BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

Perancangan Tata Letak

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Tata Letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #6

Landasan Teori BAB II

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar

SISTEM ALIRAN MATERIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #5 Genap 2015/2106. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL PEMBELAJARAN FROM TO CHART (FTC) TABEL SKALA PRIORITAS (TSP) ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ARD)

ANALISIS ALIRAN MATERIAL PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Widianty (2001), meneliti dengan judul yaitu : Analisa Rencana Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

Systematic Layout Planning

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Industri. Pengantar Teknologi Pertanian Mas ud Effendi, S.TP., MP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3

DAFTAR ISI. 1.2 Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, bidang ekonomi merupakan bidang yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. jasa. Menurut Heizer dan Render (2009:4) manajemen operasi adalah serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK...

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS HASIL

PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan dan integrasi pada aliran komponen-komponen suatu produk untuk

Universitas Bina Nusantara USULAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI PADA PT. ALAM LESTARI UNGGUL UNTUK MENGURANGI BIAYA MATERIAL HANDLING

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PADA LANTAI PRODUKSI UNTUK PERCEPATAN PRODUKSI

PERENCANAAN FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan tata letak fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MACAM/TIPE TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI & POLA ALIRAN PEMINDAHAN BAHAN

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mungkin pasti akan dapat mengungguli perusahaan lain. Apa yang dimiliki

USULAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI PT ITU AIRCON CO. DENGAN METODE GRAPH BASED CONSTRUCTION

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tata letak pabrik merupakan landasan utama dalam pengaturan tata letak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR. Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Ongkos Material Handling (OMH), Process Layout, Tata Letak Fasilitas

PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN SISTEM MANUFAKTUR SELULER PADA PT. SIEMENS INDONESIA

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja adalah masalah yang kerap kali kita jumpai dalam teknik industri. Dalam suatu pabrik, tata letak (layout) dari fasilitas produksi dan area kerja merupakan elemen dasar yang sangat penting dari kelancaran proses produksi. Pengaturan tata letak didalam pabrik merupakan aktivitas yang sangat vital dan sering muncul berbagai macam permasalahan didalamnya. Masalah yang paling utama adalah apakah pengaturan dari semua fasilitas produksi tersebut telah dibuat sebaik-baiknya sehingga bisa mencapai suatu proses produksi yang paling efisien dan bisa mendukung kelangsungan serta kelancaran proses produksi secara optimal. Sesederhana apapun itu, pada saat kita memindahkan suatu barang atau fasilitas untuk mempermudah proses pengerjaan dapat disebut sebagai pengaturan tata letak fasilitas. Tata letak pabrik meruipakan suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi dan dalam beberapa hal akanjuga menjaga kelangsungan hidup

10 atau keberhasila suatu perusahaan. Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat perencanaan tata letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak yang tidak berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Tata letak pabrik atau disebut juga plant layout dapat diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas guna menunjang kelancaran proses produksi. (Sritomo, hal.67). Tata letak tidak hanya digunakan dalam dunia industri saja, tetapi juga dalam airport, rumah sakit, sekolah, bank, dan lain-lain. Dalam pembahasan kali ini, penelitian akan difokuskan pada dunia industri saja, atau dalam kata lain penerapan tata letak fasilitas pada pabrik. Perencanaan tata letak berarti meneliti bagaimana aset-aset dalam suatu pabrik mensuport dalam pencapaian proses produksi dalam pabrik tersebut. Komponen dari sebuah fasilitas terdiri atas sistem fasilitas, tata letak, dan sistem perpindahan. Sistem fasilitas terdiri atas sistem struktural, sistem lingkungan, pencahayaan, kelistrikan, K3, dan sanitasi. Tata letak terdiri atas perlengkapan, mesin, dan perabotan yang ada dalam gedung. Sistem perpindahan terdiri atas peralatan-peralatan yang digunakan dalam perpindahan barang.

