MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN AGAMA HINDU

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

INTERAKSI KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.1

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

Pengertian Hukum menurut kitab suci agama hindu

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu)

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BAB IV ANALISIS. mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India.

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

SISTEM RELIGI MASYARAKAT BALI DALAM NOVEL SUKRENI GADIS BALI KARYA A.A. PANDJI TISNA

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa?

MUNCULNYA AGAMA HINDU

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

II. PEMBAHASAN 2 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Selalu taat menjalankan ibadah agamanya secara pribadi ataupun berjamaah Pencapaian Pengisian SKU:

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

UNIVERSITAS GADJAH MADA

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB VII SEJARAH FILSAFAT INDIA

BAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA. A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN. Menurut N.Daaldjoeni dalam Edwin (1995:16-17) bahwa orang Tamil

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional (SK1)

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIII/2005 Tentang

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

(Perspektif Teologi Hindu)

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

Perkembangan Arsitektur 1

Agama Sebagai Sarana Mengenal Tuhan POKOK GAGASAN

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam perkembangannya. Di Bali Agama Hindu berkembang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat Bali yang mayoritas sebagai petani. Sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali telah memiliki kepercayaan yang disebut dengan Agama Nusantara atau Agama nenek moyang, meletakkan kepercayaan pada hal-hal mistik yang mampu melindungi masyarakat Bali. Sebagai wadah untuk meyakini kepercayaan ini dibuktikan dengan adanya sekta-sekta yang berkembang di Bali diantaranya. 1. Sekta Pasupatya, ditandai dengan Lingga sebagai perlambang Dewa Siva. Lingga tersebut banyak dijumpai pada pura atau tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang sudah kuno. Dan Matahari sebagai manifestasi Tuhan dan surya sewana sebagai penghayatannya. 2. Sekta Bairawa, pada umumnya ditandai dengan perwujudan Dewa Siva yang berwajah angker yang menyeramkan. Penghayatannya lebih ditujukan kepada Dewa Durga. Sering juga disebut Tantrisme, selanjutnya kita kenal aliran Niwerti Marga atau Tanrisme kiri dan Prawerti atau Tantrisme kanan. Tandanya suka makan darah, tuak, daging (lawar), komoh (daging mentah dicampur air darah mentah).

2 3. Sekta Waisnawa mempunyai ciri-ciri pemujaan terutama ditujukan kepada Dewi Sri, Dewa Wisnu sebagai lambang kemakmuran, sumber kehidupan Dewa Wisnu (Wisnu Padha). 4. Sekta Budha atau Sogatha ditandai dengan ciri-ciri suatu mantram disebut Tipeyetha mantram, disimpan di Pejeng dalam bentuk tulisan stupika. Juga ditemikan Bodhisatwa di Bedulu, di Pura Genuruan, Arca Bodhisatwa di Pura Galang Sanja Pejeng, arca-arca di Goa Gajah. Semua bukti-bukti itu sebagai tanda bahwa sekta tersebut telah ada jauh sebelum Empu Kuturan datang ke Bali. 5. Sekta Pertapa di Bali, tidak jelas lagi terlihat karena telah menyatu dengan Sekta Siva Sidhiyanta dengan ditandai kitab Manawa Dharma, Purwa Digama, Adigama, Kutara dan lainnya. 6. Sekta Rsi, pada umumnya pengikutnya berasal dari kesatria wangsa, kemudian berdwijati menjadi Dewa Rsi, Raja Rsi atau raja-raja yang kemudian berwanaprasta selanjutnya menjadi Rsi atau Pandita. Kelompok ini semua disebut Brahmana karena telah disumpah Sastra Weda. 7. Sekta Pasupateya, pada umumnya aliran ini memuja Surya. Pemujaan ini dilakukan pada waktu matahari terbit dan matahari terbenam, terkenal dengan istilah surya sewana, dan tata aturannya termuat di dalam lontar, semua apa yang telah dilakukan di dalam melakukan surya sewana tersebut merupakan bukti bahwa seseorang telah melakukan yadnya menurut Pasupatiya.

3 8. Sekta Ganapatya, pada umumnya pemujaan itu ditujukan pada Ganesa atau Dewa Angin dan pada tempat-tempat yang sangat berbahaya tersebut ditempatkan patung Ganesa (Ganesa = angin). 9. Sekta Budha Mahayana, dimana Empu Kuturan sebagai penganut utamanya juga akan melebur kesatu bentuk yang dikenal dengan paham Tri Murtinya, dimana semuanya tercakup di dalamnya dan saling mengisi dengan yang lainnya. Ciri-ciri lainnya sudah tidak tampak lagi. Demikianlah asal usul dari terciptanya paham ajaran Tri Sakti hingga mengalami perkembangan dari masa ke masa hingga saat ini (Manik Mas dkk., tt : 10-11). Empu Kuturan mengharmoniskannya menjadi konsep Tri Murti yaitu Brahma Wisnu, dan Siva yang distanakan pada desa adat dengan Tiga Parahyangan yang disebut dengan Kahyangan Tiga yaitu Pura Puseh untuk pemujaan Dewa Wisnu, Pura Desa untuk pemujaan Dewa Brahma, dan Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siva. Meskipun tidak disebut-sebut secara langsung pengaruh darsana di Indonesia dan Bali khususnya, akan tetapi inilah yang perlu digali sejauhmana pengaruh Mimamsa terhadap Bali?, oleh karena di Bali menurut pandangan Suardeyasa (2006:34) menyebutkan belum terjadinya keseimbangan antara ketiga kerangka dasar agama Hindu yakni Tattwa, susila dan upacara. Di Bali yang lebih banyak ditonjolkan adalah dalam bidang upacaranya. Sedangkan aspek filsafatnya tidak begitu diutamakan. Belakangan muncul perkembangan ide untuk membudayakan agama Hindu dengan munculnya bhisama-bhisama PHDI yang

