BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) (Salma, 2013: 9). Osteoporosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang dan porosis yang berarti penuh rongga-rongga. Osteoporosis adalah kombinasi dari rendahnya massa tulang dan memburuknya jaringan tulang, yang ditandai oleh jaringan tulang yang tipis dan renggang sehingga rapuh dan mudah patah. Kelompok kerja WHO dan mufakat ahli mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur (Salma, 2013: 10). Penyebab utama penyakit osteoporosis dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor genetik dan penuaan. Faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis antara lain jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, dan nutrisi. Terdapat juga faktor yang berasal dari kebiasaan dan pola hidup masyarakat yang dapat mempercepat laju kehilangan massa tulang seperti kurang dan kelebihan olahraga, merokok, dan minum alkohol. Pola hidup dan kebiasaan di masa muda adalah faktor yang mempengaruhi resiko osteoporosis. Remaja yang pasif tidak bisa menabung massa tulang untuk usia tuanya, dimana pembentukan massa tulang lebih rendah dari pengerusakannnya (Dr. Lukman Shebubakar dalam wawancara penulis, tahun 2014). Menurut Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) pada tahun 2007, osteoporosis pada perempuan Indonesia diatas 50 tahun sebesar 32,3%, sedangkan pada laki-laki sebesar 28,8% yang berarti ada sekitar juta orang Indonesia yang menderita osteoporosis, namun sebagian besar penderitanya tidak menyadari karena rendahnya kesadaran atas penyakit ini (Salma,2013: 12). Dalam penelitian oleh beberapa ahli tulang dunia, penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease atau penyakit yang menyerang secara diam-diam, karena itu banyak orang tidak sadar bahwa mereka mengidap penyakit ini. Sebagai data acuan, Health Technology Assesment (HTA) 2005 mengungkapkan bahwa di 1

2 Indonesia pada tahun 2000 ditemukan kasus osteoporosis sebanyak kasus yang membutuhkan biaya pengobatan sekitar Rp 24 triliun. Diperkirakan pada tahun 2020 nanti, kasus osteoporosis di Indonesia mencapai kasus yang membutuhkan biaya pengobatan sekitar Rp 34 triliun (Salma, 2013: 13). Menurut data dari Kemnakertrans periode Februari 2011, diperkirakan sekitar perempuan usia tahun dari orang dan perempuan usia tahun dari orang di Bandung beresiko osteoporosis (Dalam jurnal Fonterra, Anlene Scan The Nation Hadir di Bandung Yakin Tulang Anda Bebas Osteoporosis?, 2011: 2). Data ini menunjukan pentingnya warga Bandung, melakukan upaya pencegahan osteoporosis. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pemeliharaan tulang dan kesadaran mengenai osteoporosis mengakibatkan tingginya tingkat penderita penyakit ini di Indonesia. Osteoporosis menjadi salah satu gangguan tulang yang umum terjadi di Indonesia. Gambaran umum perilaku remaja di masa sekarang cenderung mengabaikan hal-hal kecil yang ternyata dapat berdampak pada resiko osteoporosis seperti terlalu lama duduk di depan komputer atau kafe. Padahal, masa remaja merupakan masa dimana seseorang dapat menabung massa tulang yang berguna sebagai pencegahan osteoporosis diusia tua. Efek yang ditimbulkan dari kebiasaan dan pola hidup remaja yang cenderung merusak kesehatan tersebut adalah pemicu resiko osteoporosis di usia tua menjadi lebih awal dan lebih cepat. Bahkan menurut Data International Osteoporosis Foundation tahun 2009, di kawasan Asia sekitar 25% dari penduduk usia 25 tahun sudah terkena penyakit tersebut (Salma, 2013: 11). Tulang yang sudah menipis oleh osteoporosis tidak dapat dipulihkan seperti sedia kala. Namun, kita dapat menahan laju pengrusakannya dan mencegah konsekuensinya yang paling berbahaya yaitu patah tulang. Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu memenuhi kebutuhan kalsium harian, menerapkan gaya hidup yang memperkecil peluang patah tulang, berhenti merokok, minum alkohol dan minuman berkarbonasi, dan berolahraga untuk meningkatkan kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas tubuh. Dengan kemajuan teknologi kedokteran, kini tersedia obatobatan yang dapat digunakan untuk mengobati osteoporosis. Obat-obatan tersebut 2

