PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 1993

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KE LIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NO. 10 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KABUPATEN BULUNGAN

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

RUMUS PENETAPAN MANFAAT

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2008

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Orga

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa faktor penyebab Perusahaan Senapan Angin

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Pengantar (Edisi Revisi)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUJUAN PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN PAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR.

UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.04/MEN/1998 T E N T A N G PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN TATA KERJA DOKTER PENASEHAT

Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumber daya manusia 2. Aspek pendukung

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER. 12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG

4. Mononom dan Polinom

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

o Jl. Kayoon No.20 J Surabaya P F E5 seperti yang aiajiaporan penerimaan dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

M. T.:fD AOE SUDARil/IA T THOMAS.. DE$II

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/V/2010 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

2012, No Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menetapkan Peraturan Pemerintah te

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL TIGA SEKTOR. Minggu 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/V/2010 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

Konstruksi Rangka Batang

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dipandang perlu diatur perlindungan jaminan kecelakaan kerja agi tenaga kerja yang elum mendapatkan perlindungan erdasarkan penahapan kepesertaan seagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja; ahwa sesuai dengan prinsip resiko pekerjaan (resque profesioneel) merupakan tanggungan pengusaha terhadap tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja; c ahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lemaran Negara Repulik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tamahan Lemaran Negara Repulik Indonesia Nomor 3468); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lemaran Negara Repulik Indonesia Tahun 1993 Nomor 20, Tamahan Negara Repulik Indonesia 3520); 3. Keputusan Presiden Nomor 64 / M Tahun 1988 tentang Pementukan Kainet Pemangunan V; 4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timul Karena Huungan Kerja. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: (1) Tenaga Kerja adalah setiap orang yang ekerja pada perusahaan yang elum waji mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja karena adanya pentahapan kepesertaan; (2) Pengusaha adalah: a. Orang persekutuan atau adan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;. Orang persekutuan atau adan hukum yang secara erdiri sendiri menjalankan perusahaan ukan miliknya; c. Orang persekutuan atau adan hukum yang erada di Indonesia, mewakili perusahaan seagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf yang erkedudukan di luar wilayah Indonesia.

(3) Perusahaan adalah setiap entuk Badan Usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, aik milik swasta maupun milik negara; (4) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi erhuung dengan huungan kerja, termasuk penyakit yang timul karena huungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan erangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang iasa atau wajar dilalui. (5) Sementara tidak mampu ekerja adalah keadaan tenaga kerja yang sementara tidak mampu ekerja karena masih dalam keadaan perawatan dokter. (6) Cacat seagian untuk selama-lamanya adalah hilang atau tidak erfungsinya seagian anggota tuuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. (7) Cacat total untuk selama-lamanya adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu ekerja sama sekali untuk selama-lamanya. (8) Upah seulan adalah upah yang diterima oleh tenaga kerja selama satu ulan terakhir dengan ketentuan seagai erikut: a. jika upah diayarkan secara harian, maka upah seulan sama dengan upah sehari dikalikan 30 (tiga puluh);. jika upah diayarkan secara orongan atau satuan, maka upah seulan dihitung dari upah rata-rata 3 (tiga) ulan terakhir; c. jika pekerjaan tergantung dari keadaan cuaca yang upahnya didasarkan pada upah orongan, maka upah seulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua elas) ulan terakhir. (9) Dokter Pemeriksa adalah dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh pengusaha atau dokter pemerintah yang memeriksa dan merawat tenaga kerja. (10) Dokter Penasehat adalah dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan atas usul dan diangkat oleh Menteri Tenaga Kerja. (11) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis erkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. (12) Atasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah: a. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang erkedudukan di tingkat Kantor Departemen Tenaga Kerja ialah Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja yang ersangkutan;. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang erkedudukan di tingkat Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja ialah Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja yang ersangkutan; c. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang erkedudukan di tingkat Departemen Tenaga Kerja Pusat ialah Direktur Bina Pengawasan Norma Perlindungan Tenaga Kerja. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA Pasal 2 (1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja erhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja yang terdiri dari: a c pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke rumahnya; pemeriksaan, pengoatan dan atau perawatan di Rumah Sakit; iaya pemakaman. (2) Selain jaminan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga dierikan santunan erupa uang yang terdiri dari: a santunan sementara tidak mampu ekerja seagai pengganti upah; santunan cacat seagian untuk selama-lamanya;

