Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

dokumen-dokumen yang mirip
AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

DUA TAHUN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI ACEH DAN NIAS PASCA-TSUNAMI : EVALUASI PUBLIK

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

Perdamaian dan Politik Lokal di Nangroe Aceh Darussalam. Survei Nasional Maret Lembaga Survei Indonesia (LSI)

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

POPULARITAS DAN PELUANG TOKOH LOKAL

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

LAPORAN SURVEI MEMPREDIKSI PEMENANG PILKADA BANTEN 2017

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

LAPORAN HASIL SURVEI PELUANG KANDIDAT DI PILKADA SULAWESI BARAT Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI) Selasa, 7 Februari 2017

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

LAPORAN SURVEI NASIONAL Persepsi Publik Terhadap Kepala Daerah Berprestasi 29 SEPTEMBER 2016

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia. Refleksi Satu Windu Reformasi

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Publik Terhadap Pilkada DKI Jakarta OKTOBER 2016

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

RILIS HASIL SURVEI PILKADA DKI JAKARTA APRIL HARI JELANG PILGUB, SUARA AHOK-DJAROT NAIK TAJAM MUNGKINKAH ANIES-SANDI DISALIP?

Rilis Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur 2018

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Masyarakat Terhadap Program Kerja Cagub-Cawagub DKI Jakarta TEMUAN SURVEI 14 Desember 2016

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

EVALUASI 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK: Ini PESAN dari Rakyat untuk JOKOWI - JK. Periode Survei: April /05/ METODOLOGI

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

PROSPEK ISLAM POLITIK

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

INI KATA PUBLIK JAKARTA TENTANG CALON GUBERNUR MEREKA

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

RINA KURNIAWATI, SHI, MH

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

ARAH BARU PERILAKU PEMILIH

HASIL SURVEI KOTA KENDARI OKTOBER 2016

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

KECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 2008

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

Indonesia di Mata Generasi Muda Survei KedaiKOPI. 7-8 Agustus 2017

Metodologi Quick Count

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA BARAT PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA BARAT 2018

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

LAPORAN SURVEI MEMPREDIKSI KANDIDAT PILKADA SUMATERA SELATAN 2018

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

Press Release HASIL SURVEI

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA TIMUR PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA TIMUR 2018

PELUANG CALON-CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI JAWA BARAT

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL SURVEI ASPIRASI WARGA DEPOK MENGENAI PERMASALAHAN KOTA MENJELANG PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA DEPOK 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

ENAM REVISI PILKADA USULAN PUBLIK LSI DENNY JA FEBRUARI 2015

TERORISME, PESANTREN, DAN TOLERANSI AGAMA: PERSPEKTIF KAUM MUSLIM INDONESIA

EXIT POLL PILGUB DKI JAKARTA 11 Juli 2012

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

Transkripsi:

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

Ihtisar temuan Otonomi daerah sudah menggelinding berbarengan dengan reformasi. Ia merupakan terobosan untuk memperkuat Indonesia sebagai sebuah negara bangsa dengan mengakomodasi keragaman daerah. Akomodasi ini bukan untuk memperlemah, tapi sebaliknya, untuk memperkuat Indonesia. Dalam konteks itu otonomi daerah adalah sistem untuk membuat hubungan kongruen antara pusat dan daerah. Sejauhmana kongruensi ini telah terbangun? Dilihat dari sikap dan perilaku politik warga, otonomi daerah yang sudah berjalan sampai hari ini belum mampu menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan. Hubungan antara kedaerahan dan keindonesiaan masih negatif, dan yang punya sentimen kedaerahan dibanding keindonesiaan masih banyak. Otonomi daerah belum mampu menyerap keragaman dalam keindonesiaan. Sumber utama dari belum mampunya otonomi daerah menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan, belum mampunya menciptakan sistem politik yang kongruen antara pusat dan daerah, adalah kinerja otonomi daerah itu sendiri yang dinilai publik belum banyak menciptakan keadaan lebih baik dibanding sistem pemerintahan yang terpusat sebelumnya. 2

