Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia. Refleksi Satu Windu Reformasi
|
|
- Lanny Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia Refleksi Satu Windu Reformasi Saiful Mujani Lembaga Survei Indonesia (LSI) Mei 2006
2 Reformasi Indonesia sudah genap satu windu (Mei 1998 dan Mei 2006). Reformasi tersebut terkait erat dengan berakhirnya kekuasaan otoritarian Soeharto dan munculnya rezim demokrasi yang secara formal ditandai dengan terselenggaranya pemilihan umum demokratis tahun Setelah satu windu, apakah demokrasi kita semakin matang, semakin diterima sebagai sistem pemerintahan terbaik dibanding sistem manapun yang pernah ada dalam sejarah, dan oleh karena itu mendapatkan dukungan dan legitimasi luas dari masyarakat? Dengan kata lain, sejauh mana demokrasi kita terkonsolidasi? Demokrasi kita terkonsolidasi apabila ia mendapatkan legitimasi yang luas dan kuat dari warga sehingga sangat kecil kemungkinannya ia akan ambruk. (Diamond, 1996: 238). Dengan kata lain, Demokrasi terkonsolidasi ketika ia menjadi satu-satunya aturan main, dan ketika tak seorang pun dapat membayangkan untuk bertindak di luar sistem demokrasi; ketika kelompok yang mengalami kekalahan menggunakan aturan yang sama [demokrasi] untuk membalas kekalahannya... (Prezeworski 1991: 26). Adanya legitimasi yang kuat dari warga, atau adanya penerimaan sebagai satusatunya aturan main dalam membangun dan melaksanakan pemerintahan tersebut ditandai oleh tidak signifikannya perilaku menentang demokrasi dari kekuatan-kekuatan yang ada, tumbuhnya keyakinan yang luas di masyarakat bahwa demokrasi adalah sistem politik terbaik, dan berfungsinya negara secara efektif dalam penegakan hukum. Konsolidasi demokrasi sebagaimana terlihat dari sikap dukungan yang luas dari masyarakat terhadap demokrasi banyak ditentukan oleh kinerja demokrasi itu sendiri, misalnya apakah masyarakat merasakan puas dengan pelaksanaan demokrasi atau tidak. (Fuchs, Guidorossi, dan Svensson, 1995; cf. Norris, 1999). Kepuasan ini terkait dengan kinerja pemerintahan demokrasi itu sendiri, yakni bagaimana masyarakat menilai kinerja pemerintah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Masalah yang dihadapi masyarakat terutama terkait dengan kinerja ekonomi secara nasional. Secara umum kinerja ekonomi nasional yang baik membuat demokrasi stabil dan terkonsolidasi (Prezeworski et al, 2000; Wheaterford, 1990; Dutt dan Kornberg 1994). Seperti akan dikemukakan di bawah bahwa dukungan terhadap demokrasi sebagai sistem politik terbaik bagi bangsa kita sudah cukup baik, tapi tidak cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa demokrasi kita telah terkonsolidasi. Di negara-negara demokrasi, pandangan positif warga terhadap demokrasi bisanya lebih dari 84%. Kita dalam satu windu ini baru mencapai rata-rata sekitar 72%. Di samping itu masih cukup besar di antara anggota masyarakat kita yang toleran terhadap keterlibatan tentara aktif dalam politik praktis, misalnya menjadi pemimpin nasional. Di negara-negara demokrasi yang terkonsolidasi tingkat toleransi terhadap kepemepimpinan militer dalam politik ini tidak lebih dari 10%. Di negara kita dalam satu windu terakhir ini toleransi terhadap kepemimpinan tentara aktif masih sekitar 30%. 1
