(Perspektif Teologi Hindu)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Perspektif Teologi Hindu)"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KONSEP PEMUJAAN SAGUNA BRAHMAN DI PURA SAMUANTIGA DESA BEDULU KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Teologi Hindu) Oleh : Ni Nyoman Sriani komingriani@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs. I Wayan Redi, M.Ag Pembimbing II I Made Dwitayasa, S.Ag.,M.Fil.H ABSTRAK Pura Samuantiga yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar merupakan Pura Khayangan Jagat. Keberadaan arca dan pratima sebagai media pemujaan merupakan penerapan konsep pemujaan Saguna Brahman yaitu pemujaan terhadap Tuhan yang Saguna. Namun uniknya, di pura ini ada beberapa palinggih yang terdapat lebih dari satu arca yang berbeda yang dipuja dengan satu penyebutan gelar Tuhan. Selain itu penyebutan gelar Tuhan yang dipuja di Pura Samuantiga berbeda dengan penyebutan gelar Tuhan yang dipuja umat Hindu di India. Merujuk pada persoalan di atas maka penelitian ini diarahkan untuk menemukan 1) implementasi konsep Saguna Brahman di Pura Samuantiga, 2) konsep Īṣṭadevatā yang dipuja di Pura Samuantiga, 3) cara umat Hindu memuja Īṣṭadevatā yang ber-stana di Pura Samuantiga. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dekonstruksi dan teori simbol. Teori dekonstruksi digunakan untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep Saguna Brahman di Pura Samuantiga dalam penerapannya sebagai sistem pemujaan. Sedangkan teori simbol akan digunakan untuk 1

2 mengungkap konsep Īṣṭadevatā yang dipuja di Pura Samuantiga dan mengungkap metode pemujaan terhadap Īṣṭadevatā yang di-stana-kan di pura tersebut. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi konsep Saguna Brahman di Pura Samuantiga berdasarkan ajaran mengenai konsep Saguna Brahman yang termuat dalam susastra Hindu dan dibalut dengan kebudayaan Bali. Bentuk mūrtipūjā dan penyebutan gelar Tuhan yang dipuja merupakan penggambaran dari manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Samuantiga. Konsep Īṣṭadevatā yang dipuja di Pura Samuantiga adalah eka aneka. Konsepsi ini menunjukkan bahwa Tuhan yang satu mewujudkan diri dalam yang banyak dan yang banyak itu sesungguhnya adalah perwujudan dari yang satu. Cara pemujaan Īṣṭadevatā di Pura Samuantiga yaitu dengan melaksanakan upacara. Pelaksanaan upacara merangkaikan beberapa kegiatan antara lain ngayah, menghaturkan upakara, sembahyang, mekidung, menyelenggarakan tari wali, megambel dan lain-lain. Secara menyeluruh dalam pelaksanaan upacara pemujaan oleh umat Hindu di Pura Samuantiga, didominasi oleh penerapan ajaran bhakti dan karma mārga. Kata Kunci : Pemujaan; Saguna Brahman; Mūrtipūjā; Īṣṭadevatā I PENDAHULUAN Setiap agama di Indonesia memiliki tempat untuk beribadah atau tempat suci. Nama tempat suci dari setiap agama berbeda-beda. Seperti halnya dengan agama Hindu, tempat sucinya disebut dengan pura. Pura Samuantiga yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar merupakan Pura Khayangan Jagat. Pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala manifestasi-nya dilakukan dengan menggunakan media simbol seperti arca, ataupun pratimā yang diletakkan di beberapa palinggih yang merupakan pengejawantahan dari konsep pemujaan Saguna Brahman. Konsep pemujaan Saguna Brahman merupakan salah satu jalan atau cara menghayati dan meyakini Tuhan dalam berbagai aspek manifestasi-nya, baik dalam manifestasi-nya sebagai deva-deva atau sebagai avatāra dalam ajaran agama Hindu. Melalui simbol-simbol ini Tuhan yang bersifat abstrak dan absolute digambarkan dalam berbagai bentuk dan warna yang memiliki makna tersendiri sesuai dengan sifatsifat Tuhan yang dapat diketahui oleh manusia. Keberadaan simbol-simbol suci 2