4 menginginkan Hindu tetap menjiwai kehidupan di Bali. Begitu juga dengan kemunculan tokoh-tokoh yang menginginkan ajeg Bali, serta terjadinya pergumulan antara dua organisasi Hindu terbesar di Bali, yakni PHDI dengan PDHB, perlu diberikan kejelasan dari ranah Mimamsa sendiri bagaimana pandangannya terkait dengan ajaran brahmana dalam Kalpasutra tersebut. 2. Pandangan-Pandangan Mimamsa Sebagian besar yang dibahas dalam buku-buku agama Hindu adalah Purwamimamsa, yang umum disebut dengan Mimamsa saja. Kata mimamsa menurut Ngurah (1997:125-126) diartikan sebagai penyelidikan yang sistematis yang pertama terhadap Weda. Purwamimamsa secara khusus mengkaji bagian weda, yakni kitab Brahmana dan Kalpasutra, sedangkan bagian yang lain (Aranyaka dan Upanisad) dibahas oleh Uttawa Mimamsa yang populer dengan nama Wedanta. Purwamimamsa sering disebut dengan karma mimamsa, sedangkan uttara mimamsa sering disebut dengan jnana mimamsa. Rsi Jaimini sebagai pendirinya, sumber ajarannya adalah keyakinan akan kebenaran dan kemutlakan upacara dalam kitab suci Weda (brahmana kalpasutra). Sumber ajaran terulis Mimamsa adalah Jaimini sutra yang disistematisir oleh sabara Swamin. Dua murid jaimini yang berbeda pandangan mengembangkan Mimamsa yakni Kumarila Battha dan Prabhakara. Purwamimamsa (mimamsa) ajaranya lebih bersifat pluralistis dan realistis. Plural artinya mengakui adanya banyak jiwa, dan penggandaan azan badani yang membenihi alam semesta, sedangkan faham realitas karena mengakui bahwa

5 objek-objek pengamatan adalah nyata. Alat pengetahuan yang paling penting adalah kesaksian (kebenaran) Weda, tujuan terakhir dari fahamnya adalah mencapai moksa, jalan yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan jalan melakukan upacara. 3. Sisi Ilmiah dalam Mimamsa Pelaksanaan dari ajaran Mimamsa menganggap perintah-perintah untuk melaksanakan upacara di dalam Weda adalah dilakukan sebagai suatu kewajiban dengan tidak mengharapkan pada hasilnya. Salah satu aliran filsafat Mimamsa yang terpenting, disistematisir oleh Rsi Prabhakara dengan mengungkapkan lima cara memperoleh dan mempertahankan pengetahuan sebagai kebenaran, yakni: (1) pratyaksa (pengamatan langsung), (2) anumana (menarik suatu kesimpulan), (3) upamana (mengadakan perbandingan), (4) sabda (pembuktian melalui sumber yang dapat dipercaya), (5) arthapatti (perumpamaan). Empat ajaran di atas sama dengan empat ajaran yang diungkapkan Nyanya sebagai salah satu sistem filsafat debat dalam Hindu. Upamana digunakan untuk memberikan ciri-ciri benda yang berbeda, akan tetapi memiliki kemiriban dari sudut fisiknya. Sedangkan arthapatti digunakan untuk menarik suatu kesimpulan dari hasil yang diperdebatkan atau dibandingkan, sebagai contoh burung hantu tertidur di siang hari, pastilah mencari mangsanya di malam hari, sehingga tetap dapat mempertahankan hidupnya. Sivananda (2003:213) mengungkapkan bahwa Mimamsa bukanlah salah satu cabang dari filsafat. Ia lebih tepatnya merupakan suatu sistem penafsiran

6 Weda, dalam ajarannya diberikan komentar kritis terhadap pelaksanaan suatu upacara dalam Weda. Mengakui tiga jalan untuk memperoleh kebenaran, pratyaksa, anumana, dan sabda. Penjelasan Mimamsa memberikan perbedaan antara sang diri dengan badan, sehingga ada ungkapan jika pikiran dan atman dibersihkan dengan doa, badan dibersihkan dengan prayascita (mandi air suci). Pandangan-pandangan tersebut memunculkan dan membuka ruang untuk didebat secara bebas dan sistematis oleh filsafat Wedanta, sehingga lahirlah filsafat Wedanta. 4. Penutup Mimamsa memberikan uraian terkait dengan upacara-upacara yang terdapat dalam Weda, memberikan interpretasi makna yang terkandung dalam upacara Weda, dari segi urutan, fungsi serta makna yang terkandung. Cara mengungkapkannya itu dilakukan dengan sistematis dan sesuai dengan hukumhukum yang diakui ilmiah untuk mendapatkan kebenaran dalam ajaran Mimamsa. Daftar Pustaka Manik Mas, Rsi Bintang Dhanu dan Djoni Gingsir, tt. Babad Catur Brahmana. Babad Bali Agung. Ngurah, I Gusti Made, dkk, 1997. Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita. Sivananda, Shri Svami, 2003. Intisari Ajaran Agama Hindu. Alih Bahasa Yayasan Sanatana Dharmasrama, Surabaya: Paramita. Suardeyasa, IGN, 2007. bali Bercermin pada Mimamsa dan Wedanta. Jakarta: Penebar Swadaya. Majalah media Hindu.