c santunan cacat total untuk selama-lamanya; d santunan kematian. (3) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja seagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah seagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 3 (1) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja maka santunan kematian seagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d diayarkan kepada janda atau duda atau anak yang menjadi tanggungannya. (2) Dalam hal janda atau duda atau anak tidak ada maka jaminan Kematian diayar sekaligus kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja menurut garis lurus ke awah dan garis lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua. (3) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah seagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka jaminan Kematian diayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam wasiatnya. (4) Dalam hal tidak ada wasiat iaya pemakaman diayarkan kepada pengusaha atau pihak lain guna kepengurusan pemakaman. (5) Dalam hal janda atau anak leih dari satu orang, maka santunan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) diagi rata dan sama anyaknya antara mereka. Pasal 4 Tenaga kerja erkewajian memerikan daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungannya kepada perusahaan termasuk peruahan-peruahannya. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA Pasal 5 Pengusaha waji memerikan Jaminan Kecelakaan Kerja seagaimana dimaksud dalam Pasal 2 kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja. Pasal 6 Pengusaha waji memuat daftar Perusahaan Waji Bayar Jaminan Kecelakaan Kerja di perusahaan atau di agian perusahaan yang erdiri sendiri yang diuat sesuai dengan entuk KK.1 (terlampir) dan didaftarkan ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Pasal 7 Pengusaha waji memerikan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja. Pasal 8 (1) Pengusaha waji melaporkan secara tertulis kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak leih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam. (2) Laporan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan seelum dilaporkan secara tertulis. (3) Dalam hal penyakit yang timul karena huungan kerja, laporan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disampaikan dalam waktu tidak leih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah penyakit terseut didiagnosa oleh Dokter Pemeriksa. (4) Laporan tertulis seagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan mengisi Laporan Kecelakaan Kerja Tahap I sesuai dengan Bentuk KK.2 (terlampir).

Pasal 9 (1) Pengusaha waji mengirimkan Laporan Kecelakaan Kerja Tahap II kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dengan mengisi Bentuk KK.3 (terlampir) dalam waktu tidak leih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja erdasarkan surat keterangan dokter dinyatakan: a c d keadaan sementara tidak mampu ekerja telah erakhir; keadaan cacat seagian untuk selama-lamanya; keadaan cacat total untuk selama-lamanya; meninggal dunia. (2) Surat Keterangan dokter seagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan entuk KK.4 (terlampir). (3) Dalam hal penyakit yang timul karena huungan kerja surat keterangan dokter seagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan Bentuk KK.5 (terlampir). (4) Bentuk KK.4 dan KK.5 seagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) harus disampaikan oleh pengusaha kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Pasal 10 Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja sementara tidak mampu ekerja, perusahaan waji terus memayar upah tenaga kerja yang ersangkutan seagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a sampai Dokter Pemeriksa menetapkan akiat kecelakaan kerja yang dideritanya. Pasal 11 Pengusaha tidak diwajikan untuk memayar jaminan kecelakaan kerja kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja atau santunan kematian kepada keluarganya dalam hal: a karena disengaja oleh tenaga kerja yang ersangkutan; c d menolak tanpa alasan yang sah akan diperiksa dokter yang ditunjuk oleh perusahaan; seelum selesai pengoatan tenaga kerja menolak pertolongan dalam huruf tanpa alasan yang sah; pergi ke tempat lain sehingga dokter yang ditunjuk oleh perusahaan tidak dapat memeri pertolongan yang dianggap perlu untuk memulihkan kesehatannya. Pasal 12 Dalam hal tenaga kerja pada waktu terjadinya kecelakaan kerja sedang erada di awah pengaruh minuman keras atau sesuatu yang memaukkan karena disengaja, maka dengan persetujuan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, pengusaha erhak mengurangi esarnya santunan kecelakaan kerja seanyak-anyaknya 50% (lima puluh persen) dari yang seharusnya diterima. Pasal 13 (1) Dalam hal terjadi peredaan pendapat mengenai kecelakaan kerja atau ukan kecelakaan kerja, maka Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan erwenang menetapkan dan mewajikan pengusaha untuk terleih dahulu: a Memayar pertolongan; Memayar iaya pemakaman. (2) Dalam hal Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan ternyata menetapkan ukan seagai kecelakaan kerja, maka pengusaha tidak dapat meminta kemali aya yang telah dikeluarkan seagaimana dimaksud dalam ayat (1). BAB IV TATA CARA PEMBAYARAN JAMINAN