3 tersebut merupakan sarana bagi umat Hindu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, karena sifat Tuhan yang tak terpikirkan, maka akan sangat sulit bagi umat- Nya untuk memusatkan pikiran kepada-nya. Dengan demikian pemujaan melalui media pratimā, arca atau simbol-simbol Tuhan yang lainnya merupakan bentuk pemujaan yang paling mudah. Dengan sebuah simbol memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan pemusatan pikiran, karena dengan simbol pikiran memiliki sebuah tambatan atau penyangga untuk bersandar. Pikiran tak dapat memiliki suatu konsep tentang Tuhan yang mutlak pada tahap awal, tanpa bantuan dari alat bantu luar sehingga akan sulit untuk dapat melakukan kosentrasi meditasi dan perenungan terhadap Tuhan yang mutlak tanpa bantuan simbol. Oleh karena itu Sistem pemujaan ini orang yang masih terikat oleh kesadaran fisik, sehingga penghayatan dengan cara Saguna Brahman dipandang cocok dengan orang-orang pada era ini. Dengan demikian pemahaman tentang Teologi Hindu khususnya konsep Saguna Brahman perlu dipahami secara mendalam oleh umat Hindu dimasa sekarang ini. Di Pura Samuantiga banyak terdapat arca-arca yang usianya sangat tua yang digunakan sebagai media pemujaan bagi umat Hindu. Namun uniknya, di pura ini ada beberapa palinggih yang terdapat lebih dari satu arca yang berbeda yang dipuja dengan satu penyebutan gelar Tuhan. Selain itu penyebutan gelar Tuhan yang dipuja di Pura Samuantiga, seperti Bhaṭāra Ratu Agung Sakti, Ratu Sedahan Atma, Ratu Bintang, Ratu Mayun, Ratu Agung Panji, dan lain-lain terdengar berbeda dengan penyebutan gelar Tuhan bagi umat Hindu di India. Hal ini karena perpaduan antara kebudayaan asli Bali dengan agama Hindu yang berasal dari India, serta kebudayaan lain yang datang kemudian. Merujuk pada latar beakang ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1) Bagaimana implementasi konsep pemujaan Saguna Brahman di Pura Samuantiga? 2) Bagaimana konsep Īṣṭadevatā di Pura Samuantiga? 3) Bagaimanakah cara umat Hindu memuja Īṣṭadevatā yang ber-stana di Pura Samuantiga. II METODE Metode merupakan suatu cara atau jalan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian implementasi konsep pemujaan saguna Brahman di Pura Samuantiga Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, menggunakan jenis penelitian kualitatif metode penelitian dipilah menjadi dua yaitu metode penemuan data dan metode analisis data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 3

