BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan seiring berkembangnya alat-alat teknologi yang telah ada, hidup kita pun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KAMPANYE MENGGUNAKAN EARPHONE YANG AMAN UNTUK MENCEGAH PENYAKIT GPAB (GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING) DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasdianah, Siyoto, dan Peristyowati (2014:69) dalam buku Gizi, Pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi bukan hanya membawa berkah, tetapi juga musibah bagi manusia. Ketersediaan alat bantu elektronik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peluang untuk berkomunikasi dengan pelanggannya. pemasaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam memfasilitasi proses

BAB I PENDAHULUAN. Data Statistik Negara Pengguna Rokok Terbesar di Dunia

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi berbasis teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurun. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh salah satu dokter spesialis

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan makanan yang beraneka ragam. Terdapat juga nilai negatif apabila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Memelihara hewan peliharaan merupakan kegiatan yang semakin digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis, itulah yang diinginkan oleh orang-orang saat ini. Penggunaan telepon

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan. Salah satu yang telihat jelas adalah perkembangan smartphone.

BAB I PENDAHULUAN. layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seri atau drama yang banyak beredar di pasaran dan bisa ditonton oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan usaha rumah produksi atau biasa disebut dengan production house

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak (TK). Terkadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi nya yang kita kenal sebagai profil perusahaan (company profile /

penyumbang terbesar untuk pertumbuhan ekonomi (Hadi, 2015).Di samping itu, ternyata gaya busana muslim Indonesia kini menjadi trend setter di Asia

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini gaya hidup sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Seperti dilansir pada klik.dokter.com, penggunaan perangkat audio visual juga semakin meningkat dan menjadi tuntutan gaya hidup merupakan salah satu dari dampak kemajuan teknologi tersebut. Earphone merupakan salah satu dari kemajuan teknologi audio dan merupakan alat yang paling sering digunakan untuk mendengarkan musik dari telepon genggam. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2015) memaparkan bahwa pengguna earphone terbanyak didominasi oleh remaja, yakni separuh dari jumlah populasi usia 12-35 tahun yang tinggal di daerah perkotaan. Menurut Deny Buldany seorang psikolog, mendengarkan musik bagi kaum remaja akhir (17-21) secara psikologis sangat dipengaruhi dari lingkungan keluarga, teman, dan sekolahnya adapun mendengarkan musik sebagai salah satu hal yang bisa menenangkan jiwa. WHO menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya penggunaan personal audio device untuk mendengarkan musik dan pola pengaturan volume yang beresiko, timbul dampak yang mengancam pendengaran berupa hilangnya kemampuan pendengaran. Klikdokter.com memaparkan bahwa kebiasaan mendengarkan musik dengan earphone dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan pendengaran bahkan ketulian permanen. Menurut Dr. Andrina Yunita Murni Rambe, penyakit akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama bernama Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB). Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa kasus seperti dilansir oleh JPPN bahwa di Surabaya sudah ditemukan kasus GPAB, adapun penjelasan menurut Dr.Nyilo Purnami SpTHT KL, bahwa kebiasaan tidur dengan earphone atau diluar batas normal ini memicu penurunan kemampuan mendengar secara bertahap. Perlu dipahami, kerusakan fungsi pendengaran akibat suara bising dari 1

mendengarkan musik melalui earphone tidak ada obatnya dan jika didiamkan dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan tuli permanen. Adapun WHO sudah mengkampanyekan GPAB melalui kampanye makes listening safe secara global mengenai resiko suara bising bagi pendengaran, sementara di Indonesia belum ada kampanye serupa khususnya membahas mengenai dampak penggunaan earphone pada remaja. Sementara hasil survey yang dilakukan oleh penulis mengungkapkan bahwa remaja akhir di daerah perkotaan Bandung prevalensi gangguan pendengaran akibat bising pada remaja akhir adalah 61% mendegarkan musik dengan earphone melalui ponsel dalam jangka waktu 2-4 jam dalam sehari. Sementara menurut data terbaru WHO, Dimana seharusnya normal untuk mendengarkan suara dengan volume rata-rata 95db yang jika dihitung paparan jam perhari yakni maksimal 47 menit saja,. Selanjutnya rata-rata mereka tidak mengetahui penyakit GPAB akibat yang ditimbulkan dari memakai earphone adalah sekitar 80%. Hal ini disebabkan tidak ada informasi yang tersedia sehingga kesadaran akan bahaya menggunakan earphone terlalu lama masih minim. Dari paparan fenomena, isu dan peristiwa yang dibahas sebelumnya, serta melihat kurangnya informasi mengenai dampak mendengarkan musik dengan menggunakan earphone pada remaja di Bandung, maka dari itu penulis akan mengangkat permasalahan penggunaan earphone pada remaja untuk dijadikan kampanye. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan beberapa poin rumusan masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Earphone merupakan kemajuan teknologi audio dan alat yang sering digunakan untuk mendengarkan musik dari telepon genggam. 2. Pengguna earphone terbanyak didominasi oleh remaja. 3. Mendengarkan musik dengan volume tinggi yang beresiko, dapat mengancam pendengaran. 4. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa kasus GPAB. 2

5. Remaja akhir di daerah perkotaan Bandung tidak mengetahui dampak dari penggunaan earphone karena informasi tersedia masih minim. 6. Kurangnya pengetahuan mengenai dampak yang ditimbulkan jika mendengarkan musik menggunakan earphone dalam jangka waktu yang lama. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengkampanyekan menggunakan earphone yang aman dikalangan remaja akhir usia 17-21 tahun di kota Bandung? 2. Bagaimana strategi media yang tepat dan efektif untuk kampanye cara yang aman mendengarkan musik melalui earphone untuk GPAB (mencegah penyakit gangguan pendengaran akibat bising)? 1.4. Ruang Lingkup Penulis menetapkan beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Apa Penyakit GPAB yang di sebabkan penggunaan earphone dikalang remaja. 2. Siapa Segmen dari media kampanye ini yaitu kalangan remaja akhir yang berusia17-21 Tahun yang dilihat dari segi demografis, psikografis, dan perilaku konsumen yang tinggal daerah perkotaan khususnya kota Bandung. 3. Mengapa Intensitas waktu mendengarkan musik melalui earphone tidak sesuai dengan standar WHO. 4. Dimana Kampanye ini akan diterapkan di kota Bandung. 5. Bagaimana Melalui kampanye cara yang baik mendengarkan musik melalui earphone dengan media aplikasi mobile. 3

1.5. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui kampanye menggunakan earphone yang aman dikalangan remaja akhir usia 17-21 tahun di kota Bandung 2. Untuk mengetahui strategi media yang tepat dan efektif untuk kampanye cara yang aman mendengarkan musik melalui earphone untuk mencegah penyakit GPAB (gangguan pendengaran akibat bising) 1.6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode Kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), sepertinya penggunaan triangulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama adalah kuisioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuisioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut. (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, 2014:27). 1.6.1. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Studi Literatur Metode berikut merupakan metode yang menggunakan teori-teori pada bukubuku yang mendukung penelitian atau referensi dan situs internet yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan masalah yang diangkat sebagai bagian laporan tugas akhir. Dengan cara mempelajari berbagai sumber dari buku-buku ilmiah kesehatan makanan yang berkaitan dengan GPAB, perilaku konsumen, dan beberapa jurnal penelitian sejenis sebagai data primer yang digunakan. Serta pengamatan fenomena yang terjadi dengan menjadikan situs internet dan artikel majalah sebagai data sekunder. 4

2. Kuisioner (angket) Kuisioner dalam penelitian ini mengambil sample yang disebarkan kepada target sasaran mengenai permasalah yang terjadi di masyarakat yaitu GPAB Berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup/terbuka. Dan diantar langsung oleh peneliti. Sehingga didapat beberapa data pendukung untuk nantinya akan ditemukan solusi yang tepat. 3. Wawancara Mendalam dengan Ahli dan Target Sasaran Wawancara dalam penelitian ini mengutip pendapat para ahli dan wawancara target sasaran mengenai permasalahan yang terjadi di masyarakat yaitu GPAB untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan masyarakat. Sehingga, didapat beberapa data pendukung untuk nantinya akan ditemukan solusi yang tepat. 1.7 Kerangka Berpikir Latar Belakang Kebiasaan mendengarkan musik dengan earphone pada Remaja akhir (17-21 tahun) Rumusan Masalah 1. Bagaimana mengkampanyekan menggunakan earphone yang aman dikalangan remaja akhir usia 17-21 tahun di kota Bandung? 2. Bagaimana strategi media yang tepat dan efektif untuk kampanye cara yang aman mendengarkan musik melalui earphone untuk mencegah penyakit gangguan pendengaran akibat bising GPAB? Teori Yang Digunakan: 1. Teori Kesehatan 2. Teori Psikologi 3. Teori Manajemen Kampanye Metode Penelitian: Kuantitatif.(kuisioner) Kualitatif. (studi literatur, wawancara, analisis) Perancangan strategi media Kampanye menggunakan earphone yang aman untuk mencegah penyakit GPAB di kota Bandung 5

1.8 Pembabakan Sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu Latar Belakang, Masalah Perancangan, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Perancangan, Manfaat Perancangan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II DASAR PEMIKIRAN Bab ini menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang kampanye cara penggunaan earphone yang aman. BAB III DATA DAN ANALISIS DATA Menguraikan data-data yang telah didapatkan dari hasil wawancara dan kuisioner serta menjelaskan hasil analisis dari data yang telah didapatkan dan dengan menggunakan teori yang telah dijabarkan pada Bab II untuk strategi perancangan. BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Bab ini berisikan konsep pesan dari kampanye (ide besar), konsep kreatif (pendekatan), konsep media, konsep visual dan hasil perancangan, mulai dari sketsa hingga penerapan visual pada media. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari data keseluruhan serta saran. 6