salah satu dasar pertimbangan perusahaan melakukan proses internasionalisasi. Dalam konteks penelitian ini, internasionalisasi didefinisikan sebagai proses pembelajaran dan akumulasi pengetahuan (Eriksson et al., 2000) untuk meningkatkan keterlibatan perusahaan dalam pasar internasional (Welch dan Luostarinen, 1988). Pendekatan yang digunakan adalah perspektif Uppsala dan Jejaring. Perspektif Uppsala secara umum mendukung pendekatan bertahap (incremental) dalam proses internasionalisasi perusahaan di negara-negara Asia (Hodgkinson, 2000). Perspektif Jejaring digunakan untuk menjelaskan fenomena perusahaan terlahir global dalam proses internasionalisasi (Coviello dan McAuley, 1999; Fillis, 2001, Brennan dan Garvey, 2009). Perspektif Paradigma Pemilihan (Dunning, 1988) menjadi dasar untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai faktorfaktor pendorong dalam proses internasionalisasi perusahaan. Secara garis besar, penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasikan faktor-faktor pendorong dan peran pengetahuan pada internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Selain itu, lebih spesifik penelitian ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi proses internasionalisasi perusahaan dalam industri obat dan makanan di Indonesia. Partisipan penelitian mewakili perusahaan kecil, menengah 11

dan besar. Perusahaan yang menjadi partisipan berasal dari sektor industri obat dan makanan yang melakukan aktivitas ekspor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, dapat disimpulkan bahwa belum banyak terdapat literatur konseptual dan penelitian empiris mengenai proses internasionalisasi perusahaan di negara-negara Asia (Hodgkinson, 2000; Sim dan Pandian, 2003) khususnya Indonesia. Penelitian terdahulu mengenai proses internasionalisasi masih berfokus pada perusahaan besar, khususnya perusahaan multinasional dan masih sedikit penelitian yang dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah di negara-negara berkembang (e.g. Indonesia) (Sim dan Pandian, 2003; Sari et al., 2008). Penelitian yang mendalam dengan topik internasionalisasi di Indonesia khususnya dengan metode studi kasus masih dibutuhkan untuk dapat memberikan hasil yang lebih bernilai (Sari et al., 2008) dan berperan dalam perkembangan regenerasi teori (Fillis, 2001). Fenomena munculnya perusahaan terlahir global pada proses internasionalisasi juga merupakan topik penelitian baru yang belum banyak diteliti (Bell et al., 2004). Reviu terhadap penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa masih sedikit yang membahas peran pengetahuan pada proses internasionalisasi (Coviello dan McAuley, 1999; Fillis, 2001; Werner, 2002) khususnya dengan klasifikasi tacit dan eksplisit ataupun interaksi keduanya (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Karenanya, penelitian mendalam mengenai konsep pengetahuan dalam proses internasionalisasi pada level perusahaan menjadi relevan untuk dilakukan 12

(Brennan dan Garvey, 2009). Penelitian mengenai peran pengetahuan pada proses internasionalisasi ini ditujukan untuk mengisi gap tersebut. Secara lebih spesifik, penelitian ini berupaya mengisi gap pada penelitian Hodgkinson (2000) dan Sari et al. (2008) dengan mengeksplorasi proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor pendorong proses internasionalisasi (Hutchinson et al., 2007) dan peran pengetahuan pada proses internasionalisasi (Brennan dan Garvey, 2009) perusahaan di Indonesia (Sari et al., 2008). Penelitian ini fokus pada aktivitas ekspor untuk mengidentifikasi tahapan internasionalisasi. Ekspor sesuai dengan karakteristik mode masuk dan strategi internasional perusahaan di Indonesia (Sari et al., 2008). Selain itu, ekspor memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Ekspor berfungsi mendatangkan devisa dan semakin tinggi ekspor semakin tinggi pula pendapatan nasional. Besar kecilnya ekspor tergantung pada permintaan negara di dunia baik bilateral maupun multilateral. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif pada bulan Januari-April 2014 mencapai US$58,59 miliar (BPS.go.id, 2014). Konteks perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk pada industri obat dan makanan. Industri obat dan makanan termasuk ke dalam 10 kategori produk potensial ekspor (non-migas) dan merupakan 25 kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar (BPS.go.id, 2011; Kemendag.go.id, 2009-2014). Terdapat kesamaan perusahaan yang termasuk ke dalam industri obat dan makanan untuk melakukan ekspor. Setiap perusahaan baik kecil, menengah dan besar harus memiliki ijin melalui badan yang sama untuk dapat melakukan ekspor yaitu di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 13

1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka terdapat tiga pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu: 1. Faktor-faktor apa saja yang mendorong proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia? 2. Bagaimana peran faktor pengetahuan pada proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia? 3. Bagaimana proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: 1. Mengeksplorasi faktor-faktor yang mendorong proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. 2. Memahami peran faktor pengetahuan pada proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. 3. Memahami proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. 1.5 Kontribusi Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat dua kontribusi yaitu dari sisi teori dan manajerial. 1.5.1 Kontribusi Teoritis Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis pada perkembangan teori internasionalisasi dan penciptaan pengetahuan. Kontribusi tersebut untuk melengkapi gap penelitian terdahulu untuk mengidentifikasi faktor-faktor 14

pendorong dan memahami peran faktor pengetahuan pada proses internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan perspektif Uppsala dapat menjelaskan proses internasionalisasi bertahap pada perusahaan, sedangkan proses internasionalisasi tidak bertahap dijelaskan oleh perspektif Jejaring. Pespektif Paradigma Pemilihan dapat digunakan untuk mengeksplorasi faktorfaktor pendorong internasionalisasi perusahaan terutama pada perusahaan yang memutuskan melakukan produksi di luar negeri. Kontribusi teoritis lain pada teori penciptaan pengetahuan, model konversi pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (1995) dapat digunakan untuk memberikan pemahaman lebih pada proses internasionalisasi perusahaan. Penciptaan pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial antar-individu dan organisasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh pemilik atau pimpinan di perusahaan kecil dan menengah dapat merepresentasikan pengetahuan perusahaan. Dalam penelitian ini, dapat diidentifikasikan bahwa pengetahuan merupakan faktor pendorong pada level individu dan organisasi yang dapat menentukan proses internasionalisasi perusahaan. 1.5.2 Kontribusi Manajerial Penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi manajerial pada organisasi di bidang manajemen pengetahuan dan internasionalisasi perusahaan. Kontribusi manajerial dengan mengidentifikasikan berbagai faktor pendorong secara umum dan khususnya terdapat peran faktor pengetahuan yang dapat menentukan proses internasionalisasi perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan mengenai pentingnya mengelola pengetahuan di perusahaan khususnya pada proses internasionalisasi. Di samping itu, dapat 15

memberikan gambaran bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan (e.g. bea eskpor) dan regulasi (e.g. perijinan produk dan eskpor) yang dapat berperan untuk membantu perusahaan dalam melakukan proses internasionalisasi. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, kontribusi dan konteks penelitian. Bab dua menjelaskan tentang teori yang menjadi dasar penelitian, definisi dan tahapan internasionalisasi serta penciptaan pengetahuan. Bab tiga memaparkan desain penelitian, metode pengambilan sampel dan analisis data yang digunakan pada penelitian. Bab empat membahas hasil, analisis data serta diskusi temuan penelitian. Bab lima memberikan simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. 16