4 II HASIL PENELIAN 3.1 Implementasi Konsep Pemujaan Saguna Brahman di Pura Samuantiga Implementasi konsep pemujaan Saguna Brahman merupakan suatu usaha umat Hindu dalam menerapkan suatu konsep pemujaan terhadap Tuhan yang memiliki sifat (guna), yang telah termuat dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya. Konsep pemujaan Saguna Brahman adalah salah satu cara umat Hindu mengagungkan Tuhan dalam berbagai manifestasi-nya sebagai deva-deva ataupun sebagai avatāra, untuk mencapai tujuan umat Hindu yaitu Mokshartam Jagadhitaya Ca Iti Dharma. konsep pemujaan Saguna Brahman diperuntukkan bagi yang masih terikat dengan kesadaran badan fisik (Donder, 2006 : 227 ). Penerapan ajaran agama Hindu yang tersebar di seluruh Nusantara disesuaikan dengan kondisi tempatnya berkembang. Di Pura Samuantiga konsep pemujaan Saguna Brahman diimplementasikan berdasarkan ajaran yang termuat dalam susastra Hindu serta balutan budaya Bali dalam pelaksanaanya. Hal ini terlihat pada penggunaan arca sebagai media pemujaan terhadap Īstadevatā yang dipuja di Pura Samuantiga. Bentuk arca yang digunakan di Pura Samuantiga menggambarkan deva yang dipuja dan penggambaran tersebut tidak terlepas dari konsepsi penggambaran Tuhan menurut susastra Hindu. Konsepsi penggambaran Tuhan menurut kitab suci Veda dan susastra Hindu yang disebut dengan Citradevatā yaitu Berbentuk manusia dengan berbagai kelebihannya, seperti bertangan empat, delapan, atau duabelas, berkaki tiga, bermata tiga dan lain-lain, Berbentuk binatang, misalnya wujud, barong, burung garuda yang dalam kitab Ṛgveda disebut Gautmat, Berbentuk setengah manusia dan setengah binatang, Berbentuk manusia berkepala tumbuh-tumbuhan, Berbentuk benda-benda atau huruf tertentu, misalnya matahari atau cakram simbol dari Deva Sūrya (Titib, 2003 : 67-69). Konsep inilah yang diterapkan di Pura Samuantiga, hal ini terbukti dari penggunaan arca Ganesa di Palinggih Ratu Agung Sakti sebagai media pemujaan Tuhan dalam wujud Saguna memiliki banyak gelar. Penyebutan gelar Tuhan juga merupakan simbol yang mampu membangkitkan pemikiran ketuhanan dalam diri pemujanya. Sesungguhnya Tuhan hanya satu namun orang arif bijaksana menyebutnya dengan banyak nama atau abhiṣekanāma yang berbedabeda, seperti : Agni, Indra, Viṣṇu, Śiva, dan lain-lain. Penyebutan gelar Tuhan yang dipuja di Pura Samuantiga dialihbahasakan kedalam bahasa lokal. Begitu juga dengan cara pemujaan di Pura Samuantiga yang dilakukan dengan 4

5 melaksanakan upacara, diwarnai dengan kebudayaan Bali. Contohnya penggunaan bunga, buah dan daun yang digunakan sebagai persembahan dirangkai dengan indah sesuai dengan seni budaya Bali menjadi bentuk banten. Prosesi upacara juga dihiasi dengan penyelengagaraan tari wali, gambelan, kidung wargasari dan prosesi lainnya yang merupakan kebudayaan Bali yang mewarnai pelaksanaan ajaran tattwa agama Hindu. Secara keseluruhan dari kegiatan pemujaan yang dilakukan melalui kegiatan upacara di Pura Samuantiga, penerapan ajaran bhakti dan karma mārga adalah yang dominan diterapkan dalam pelaksanaan pemujaan terhadap Tuhan. 3.2 Konsep Īṣṭadevatā Di Pura Samuantiga Īṣṭadevatā merupakan deva-deva yang diharapkan hadir dalam suatu pemujaan yang dilakukan di Pura Samuantiga oleh umat Hindu. Konsep Īṣṭadevatā yang dipuja disuatu pura dapat diketahui dari beberapa aspek pendukungnya seperti mūrtipūjā yang digunakan, penyebutan gelar Tuhan dan Īṣṭadevatā yang dipuja. Bentuk mūrtipūjā merupakan bentuk penggambaran terhadap yang dipuja, sehingga bentuk-bentuk tersebut tentunya mengandung simbol-simbol yang menunjukkan identitas dari yang digambarkan. Penggambaran inilah yang mampu menuntun pikiran manusia kepada yang dipuja. Bentuk arca, pratimā, atau simbol-simbol ketuhanan yang ada di Pura Samuantiga tidak terlepas dari konsepsi penggambaran Tuhan menurut kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya, yakni gambaran seperti manusia, setengah manusia dan binatang, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda-benda dan lain-lain. Penyebutan gelar Tuhan juga merupakan penggambaran terhadap yang dipuja, karena penyebutan gelar Tuhan sesuai dengan sifat Tuhan atau kemahakuasaan Tuhan yang dipuja di suatu palinggih. Penyebutan gelar Tuhan yang dipuja di Pura Samuantiga antara lain hyang, ida bhaṭāra, ratu agung dan ratu sedahan. Gelar hyang merupakan penyebutan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.. Gelar ratu agung, diperuntukkan bagi manifestasi Tuhan yang diyakini memiliki kedudukan tertinggi di Pura Samuantiga, karena gelar ratu agung merupakan gelar bagi raja yang berkuasa pada masa kerajaan Bali. Gelar ratu sedahan merupakan gelar yang diperuntukkan bagi manifestasi Tuhan yang di-stana-kan di palinggih pengiring di Pura Samuantiga. Oleh karena itu gelar ratu sedahan merupakan gelar yang ditujukan kepada manifestasi Tuhan yang diyakini sebagai pengiring dari deva utama. Mūrtipūjā dan penyebutan gelar Tuhan yang ada di Pura Samuantiga antara lain: 5