3 bekerja dengan memperlambat laju kehilangan tulang dan meningkatkan massa tulang yang memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya patah tulang. Namun pengobatannya memakan waktu yang lama yaitu 5-7 tahun. Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, penulis merencanakan perancangan animasi sebagai media pembelajaran kepada masyarakat khususnya remaja mengenai pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak dini untuk mencegah resiko osteoporosis ketika memasuki usia tua sehingga dapat timbul kesadaran akan perilaku dan kebiasaan remaja yang ternyata berpotensi menyebabkan osteoporosis dimana penyakit ini akan membahayakan dan mengancam masa depan mereka. Animasi tentang osteoporosis sudah ada dan pernah dipublikasikan melalui sosial media dan Youtube seperti yang dikeluarkan oleh Biology / Medicine Animations dan animasi medis lainnya, namun yang menjadi khalayak sasaran dari media tersebut adalah orang dewasa. Karena itu, penulis merencanakan perancangan animasi sebagai media pembelajaran tentang osteoporosis yang memiliki segmentasi remaja. Dengan dibuatnya animasi ini diharapkan dapat merubah pola hidup remaja dan kebiasaan yang tidak sehat menjadi teratur melalui materi dan pendekatan visual yang tepat. 1.2 Masalah Perancangan Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Kesadaran masyarakat khususnya remaja akan kebiasaan dan perilakunya yang memicu resiko osteoporosis masih rendah sehingga diprediksi meningkatkan jumlah penderita penyakit ini. 2. Minimnya media pembelajaran terencana yang sesuai tentang upaya penyadaran masyarakat khususnya remaja akhir melalui video animasi pembelajaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak dini untuk mencegah resiko osteoporosis ketika memasuki usia tua. 3

4 1.2.2 Batasan Masalah Dari Identifikasi masalah diatas penulis membatasi pembahasan tentang osteoporosis hanya sebatas pengamatan terhadap pola hidup remaja yang memicu resiko osteoporosis dan pembatasan terhadap konten animasi pembelajaran yang sesuai dengan remaja tentang pencegahan osteoporosis Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimana perancangan animasi sebagai media pembelajaran yang sesuai dan dapat diterima sehingga memberi kesadaran pada masyarakat khususnya remaja mengenai perilaku dan kebiasaan yang memicu resiko osteoporosis ketika memasuki usia tua? 2. Bagaimana merancang konten dari animasi tentang pencegahan osteoporosis yang sesuai bagi kalangan remaja? 1.3 Ruang Lingkup Supaya pembahasan ini dapat fokus dan terbatas, maka penulis menyertakan ruang lingkup masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah ruang lingkup penelitian ini: 1. Apa Rancangan berupa animasi sebagai media pembelajaran tentang kebiasaan dan pola hidup remaja yang cenderung mengakibatkan terjadinya osteoporosis diusia tua serta upaya pencegahannya. 2. Siapa Animasi ini ditujukan untuk remaja usia 18 sampai 21 tahun sebagai upaya pencegahan osteoporosis sejak dini karena pada usia ini rentan terserang osteoporosis dimana penyakit ini dapat menyerang pada usia 25 tahun. Selain itu juga sebagai bentuk antisipasi terhadap osteoporosis yang umumnya terjadi diusia 40 tahun keatas. 3. Dimana Lokasi penelitian terletak di kota Bandung, Jawa Barat karena 4

5 berpotensi memiliki masyarakat dengan resiko osteoporosis yakni 40% perempuan berusia diatas 35 tahun. 4. Mengapa Untuk memberikan wawasan kepada masyarakat kota Bandung khususnya remaja agar lebih perhatian dengan pola hidup yang tidak sehat karena berpotensi memicu resiko osteoporosis kelak diusia tua sehingga dapat mengurangi tingginya angka pengidap osteoporosis di masa depan. 5. Bagaimana Rancangan animasi ini menggunakan teknik animasi 2D dan motion graphic sebagai bentuk pendekatan visual untuk diterapkan pada animasi pembelajaran yang sesuai dengan psikologi remaja usia tahun. 1.4 Tujuan Perancangan 1. Tujuan perancangan ini adalah untuk membuat animasi yang sesuai dan dapat diterima sehingga memberi kesadaran pada masyarakat khususnya remaja mengenai perilaku dan kebiasaan yang memicu resiko osteoporosis ketika memasuki usia tua. 2. Merancang konten animasi tentang pencegahan osteoporosis yang sesuai bagi kalangan remaja. 1.5 Manfaat Perancangan Bagi Akademis Dapat menerapkan ilmu desain komunikasi visual khususnya multimedia ke dalam ruang lingkup kesehatan sehingga memberikan dampak positif kepada bidang keilmuan itu dan diharapkan unsur pesan serta visualnya dapat diterima dan sesuai Bagi Masyarakat Diharapkan animasi ini dapat berfungsi untuk memberikan wawasan mengenai pentingnya menjaga kesehatan tulang kepada masyarakat 5