11 Pengaturan yang dilakukan adalah pemanfaatan luas area untuk menempatkan mesin-mesin atau fasilitas yang digunakan dalam proses produksi, kemudian dihitung jarak untuk perpindahan material, penyimpanan material dan barang jadi, serta allowance gerak kerja untuk operator atau pekerjanya. Pada umumya, perancangan tata letak fasilitas yang baik amat berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi dari pabrik tersebut. Hal ini dikarenakan suatu pabrik diharuskan dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama tanpa melakukan perubahan terhadap tata letak fasilitas mereka karena perubahan tersebut dapat menimbulkan kerugian yang tidaklah kecil. Tujuan dari perancangan tata letak ini adalah meminimalkan total biaya yang terdisi atas biaya konstruksi, perpindahan material, biaya produksi, perawatan, dan penyimpanan barang. Dengan kata lain, perancangan ini digunakan untuk mengoptimumkan hubungan antara operator, aliran barang, aliran informasi, dan tata cara kerja yang diperlukan untuk menciptakan usaha yang efektif dan efisien. 2.1.2 Pentingnya Tata Letak Dan Pemindahan Bahan Tata letak dan pemindahan bahan berpengaruh paling besar pada produktifitas dan keuntungan dari suatu perusahaan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Selain itu, material handling sangat

12 berpengaruh sebagai 50% penyebab kecelakaan yang terjadi dalam industri dan merupakan 40% dari 80% seluruh biaya operasional. Dalam pelaksanaanya, tata letak dan material handling memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 2.1.3 Tujuan Perancangan Fasilitas Secara garis besar, tujuan utama dari perancangan tata letak adalah mengatur area kerja beserta seluruh fasilitas produksi di dalamnya untuk membentuk proses produksi yang paling ekonomis, aman, nyaman, efektif, dan efisien. Selain itu, perancangan tata letak juga bertujuan untuk mengembangkan material handling yang baik, penggunaan lahan yang efisien, mempermudah perawatan, dan meningkatkan kemudahan dan kenyamanan lingkungan kerja. Terdapat beberapa keuntungan tata letak fasilitas yang baik, yaitu: 1. Menaikkan output produksi Pada umumnya, tat letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja pegawai yang lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil. 2. Mengurangi delay Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiaptiap departemen atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab

13 perancang tata letak fasilitas. Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau delay yang berlebihan yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion) yang menyebabkan proses perpindahan terhambat. 3. Mengurangi jarak perpindahan barang Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai dari bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi, sampai barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang. Mengingat begitu banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa besarnya peranan perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka perancangan tata letak yang baik akan meminimalkan biaya perpindahan barang tersebut. 4. Penghematan pemanfaatan area Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian ruang yang berlabihan. 5. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya. 6. Proses manufaktur yang lebih singkat Dengan memperpendek jarak antar proses produksi dan mengurangi bottle neck, maka waktu yang diperlukan untuk

14 mengerjakan suatu produk akan lebih singkat sehingga total waktu produksi pun dapat dipersingkat. 7. Mengurangi resiko kecelakaan kerja Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di dalamnya. 8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan yang baik, sirkulasi udara yang baik, dsb, maka suasana kerja yang baik akan tercipta sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal ini berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga produktivitas kerja akan terjaga. 9. Mempermudah aktivitas supervisor Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati jalannya proses produksi. (Sumber: Sritomo. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan) 2.1.4 Macam/Tipe Tata Letak Fasilitas Pemilihan dan penetapan alternatif tata letak merupakan sebuah langkah kritis dalam perancangan tata letak fasilitas, karena di sini tata letak yang dipilih bergantung pada aktivitas produksinya.

15 1. Fixed Product Layout Tata letak dengan posisi tetap ini merupakan susunan tata letak yang disusun dekat tempat proses produksi dalam posisi yang tetap. Layout jenis ini tidak dilatakkan dalam suatu pabrik, melainkan di luar dan hanya digunakan untuk satu kali proses produksi saja. Contohnya adalah pembangunan dermaga, gedung, pengaspalan jalan raya, pembangunan jalan layang, dan sebagainya. Setelah proses pengerjaan selesai, semua mesin dan peralatan dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain untuk proses yang baik sama atau tidak tapi di lokasi yang lain. Kelebihan layout ini adalah: Perpindahan material dapat diminimasi. Fleksibel, dapat mangakomodasi perubahan dalam desain produk, campuran produk dan volume produksi. Operasi dan tanggung jawab kontinu pada tim. Kebebasan dari pusat produksi untuk memperbolehkan penjadwalan untuk memperoleh waktu produksi total yang minimum Kekurangan layout ini adalah: Meningkatkan perpindahan tenaga kerja dan peralatan. Dapat terjadi duplikasi peralatan.