6 1) Palinggih Pengaruman Agung terdapat Pratimā Śiva Mahādeva merupakan penggambaran wujud Deva Śiva sebagai Śiva Mahādeva, Pratimā Buddha dalam posisi duduk bersila diatas lapik bunga teratai dan posisi tangan meditasi dipuja dengan gelar Hyang Śiva Buddha, dan Pratimā dalam bentuk prerai sebanyak tujuh buah yang melambangkan Sapta Śiva yaitu tujuh perwujudan Deva Śiva dipuja dengan gelar Ida Bhaṭāra Sapta Śiva. Penyebutan Śiva Buddha disini bukan berarti memuja terhadap dua agama yang berbeda, namun pemujaan terhadap penyatuan dua aspek Tuhan yang berbeda namun tunggal. Karena penyatuan tersebut beliau bergelar Hyang Śiva Buddha yang dipuja sebagai Tuhan Yang Maha Esa 2) Mūrtipūjā di Palinggih Ratu Agung Sakti antara lain Arca Gaṇeśa merupakan penggambaran wujud Deva Gaṇeśa dengan badan manusia berkepala gajah, Arca Durga Mahiṣāsuramardhinī merupakan penggambaran Devi Durga, dan Barong Ket merupakan simbol dari Sang Hyang Śiva. Melalui ketiga Mūrtipūjā ini manifestasi tuhan dipuja dengan gelar Ida Bhaṭāra Ratu Agung Sakti. Penyebutan gelar ini memiliki makna pemujaan terhadap manifestasi Tuhan dalam wujud deva yang memiliki kedudukan tertinggi dan kekuatan, karena gelar ratu agung menunjuk pada yang memiliki kedudukan tertinggi kata śakti dalam penyebutan gelar Tuhan ini berarti kekuatan. 3) Mūrtipūjā di Palinggih Ratu Agung Panji yaitu Liṅga-Yoni merupakan simbol pemujaan terhadap Deva Śiva dan śakti-nya Liṅga simbol Deva Śiva dan Yoni simbol Devi Pārvatī dipuja dengan gelar Ida Bhaṭāra Ratu Agung Panji. Penyebutan gelar ini memiliki makna pemujaan terhadap manifestasi Tuhan dalam wujud deva sebagai pemimpin tertinggi, karena gelar ratu agung menunjuk pada yang memiliki kedudukan tertinggi dan kata panji dalam penyebutan gelar ini berarti pemimpin. 4) Mūrtipūjā di Palinggih Ratu Lingsir yaitu Arca Lembu Nandinī merupakan simbol vāhana Deva Śiva dengan gelar Ida Bhaṭāra Ratu Lingsir. 5) Mūrtipūjā di Palinggih Bhaṭāri Gaṅga antara lain Liṅga-Yoni merupakan simbol pemujaan terhadap Deva Śiva dan śakti-nya. Liṅga simbol Deva Śiva dan Yoni simbol Devi Pārvatī, Arca Catur Kaya yaitu Liṅga dengan relief Arca Catur Kaya. Pada bagian batang dari Liṅga ini, keempat sisinya dipahatkan empat buah relief yang menggambarkan bentuk pengarcaan keluarga dari Deva Śiva yang terdiri dari: pahatan relief Deva Gaṇeśa, pahatan relief Śiva Guru, pahatan relief Durga Mahiṣāsuramardhinī dan Śiva Mahādeva. Arca Catur Kaya adalah media pemujaan terhadap Deva Śiva. Arca Durga Mahiṣāsuramardhinī 6