3 Masih belum optimalnya sentimen positif terhadap demokrasi terkait dengan penilaian masyarakat bahwa demokrasi kita belum berjalan sebagaimana diharapkan. Masih besar di antara warga yang merasa tidak puas dengan kinerja demokrasi kita. Keadaan ini terkait kuat dengan kinerja pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini, terutama dalam masalah ekonomi. Penilian negatif atas kinerja pemerintah berdampak pada penilian negatif atas kinerja demokrasi, dan pada akhirnya tidak memberikan dukungan terhadap ide bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik, dan cenderung toleran terhadap kepemimpinan tentara aktif dalam politik nasional. Karena itu konsolidasi demokrasi kita akan banyak tergantung pada kinerja pemerintah demokrasi sekarang. Lambannya pemulihan ekonomi bisa menjadi sumber negatif sangat serius bagi nasib demokrasi kita ke depan. Sejumlah hipotesis tentang konsulidasi demokrasi ; Demokrasi terkonsulidasi bila: Mendapatkan legitimasi yang luas dan kuat dari warga sehingga sangat kecil kemungkinannya ia akan amruk (Diamond 1996) Menjadi satu-satunya aturan main, dan ketika tak seorang pun dapat membayangkan untuk bertindak di luar sistem demokrasi; Ketika kelompok yang mengalami kekalahan menggunakan aturan yang sama [demokrasi] untuk membalas kekalahannya. Pada tingkat perilaku, tidak ada kekuatan signifikan di dalam sebuah negara yang menentang demokrasi. Pada tingkat sikap, demokrasi diterima secara luas di masyarakat sebagai sistem politik terbaik. Secara konstitusional, semua kekuatan menjadi hamba hukum, atau setiap konflik diselesaikan lewat proses hukum. Parameter konsolidasi demokrasi (Linz and Stepan 1996): 1. Pada tingkat perilaku, tidak ada kekuatan signifikan di dalam sebuah negara yang menentang demokrasi. 2. Tidak signifikannya kekuatan yang mentoleransi kepemimpinan politik tentara. 3. Pada tingkat sikap, demokrasi diterima secara luas di masyarakat sebagai sistem politik terbaik. 4. Secara konstitusional, semua kekuatan menjadi hamba hukum, atau setiap konflik diselesaikan lewat proses hukum. Sumber Data: Serangkaian Survei Opini Publik secara nasional, dari tahun 1999 (Liddle dan Mujani), (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat), dan
4 (Lembaga Survei Indonesia, LSI). Jumlah setiap sampel nasional bervariasi, antara 1200 hingga 2400 Untuk perbadingan dengan negara-negara lain digunakan data dari World Value Survey
5 Demokrasi sebagai sistem terbaik Yang akan dipaparkan di sini adalah konsolidasi demokrasi yang dicermati dari sikap warga terhadap demokrasi, seberapa luas warga yakin bahwa demokrasi adalah sistem politik terbaik. Bersamaan dengan itu sejauh mana warga menolak kepemimpian tentara aktif dalam politik nasional (Klingemann 1999; World Value Survey). Grafik 1. Setuju bahwa demokrasi adalah sistem politik terbaik untuk negara kita (%) Kalau diambil angka rata-rata dalam satu windu reformasi kita, dukungan terhadap pandangan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik mencapai sekitar 72%. Di negara-negara demokrasi yang sudah mapan, proporsi dukungan terhadap demokrasi sebagai sistem terbaik rata-rata sekitar 84% (Klingemann 1999). Proporsi Indonesia tersebut di bawah banyak negara demokrasi seperti Jerman (93%), USA (88%), Jepang (88%), Korea Selatan (84%), atau Afrika Selatan (85%) pada tahun 90-an (Klingemann 1999). Posisi Indonesia dekat dengan Negara-negara seperti Meksiko (71%) dan Filipina (72%) pada kurun waktu yang sama. Dengan kata lain, tingkat konsolidasi demokrasi kita belum kuat, meskipun tidak terlalu jelek. Ia setingkat dengan Filipina yang kita tahu demokrasinya kurang stabil. 4
