IV. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

3. METODE PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

3. METODE PENELITIAN

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip

BAB III BAHAN DAN METODE

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

3 METODOLOGI PENELITIAN

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

ALOKASI OPTIMUM SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU 1 PENDAHULUAN

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

PERHITUNGAN BIAYA KERUGIAN AKIBAT TUMPAHAN MINYAK MONTARA DI PESISIR NUSA TENGGARA TIMUR

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

3.1. Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KARANG HIDUP KONSUMSI (LIFE REEF FISH FOR FOOD / LRFF) DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN*

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Catch, Effort, dan CPUE Nelayan Bermesin di Kabupaten Maluku Tenggara dari Tahun

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN PANGANDARAN

IV. METODE PENELITIAN

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

IV. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK INTERAKSI PERTAMBANGAN DAN PERIKANAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT ERENDA

BAB III DATA DAN METODOLOGI

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Penelitian Metode Pengambilan Sampel

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL GORDON SCHAEFER SUMBERDAYA IKAN WADER (Rasbora sp) DI RAWA PENING, KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

ANALISA DATA. Mayang Adelia Puspita

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Alhamdulillah, penelitian ini telah dilaksanakan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Kei Kecil, Kecamatan Kei Kecil Timur, Kecamatan Dullah Utara, dan Kecamatan Kei Besar Selatan. Setiap kecamatan diambil dua desa sebagai lokasi penelitian. Yakni desa nelayan yang memiliki mesin kapal/motor dalam sektor perikanan tangkap dan desa nelayan yang tanpa mesin kapal/motor dalam sektor perikanan tangkap. Nelayan yang menjadi responden adalah nelayan yang menggunakan mesin dan nelayan tanpa mesin. Dari responden tersebut dapat dibandingkan tingkat pendapatan antara nelayan mesin dan nelayan tanpa mesin. Kecamatan Kei Kecil adalah Desa Sathean dan Desa Selayar. Kecamatan Kei Kecil Timur adalah Desa Danwet dan Desa Master Baru. Kecamatan Dullah Utara adalah Desa Dullah Laut dan Desa Labetawi. Kecamatan Kei Besar Selatan adalah Desa Hoat dan Desa Ngafan. Penilitian ini berlansung selama enam bulan yaitu sejak persiapan proposal hingga penulisan.

Gambar Peta Wilayah Propinsi Maluku Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian di Kabupaten Maluku Tenggara 4.. Metode Pengumpulan dan Jenis Data Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk penentuan lokasi pengambilan sampel. Sedangkan penentuan sampel berdasarkan metode Simple Random Sampling dengan menggunakan analisis SPSS versi 10. Lokasi sampel dapat dibagi atas dua bagian yaitu : pertama, desa yang mempunyai potensi perikanan tangkap dan nelayannya memiliki mesin sebagai sarana penangkapan ikan. Kedua, desa yang mempunyai potensi perikanan tangkap tetapi nelayannya belum memiliki mesin sebagai alat bantu dalam menangkap ikan. Setiap lokasi penelitian dapat diambil 7 orang nelayan dan dua orang tokoh masyarakat sebagai responden. Sehingga total responden nelayan sebanyak 56 orang dan tokoh masyarakat sebanyak 16 orang. Responden dari instansi pemerintah masing-masing orang. Data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer (primary data sources) diperoleh dengan cara wawancara, pengamatan dan menggunakan kuesioner lansung ke responden di lapangan. Responden adalah kelompok sample nelayan dan stakeholder yang terkait dengan masalah penelitian.