7 bertangan sepuluh, Arca Gaṇeśa. melalui arca-arca tersebut manifestasi Tuhan yang ber-stana di palinggih ini dipuja dengan sebutan Ida Bhaṭāri Gaṅga. 6) Palinggih Bebaturan yaitu Liṅga-Yoni di palinggih ini merupakan simbol pemujaan terhadap Deva Śiva dan śakti-nya. 7) Palinggih Sedahan Pengaksian yaitu Faragmen Arca Bhairava merupakan penggabaran salah satu perwujudan dari Deva Śiva yang dipuja dengan gelar Ida Bhaṭāra Ratu Sedahan Pengaksian. Berdasarkan penjelasan di atas pemujaan Īṣṭadevatā di Pura Samuantiga adalah eka aneka yaitu Tuhan yang tunggal yang dipuja dalam berbagai wujud seperti yang diuraikan dalam Lontar Jñānasiddhanta Sebagai Berikut.: Ekatwanekatwa swalaksana Bhaṭāra. Ekatwa ngaranya, kahidep makalaksana Siwatattwa. Ndan tunggal, tan rwatiga kahidepnira. Mangekalaksana Śiva karana juga, tan paprabheda. Aneka ngaranya kahidepan Bhaṭāra makalaksana caturdhā. Caturdhā ngaranya laksananiran sthūla sūkṣma parasunya. Terjemahannya : Sifat Bhaṭāra adalah eka dan aneka. Eka (esa) artinya Ia dibayangkan bersifat Śivatattwa. Ia hanya Esa, tidak dibayangkan dua atau tiga. Ia bersifat esa saja sebagai Siwakarana (Śiva sebagai pencipta), tiada perbedaan. Aneka artinya Bhaṭāra dibayangkan bersifat caturdha. Caturdha artinya sifatnya adalah sthula, suksma, dan parasunya (Tim Penyusun, 2003:26). Konsepsi ini menunjukkan bahwa Tuhan yang satu mewujudkan diri dalam yang banyak dan yang banyak itu sesungguhnya adalah perwujudan dari yang satu. Di Pura Samuantiga Tuhan yang tunggal dipuja sebagai Hyang Śiva Buddha yang mewujudkan diri sebagai Ida Bhaṭāra Sapta Śiva, Ida Bhaṭāra Ratu Agung Sakti, Ida Bhaṭāra Ratu Agung Panji, Ida Bhaṭāri Gaṅga, Ida Bhaṭāra Ratu Sedahan Pengaksian dan lain-lain 3.3 Cara Pemujaan Īṣṭadevatā Di Pura Samuantiga Pemujaan merupakan pencerminan dari rasa bhakti, hormat dan cinta kasih kepada Tuhan. Memuja sesungguhnya bertujuan untuk kembali kepada-nya. Bagi umat Hindu di Bali, pura merupakan tempat suci yang diyakini sebagai tempat ber-stana-nya para deva (bhaṭāra-bhaṭāri) dan sebagai tempat yang disucikan merupakan pusat dari kegiatan keagamaan. Cara umat Hindu melakukan pemujaan terhadap Īṣṭadevatā yang ber-stana di Pura Samuantiga yaitu dengan cara melaksanakan upacara. Pura Samuantiga merupakan Pura Khayangan Jagat, 7