6 Grafik 2. Demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik (%): Indonesia, sejumlah demokrasi lain, dan rata-rata demokrasi di Dunia Dunia 84 Jerman 93 USA Jepang Korea S Afsel Meksiko Filipina Indonesia Sumber: Indonesia: proporsi rata-rata dari lima survei; selainnya: World Value Survey data set, dan Klingemann (1999). Dalam konteks studi demokrasi, dukungan publik atas keterlibatan tentara aktif dalam politik merupakan indikator penting lain dari belum kuatnya demokrasi di sebuah negara. Dalam survei opini publik, konsep dukungan keterlibatan tentara dalam politik praktis bisa diukur dengan sebuah pertanyaan umum, apakah setuju atau tidak setuju kalau negara ini dipimpin oleh seorang tentara aktif. Secara umum, masyarakat kita menolak keterlibatan tentara aktif dalam politik praktis. Sentimen ini fluktuatif dari tahun ke tahun. Namun demikian, masih cukup banyak (rata-rata sekitar 27% dalam enam tahun terakhir) yang membenarkan keterlibatan tentara aktif dalam politik praktis, misalnya menjadi kepala negara, anggota DPR, gubernur, atau bupati/wali kota. Ke depan, angka ini harus semakin kecil. Di negara-negara demokrasi yang sudah mapan, dukungan atas keterlibatan tentara dalam politik praktis di bawah 10%. Di Jerman misalnya, toleransi terhadap keterlibatan tentara dalam politik hanya 1%, di Amerika 7%, di Korea Selatan 4%, di Argentina 14%, dan di Turki 26%. 5
7 Grafik 3. Sebaiknya Indonesia dipimpin oleh tentara aktif/belum pensiun...(%) Angka Indonesia berada pada negara-negara demokrasi baru yang belum stabil seperti Turki, dan masih terbuka terhadap kemungkinan kudeta oleh tentara seperti halnya yang terjadi berkali-kali di Turki. Artinya, kekuatan resistensi opini publik yang belum mantap terhadap keterlibatan tentara dalam politik bisa memberikan peluang bagi kembalinya tentara di arena polititik bila faktor-faktor penting lain mendukung, terutama kegagalan pemulihan ekonomi dan meluasnya protes massa. Kasus ini terlihat dengan jelas dalam kasus Pakistan, yang tingkat toleransinya terhadap keterlibatan tentara dalam politik praktis terbilang tinggi (40%), dan jendral sering keluar-masuk politik praktis di negeri tersebut Grafik 4. Sebaiknya negara dipimpin oleh tentara aktif...(%) sumber: World Value Survei 90-an USA Inggris Jerman Jepang Korea Argentina Turki Pakistan Indonesia 6
8 Kepuasan terhadap Praktek Demokrasi Apa yang mempengaruhi dukungan atau penolakan terhadap demokrasi sebagai sistem politik terbaik? Salah satu jawaban terhadap masalah itu adalah tingkat kepuasan public terhadap praktek demokrasi di sebuah Negara. Kalau masih ada warga kita yang tidak memandang demokrasi sebagai system terbaik, dan masih toleran terhadap keterlibatan tentara dalam politik seperti di atas, hal itu terkait dengan belum puasnya warga terhadap pelaksanaan demokrasi di Negara kita. Dengan kata lain, konsolidasi demokrasi kita tergantung pada bagaimana demokrasi dipraktekan. Bila dinilai buruk dalam praktek, maka warga juga cenderung menilai demokrasi sebagai system yang buruk sehingga dukungan terhadapnya lemah. (Mishler dan Rose 1999). Grafik 5. Puas dengan pelaksanaan demokrasi (%) Masyarakat ditanya seberapa puas dengan pelaksanaan demokrasi di Negara kita? Yang menyakatakan puas menunjukan indikasi kemajuan. Sebelum pemilihan umum 2004 yang menyatakan puas masih di bawah 50%. Setelah itu selalu di atas 50%. Ini indikasi yang positif dari konsolidasi demokrasi kita. Tapi masih besar yang menyatakan belum puas. Dalam enam tahun terakhir yang puas rata-rata sekitar 51%. Selebihnya belum puas. Ketidakpuasan