16 Membutuhkan tenaga kerja ahli yang lebih banyak. Membutuhkan supervisor umum. Material dan mesin memerlukan area dan biaya yang besar. 2. Product Layout Layout jenis ini seringkali disebut layout garis. Merupakan penyusunan letak fasilitas produksi yang diletakkan berdasarkan urutan proses produksi dari bahan baku sampai barang jadi. Dalam layout ini, manajemen perusahaan harus benar-benar mengetahui proses produksi. Kelebihan layout ini adalah: Karena didasarkan atas urutan proses produksi, didapat lini produksi yang logical dan lancar. Waktu produksi yang singkat. Pada umumnya tidak dibutuhkan keterampilan tinggi untuk operator, karena itu pelatihan yang dibutuhkan lebih sederhana dan tidak mahal. Perencanaan produksi dan sistem kontrol yang sederhana. Penggunaan area lebih sedikit. Kekurangan layout ini adalah: Kerusakan yang terjadi pada satu mesin mengakibatkan satu lini produksi terhenti.

17 Sifatnya yang by product dapat menyebabkan perubahan besar dalam layout. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang paling lambat. Supervisor bersifat umum. 3. Group Layout Group layout digunakan pada saat volume produksi untuk produk individual tidak mencukupi untuk menentukan tata letak produk, tapi dengan mengelompokan produk menjadi logical product families, tata letak produk dapat ditentukan untuk famili tersebut. Kelompok proses dianggap sebagai cells, sedangkan group layout dianggap sebagai layout cellular. Kelebihan layout ini adalah: Mendukung penggunaan peralatan dengan guna yang umum. Jarak perpindahan lebih dekat dan lini aliran lebih lancar daripada layout proses. Utilisasi mesin yang menigkat. Kompromi antara layout produk dan layout proses, dihubungkan dengan keuntungan.

18 Kekurangan layout ini adalah: Dibutuhkan supervisi umum. Dibutuhkan pekerja dengan tingkat keterampilan yang lebih tinggi daripada pekerja pada layout produk. Kompromi antara layout produk dan layout proses, dihubungkan dengan kekurangannya. Tergantung pada keseimbangan aliran material melalui kelompok proses. Jika tidak, dibutuhkan buffer. 4. Process Layout Pengaturan tata letak dengan cara menempatkan segala mesin/peralatan yang memiliki tipe / jenis sama kedalam satu departemen, sebagai contoh : industri manufaktur. Tata letak jenis ini sesuai dengan digunakan pada industri yang sifatnya menerima job order dengan jenis produk yang dibuat bervariasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Kelebihan layout ini adalah: Dapat menghasilkan utilisasi mesin yang lebih baik sehingga mesin yang dibutuhkan lebih sedikit. Fleksibilitas yang tinggi muncul sehubungan dengan alokasi fasilitas atau tenaga kerja untuk pekerjaan yang spesifik.

19 Perbandingan investasi yang rendah untuk mesin-mesin yang dibutuhkan. Memungkinkan spesialisasi supervisi. Kekurangan layout ini adalah: Biaya material handling yang lebih mahal karena biasanya lini produksi panjang. Perlu adanya perencanaan produksi dan sistem kontrol. Pada umumnya total waktu produksi lebih besar. Perbandingan biaya yang lebih besar dari hasil inventory in-process. Terdapat perbedaan pekerjaan dalam setiap departemen sehingga dibutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi. (sumber : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo) 2.1.5 Tipe-Tipe Pola Aliran Bahan Dalam sebuah proses produksi, terdapat aliran material dari tiaptiap proses. Terdapat beberapa pola aliran bahan, yaitu: 1. Straight Line (Pola Aliran Garis Lurus) Pada umumnya pola ini digunakan untuk proses produksi yang pendek dan relatif sederhana, dan terdiri atas beberapa komponen.

20 Sumber: Tata Letak Pabrik danpemindahan Bahan, James Apple Gambar 2.1 Pola Aliran Garis Lurus 2. Serpentine (Pola Aliran Zig-Zag) Pola ini biasanya digunakan bila aliran proses produksi lebih panjang daripada luas area.pada pola ini, arah aliran diarahkan membelok sehinggamenambah panjang garis aliran yang ada. Pola ini digunakkan untuuk mengatasi keterbatasan area. Sumber: Tata Letak Pabrik danpemindahan Bahan, James Apple Gambar 2.2 Pola Aliran Zig-Zag 3. U-Shaped (Pola Aliran Bentuk U) Dilihat dari bentuknya, pola aliran ini digunakan bila kita menginginkan akhir dan awal proses produksi berada di lokasi

21 yang sama. Keuntungannya adalah meminimasi penggunaan fasilitas material handling dan mempermudah pengawasan. Sumber: Tata Letak Pabrik danpemindahan Bahan, James Apple Gambar 2.3 Pola Aliran Bentuk-U 4. Circular (Pola Aliran Melingkar) Pola ini digunakan apabila departemen penerimaan dan pengiriman berada di lokasi yang sama.