6 Bandung khususnya remaja sehingga diharapkan dapat memperbaiki pola hidup mereka menjadi lebih sehat Bagi Penulis Menambah wawasan penulis tentang osteoporosis serta mengetahui perilaku dan kebiasaan remaja yang ternyata tidak sesuai dengan pola hidup sehat sehingga penulis dapat menuangkan ilmu desain komunikasi visual ke dalam bidang kesehatan dengan pendekatan yang bersifat persuasif, informatif dan tepat sasaran. 1.6 Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode Penelitian yang digunakan Metode yang digunakan adalah metode kualitatif untuk menjaring data dan menggunakan pendekatan fenomenologi dan unit analisis psikologi kognitif untuk memahami perilaku remaja. Selain itu, ruang lingkup penelitian lebih dibatasi sehingga tujuan penelitian bisa terfokus pada pencegahan osteoporosis (Yanuar Ikbar, 2014 : 64) Prosedur Pengumpulan Data Menurut Creswell (2010: 267) Untuk menjaring data maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode sebagai berikut : a. Dokumentasi Peneliti memperoleh informasi dari artikel, karya ilmiah, dokumen, dan buku sebagai pedoman untuk mendapatkan informasi mengenai osteoporosis yang berguna untuk melengkapi kebutuhan data dalam perancangan. b. Observasi Penelitian dilakukan dengan mengamati gaya dan pola hidup remaja untuk mendapatkan data mengenai kebiasaan mereka. c. Wawancara Memperoleh data dengan cara mewawancarai ahli bedah tulang mengenai gentingnya peristiwa serta prediksinya. 6

7 1.7 Kerangka Berpikir Fenomena Pengaruh pola hidup dan kebiasaan remaja terhadap Osteoporosis Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini. Kebiasaan dan aktivitas yang tidak sehat di masa muda adalah pemicu resiko osteoporosis Tingginya angka penderita osteoporosis di Indonesia. Osteoporosis di Indonesia diprediksi meningkat hingga 90% dari tahun 2000 hingga Fokus Masalah Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya remaja akhir mengenai osteoporosis. Pengumpulan Data Observasi Wawancara Studi Pustaka Analisis Data Target Audience Remaja usia Mahasiswa Studi Perancangan Studi Visual Merancang konten Rancangan Animasi sebagai media Pembelajaran Hipotesa Perancangan animasi sebagai media pembelajaran tentang pemeliharaan kesehatan tulang sejak dini untuk mencegah resiko osteoporosis yang membahas tentang penderita, penyebab, pencegahan dan pengobatan osteoporosis serta pendekatan visual yang sesuai dengan segmentasi remaja. Bagan 1.1 Skema Kerangka Berpikir 7

8 1.8 Pembabakan Berikut adalah sistematika penulisan laporan penelitian ini : 1. Bab I Pendahuluan Berisi latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup. tujuan perancangan, metode pengumpulan dan analisis data, kerangka berpikir, dan pembabakan tentang penyakit osteoporosis yang difokuskan kepada perilaku dan kebiasaan remaja yang cenderung mengakibatkan penyakit itu. 2. Bab II Dasar Pemikiran Berisi teori-teori sebagai landasan dalam mengerjakan perancangan animasi pembelajaran bagi masyarakat Kota Bandung mengenai pemeliharaan kesehatan tulang pada remaja demi mencegah potensi terjadinya osteoporosis diusia tua. 3. Bab III Data dan Analisis Berisi data hasil dari pengumpulan data melalui survei pada masyarakat, wawancara kepada ahli, dan analisis data untuk menghasilkan konsep perancangan 4. Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Berisi konsep tentang upaya penyadaran masyarakat khususnya remaja akan penyakit osteoporosis yang dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan yang tidak sehat di masa muda serta pentingnya memelihara kesehatan tulang untuk antisipasi terhadap resiko penyakit osteoporosis. Selain itu, bab ini menjelaskan konsep animasi pembelajaran dan konsep visual yang sesuai dengan khalayak sasaran. 5. Bab V Penutup Berisi kesimpulan dan saran dari hasil perancangan animasi pembelajaran bagi masyarakat Bandung mengenai penyakit osteoporosis yang dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan yang tidak sehat di masa muda sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada penyakit ini. 8