yang masih besar ini bisa menjadi sumber psikopolitik bagi tumbuhnya toleransi terhadap sistem politik non-demokrasi. Hubungan antara kepuasan terhadap praktek demokrasi dan legitimasi terhadap demokrasi signifikan (Grafik 6). Ini mengindikasikan bahwa bila warga semakin puas dengan praktek demokrasi maka ia semakin yakin bahwa demokrasi memang sistem politik terbaik, dan demokrasi menjadi semakin terkonsolidasi. Sebaliknya, bila warga semakin tidak puas dengan praktek demokrasi maka dukungan terhadap demokrasi menjadi semakin lemah, dan berakibat semakin tidak terkonsolidasinya demokrasi kita. 7
9 Grafik 6. Korelasi praktek dan konsolidasi demokrasi (r =.15; P<.001) Konsolidasi Praktek Kinerja lembaga-lembaga demokrasi Tingkat kepuasan terhadap praktek demokrasi yang berkaitan dengan konsolidasi demokrasi terkait dengan kinerja lembaga-lembaga demokrasi itu sendiri seperti partai politik, DPR, dan Presiden. 1 Data dari serangkaian survei opini publik nasional menunjukan bahwa evaluasi terhadap kinerja lembaga-lembaga demokrasi ini berhubungan dengan kepuasan publik atas kinerja demokrasi. Semakin positif penilaian publik terhadap lembagalembaga demokrasi maka semakin puas publik terhadap praktek demokrasi. Sebaliknya semakin buruk penilian terhadap kinerja lembaga-lembaga tersebut maka semakin kuat rasa tidak puas publik terhadap praktek demokrasi. Lembaga-lembaga demokrasi seperti partai politik, DPR, dan Presiden bertanggung jawab terhadap pembentukan kesadaran publik tentang baik-buruknya atau puas-tidak pusanya mereka terhadap praktek demokrasi. Grafik 7. Korelasi antara kinerja lembaga-lembaga demokrasi dan kepuasan publik atas pelaksanaan demokrasi secara umum (r =.32; P<.001) 1 Tentu saja lembaga-lembaga demokrasi tidak terbatas pada tujuh Lembaga tersebut. Termasuk juga ke dalamnya adalah organisasi-organisasi kepentingan dan voluntary association, DPD, dll. Dalam survei 2006, ditanya: Bagaimana menurut ibu/bapak kerja lembaga-lembaga pemerintah berikut selama ini? Apakah sangat baik, baik, buruk, atau sangat buruk? Lembaga-lembaga tersebut adalah partai politik, DPR, presiden, polisi, tentara, kejaksaan, dan kehakiman. Skor total dari 7 lembaga ini membentuk indeks kinerja Lembaga-lembaga demokrasi, dari 1 sampai 5. Yang menjawab tidak tahu diberi skor 3, yang berarti netral atau tidak bersikap. 8
10 Praktek demokrasi Lembaga demokrasi Berakar dalam masalah ekonomi nasional Evaluasi positif atau negatif terhadap kinerja lembaga-lembaga demokrasi seperti partai, DPR, atau presiden dipercaya berakar dalam evaluasi publik atas kinerja ekonomi nasional, yakni apakah keadaan ekonomi nasional tahun ini menjadi lebih baik, lebih buruk, atau sama saja, dibanding tahun lalu. Bila keadaan ekonomi nasional dirasakan lebih baik, maka pada gilirannya lembaga-lembaga demokrasi seperti partai, DPR, dan Presiden juga dinilai beerkinerja baik, dan kemudian muncul rasa puas di masyarakat bagaimana demokrasi kita dipraktekan. Pada akhirnya publik menjadi semakin yakin bahwa demokrasi memang sistem politik terbaik. Masalahnya, sejak otoritarianisme Suharto tumbang umumnya masyarakat tidak pernah merasa bahwa keadaan ekonomi sekarang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu sekitar satu windu, rata-rata anggota masyarakat yang merasakan bahwa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih baik dari tahun sebelumnya hanya sekitar 24%. Sejak tahun 1999 hingga sekarang memang ada perbaikan, misalnya dari 7% pada tahun 