Pasal 14 (1) Setelah kecelakaan kerja terjadi pengusaha harus memuat perhitungan dan memayar esarnya santunan kecelakaan dalam waktu selamat-lamatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak dimana disampaikannya laporan kecelakaan kerja Tahap II dengan menggunakan Bentuk KK.6 (terlampir). (2) Perhitungan esarnya santunan kecelakaan kerja seagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disampaikan tenaga kerja atau keluarganya dan Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. (3) Dalam hal perhitungan esarnya santunan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pengusaha seagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak sesuai dengan ketentuan yang erlaku maka Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan erwenang untuk menetapkan esarnya santunan kecelakaan kerja walaupun tidak ada pengaduan keeratan dari tenaga kerja atau keluarganya dengan menggunakan Bentuk KK.7 (terlampir). Pasal 15 (1) Dalam hal pengusaha seagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) elum mampu menghitung sendiri esarnya santunan kecelakaan kerja dapat meminta antuan kepada Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan. (2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memuat perhitungan esarnya santunan kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan yang erlaku. (3) Pengusaha waji memayar santunan kecelakaan kerja seagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada tenaga kerja atau keluarga yang ditinggalkan dalam waktu selamat-lamatnya 7 (tujuh) hari. Pasal 16 (1) Dalam hal pengusaha, tenaga kerja atau keluarganya tidak dapat menerima penetapan esarnya santunan kecelakaan kerja yang ditetapkan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, dapat mengajukan keeratan atau anding kepada Atasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dalam waktu selamat-lamatnya 14 (empat elas) hari terhitung sejak penetapan diterima. (2) Atasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dalam waktu selamat-lamatnya 30 (tiga puluh) hari harus sudah mengeluarkan penetapan seagaimana dimaksud dalam ayat (1). (3) Dalam hal pengusaha, tenaga kerja atau keluarganya tidak dapat menerima penetapan esarnya santunan kecelakaan kerja yang ditetapkan oleh Atasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan seagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat mengajukan keeratan atau anding kepada Menteri Tenaga Kerja dalam waktu selamat-lamatnya 14 (empat elas) hari terhitung sejak penetapan diterima. (4) Setelah ada penetapan esarnya santunan kecelakaan kerja oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, Atasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau oleh Menteri Tenaga Kerja yang tidak dapat dimintakan anding lagi maka: a Dalam hal penetapan terseut leih esar daripada yang diayarkan, maka perusahaan harus memayar kekurangannya dalam waktu selamat-lamatnya 7 (tujuh) hari sejak penetapan; Dalam hal penetapan terseut leih kecil daripada yang diayarkan, maka perusahaan tidak oleh meminta keleihannya dari tenaga kerja atau keluarganya. Pasal 17 Dalam hal terjadi cacat di luar tael persentase santunan tetap, seagian dan cacat-cacat lainnya, maka Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan menetapkan esarnya persentase cacat dengan persetujuan Dokter Penasehat setempat.

Pasal 18 (1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja dalam waktu selama-lamanya 3 (tiga) tahun setelah terjadinya kecelakaan kerja dapat mengajukan permintaan kepada Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan untuk menetapkan kemali esarnya jaminan kecelakaan kerja yang telah ditetapkan, apaila keadaan cacat seagian untuk selama-lamanya mengalami peruahan yang ditetapkan dengan surat keterangan Dokter Pemeriksa. (2) Dalam hal pengusaha atau tenaga kerja tidak dapat menerima penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan seagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan keeratan atau anding sesuai dengan ketentuan seagaimana diatur dalam Pasal 15. (3) Pengajuan peruahan keadaan cacat seagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak erlaku apaila peruahan terseut disengaja oleh tenaga kerja atau akiat kecelakaan kerja aru. BAB V SANKSI Pasal 19 Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), dan Pasal 15 ayat (3) merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 (1) Setelah menerima laporan seagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan segera melaksanakan penilaian atas laporan terseut, dan apaila dipandang perlu mengadakan penelitian mengenai sea-sea dan akiat kecelakaan terseut. (2) Setiap orang yang diminta keterangan atau antuan keahliannya oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan harus memenuhi permintaan terseut. (3) Apaila diperlukan perusahaan harus menunjukkan laporan kecelakaan kerja seagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) kepada Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan. Pasal 21 Setiap orang yang melihat dan atau mengetahui terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja dienarkan memeritahukan perihal kecelakaan dimaksud kepada perusahaan dan Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat atau terdekat dengan tidak menghilangkan kewajian perusahaan seagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1). Pasal 22 Dalam hal tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja dipekerjakan kemali pada perusahaan dengan mendapat upah, maka upah yang diterima tenaga kerja harus tidak oleh leih kecil dari esarnya upah pada saat tertimpa kecelakaan kerja.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pengawasan terhadap ditaatinya pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja seagaimana dimaksud dalam Undang- Undang nomor 3 Tahun 1951. Pasal 24 Segala ketentuan yang ada dan ertentangan dengan Peraturan Menteri ini dinyatakan tidak erlaku lagi. Pasal 25 Peraturan Menteri ini mulai erlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 27 Peruari 1993 MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. Drs. COSMOS BATUBARA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TANGGAL 27 PEBRUARI 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA I. BESARNYA JAMINAN KECELAKAAN KERJA A. Santunan 1. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) 4 ulan pertama 100% x Upah seulan, 4 ulan kedua 75% x upah seulan dan ulan seterusnya 50% x upah seulan. 2. Cacad a. Cacad seagian untuk selama-lamanya diayarkan secara sekaligus (Lumpsum) dengan esarnya % sesuai dengan tael x 60 ulan upah.. Cacad total untuk selama-lamanya diayarkan secara sekaligus (Lumpsum seesar 70% x 60 ulan upah. c. Cacad kekurangan fungsi diayar secara sekaligus (Lumpsum) dengan esarnya santunan adalah : % erkurangnya fungsi x % sesuai tael x 60 ulan upah. 1. Santunan Kematian diayarkan secara sekaligus (Lumpsum) a. Santunan sekaligus seesar 60% x 60 ulan upah, sekurang-kurangnya seesar Jaminan Kematian.. Biaya pemakaman seesar Rp. 200.000,- (dua ratus riu rupiah) lm 0.60" B. Pengoatan dan perawatan sesuai dengan iaya yang dikeluarkan. 1. Dokter 2. Oat; 3. Operasi; 4. Rontgen, Laoratorium; 5. Perawatan Puskesmas, Rumah Sakit Umum Kelas I; 6. Gigi; 7. atau; 8. Jasa tai/sinhe/tradisional yang telah menjadi ijin resmi dan instansi yang erwenang.1 C. Penyakit yang timul karena huungan kerja Besarnya santunan dan iaya pengoatan/perawatan sama dengan A dan B. D. D. Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan kerja ke Rumah Sakit atau ke Rumahnya seesar iaya yang diperlukan II. TABEL PERSENTASE SANTUNAN CACAD TETAP SEBAGIAN DAN CACAD-CACAD LAINNYA. Macam cacad Tetap Seagian % x Upah - Lengan kanan dari sendi ahu keawah 40 - Lengan kiri dari sendi ahu keawah 35 - Lengan kanan dari atau dari atas siku keawah 35 - Lengan kiri dari atau dari atas siku keawah 30

- Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan keawah 32 - Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan keawah 28 - Kedua elah kaki dari pangkal paha keawah 70 - Seelah kaki dari pangkal paha keawah 35 - Kedua elah kaki dari mata kaki keawah 50 - Kedua elah kaki dari mata kaki keawah 25 - Kedua elah mata 70 - Seelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat 35 - Pendengaran pada kedua elah telinga 40 - Pendengaran pada seelah telinga 20 - Iu jari tangan kanan 15 - Iu jari tangan kiri 12 - Telunjuk tangan kanan 9 - Telunjuk tangan kiri 7 - Salah satu jari lain tangan kanan 4 - Salah satu jari lain tangan kiri 3 - Ruas pertama telunjuk kanan 4,5 - Ruas pertama telunjuk kiri 3,5 - Ruas pertama jari lain tangan kanan 2 - Ruas pertama jari lain tangan kiri 1,5 - Salah satu iu jari kaki 5 - Salah satu jari telunjuk kaki 3 - Salah satu jari kaki lain 2 - Terkelupasnya kulit kepala 10-22 - Impotensi 3 - Kaki memendek seelah : kurang dari 5 cm 10-5 - 7,5 cm 20-7,5 atau leih 30 - Penurunan daya dengar kedua elah telinga setiap 10 desiel 6 - Penurunan daya dengar seelah telinga setiap 10 desiel 3 - Kehilangan daun telinga 5 - Cacad hilangnya cuping hidung 10 - Kehilangan daya ciuman 30 - Perforasi sekat rongga hidung 15

- Kehilangan daya penciuman 10 - Kehilangan kemampuan kerja phisik - 50% - 70% 40-25% - 50% 20-10% - 25% 5 - Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 70 - kehilangan seagian fungsi penglihatan setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10% Apaila efisiensi penglihatan kanan dan kiri ereda maka efisiensi penglihatan inokuler dengan rumus kehilangan efisiensi penglihatan : (3x % ef.peng.teraik) + % ef.peng.teruruk 7 - Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10% 7 - Kehilangan penglihatan warna 10 - Setiap kehilangan lapangan pandang 10% 7 Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 27 Feruari 1993 MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. Drs. COSMAS BATUBARA DAFTAR PERUSAHAAN WAJIB BAYAR JAMINAN KECELAKAAN KERJA BENTUK KANDEP T.K : KK.1 NO. KLUI : 1. Nama dan alamat Perusahaan No. Pendaftaran : 2. a. Nama dan alamat Pimpinan Perusahaan. Nomor Telepon Harian... orang 3. Jumlah tenaga kerja Bulanan... orang Borongan... orang Jumlah :... orang Harian Rp.... 4 Besarnya upah dari masing-masing Bulanan Rp....

tenaga kerja Borongan Rp.... Jumlah : Rp.... Diuat Dengan Sesungguhnya Di : Pada Tanggal : Pimpinan Perusahaan (...) Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 27 Feruari 1993 MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. Drs. COSMAS BATUBARA