Data sekunder (secondary data sources) yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yang sudah dikumpulkan dan dipublikasikan untuk tujuan yang lain dalam bentuk buku atau file digital dll. Data sekunder ini diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindag, Dinas Nakertrans, Kantor Bupati, Kantor Kecamatan, Kantor Desa, dan Instansi terkait pada wilayah pemerintah kabupaten dan propinsi serta para pihak lainnya. Tabel 3 Hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data dan metode analisis. No Tujuan Kajian Jenis Data Sumber Data 1 Mengetahui cara pemanfaatan Primer : Nelayan, dan pengelolaan sumber daya Hasil tangkapan stakeholder perikanan tangkap di Maluku nelayan, trip. Tenggara Sekunder: potensi, produksi, sarana Mengetahui tingkat pendapatan per kapita masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara 3 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. 4 Menganalisis tingkat kemiskinan masyarakat nelayan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap. 5 Menganalisis strategi kebijakan dan bentuk program bidang perikanan untuk pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan yang telah dijalankan di Kabupaten Maluku Tenggara. penangkapan, Primer: Pendapatan nelayan. Sekunder: Potensi SD Ikan, Trip, Primer: Trip, Jenis & ukuran alat tangkap ikan, cost, harga ikan, BBM, pendapatan, Primer: Pendapatan, Konsumsi. Sekunder: Data Kemiskinan Primer: Persepsi nelayan, masalah & kebutuhan nelayan, Sekunder: Regulasi, kebijakan, program kegiatan, bantuan, bentuk Nelayan, Stacholder. Nelayan, Stacholder Nelayan, Stacholder Stacholder, Nelayan Metode Analisis Analisis Bioekonomi, Optimasi, Analisis Pendapatan, Regresi Analisis Pendapatan, Regresi, Analisis faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan, Regresi Statistik deskriptif kuantitatif Analisis deskriptif kualitatif, PRA, FGD. 4.3. Analisis Data 4.3.1. Analisis Bioekonomi

Analisis bioekonomi yang digunakan adalah bioekonomi model Copes dengan pendekatan statik, dimana perhitungan keluaran model bioekonomi dengan menggunkan software SPSS versi 10 dan Maple versi 9.5. Fungsi Produksi Lestari Perikanan Tangkap Menurut Fauzi (006), bahwa untuk mengeksploitasi (menangkap) ikan di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input, yang dalam literatur perikanan biasa disebut sebagai upaya atau effort. Upaya adalah indeks dari berbagai input seperti tenaga kerja, kapal, alat tangkap, dan sebagainya, yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas penangkapan. Secara matematis, hubungan fungsional tersebut ditulis sebagai berikut : ( x E) h = f,... (1.1) Fungsi produksi yang sering digunakan dalam pengelolaan sumber daya ikan adalah : h = qxe... (1.) h = produksi x = stok ikan q = koefisien kemampuan tangkap E = upaya Secara teoritis fungsi tersebut diatas mungkin tidak realistis karena menunjukan tidak adanya sifat diminishing return (kenaikan hasil yang semakin berkurang) dari upaya yang merupakan sifat dari fungsi produksi. Ini berimplikasi bahwa jika upaya mengalami penggandaan, produksi juga akan berganda. Demikian pula jika upaya ditingkatkan seribu kali lipat, produksi juga akan meningkat seribu kali lipat. Hal ini tentu saja tidak realistis karena dalam jangka pendek stok ikan lebih kurang terbatas, sehingga adanya batasan maksimum dari produksi. Salah satu bentuk fungsi produksi yang lebih realistis adalah fungsi produksi dimana jika upaya dinaikan, produksi juga akan naik dengan kecepatan yang menurun. Kondisi seperti ini bisa digambarkan oleh fungsi sebagai berikut : α h = qxe... (1.3)