1999 menjadi 28% pada tahun Pernah mencapai perbaikan tertinggi pada tahun 2004 ketika masa pemilihan umum. 2 Tapi tidak melampuai 35%. Siapapun pemimpin nasionalnya dalam 8 tahun terakhir, publik pada umumnya tidak merasakan bahwa keadaan ekonomi nasional menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Persoalan ekonomi ini merupakan persolan lintas kepemimpinan nasional, dan seperti akan ditunjukan di bawah bahwa masalah ekonomi ini berhubungan secara berarti dengan kinerja lembaga-lembaga demokrasi, kepuasan publik atas praktek demokrasi, dan dukungan terhadap keyakinan bahwa demokrasi merupakan sistem politik terbaik. 2 Dalam survei 1999, 2001, dan 2002, pertanyaannya sedikit berbeda dengan pertanyaan yang digunakan dalam survei sejak tahun Sebelumnya ditanyakan, apakah keadaan ekonomi nasional sekarang lebih baik atau lebih buruk disbanding keadaan ekonomi nasional sebelum krisis ekonomi tahun 1997? Kemudian pertanyaannya berubah, apakah keadaan ekonomi nasional tahun ini lebih baik atau lebih buruk disbanding tahun lalu? 9
11 Grafik 8. Keadaan ekonomi nasional sekarang lebih baik dibanding tahun sebelumnya (%) Grafik 9 mennunjukan bahwa evaluasi terhadap kondisi ekonomi nasional berhubungan secara berarti dengan evaluasi terhadap lembaga-lembaga demokrasi, dan juga secara langsung dengan evaluasi atas praktek demokrasi secara umum. Warga yang merasa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih baik cenderung juga menilai bahwa lembaga-lembaga demokrasi berkinerja baik, dan juga cenderung lebih positif dalam menilai praktek demokrasi kita. Pola hubungan seperti itu mengindikasikan bahwa lambatnya pemulihan ekonomi bisa berdampak negatif terhadap kepuasan publik terhadap praktek demokrasi di negara kita, dan pada akhirnya masyarakat semakin tidak yakin bahwa demokrasi merupakan sistem terbaik atau paling pas untuk negara kita. Dengan kata lain, legitimasi atas dan konsolidasi demokrasi kita potensial terancam oleh lambannya pemulihan ekonomi nasional. Grafik 9. Hubungan antara kinerja ekonomi nasional dan kinerja lembaga-lembaga demokrasi (r = 18; P<.001) Kinerja lembaga demokrasi Keadaan ekonomi nasional
12 Kesimpulan Pola hubungan antara kinerja ekonomi nasional dan kinerja lembaga-lembaga demokrasi tersebut bersifat konsisten dan penting (dalam analisis multivariat) lepas dari perbedaan tingkat sosial-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dll.) maupun faktor demografis (agama, daerah, kelompok etnik, umur, maupun perbedaan jender). Pola hubungan antara faktor untuk memperkuat atau memperlemah konsolidasi kita dapat diringkaskan dalam path-analysis di bawah. Analisis ini menunjukan bahwa demokrasi kita bisa terselamatkan, atau terancam keberlangsungannya, tergantung pada kinerja lembaga-lembaga demokrasi, terutama presiden, DPR, dan partai politik, dan kinerja lembaga-lembaga ini di mata publik tergantung pada seberapa baik kekuatan kolektif mereka untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Path-Analysis Model ekonomi-politik konsolidasi demokrasi (standardized regression coefficients; semua signifikan pada P<.001) EN KPD KD LD KD = Konsolidasi demokrasi KPD = Kepuasan atas pelaksanaan/praktek demokrasi LD = Evaluasi atas kinerja lembaga-lembaga demokrasi EN = Keadaan ekonomi nasional 11
Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007
Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007 Ihtisar temuan Otonomi daerah sudah menggelinding berbarengan dengan reformasi.
Lebih terperinciSYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI
l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi
Lebih terperinciAMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)
AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK TEMUAN SURVEI JULI 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id IHTISAR TEMUAN Pada umumnya publik menilai bahwa
Lebih terperinciJl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:
WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup
Lebih terperinciPROSPEK ISLAM POLITIK
PROSPEK ISLAM POLITIK LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, Oktober 2006 www.lsi.or.id Konseptualisasi Prospek Islam politik Prospek Islam politik adalah kemungkinan menguat atau melemahnya Islam yang
Lebih terperinciKonsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Kualitas Pelaksanaan Pemilu dan Konsolidasi Demokrasi Sebuah Evaluasi Pemilih Lembaga Survei Indonesia (LSI) Juli 2009 Latar Belakang Dalam tahun 2009 ini ada dua peristiwa politik lima tahunan paling
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciproses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciPelajaran dari Kasus Pansus Bank Century
INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI: Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng Jakarta Pusat 10310, Indonesia Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciEvaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI) www.lsi.or.id Ihtisar Sudah hampir dua tahun masyarakat Indonesia memilih partai politik
Lebih terperinciTujuan, Metodologi, dan Rekan Survei
Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk
Lebih terperinciPemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49
Pada 21 Agustus 2014 Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak seluruh permohonan dan gugatan pihak Prabowo-Hatta, baik gugatan mengenai rekapitulasi suara oleh KPU maupun gugatan menyangkut pelanggaran pelaksanaan
Lebih terperinciISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)
ISLAM DAN KEBANGSAAN Temuan Survey Nasional Jajat Burhanudin Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta 2007 METODOLOGI SURVEI Wilayah: Nasional Metode: multi-stage random sampling Jumlah
Lebih terperinciKECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 2008
KECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 28 SEBUAH EVALUASI PUBLIK Oleh : Saiful Mujani Lembaga Survei Indonesia (LSI) Februari 28 Latar belakang Pemilu prsesiden dan anggota legislatif akan dilakukan tahun
Lebih terperinciDUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN
DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN Temuan Survei Nasional Juli 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id Tujuan Survei Mendekatkan desain institusional, UU dan UUD, dengan aspirasi publik agar
Lebih terperinciREFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI
REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI Dampak Kerja 17 Tahun Institusi Demokrasi Temuan Survei 23-31 Maret 2015 P E N DA H U LUA N 2 Dalam praktek dan perkembangannya,
Lebih terperinciSurvei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia
Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni
Lebih terperinciDemokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia
Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut
Lebih terperinciPRESIDEN SBY, MAN OF THE YEAR 2006 BIDANG POLITIK
PRESIDEN SBY, MAN OF THE YEAR 2006 BIDANG POLITIK Survei yang memberi harapan Prof. Dr. Sofian Effendi Menjelang berakhirnya tahun 2006, kondisi bangsa sudah menunjukkan sedikit kemajuan dibeberapa bidang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.
BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini
Lebih terperinciBAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH
BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara
Lebih terperinciRASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA
RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA Temuan Survei 23-29 Mei 2007 Urban Poor Consortium (UPC) & Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta Tujuan Survei Mengetahui evaluasi warga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciKelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Peran BAB II LANDASAN TEORI Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
Lebih terperinciPERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA
PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira
Lebih terperinciRefleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik 2006-2007 Evaluasi Publik Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 28 Desember 2006 Ihtisar Temuan Secara umum terjadi peningkatan kepuasan publik atas kinerja
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK Oleh Dr. H. Mahi M. Hikmat,M.Si. mmhikmat@yahoo.co.id Perpektif Kebijakan Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang dilaksanakan pada pertengahan Februari 2017, dilakukan jajak
Lebih terperinciKEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI
KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI TEMUAN SURVEI: 8-17 Desember 2011 Jl. Lembang Terusan D 57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email:
Lebih terperinciMAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciLEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL
KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi
Lebih terperinciTiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih
Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih Lembaga Survei Indonesia (LSI) 15-24 Maret 2007 www.lsi.or.id Ihtisar Temuan Representasi kepentingan, aspirasi, atau harapan pemilih oleh
Lebih terperinciCaroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Caroline Paskarina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Pemilu itu Apa? Secara prosedural, pemilu adalah mekanisme untuk melakukan seleksi dan rotasi kepemimpinan politik Secara
Lebih terperinciDARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI
Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department
Lebih terperinciPeranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH
Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan
Lebih terperinciBUREAUCRATIC-PROMINENT POLITICAL REGIMES. Lina Miftahul Jannah
BUREAUCRATIC-PROMINENT POLITICAL REGIMES Lina Miftahul Jannah Sistem Politik-Birokrasi di Negara Berkembang Birokrasi militer-sipil memegang posisi kunci dalam penentuan kebijakan Elit (tradisional) dalam
Lebih terperinciPENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1
PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,
BAB IV KESIMPULAN Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional, khususnya dalam pembangunan negara-negara berkembang melalui pemberian ODA. Kebijakan ODA Jepang ini sangat
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciFISIP IP UNJANI CIMAHI 2017 MILITER DAN POLITIK DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP IP UNJANI CIMAHI 2017 MATA KULIAH HUBUNGAN SIPIL MILITER MILITER DAN POLITIK DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI PERTEMUAN IV Relasi Militer & Politik Alasan Militer Berpolitik Sejarah Militer
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007
Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Setelah analisa selama bertahun-tahun yang dilakukan Transparency International (TI) dan lembaga lain, tidak diragukan lagi efek buruk korupsi terhadap
Lebih terperinciDi sisi lain, penulis juga hendak bercerita tentang perjuangan mengungkap keadilan. Kendatipun tradisi impunitas telah menjadi borok dalam kehidupan
Bab 5 Kesimpulan Persidangan Rios Montt merupakan pars pro toto dari dinamika perlawanan terhadap impunitas di Guatemala. Kasus ini memilliki potensi yang besar untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciPERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara)
PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara) Oleh: BAHARUDDIN ARITONANG Anggota DPR dan BP MPR (Periode Tahun 1999 2004). Kini anggota BPK ABSTRAK Usai iklan Komisi Yudisial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berorganisasi faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 88 TAHUN 2000 TENTANG KEADAAN DARURAT SIPIL DI PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pemimpin menurut Kartono (2006) ialah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang, sehingga dia mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transformasi sistem pemerintahan dari sentralisasi ke dalam desentralisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi sistem pemerintahan dari sentralisasi ke dalam desentralisasi mengubah hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sejalan dengan pemberlakuan
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciPenyelenggara Pemilu Harus Independen
Penyelenggara Pemilu Harus Independen SALAH satu hasil studi banding Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR ke Meksiko dan Jerman ialah keinginan sejumlah anggota untuk menempatkan anggota partai sebagai
Lebih terperinciDemokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka
Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,
Lebih terperinciLEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD
LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD SEBUAH EVALUASI PUBLIK TEMUAN SURVEI 2007 DAN 2008 Wisma Tugu Wahid Hasyim Lt 1-2 Jl. Wahid Hasyim 100 Jakarta 10340, Telp. (021) 3156373, Fax (021)
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian dunia yang terjadi pada beberapa periode terakhir turut mewarnai perkembangan dan aktivitas bisnis dalam negeri baik secara langsung dan tidak
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.