8 sehingga upacara yang berlangsung di pura ini sangat kompleks. Berdasarkan waktu dan jenis upacara secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : upacara penyabran, dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti purnama, tilem, kajeng kliwon, tumpek dan lain-lain. Upacara yang dilaksanakan 210 hari sekali yaitu setiap sabtu kliwon wuku kuningan disebut dengan upacara pujawali/piodalan dan upacara yang dilaksanakan setahun sekali, yaitu setiap purnama kedasa sebagai upacara ngusaba. Upacara setiap tahun ini dibedakan dengan pola : setiap tahun genap dilaksanakan upacara padudusan agung dan mapeselang, sedangkan setiap tahun ganjil dilaksanakan upacara padudusan alit. Pelaksanaan upacara ngusaba merupakan upacara yang paling kompleks dan kegiatan didalamnya telah terpolakan sedemiakian rupa. Diawali dengan nyambut karya yaitu mulai membuat sarana upakara. Upakara dibuat dari berbagai jenis bahan-bahan yang diatur sedemikian rupa sehingga berbentuk persembahan yang indah dilihat, disebut banten yang mempunyai makna dan fungsi. pembuatan upakara dilakukan oleh para pengayah yang berasal dari masyarakat pengempon pura maupun masyarakat umum yang ingin ngayah. Tiga hari sebelum upacara semua palinggih akan dihias dengan wastra dan berbagai ragam rias dari janur seperti gantung-gantung, lamak dan lain-lain. Sehari sebelum puncak upacara akan dilaksanakan upacara mecaru dan ida bhaṭāra tedun dari Pengaruman. Semua pratimā akan dihias dengan bunga sebelum distana-kan di Pengaruman Agung. Pada purnama sasih kedasa yang merupakan puncak upacara, Ratu Manca-Manca rauh/ida bhaṭāra dari desa pengemong diluar Desa Bedulu akan hadir di Pura Samuantiga, seperti ida bhaṭāra yang berstana di Pura Penataran Sasih Pejeng, Pura Puseh Carang Sari, dan Pura Sidakarya. Dengan mengusung pratimā-pratimā yang ada di masing-masing pura tersebut menuju ke Pura Samuantiga untuk di-stana-kan di Pengaruman Agung. Upacara piodalan maupun ngusaba pada intinya terdiri atas dua macam kegiatan yang harus dilakukan oleh umat, yaitu mebanten (menghaturkan upakara) dan mebakti (sembahyang). Pada saat menghaturkan upakara akan dipimpin oleh sulinggih ataupun pamangku yang bertugas di Pura Samuantiga. Prosesi ini diiringi dengan ucapan mantra dari sulinggih, Suara genta sang sulinggih berpadu dengan sayup-sayup suara gamelan Bali dan sekaa santi yang mengumandangkan kidung wargasari ataupun kakawin, semua prosesi upacara ini dilakukan dengan penuh keiklasan dan ketulusan.. Kegiatan persembahyangan diakhiri dengan memercikkan tīrhta wangsuhpada dan memberikan bija kepada para pemedek yang telah selesai melakukan persembahyangan. Setelah hari ketiga di Pura Samuantiga akan dilaksanakan tari wali. Di Pura Samuantiga tari wali ini merupakan rangkaian daripada pelaksanaan ngusaba, tari wali yang dipentaskan adalah tari sutri, nampiog dan siat sampian. Tarian ini mengandung makna penyucian Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. 8

9 Setelah prosesi tari siat sampian selesai, Ratu Manca-Manca tedun dari Pangaruman Agung dan diusung kembali ke pura masing-masing. Pada hari kesebelas dari puncak upacara, dilaksanakan upacara melasti. Pada upacara padudusan alit dilaksanakan melasti ngubeng, artinya tidak pergi ke laut, melasti dilakukan di beji pura. Sedangkan pada upacara padudusan agung, melasti dilakukan dengan pergi ke laut. Sekembalinya dari prosesi melasti maka semua pratimā akan diusung langsung menuju palinggih pengaruman di mandala jeroan yang keesokan harinya akan disineb. Setelah upacara nyineb selesai, menandakan berakhirnya pelaksanaan upacara ngusaba di Pura Samuantiga. IV SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah dirumuskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi konsep Saguna Brahman di Pura Samuantiga berdasarkan ajaran mengenai konsep Saguna Brahman yang termuat dalam susastra Hindu dan dibalut dengan kebudayaan Bali, Konsep Īṣṭadevatā yang dipuja di Pura Samuantiga yaitu eka aneka. Konsepsi ini menunjukkan bahwa Tuhan yang satu mewujudkan diri dalam yang banyak dan yang banyak itu sesungguhnya adalah perwujudan dari yang satu. Di Pura Samuantiga Tuhan yang tunggal dipuja sebagai Hyang Śiva Buddha yang mewujudkan diri sebagai Ida Bhaṭāra Sapta Śiva, Ida Bhaṭāra Ratu Agung Sakti, Ida Bhaṭāra Ratu Agung Panji, Ida Bhaṭāri Gaṅga, Ida Bhaṭāra Ratu Sedahan Pengaksian dan lain-lain dan Cara pemujaan Īṣṭadevatā di Pura Samuantiga yaitu dengan melaksanakan upacara berdasarkan ajaran tattwa agama Hindu yang diwarnai dengan kebudayaan Bali. Di Pura Samuantiga jenis upacara yang dilaksanakan dibedakan menjadi tiga yaitu upacara penyabran, upacara yang dilaksanakan 210 hari sekali (upacara piodalan), dan upacara yang dilaksanakan setahun sekali (upacara ngusaba). V SARAN Mengingat begitu pentingnya pengetahuan mengenai teologi Hindu bagi umat Hindu, khususnya mengenai konsep pemujaan Saguna Brahman yang diterapkan di Pura Samuantiga yang merupakan Pura Khayangan Jagat, maka penulis pada kesempatan ini mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Pelestarian Pura Samuantiga perlu dilaksanakan secara berlanjut oleh pemerintah Kabupaten Gianyar, bersama para pakar dan semua warga masyarakat, Mengingat Pura Samuantiga memiliki peninggalan arkeologi agar tetap lestari. 2. Para tokoh umat Hindu diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai makna dan tujuan dari kegiatan-kegiatan terkait upacara yang 9