Dimana α menunjukan elastisitas upaya terhadap produksi. Nilai α yang berkisar antara 0 dan 1 menunjukan adanya diminishing return. Dalam kasus ini nilai ά diasumsikan sama dengan 1 ( ά = 1). Dengan adanya aktifitas penangkapan atau produksi maka persamaan : x = t rx akan menjadi x = t ( x ) 1... (1.4) k x rx 1 h... (1.5) K x = rx 1 qxe... (1.6) K r = pertumbuhan intrisik K = carrying capacity Dalam kondisi keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium) atau x = 0 sehingga persamaan diatas berubah menjadi : t x qxe = rx 1... (1.7) K Sehingga kalau dipecahkan persamaan diatas untuk x, akan diperoleh : x = qe K 1... (1.8) r Bila persamaan (5) di subtitusikan ke dalam persamaan (1) maka akan diperoleh tangkapan atau produksi lestari yang ditulis dalam persamaan berikut : qe h = qke 1 r... (1.9) Disederhanakan menjadi h = αe βe... (1.10)

α dan β merupakan parameter fungsi produksi lestari dari regresi linier sederhana (simple linier regresion) antara hasil tangkapan per unit tingkat upaya penangkapan (effort) dengan model sebagai berikut : h E = α βe... (1.11) Tingkat upaya penangkapan pada saat produksi maksimum lestari (E MSY ) : h E = α βe = 0 α E MSY =... (1.1) β 4.3.. Standarisasi Alat Tangkap Mengingat banyaknya alat tangkap yang beroperasi di daerah penelitian, maka dilakukan standarisasi effort antar alat dengan teknik standarisasi mengikuti yang dikembangkan oleh King (1995) dalam Anna (003), yaitu : E it dengan = ϕ D... (.1) it U it it ϕ it =... (.) U std Keterangan : E it = effort dari alat tangkap yang distandarisasi D it = jumlah hari laut (fishing days) dari alat tangkap i pada waktu t ϕ it = nilai kekuatan menangkap (fishing power) dari alat tangkap i pada periode t U it = catch per unit offort (CPUE) dari alat tangkap i pada periode t U std = catch per unit offort (CPUE) dari alat tangkap yang distandarisasi. 4.3.3. Analisis Tingkat Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai estimasi tangkapan lestari akan digunakan model surplus produksi. Ada dua bentuk model fungsional yaitu bentuk Logistik dan Gompertz yaitu :

Bentuk Logistik : H t q K r = q K E t E --------------------------(3.1) qe r Bentuk Gompertz : Ht = qket e -------------------------(3.) H = produksi lestari pada tahun ke t q = koefisien daya tangkap K = carryng capacity r = pertumbuhan alami E = effort Untuk mengestimasi parameter r, q, dan K dari persamaan yield-effort kedua model di atas dengan menggunakan teknik non linier. Dalam penelitian ini teknik estimasi parameter yang dikembangkan oleh Clark, Yoshimoto, dan Pooley atau sering dikenal sebagai teknik CYP digunakan untuk menduga parameter r, q, dan K melalui persamaan : r ( r) q ln( U t+ 1 ) = ln( qk) + lnu t ( Et + Et+ 1) ------(3.3) ( + r) ( + r) ( + r) Selanjutnya nilai parameter r, q, K disubstitusikan kedalam persamaan fungsi Gompertz untuk memperoleh tingkat pemanfaatan lestari. Adapun persamaannya sebagai berikut : r = (1 C ) /(1 + C ) q = C 3 ( + r) K C1 (+ r) /(r) = e / q ------------------------------------------------(3.4) Dalam kondisi open acces, tingkat biomas, effort dan tangkap melalui persamaan-persamaan berikut: diturunkan Untuk tingkat biomassa (x OA ), diperoleh dengan persamaan berikut : c x OA = ------------------------------------------------------------------(3.5) pq

Untuk tingkat upaya tangkapan maksimum (E OA ), diperoleh dengan persamaan berikut : r c E = OA 1 q pqk -------------------------------------------------------(3.6) Untuk tingkat produksi maksimum (h OA ), diperoleh dengan persamaan berikut : rc c h = OA 1 pq pqk ----------------------------------------------------(3.7) Untuk kondisi Maximum Economic Yield (MEY), diperoleh berdasarkan persamaan berikut : Untuk tingkat biomassa diperoleh dengan persamaan berikut : K c x MEY = 1 pqk ----------------------------------------------------(3.8) Untuk tingkat effort maksimum diperoleh dengan persamaan berikut : r c E = MEY 1 q pqk ---------------------------------------------------(3.9) Untuk tingkat produksi maksimum diperoleh dengan persamaan berikut : rk c c h = MEY 1 + 1 4 pqk pqk ------------------------------------ (3.10) Estimasi dengan pendekatan dinamik terhadap sumber daya perikanan dapat dilakukan dengan persamaan-persamaan berikut : Untuk tingkat biomassa diperoleh dengan persamaan berikut : x * 1 δ δ 8Kx = xoa + K 1 + xoa + K 1 + 4 r r r OA δ -(3.11) Untuk tingkat effort maksimum diperoleh dengan persamaan berikut : h qx * * E = ---------------------------------------------------------------- (3.1) * Untuk tingkat tangkapan maksimum diperoleh dengan persamaan berikut :

h * x ( pqx c) r 1 1 = x δ -------------------------------- (3.13) c K 4.3.4. Standarisasi Biaya Pada model bioekonomi Gordon-Schaefer dalam perikanan tangkap dipengaruhi oleh biaya penangkapan (c) dan harga hasil tangkapan (p). Parameter biaya penangkapan (c) dihitung dari biaya rata-rata penangkapan nelayan responden. Biaya penangkapan rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ci c =...(4.1) n C = biaya penangkapan rata-rata (Rp/tahun) ci = biaya penangkapan responden ke-i (Rp/tahun) n = jumlah responden (orang) Mengingat beragamnya biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam sekali melaut, maka dilakukan standarisasi biaya didasarkan pada ukuran riil (disesuaikan dengan indeks harga konsumen). Sehingga harga nominal pada periode t (p nt ), dikonversi dengan harga riil (p rt ) berdasarkan formula berikut : P rt Pnt = x100 -------------------------------------------------------(4.) IHK P rt P nt IHK = harga riil pada periode t = harga nominal pada periode t = indeks harga konsumen 4.3.5. Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan Untuk melakukan analisis pendapatan maka terlebih dahulu melakukan perhitungan pendapatan nelayan dengan menggunakan persamaan berikut : Pendapatan Kotor. TR = Q.P

TR Q P = Total penerimaan nelayan atau pendapatan kotor (Rp) = Produksi/hasil nelayan (Kg) = Harga jual hasil produksi (Rp) Pendapatan Bersih. Keuntungan nelayan dari usaha perikanan tangkap dapat diketahui dengan melakukan analisis melalui pendekatan Gordon-Schaefer (Clark, 1990) dalam Fauzi (005). Alat analisisnya adalah sebagai berikut : π = TR TC = p. h c. E... (5.1) Π = pendapatan bersih atau keuntungan (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total biaya produksi / penangkapan (Rp) p = harga rata-rata ikan (Rp/ton) c = total biaya per satuan upaya (Rp/trip) E = jumlah upaya (trip/thn) h = produksi Untuk melihat perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan yang menggunakan perahu bermesin dan nelayan yang menggunakan perahu tidak bermesin dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji statistik pada komputer. Analisis yang digunakan dengan cara uji sampel t pada cara uji 5 persen. Hipotesis yang diuji dalam analisis ini adalah : Ho : μ 1 μ H1 : μ 1 > μ : Rata-rata pendapatan nelayan berperahu mesin lebih kecil atau sama dengan rata-rata pendapatan nelayan berperahu tanpa mesin, artinya alat mesin motor tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap peningkatan pendapatan nelayan. : Rata-rata pendapatan nelayan berperahu mesin lebih besar dari rata-rata pendapatan nelayan berperahu tanpa mesin, artinya alat