BAB VII PENUTUP 7.1. KESIMPULAN 1. Pembubaran partai politik pada setiap periode diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali pada masa Orde Baru yang tidak mengenal pembubaran partai politik.
Lebih terperinciPengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada I. PEMOHON 1. Imran, SH. (Pemohon I); 2. H. Muklisin, S.Pd. (Pemohon II); Secara bersama-sama disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciKapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.
Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini. Mungkin hanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menentang kedatangan Presiden Barack Obama
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMeskipun investor secara historis dimasukkan unsur penilaian risiko geopolitik di pasar negara
Rabu 19 September 2012 09:27 - Risiko politik - mulai dari intervensi politisi kerusuhan sipil dan perang - merupakan pengaruh yang berkembang pada investasi di pasar negara maju dan salah satu yang kemungkinan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG LANGKAH-LANGKAH KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENYELESAIAN MASALAH ACEH
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG LANGKAH-LANGKAH KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENYELESAIAN MASALAH ACEH PRESIDEN REPUBPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Propinsi Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang mempunyai peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun lembaga polisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsifungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga merupakan wadah partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:
Lebih terperinciInpres No. 1 Tahun 2002 Tentang Peningkatan Langkah Komprehensif Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Masalah Aceh
Inpres No. 1 Tahun 2002 Tentang Peningkatan Langkah Komprehensif Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Masalah Aceh Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa saat ini masih terdapat dua permasalahan
Lebih terperinciPilkada Langsung; Entry Point Dalam Menuju Good Governance
Pilkada Langsung; Entry Point Dalam Menuju Good Governance Akhir-akhir ini gaung reformasi dan atau demokrasi mulai ditabuh lagi dalam tataran strategis. Salah satu bentuknya adalah akan dilaksanakannya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai peranan yang besar dalam menunjang pembangunan nasional. Agar dapat berperan dalam pembangunan, maka diperlukan suatu manajemen yang baik
Lebih terperinciDalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun
Konferensi Pers SETARA Institute Temuan Pokok Riset tentang Pemetaan Implikasi Politik Eksekusi Mati pada Hubungan Internasional Indonesia Jakarta, April 2015-04- Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG LANGKAH-LANGKAH KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENYELESAIAN MASALAH ACEH
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG LANGKAH-LANGKAH KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENYELESAIAN MASALAH ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa Provinsi Nanggroe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK (Laporan Penelitian Individu 2016) Oleh Hariyadi BIDANG EKONOMI DAN
Lebih terperinciDEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI
3 DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI Demokrasi adalah gagasan yang berkembang dalam dunia politik dianut sebagai sitem politik di sebagian besar negara di dunia. Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan
Lebih terperinciMENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA
MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
Lebih terperinciBRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami
BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami Temuan Survei Nasional, Survei NADa dan Survei Nias Desember2005 Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta Masalah
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint I. PEMOHON Sri Royani II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil
Lebih terperinciRangkaian Kolom Kluster I, 2012
Beratus-ratus tahun yang lalu dalam sistem pemerintahan monarki para raja atau ratu memiliki semua kekuasaan absolut, sedangkan hamba sahaya tidak memiliki kuasa apapun. Kedudukan seorang raja atau ratu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap I. PEMOHON Julkifli, SH. Kuasa Hukum Ahmad Irawan, SH., Dading Kalbuadi, SH., M.Kn.,
Lebih terperinciIndeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013
Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013 Consumer confidence Index (Indeks Kepercayaan Konsumen) merupakan salah satu indikator ekonomi yang mengukur
Lebih terperinciSISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.
SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian sistem Politik 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. 2. Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi adalah sangat dominan, karena merupakan motor penggerak paling utama di dalam suatu organisasi. Dengan demikian
Lebih terperinci