10 dilaksanakan di Pura Samuantiga dan makna dari simbol-simbol ketuhanan yang digunakan di Pura Samuantiga berdasarkan tattwa agama Hindu. 3. Dimasa yang akan datang peneliti berharap ada penelitian yang lebih mendalam terkait dengan konsep pemujaan Saguna Brahman. VI UCAPAN TERIMAKASIH Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, motivasi, arahan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat : 1. I Wayan Redi, M.Ag, sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. 2. I Made Dwitayasa, S.Ag., M.Fil.H, Ketua Jurusan Teologi Hindu sekaligus sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. 3. Dosen IHDN Denpasar yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan ilmunya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan 4. Seluruh keluarga yang telah memberikan motifasi serta dukungan moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. VII DAFTAR PUSTAKA Donder, I Ketut Panca Dhatu Atom, Atma dan Animisme (Sebuah Evolusi Konsep Tentang Pemahaman Terhadap Substansi Yang Amat Kecilsebagai Gejala Hidup Dan Azas Kehidupan). Surabaya : Paramita. Donder, I Ketut Brahmavidya : Teologi Kasih Semesta (Kritik Terhadap Epistemologi Teologi, Klaim Kebenaran, Program Misi, Komparasi Teologi, dan Konversi. Surabaya : Paramita Tim Penyusun Siwatattwa. Denpasar. Kegiatan Peningkatan Sarana Prasarana Kehidupan Beragama. Titib, I Made Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita Nerawati, Ni Gst. Ayu Agung Upacara Agama. Denpasar : IHDN 10

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73 TRADISI NGEDEBLAG DI DESA PAKRAMAN KEMENUH KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Teologi Hindu) Oleh Ni Putu Dian Yudiani, I Wayan Mandra, I Ketut Gunarta Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar e-mail:

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: 201202010 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR DENPASAR

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

FUNGSI WALI TARI REJANG SUTRI Oleh: I Wayan Budiarsa Dosen PS Seni Tari

FUNGSI WALI TARI REJANG SUTRI Oleh: I Wayan Budiarsa Dosen PS Seni Tari FUNGSI WALI TARI REJANG SUTRI Oleh: I Wayan Budiarsa Dosen PS Seni Tari Salah satu sarana untuk mempertebal keyakinan dan menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa) adalah

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara BAB V KESIMPULAN 1. Kesimpulan Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara odalan di Kabupaten Karangasem yaitu beberapa faktor

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA DALAM PEMENTASAN DRAMATARI CALONARANG DI PURA DALEM GEDE DESA SUKAWATI KECAMATAN SUKAWATI (PerspektifPendidikan Agama Hindu) Oleh I Wayan Darmajaya Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Wayan Kartini Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iwickpratiwi@gmail.com

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19 EKSISTENSI TARI BARIS IDIH-IDIH DI DESA PAKRAMAN PATAS, DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR Oleh Ni Nyoman Muliartini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Hinduism is the oldest

Lebih terperinci

Keywords: Worship, Ida Bhatara Ratu Gede

Keywords: Worship, Ida Bhatara Ratu Gede PEMUJAAN IDA BHATARA RATU GEDE DI PURA JATI DESA PAKRAMAN KERANJANGAN DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING Oleh Ida Ayu Laksmi Umaningrum, I Made Dwitayasa, I Nyoman Piartha Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Laporan kemajuan HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Drajat Sarjana Teknik Informatika oleh : KOMANG ANANTA WIJAYA 11 07 06639