Ihtisar (lanjutan) Akar dari belum berkinerja baiknya otonomi daerah terkait dengan evaluasi publik atas kinerja pemerintah daerah. Evaluasi positif publik atas kinerja otonomi daerah tergantung pada apakah kinerja pemerintah akan semakin baik, atau sebaliknya. Bila tidak, maka sikap negatif publik pada otonomi daerah akan menjadi semkin kuat, dan pada gilirannya akan semakinmenjauhkandaerahdenganpusat, kedaerahandankeindonesiaan. Namun demikian, tidak terkaitnya secara berarti antara otonomi daerah dan keindonesiaan masih tertolong berkat demokrasi. Demokrasilah yang menggerus kedaerahan, bukan otonomi daerah. Untungnya, demokrasi pula yang berhubungan secara sistemik dengan otonomi daerah. Demokrasi menjadi titik temu antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan karena itu penguatan demokrasi menjadi prasarat bagi terbentuknya hubungan yang kongruen antara keindonesiaan dan kedaerahan, antara otonomi daerah dan NKRI. Bila demokrasi melemah, terutama dilihat dari kinerjanya, maka otonomi daerah bukan memperkuat NKRI melainkan memperlemahnya. 3

Latar belakang Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa akan kuat bila dibangun di atas sistem yang kongruen, keterkaitan secara sistemik antara komponen-komponen yang berada di dalamnya, termasuk hubungan antara pusat dan daerah. Otonomi daerah adalah konsep untuk memperkuat kongruensi ini, di mana Indonesia dibangun secara kokoh dari kemajemukan daerah dan suku-bangsanya. Otonomi daerah adalah konsep untuk membuat pembangunan daerah lebih baik, rakyatnya lebih sejahtera, dan karena itu kemudian diharapkan akan semakin memperkuat negarabangsa Indonesia itu sendiri. Otonomi daerah adalah konsep untuk mencegah separatisme, dan karena itu sukses Otonomi daerah pada gilirannya diharapkan memperkuat negara-nangsa Indonesia. Otonomi daerah dibangun dalam konteks demokrasi, dan harus memperkuat demokrasi itu sendiri. Sudah sekitar satu windu otonomi daerah digelindingkan, dan sampai hari ini masih banyak yang meragukan apakah otonomi daerah dapat memperkuat Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa. 4

Pendekatan dan strategi Salah satu pendekatan untuk memahami kongruensi Indonesia dan daerah-daerah yang menopangnya adalah pendekatan perilaku politik dengan perspektif ekonomi-politik. Perilaku politik berkaitan dengan pandangan, sikap, dan tindakan warga terhadap objekobjek politik, termasuk Indonesia dan daerah sebagai sebuah komunitas politik. Perilaku warga dalam hubungannya dengan kedaerahan dan keindonesiaan ini, dalam perspektif ekonomi-politik, pada dasarnya terletak pada sejauh mana menjadi warga Indonesia menguntungkan, membuat kehidupan sosial-ekonomi warga menjadi lebih baik. Evaluasi terhadap keadaan lebih baik dari warga terkait dengan evaluasi positif terhadap keadaan sosial-ekonomi dan politik daerah, evaluasi terhadap kinerja otonomi daerah dibanding sistem pemerintahan sebelumnya (sebelum otonomi daerah). Evaluasi positif atas kinerja otonomi daerah ini pada gilirannya berdampak positif terhadap otonomi daerah itu sendiri sebagai sebuah sistem pemerintahan. Evaluasi positif atas sistem otonomi daerah ini diharapkan memperkuat dukungan terhadap NKRI, dan bila sebaliknya, otonomi daerah bukan sebuah sistem pengelolaan keberagaman daerah dalam rangka penguatan Indonesia. 5

Metode dan Data Waktu survei : 5 15 Maret 2007 Jumlah sampel 1240, dengan margin of error +/- 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%. Metodologi: multistage random sampling Responden tersebar di 33 propinsi dengan jumlah responden yang proporsional sesuai dengan jumlah penduduk di masing-masing propinsi. Wawancara: Tatap muka dengan responden oleh pewawancara terlatih. Quality control: Dilakukan dengan spot check pada 20% responden yang dipilih secara random, dan tidak ditemukan kesalahan dalam jumlah berarti. 6

Multistage Random Sampling Populasi desa/kelurahan tingkat provinsi Kab 1 Ds 1 Ds n Kab k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Kabubapten/kota dipilihsecara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT/lingkungan dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa terpilih KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan 7

PROFIL RESPONDEN Survei LSI (n = 1109) BPS Survei LSI (n = 1109) BPS JENIS KELAMIN AGAMA Laki-Laki Islam 85.2 87 Perempuan. Protestan 8.1 5.9 PENDIDIKAN Katolik 4.3 3 SD Atau Tidak Pernah Sekolah 55.1 60 * Hindu 1.8 0.2 Lulus SLTP 17.6 19 Budha 0.6 0.2 Lulus SLTA 19.3 18 SUKU BANGSA Pernah Kuliah Atau Di Atasnya 7.9 4 Jawa 42.7 41.6 UMUR Sunda 16 15.4 19 Tahun Atau Di Bawahnya 4.5 5 * Madura 3.5 3.4 20-29 Tahun 20.1 Minang 2.8 2.7 30-39 Tahun 27.8 22 Bugis 3.3 2.5 40-49 Tahun 21.9 17 Lainnya 31.7 33 Lebih Dari Tahun.8 20 PENDAPATAN < 400 ribu 49.1 42 400 ribu 1 juta 32.1 38 > 1 Juta 19.8 20 *Sensus BPS mencakup warga yang belum berumur 17 tahun, maka proporsinya menjadi lebih besar. 8

Temuan Survei 9

Political community: Komitmen terhadap kebangsaan (keindonesiaan) Lebih bangga sebagai orang Indonesia dibanding sebagai orang yang berasal dari suku-bangsa asal Tidak menerima kalau ada daerah merdeka dari NKRI Kesediaan untuk berperang untuk menjaga keutuhan NKRI 10

Komitmen terhadap kebangsaan (keindonesiaan) 100 Lebih bangga sebagai orang (%) Boleh atau tidak boleh daerah tertentu di tanah air merdeka dari NKRI (%) 75 74 100 75 86 26 14 0 0 Suku/dearah asal Indonesia Tidak boleh Boleh Kalau tidak boleh, bersedia berperang untuk mempertahankan keutuhan NKRI (%) 100 Tingkat Rasa Keindonesiaan (%) 100 75 78 75 67 33 22 0 0 Ya Tidak Kuat Lemah 11

Temuan Rasa keindonesiaan dimiliki oleh umumnya warga Indonesia. Lebih dari separuh warga lebih bangga menjadi orang Indonesia ketimbang orang dari suku-bangsa dan daerah asal, tidak toleran terhadap adanya daerah yang merdeka dari Indonesia, dan bersedia berperang untuk mempertahankan keutuhan negara republik Indonesia. Warga Indonesia pada umumnya bukan saja nasionalis, tapi juga patriotis. Apakah rasa keindonesiaan ini koheren dengan dukungan atas otonomi daerah yang sekarang sedang berjalan di tanah air? 12

Rasa kedaerahan Keberatan atas pendatang warga Indonesia lainnya untuk mencari nafkah yang lebih baik di daerah responden hanya karena sama-sama warga negara Indonesia. Lebih meninginkan gubernur putra daerah Lebih menginginkan bupati/walikota putra daerah 13

Rasa kedaerahan 100 Keberatan pada pendatang untuk mencari nafkah yang lebih baik di daerah responden meskipun sama-sama warga negara Indonesia (%) 75 62 38 0 Keberatan Tidak keberatan Putra daerah lebih diinginkan untuk menjadi (%) 100 75 47 46 0 Bupati Gubernur 14

Temuan Cukup banyak di antara warga yang lebih berorientasi daerah ketimbang nasional. Hampir separuh dari warga tidak toleran terhadap pendatang meskipun samasamawarganegaraindonesia. Juga hampir separuh dari warga yang lebih menginginkan bupati/walikota/gubernur dari putra daerah, yakni warga yang turun-temurun hidup di daerah bersangkutan. Analisis statistik menunjukan bahwa sentimen kedaerahan berhubungan secara negatif dengan keindonesiaan (r =.14; P<.01). 15

Dukungan terhaap prinsip-prinsip otonomi daerah Untuk pelaksanaan pemerintahan daerah lebih baik, sistem pemerintahan sekarang (otonomi daerah) atau sistem pemerintahan sebelumnya yang lebih baik? (%) Untuk kesejahteraan rakyat yang lebih baik, sistem pemerintahan sekarang (otonomi daerah) atau sistem pemerintahan sebelumnya yang lebih baik? (%) 100 100 75 64 75 63 0 27 9 Sekarang Sebelumnya Tidak tahu 0 28 9 Sekarang Sebelumnya Tidak tahu 100 Untuk pelaksanaan pemerintahan dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, maka wewenang pemerintahan harus lebih banyak diberikan pada pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau pemerintah pusat seperti dulu? (%) 100 75 Mendukung atau Menolak Otonomi Daerah (%) 73 75 65 13 22 27 0 Kabupaten/Kota Provinsi Pusat 0 Mendukung Menolak 16

Temuan Secara umum warga mendukung atau lebih suka dengan otonomi daerah dari pada sistem hubungan pusat dan daerah sebelumnya. Warga pada umumnya lebih memilih pemerintahan di bawah pemerintahan tingkat kabupaten dan kota seperti sekarang ketimbang pemerintahan langsung dari pusat untuk mengurus banyak hal yang berkaitan dengan kesejahteraan warga di daerah. Apakah dukungan terhadap otonomi daerah tersebut membantu menjembatani daerah dengan pusat? Sebelum menjawab ini kita ekplorasi bagaimana publik mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. 17

Evaluasi terhadap kondisi daerah sebelum dan setelah otonomi daerah Keadaan keamanan dan ketertiban di bawah pemerintahan kabupaten/kota dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat (%) Keadaan pemberantasan korupsi di bawah pemerintahan kabupaten/kota dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat (%) 100 100 75 75 48 36 36 35 0 12 4 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 0 17 12 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 100 Keadaan pengangguran di bawah pemerintahan kabupaten/kota sekarang dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat (%) 100 75 Keadaan kemiskinan di bawah pemerintahan kabupaten/kota dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat (%) 75 0 23 33 40 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 4 0 27 34 34 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 4 18

Evaluasi terhadap kondisi daerah sebelum dan setelah otonomi daerah 100 Keadaan kesehatan masyarakat di bawah pemerintahan kabupaten/kota langsung dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat langsung (%) 75 0 54 29 12 4 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu Keadaan pendidikan di bawah pemerintahan kabupaten/kota langsung dibanding ketika di bawah pemerintahan pusat langsung (%) 100 75 0 9 5 Sama Lebih buruk Tidak tahu 19

Korelasi kinerja otonomi daerah dan dukungan terhadap otonomi daerah (r =.40; P<.01) 20

Korelasi kinerja Pemda dan kinerja otonomi daerah (r =.19; P<.01) 21

Temuan Secara umum warga merasa tidak banyak perbedaan dampak dari otonomi daerah dan sistem pemerintahan sebelumnya bagi kehidupan mereka. Keadaan daerah sesudah otonomi daerah berlaku tidak dirasakan lebih baik oleh warga. Ini mengindikasikan bahwa otonomi daerah belum mencapai sasaran yang diharapkan publik. Kinerja otonomi daerah berpengaruh kuat terhadap dukungan publik terhadap sistem otonomi daerah. Bila pelaksanaan otonomi daerah ini buruk maka publik akan mempersoalkan sistem pemerintahan otonomi daerah ini. Apa yang mempengaruhi evaluasi publik terhadap kinerja otonomi daerah ini? Kinerja pemerintah daerah? 22

Pengauh kinerja pemerintah daerah Nasib otonomi daerah di mata publik tergantung pada bagaimana otonomi daerah tersebut dijalankan, apakah dalam prakteknya membuat keadaan daerah lebih baik atau tidak. Sebagian dari evaluasi publik atas kinerja otonomi daerah ini dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah daerah bekerja. Karena itu sistem otonomi daerah pada akhirnya tergantung pada kinerja pemerintah daerah itu sendiri. 23

Keindonesiaan, Otonomi daerah, dan kinerja pemerintah daerah 24

Otonomi daerah dan kebangsaan Kinerja pemerintah daerah berdampak positif terhadap kinerja otonomi daerah. Kinerja otonomi daerah memperkuat dukungan terhadap otonomi daerah. Tapi dukungan terhadap otonomi daerah tidak banyak dampaknya terhadap upaya memperkuat dukungan terhadap keindonesiaan. Ini mengindikasikan bahwa tujuan awal otonomi daerah belum mencapai sasaran dasar. Masih ada jarak antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan ini harus dijembatani untuk membuat otonomi daerah menjadi kongruen dengan komunitas plitik nasional, yakni NKRI. Yang memungkinkan dapat menjembatani tersebut adalah demokrasi. Demokrasi merupakan sarana yang dapat menampung aspirasi publik dari bawah untuk pelaksanaan pemerintahan NKRI. Otonomi daerah juga merupakan satu bentuk terjemahan dari demokrasi. Karena itu, demokrasi diharapkan dapat menjadi titik temu antara otonomi daerah dan NKRI.