22 3 2 4 1 5 6 Sumber: Tata Letak Pabrik danpemindahan Bahan, James Apple Gambar 2.4 Pola Aliran Melingkar 5. Odd Angle (Pola Aliran Sudut Ganjil) Pola ini jarang dipakai karena pada umumnya pola ini digunakan untuk perpindahan bahan secara mekanis dan keterbatasan ruangan. Dalam keadaan tersebut, pola ini memberi linatsan terpendek dan berguna banyak pada area yang terbatas.

23 Sumber: Tata Letak Pabrik danpemindahan Bahan, James Apple Gambar 2.5 Pola Aliran Sudut Ganjil 2.1.6 Operation Process Chart Operation process chart atau OPC adalah sebuah diagram yang digunakan untuk menggambarkan proses operasi yang akan dialami oleh bahan baku dari awal sampai dengan menjadi barang jadi beserta informasi-informasi seperti waktu produksi, material yang digunakan, dan mesin yang digunakan. Di bawah ini adalah lambang-lambang yang digunakan dalam Operation Process Char t: Operasi : Kegiatan yang terjadi yang merubah bentuk material baik secara fisik maupun kimiawi.

24 Pemeriksaan : : Pemeriksaan dilakukan bila benda kerja mengalami inspeksi baik dalam segi kualitas maunpun kuantitas. Penyimpanan : Dilakukan bila benda kerja disimpan untuk waktu tertentu. Gabungan :Terjadi bila aktifitas operasi bersamaan dengan inspeksi. Pada Operation Process Chart, manfaat yang dapat kita peroleh berupa: kebutuhan mesin dan anggarannya, memperkirakan kebutuhan bahan baku, alat untuk menentukan tata letak panrik, alat untuk perbaikan tata cara kerja yg ada. 2.1.7 Jumlah Kebutuhan Mesin Dalam sebuah industri manufaktur, sangat tidak mungkin sebuah pabrik dapat beroperasi dalam efisiensi 100%. Jika diperkirakan bahwa pabrik tersebut beroperasi pada tingkat efisiensi 90% maka ruang pabrik dan mesin harus disiapkan untuk mengatasi kekurangan akibat ketidak efisiensian ini. Untuk itulah dilakukan suatu perhitungan jumlah mesin untuk mengetahui kebutuhan jumlah mesin yang efektif. (Apple, hal 92)

25 Dalam membuat tabel perhitungan jumlah mesin, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Nama Operasi Nama proses yang dilakukan 2. Nama Peralatan Jenis mesin atau peralatan yang digunakan 3. Kapasitas alat teoritis Kapasitas mesin yang digunakan (data dari perusahaan) 4. % scrap tiap operasi Persentase produk yang cacat yang ditimbulkan tiap mesin. Data dari pengamatan perusahaan. 5. Jumlah diharapkan Jumlah yang diharapkan yang merupakan data target produksi yang ditetapkan untuk tiap-tiap mesin. 6. Jumlah disiapkan Jumlah yang diharapkan setelah perhitungan dengan scrap yang mungkin timbul. Jumlah disisipkan = Jumlah diharapkan 1 % scrap

26 7. Reliability mesin Efisiensi dari mesin. Hal ini disebabkan umur mesin yang tidak memungkinkan mesin tersebut untuk menghasilkan 100% produk sesuai kapasitasnya. 8. Jumlah mesin teoritis Jumlah mesin yang seharusnya digunakan oleh perusahaan sesuai perhitungan. Jumlah me sin teoritis = jumlah disiapkan keandalan me sin X kapasitas me sin 2.1.8 Analisa Aktivitas 2.1.8.1 From To Chart FTC atau From To Chart yang kadang disebut juga travel chart, adalah sebuah teknik konvensional yang seacara umum digunakan dalam perencanaan pabrik dan material handling dalam suatu proses produksi. From To Chart berguna di saat terjadi banyak perpindahan material dalam suatu area. Pada dasarnya, From To Chart adalah adaptasi dari mileage chart yang umum dijupai pada sebuah peta perjalanan. Angka-angka yang terdapat pada From To Chart akan menunjukkan total dari berat beban yang dipindahkan, jarak perpindahan, volume, atau kombinasi ketiganya. From To