mesin mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peningkatan pendapatan nelayan. Menggunakan Statistik Uji di bawah ini : t = ( x x ) 1 S g 1 1 + n n 1 d ( n 1) s + ( n 1) 0..... (5.) 1 1 s S g = n1 + n... (5.3) X 1 : Rata-rata pendapatan nelayan perahu bermesin X : Rata-rata pendapatan nelayan perahu tanpa mesin S 1 : Standar deviasi rata-rata pendapatan nelayan perahu bermesin. S : Standar deviasi rata-rata nelayan perahu tanpa mesin. n 1 : Jumlah responden nelayan perahu bermesin n : jumlah responden nelayan perahu tanpa mesin d 0 : M 1 - μ. Kaidah Keputusan : Bila t > tά, maka tolak Ho (terima H1) Bila t tά, maka terima Ho (tolak H1) 4.3.6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Analisis terhadap kondisi perekonomian meliputi pendapatan masyarakat nelayan dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan yang menggunakan mesin dan nelayan yang tidak menggunakan mesin dengan menggunakan SPSS versi 10. Hubungan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda dimana nilai dari fungsi tersebut ditaksir dengan metode kuadrat terkecil atau ordinary leas squares/ols (Thomas, 1997), yang bersifat tidak bias dan paling efisien (mempunyai varian yang minimum) atau biasa disebut BLUE (best linier unbiased estimator). Dalam fungsi tersebut, tingkat pendapatan masyarakat nelayan merupakan

peubah terikat (dependent variable) dan variable kuantitatf berupa umur responden (umur), pengalaman kerja (peng), jumlah tanggungan (tang), dan hasil tangkapan (hsltangk) serta peubah dummy yang bersifat kualitatif, seperti tingkat pendidikan (D1), musim (D), status sarana pemilikan (D3), tehnologi (D4), sarana penangkapan ikan (D5), jarak wilayah penangkapan (D6) dan interaksi tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan (Tanggpend) sebagai peubah penjelas (explanatory variables). Analisis pendapatan ini dilakukan dalam dua tipe nelayan yaitu nelayan yang memiiki mesin motor dan nelayan tanpa mesin motor. Berdasarkan hal tersebut, model regresi tingkat pendapatan masyarakat nelayan yang memiliki mesin motor dan nelayan yang tidak memiliki mesin dapat diformulasikan sebagai berikut : Model persamaan nelayan mesin Y = β 0 1umur 1i peng i 3Tng 3i 4 D1i 5 D i 6 D 3i 7 D 4i + D5i 9 D6 i β 8 + ε 6.1 i Model persamaan nelayan tanpa mesin Y = β 0 1umur1i peng i 3tng 3i 4 D1 i 5 D i 6 D3i 7 D 4i + D5i 9 D6 i β 8 + ε. 6. i Y 1 Β Umur Peng = pendapatan masyarakat nelayan (Rp) = intercept = umur nelayan jumlah tanggungan keluarga (org) = pengalaman kerja (tahun)

Tng D 1 D D 3 D 4 D 5 D 6 D 7 = tanggungan keluarga (orang) = pendidikan (nilai 1 = tidak sekolah SD, 0 = selain SD) = musim (nilai 1= timur, 0 = barat) = akses ke pasar (1 = dekat, 0 = jauh) = memiliki mesin motor/kapal (1 = pakai mesin, 0 = tanpa mesin) = sarana penangkapan ikan (1 = kapal motor, 0 = perahu) = jarak wilayah penangkapan = tenaga kerja Pada pendugaan model regresi dengan OLS tersebut, maka terdapat asumsiasumsi sebagai berikut : Peubah X bersifat tetap (fixed), maka : E (Xε) = 0 Tidak ada hubungan linier antara dua atau lebih peubah-peubah bebas (nonscollinearity) Matriks (X X) non singular : X X # 0. Rataan galat (error) saling menghapuskan : E (ε) = 0 Bagian Galat (errors) bersifat tersebar bebas (tidak berkorelasi) dan ragam (variance) yang konstan (homokedastis) : E (εε ) = σ 4.3.7. Analisis Tingkat Kemiskinan Sejak ahli ekonomi menemukan GNP sebagai indikator dalam mengukur tingkat kemakmuran negara pada tahun 1950-an, hingga kini hampir semua ilmu sosial selalu merujuk pada pendekatan tersebut manakala berbicara masalah kemajuan suatu negara. Demikian halnya pengukuran kemiskinan yang berpijak pada perspektif pendapatan (income poverty) yang menggunakan pendapatan sebagai satu-satunya indikator garis kemiskinan. Selanjutnya pada tahun 1990-an, salah satu lembaga dunia, yakni UNDP, memperkenalkan pendekatan pembangunan manusia (human development) dalam mengukur kemajuan dan kemiskinan, seperti human development index (HDI) dan human poverty index (HPI). Pendekatan yang digunakan oleh UNDP relatif lebih komprehensif dan mencakup faktor ekonomi, sosial dan budaya si miskin. Pendekatan yang digunakan

UNDP memadukan model kebutuhan dasar (basic needs model) yang dikembangkan oleh Paul Streen dan konsep kapabilitas (capability) yang dikembangkan oleh Pemenang Nobel Ekonomi 1998, Amartya Sen, (Chamsyah, 006). Indikator kemiskinan berdasarkan UNDP yaitu pendapatan perkapita per hari dibawah US $1 maka dikatagorikan sebagai sangat miskin. Apabila pendapatan masyarakat dibawah US $ maka dikatagorikan miskin. Indikator nasional dalam menentukan jumlah penduduk yang dikatagorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari Badan Pusat Statisti (BPS), dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum. Baik berupa kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup layak. Penetapan nilai standar inilah yang digunakan untuk membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Apabilah penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memenuhi kecukupan makanan setara.100 kalori per hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka barang/jasa lainnya maka ia dapat dikatagorikan miskin (BPS, 1999). Sementara penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara 1.800 kalori per hari dikatagorikan fakir miskin. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1981 mendefinisikan fakir-miskin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki sumber daya hidup berupa mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Atau seseorang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yang layak bagi kemanusian. Untuk mengetahui pengaruh program penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan oleh instansi terkait terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara, maka digunakan analisis : (1) the poverty headcount index, () the poverty gap index, (3) the saverity of poverty. Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran tingkat kemiskinan, secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Menurut Ditjen P3K (004) dalam Basri (007), Peta kemiskinan diukur dengan alat analisis sebagai berikut :

(1). The poverty headcount index, yaitu menggambarkan persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Alat analisisnya sebagai berikut : q H = (7.1) n H : headcount index ( indikator insiden kemiskinan ). q n : jumlah penduduk miskin : total jumlah penduduk. (). The poverty gap index yaitu : kedalaman kemiskinan di suatu wilayah merupakan perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis kemiskinan tersebut. Alat analisisnya sebagi berikut : 1 PG= n q i= 1 z z yi.. (7.) PG Yi Z q n : Poverty Gap Index (tingkat kedalaman kemiskinan). : pendapatan individu orang miskin : garis kemiskinan : jumlah penduduk miskin : total jumlah penduduk (3). The saverity of poverty yaitu : menunjukan kepelikan kemiskinan di suatu wilayah. Indikator ini memperhitungkan jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan dan ketimpangan diantara orang miskin. Alat analisisnya sebegai berikut :

P = 1 q z yi n i= 1 z (7.3) P : the severity of poverty ( tingkat keparahan kemiskinan ). Yi z q n : pendapatan individu orang miskin : garis kemiskinan : jumlah penduduk miskin : total jumlah penduduk 4.3.8. Analisis Strategi Kebijakan dan Perancangan Program Dalam kajian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah melalui tahap analisis masalah, analisis pilihan tindakan strategis. Analisis masalah berangkat dari identifikasi dan dilanjutkan dengan analisis masalah strategis. Untuk itu perlu mengenal perilaku masalah yang dihadapi. Langka selanjutnya adalah memilih tindakan strategis yaitu suatu tindakan terhadap satu jenis masalah yang telah diklasifikasikan sekaligus dapat mengatasi rangkaian masalah lain. Setelah diperoleh masalah strategis dari analisis masalah, maka dilakukan penyusunan program dengan menggunakan metode participatory rural appraisal (PRA) dan focus group discussion (FGD) untuk mengatasi masalah strategis yang dihadapi dalam penanggulangan kemiskinan nelayan. Penyusunan program dengan metode PRA dilakukan untuk menjaring program-program penanggulangan kemiskinan di tingkat penduduk atau rumah tangga miskin, yang dilakukan melalui tiga tahapan penting yaitu : a. Identifikasi Potensi, Permasalahan dan Kebutuhan Masyarakat. Identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan pembangunan masyarakat meliputi identifikasi potensi pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan, permasalahan dan kebutuhan masyarakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

b. Penyusunan Program Kerja Penyusunan program dilakukan dengan menerapkan participatory rural appraisal (PRA) yang berbasis pada potensi, permasalahan dan kebutuhan masyarakat yang memuat hal-hal seperti masalah, kegiatan, pelaksanaan, sasaran, metoda, waktu, tanggung jawab, dukungan program/proyek lain, dinas/instansi pendukung, perkiraan biaya. c. Evaluasi Penerapan Program Evaluasi dapat mencakup dua aspek yaitu evaluasi penerapan rencana kegiatan bersama masyarakat dan evaluasi penerapan kegiatan antara fasilitator dengan menggunakan indikator-indikator yang telah disepakati bersama. Setelah diperoleh hasil dari penyusunan program melalui metode PRA, dilanjutkan penyusunan program di tingkat kabupaten dengan menggunakan metode FGD untuk memperoleh masukan (informasi) mengenai suatu permasalahan. Penyelesaian terhadap masalah ini ditentukan oleh pihak yang berbeda setelah semua masukan diperiksa dan dianalisis. FGD dilaksanakan di ibukota kabupaten. Tujuan dari FGD adalah menyelaraskan dan mensinkronkan antara keinginan masyarakat dengan program yang telah dirancang oleh dinas teknis kabupaten. Penyelarasan ini diperlukan agar terjadi kesinambungan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sehingga tepat sasaran. Metode yang digunakan untuk FGD kabupaten adalah partisipatif dari peserta. FGD dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan Pelaksanaan FGD Untuk menunjang pelaksanan FGD maka dibutuhkan perencanaan ATK yang baik, persiapan ruangan tempat FGD dilaksanakan dan persiapan materi yang didiskusikan. Materi yang dibahas mencakup permasalahan yang dihadapi dalam penaggulangan kemiskinan, dan penyusunan program penanggulangan kemiskinan di tingkat kecamatan dan kabupaten.. Pelaksanaan FGD

Dalam pelaksanaan FGD jumlah peserta merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan. Agar efektif, maka jumlah peserta harus sangat dibatasi. Peserta jelas dipilih dari komunitas yang benar-benar relevan dan menguasai persoalan yang dihadapi. 3. Analisis Dalam melakukan analisis, maka langkah-langkah yang perlu diambil adalah : (a). Memeriksa apakah tujuan FGD tercapai, (b) memeriksa apakah ada perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena adanya input dari peserta, (c) mengidentifikasi masalah utama yang dikemukakan oleh peserta, (d) memeriksa apakah ada variasi peserta dalam persoalan utama, (e) memeriksa apakah ada persoalan lain selain persolan utama yang muncul, (f) membuat suatu kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul berdasarkan sumber daya yang ada, prioritas persoalan, kemungkinan dipecahkan dalam waktu itu.