Komitmen terhadap Demokrasi Komitmen yang kuat terhadap demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik bagi negara kita. Demokrasi bukan sebab buruknya pembangunan ekonomi Menolak kepemimpinan tentara aktif Menolak sistem kepartaian tunggal Mendukung mekanisme check and balances antara pemerintah dan kekuatan politik lain di luar pemerintah. 26

Sikap terhadap demokrasi dan kinerja demokrasi (%) Puas dengan kerja demokrasi 65 DPR dan DPD dihapus 9 Hanya ada satu partai yang ikut pemilu dan memerintah 9 Indonesia sebaiknya dipimpin oleh tentara aktif 29 Demokrasi sumber buruknya pembangunan ekonomi 11 Demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik bagi Indonesia 85 27

Dukungan terhadap demokrasi Secara umum dukungan terhadap demokrasi cukup kuat di masyarakat. Lebih dari 80% warga menilai demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik bagi Indonesia. Sejalan dengan itu, sedikit yang melihat demokrasi sebagai sumber buruknya kondisi ekonomi; sedkit yang mentoleransi sistem kepartaian tunggal; dan sedikit yang mentoleransi kepemimpinan tentara aktif. Apakah modal dasar demokrasi ini dapat menjembatani otonomi daerah dan keindonesiaan? 28

Korelasi Demokrasi, NKRI, dan Otda (P<.01) Prinsip demokrasi NKRI Kinerja demokrasi Dukung Otda Kinerja Otda Kinerja Pemda.14.07.07.14.07 29

Path Analysis Pemda, Otda, Demokrasi, dan NKRI Kinerja Otda.19.11 Kinerja Pemda Prinsip Demokrasi.14 NKRI.39.07 Prinsip Otda 30

Temuan Gap antara otonomi daerah dan NKRI ternyata dijembatani oleh demokrasi. Tanpa diperantarai oleh demokrasi yang kuat maka otonomi daerah tidak bisa membantu memperkuat keindonesiaan, dan demikian juga sebaliknya. Sementara itu, penguatan demokrasi tergantung pada praktek atau kinerja demokrasi itu sendiri, dan yang menarik kinerja otonomi daerah dan pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja demokrasi ini. Makin baik kinerja otda dan pemda dapat memperkuat kinerja demokrasi, dan kinerja demokrasi berdampak pada dukungan normatif pada demokrasi. Dukungan normatif pada demokrasi memperkuat NKRI. 31

Kesimpulan Dilihat dari sikap dan perilaku politik warga, otonomi daerah yang sudah berjalan sampai hari ini belum mampu menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan. Hubungan antara kedaerahan dan keindonesiaan masih negatif, dan yang punya sentimen kedaerahan dibanding keindonesiaan masih banyak. Otonomi daerah belum mampu menyerap keragaman dalam keindonesiaan. Sumber utama dari belum mampunya otonomi daerah menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan, belum mampunya menciptakan sistem politik yang kongruen antara pusat dan daerah, adalah kinerja otonomi daerah itu sendiri yang dinilai publik belum banyak menciptakan keadaan lebih baik dibanding sistem pemerintahan yang terpusat sebelumnya. Akar dari belum berkinerja baiknya otonomi daerah terkait dengan evaluasi publik atas kinerja pemerintah daerah. Evaluasi positif publik atas kinerja otonomi daerah tergantung pada apakah kinerja pemerintah akan semakin baik, atau sebaliknya. Bila tidak, maka sikap negatif publik pada otonomi daerah akan menjadi semkin kuat, dan pada gilirannya akan semakin menjauhkan daerah dengan pusat, kedaerahan dan keindonesiaan. 32

Kesimpulan Lanjutan Namun demikian, tidak terkaitnya secara berarti antara otonomi daerah dan keindonesiaan masih tertolong berkat demokrasi. Demokrasilah yang menggerus kedaerahan, bukan otonomi daerah. Untungnya, demokrasi pula yang berhubungan secara sistemik dengan otonomi daerah. Demokrasi menjadi titik temu antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan karena itu penguatan demokrasi menjadi prasarat bagi terbentuknya hubungan yang kongruen antara keindonesiaan dan kedaerahan, antara otonomi daerah dan NKRI. Bila demokrasi melemah, terutama dilihat dari kinerjanya, maka otonomi daerah bukan memperkuat NKRI melainkan memperlemahnya. 33