27 Chart dibagi 3, yaitu: from to chart frekuensi, from to chart in flow, from to chart outflow.. 1. From To Chart Frekuensi Sebuah tabel yang bertujuan melihat material yang mengalir antar fasilitas. Frekuensi perpindahan material ini dlihat berdasarkan tabel pada Material Handling Evaluation Sheet. 2. From To Chart Inflow Pada tabel ini, matriks diisi dengan rasio: Nilai pada sel matriks yang terisi ( dari FTC frekuensi) Total kolom dim ana sel tersebut berada 3. From To Chart Outflow Di sini, matriks disi dengan rasio: Nilai pada sel matriks yang terisi pada kolom X ( dari FTC frekuensi) Total kolom dim ana me sin tersebut menjadi me sin tujuan 2.1.8.2 Activity Relationship chart Pada activity relationship chart ini, ditentukan seberapa dekat hubungan antara departemen-departemen yang ada di perusahaan tersebut.di bawah ini adalah contoh kira-kira bentuk dari activity relationship chart

28 Gambar 2.6 Activity Relationship Chart Dengan keterangan sebagai berikut: A: Memiliki hubungan yang sangat erat dan mutlak untuk berdampingan. E: Memiliki hubungan yang sangat erat dan diharuskan untuk berdampingan I: Penting untuk diletakkan berdekatan O: Memiliki hubungan yang tidak erat dan boleh diletakkan di mana saja U: Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun 2.1.8.3 Graph-Based Construction Method Metode ini digunakan untuk menentukan peletakan fasilitasfasilitas sehingga proses produksi tidak terganggu. Metode ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

29 1. Dari ARC, pilih pasangan departemen dengan beban hubungan tertinggi. Contoh: sesuai ARC di bawah, dipilihlah departemen tiga dan empat. Gambar 2.7 Activity Relationship Chart Graph Method 2. Kemudian pilih departemen ketiga berdasarkan jumlah beban hubungan mereka. Contoh: dalam hal ini departemen dua adalah yang terbaik. Nilai dari beban setiap hubungan diletakkan pada garis yang menghubungkan kedua departemen tersebut Tabel 2.1Tabel Hasil Iterasi Graph Method 3 4 Total 1 8 10 18 2 12 13 25 (best) 5 0 2 2

30 Sumber : Facilities Planning, Tompkins Gambar 2.8 Contoh Hasil Iterasi Graph Method Hasil tersebut digambarkan dalam gambar di atas 3. Setelah itu, untuk memilih departemen keempat, terlebih dahulu pindahkan departemen ketiga ke bagian atas tabel, lalu departemen keempat dapat dipilih seperti halnya memilih departemen ketiga di atas. Face of graph adalah sisi batasan wilayah yang dibatasi oleh kelilingnya. Face of graph tersebut menentukan di dalam wilayah manakah departemen selanjutnya harus diletakkan. Dalam hal ini adalah keliling segitiga tersebut. Yaitu 2-3-4. Tabel 2.2 Tabel Hasil Iterasi Graph Method 2 3 4 Total 1 9 8 10 27 (best) 3 7 0 2 9 Dari hasil iterasi di atas, maka diperoleh departemen satu adalah departemen berikutnya:

31 2 9 12 8 1 13 10 3 20 4 Sumber : Facilities Planning, Tompkins Gambar 2.9 Contoh Hasil Iterasi Graph Method 4. Sisanya adalah menentukan departemen selanjutnya dengan cara yang sama dengan nomor dua dan tiga. Tabel 2.3 Tabel Hasil Iterasi Graph Method 1 2 3 4 Total 3 0 7 0 2 9 (best) Faces Total 1,2,3 7 1,2,4 9 (best) 1,3,4 2 2,3,4 9 Dari hasil iterasi di atas, didapatkan bahwa departemen selanjutnya adalah departemen 3 dan diletakkan di dalam wilayah yang dibatasi oleh departemen 1, 2, dan 4. Maka hasil iterasi tersebut digambarkan demikian:

32 Sumber : Facilities Planning, Tompkins Gambar 2.10 Contoh Hasil Iterasi Graph Method 5. Langkah terakhir adalah menggambarkan tata letak yang telah terbentuk tersebut ke dalam lahan yang tersedia. Contoh: 9 13 8 10 Sumber : Facilities Planning, Tompkins Gambar 2.11 Contoh Hasil Iterasi Graph Method

33 2.2 Kerangka Pemikiran Dalam melakukan pembahasan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah observasi lapangan. Dari situ dapat dilihat permasalahan apa yang timbul. Untuk memecahkan masalah tersebut, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data yang ada berdasarkan studi literatur yang dilakukan. Dari data-data inilah dilakukan analisa pemecahan masalah. Dari analisa tersebut, ditarik kesimpulan dan digunakan dalam saran untuk pemecahan masalah yang ada.