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

PURA SAMUAN TIGA SEBAGAI TEMPAT AKTIVITAS PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PURA SAMUAN TIGA SEBAGAI TEMPAT AKTIVITAS PENDIDIKAN AGAMA HINDU PURA SAMUAN TIGA SEBAGAI TEMPAT AKTIVITAS Oleh: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gianyar ketutmendri@yahoo.com Abstract Hindus in general held a pray at SamuanTiga Temple for request to God in order

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam menyusun rancangan penelitian (research design) aspek paradigma (pendekatan) sangat diperlukan, yaitu untuk dapat memahami kompleksitas dunia

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI Oleh I Wayan Budeyasa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Caru palguna tradition which

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Komang Samiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Kawitan yang

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan LAPORAN PELAKSANAAN HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU I K. Suparta Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: padmabuana@yahoo.co.id ABSTRAK Konsep Ke-Tuhanan dalam Hindu merupakan

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

TARI NAMPYOG DALAM PIODALAN DI PURA SAMUANTIGA DESA ADAT BEDULU, KECAMATAN BLAHBATUH GIANYAR

TARI NAMPYOG DALAM PIODALAN DI PURA SAMUANTIGA DESA ADAT BEDULU, KECAMATAN BLAHBATUH GIANYAR TARI NAMPYOG DALAM PIODALAN DI PURA SAMUANTIGA DESA ADAT BEDULU, KECAMATAN BLAHBATUH GIANYAR Oleh: Universitas Hindu Indonesia e-mail: widiantaris@yahoo.com Abstract The sacred dance of Nampyog which is

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Oleh Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn ============================================================ Abstrak Tari Pendet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG

STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG Oleh Ni Putu Sukarmiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar wiwinsukarmiasih@gmail.com

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya bram.gus@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Wayan Redi Pembimbing II I Ketut Wardana ABSTRAK

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change. SEKAPUR SIRIH Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Om Swastiastu, Tingkatkan hubungan harmon is antara manusia-alam-tuhan sehingga mendorong kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kepada Umat Parisada

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Kade Artini Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) Oleh : NI MADE SURATNI NIM : 09.1.4.4.1.0181 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs.

Lebih terperinci

INSTITUT SENI INDONESIA

INSTITUT SENI INDONESIA KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MERAJUT KEBERSAMAAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: NASIONAL PESTA KESENIAN BALI XXXIII 10 Juni-9 Juli 2011 Di Taman Budaya Denpasar

Lebih terperinci

1.1 Profil Keluarga Dampingan

1.1 Profil Keluarga Dampingan BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Udayana periode XIII Tahun 2016 merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa di

Lebih terperinci

DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH EED KARYA PENYANGGRA PEMUPUT PIRANTI

DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH EED KARYA PENYANGGRA PEMUPUT PIRANTI pura panti penataran agung Br. Aseman, Desa Abiansemal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam

Lebih terperinci

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

PURA PUSEH, PURA DESA BATUAN DALAM PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN BALI DI DESA BATUAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Pariwisata Budaya)

PURA PUSEH, PURA DESA BATUAN DALAM PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN BALI DI DESA BATUAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Pariwisata Budaya) PURA PUSEH, PURA DESA BATUAN DALAM PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN BALI DI DESA BATUAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Pariwisata Budaya) Ni Wayan Surina, Ida Bagus Nyoman Wartha Program Studi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Lokasi Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata Selatan No. 200 i Kelurahan Ketintang Kota Surabaya, dengan luas wilayah 297 Ha. Ketinggian

Lebih terperinci

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini

Lebih terperinci

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG SKRIPSI ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG (Kajian Bentuk, Fungsi Dan Makna) OLEH I WAYAN WIDYA DHARMAYASA NIM. 09. 1.4.4.1. 0240 E-Mail : widyadharma2261@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Mahapuja Satyabuddha

Mahapuja Satyabuddha Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI. Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM:

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI. Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM: ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM: 0615351224 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Lebih terperinci

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP 34. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci