STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BAKU DAN HARGA AIR PADA DAS TUKAD OOS DI KAWASAN GIANYAR PROVINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERENCANAAN SISTEM JARINGAN AIR BAKU DAN ANALISA EKONOMI PADA TUKAD MELANGIT DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR PROVINSI BALI

STUDI HARGA AIR BAKU PADA BENDUNGAN BENDO KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah

STUDI ANALISIS HARGA AIR TERHADAP KUALITAS AIR PELAYANAN DAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DI PDAM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI. Ahaddian Ovilia Damayanti

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UNTUK PENENTUAN HARGA AIR PADA JARINGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SANANKERTO KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

STUDI KELAYAKAN EKONOMI DALAM PENENTUAN HARGA AIR PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DI DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG JURNAL ILMIAH

ANALISA EKONOMI DALAM PENENTUAN HARGA AIR PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SUKOLILO KECAMATAN PRIGEN KABUPATEN PASURUAN JURNAL ILMIAH

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN LONGSTORAGE KALI MATI KABUPATEN SIDOARJO

Kajian Ekonomi Untuk Menentukan Harga Air Pada Bendungan Ir. H. Djuanda Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta

STUDI KELAYAKAN EKONOMI DALAM PENENTUAN HARGA AIR PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DI KECAMATAN PUCANGLABAN KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR JURNAL

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR MINUM DAN ANALISIS EKONOMI DI IKK JABUNG DAN IKK PAKIS KABUPATEN MALANG

Aplikasi Software WaterCAD Untuk Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa Taman Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo

Kata kunci: Pengembangan sistem distribusi, prediksi kebutuhan, efisiensi

ANALISA KELAYAKAN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR DI DAS BENGAWAN SOLO HILIR PLANGWOT - SEDAYU LAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

ANALISA STUDI HARGA AIR PADA PERENCANAAN BENDUNGAN LEUWIKERIS KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG PENGGUNG GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA GUNUNGRONGGO KECAMATAN TAJINAN KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN SOFTWARE WATERCAD JURNAL

JURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

STUDI ANALISIS HARGA AIR DI PDAM KOTA MALANG TERHADAP KENAIKAN BIAYA PRODUKSI AIR Rifqi Linati 1, Ussy Andawayanti 2, Dian Chandrasasi 2

OPTIMASI DAN SIMULASI SISTEM PENYEDIAAN JARINGAN AIR BERSIH DI KECAMATAN KADEMANGAN KABUPATEN BLITAR

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

STUDI ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI PERENCANAAN PENGEMBANGAN LAYANAN PDAM DI KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI JURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

ANALISIS INVESTASI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA DURI (Intake Air Baku Sungai Jurong II)

KAJIAN EKONOMI SUMUR DALAM PKB-111 PADA IRIGASI AIR TANAH DI DESA KALIAKAH KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos ABSTRACT

STUDI KELAYAKAN PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SURAKARTA PLANNING HORIZON 10 TAHUN (STUDI KASUS : PDAM KOTA SURAKARTA)

Feasibility Study Pembangunan Embung Taman Sari dan Sumber Blimbing, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN WADUK JLANTAH KABUPATEN KARANGANYAR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI Gani Abdurrahman, M. Hamzah Hasyim, Pudyono

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

ANALISA KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN RANDU GUNTING KABUPATEN BLORA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK LIMA BELAS TAHUN YANG AKAN DATANG DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2)

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

PERENCANAAN KEMBALI DAN ANALISIS HARGA JUAL SETIAP UNIT RUMAH PADA PROYEK PERUMAHAN PERMATA BIRU PURBAYAN

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

ANALISA EKONOMI PEMBANGUNAN WADUK PIDEKSO DUSUN PIDEKSO, KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE IRR, BCR DAN BEP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan digunakan pada saat musim kemarau (Purnomo, 1994). Menurut Peraturan Pemerintah

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISA KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DEMPO TENGAH KOTA PAGARALAM. Delli Noviarti Rachman

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB III LANDASAN TEORI

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

ABSTRAK. Kata Kunci : simulasi F.J Mock, debit andalan, neraca air baku, simulasi air baku, analisa ekonomi ABSTRACT

STUDI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN JAMBULUWUK HOTEL, PETITENGET-BALI

A. Kerangka Pemikiran

Kata kunci: Evaluasi, Sistem Distribusi Air Bersih, Penurunan Tingkat Kehilangan Air

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tinjauan Umum

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan

ABSTRAK Faris Afif.O,

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PERUMAHAN MUTIARA ALAM REGENCY KABUPATEN TULUNGAGUNG NASKAH TERPUBLIKASI

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

III. KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI PERENCANAAN PELIMPAH EMBUNG KRUENG RAYA KELURAHAN KRUENG RAYA KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Transkripsi:

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BAKU DAN HARGA AIR PADA DAS TUKAD OOS DI KAWASAN GIANYAR PROVINSI BALI Sekar Handari 1, Ussy Andawayanti 2, Rispiningtati 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Email : sekarsekar6@yahoo.com ABSTRAK DAS Tukad Oos memiliki sisa air sebesar 100 lt/dt yang belum dimanfaatkan. Pada studi ini sisa air tersebut akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku. Oleh sebab itu studi ini bertujuan untuk mengetahui besar produksi air baku yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage, untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari perencanaan jaringan air baku, untuk mengetahui nilai kelayakan ekonominya, juga untuk menetapkan harga air yang layak. Dari hasil analisa diperoleh 100 lt/dt air yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage dengan dimensi b = 23,052 m, h = 23,052 m, L = 155,121 m, serta kapasitas tampungan sebesar 1520 m 3. Dari studi ini diketahui memiliki harga air minimum sebesar Rp 5.181, yang kemudian ditetapkan harga jual air ke PDAM sebesar 30% dari harga air minimum (Rp 5.388 hingga Rp 6.062), dengan hasil analisa ekonominya berupa nilai Benefit Cost Ratio adalah 1,3, untuk Net Present Value adalah Rp 5.765.530.123, untuk Tingkat Pengembalian Internal adalah 12,4%. Sedang hasil dari Analisa Sensitivitasnya adalah kondisi terjadinya penurunan manfaat sebesar 10% dan kondisi terjadinya keterlambatan pelaksanaan konstruksi. Kata Kunci : jaringan air baku, long storage, harga air. ABSTRACT DAS Tukad Oos has a residual water of 100 liters / second untapped. In this study the rest of the water will be used to meet the needs of raw water. Therefore, this study aims to determine the major raw water production is ready to be distributed using a long storage, to find out the benefits of network planning raw water, to determine the feasibility value of its economy, also to set the price of water. From the analysis results obtained 100 liters / second of water is ready to be distributed by using long storage with size b = 23,052 m, h= 23,052 m, L = 155,121 m, and the storage capacity is 1520 m 3. From this study have a minimum rise of water prices as much as Rp 5.181, and then determined water prices for PDAM using 30% from minimum rise of water prices (Rp 5.388 up to Rp 6.062), with result of economics analysis are Benefit Cost Ratio is 1.3, for Net Present Value is Rp 5,765.530.123, for the Internal Rate of Return is 12.4%. And for Sensitivity Analysis are condition of the decrease in benefits by 10% and conditions construction delays. Keywords : raw water network, long storage, the price of water.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan perkembangan terakhir yang terjadi di wilayah Kabupaten Gianyar, kebutuhan air baku semakin lama semakin meningkat, sementara ketersediaan air semakin terbatas. Peningkatan kebutuhan air tersebut sejalan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk fasilitas permukiman, dan kebutuhan irigasi. Hal ini semakin terasa apabila musim kemarau tiba, Proyek perencanaan jaringan air baku ini dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Proyek perencanaan jaringan air baku di Kabupaten Gianyar ini lebih memprioritaskan pada manfaat penyediaan untuk kebutuhan air baku dan air irigasi. Dengan perbandingan persentase untuk air baku sebesar 60% dan untuk air irigasi sebesar 40%. Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Oos memiliki luas area sebesar 119,95 km² dengan panjang sungai 51,963 km. Untuk luasan DAS di Kabupaten Badung sekitar 22,271 km 2 dan luasan di Kabupaten Gianyar sekitar 97,68 km 2. Diharapkan dengan dukungan kondisi DAS yang baik, debit andalan akan mencukupi kebutuhan penyediaan air baku di saat musim kering. Pembangunan proyek perencanaan jaringan air baku ini membutuhkan investasi yang cukup besar, maka sebelum dilaksanakan harus diperhatikan beberapa faktor yang dapat membatalkan pelaksanaannya. Salah satu faktor diantaranya adalah kelayakan ekonomi proyek. Hal ini disebabkan karena pada setiap investasi akan ditemui permasalahan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang dihasilkan. Perbandingan antara keduanya merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi kelayakan ekonomi proyek tersebut. Untuk itu pada kajian ini lebih di titik beratkan pada penetapan harga jual air baku serta menganalisa dari hasil optimasi. Dari hasil optimasi tersebut akan diketahui proyek tersebut layak dibangun atau tidak. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari studi ini adalah setelah digunakan untuk kebutuhan irigasi sebesar 50 lt/dt, terdapat sisa air dari DAS Tukad Oos yang belum dimanfaatkan sebesar 100 lt/dt, kondisi dasar sungai yang cukup sempit maka perlu dibangun long storage, perlu adanya pendistribusian air baku di Kabupaten Gianyar, harga jual air baku belum di tetapkan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besar produksi air baku, untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari jaringan air baku, dapat mengetahui nilai kelayakan ekonomi setelah ditinjau dari BCR, NPV, IRR, dan Analisa Sensitivitas, serta dapat memprediksi harga air per m 3 yang layak secara ekonomi. Untuk manfaat dari studi ini sendiri adalah untuk memberikan masukan kepada instansi terkait dalam penentuan harga air baku agar senantiasa memperhatikan tingkat kesanggupan masyarakat. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyedia Air Suatu sistem penyedia air yang mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cukup besar merupakan hal yang penting bagi suatu kota besar yang modern. Unsurunsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi (Lindsey, 1995:89) : sumber-sumber penyediaan,sarana-sarana penampungan,sarana-sarana penyaluran (ke pengolahan), sarana-sarana pengolahan, sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara, sarana-sarana distribusi.

2.2 Analisis Kebutuhan Air Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang, terlebih dahulu perlu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk pada saat ini dan proyeksi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk adalah jumlah populasi dalam satu wilayah, kecepatan pertambahan penduduk, dan kurun waktu proyeksi. Hasil analisa tersebut nantinya digunakan untuk dasar perhitungan perencanaan jaringan air baku. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk di masa datang ada tiga, yaitu metode eksponensial, metode aritmatik, dan metode geometrik. Setelah diperoleh proyeksi penduduk, baru dihitung kebutuhan air domestik dan non domestiknya, dan baru di dapatkan kebutuhan airnya. Untuk kehilangan air didapat dari 25% kebutuhan air, lalu barulah diperoleh produksi air baku dengan cara kebutuhan air dikurangi kehilangan air. 2.3 Analisa Manfaat Manfaat dari suatu proyek berarti semua pemasukan keuntungan yang diperoleh sama umur proyek tersebut. Manfaat suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi (Kadariah, 1976:71) : manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat nyata, dan manfaat tidak nyata. Dalam hal ini pemasukan adalah dari pelanggan yang membayar rekening airnya, dan disebut benefit. Pendapatan Penyedia jasa dari air terdiri dari hasil penjualan air, dan beban tetap 2.4 Analisa Biaya Biaya dapat dibagi ke beberapa golongan seperti : biaya langsung, biaya tetap, biaya pengganti, biaya yang diperhitungkan karena hilangnya kesempatan, dan biaya menurut pembukuan. 2.5 Analisis Ekonomi Analisis ekonomi teknik pada suatu proyek mengarah pada menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif dari hasil perencanaan yang dipilih. Alternatif dapat berupa perbandingan biaya, atau analisis ekonomi yang melibatkan unsur resiko yang mungkin terjadi. Telah dikembangkan berbagai cara untuk memperoleh ukuran yang menyeluruh sebagai dasar dalam penilaian kelayakan proyek. Hal ini dinamakan kriteria investasi. Kriteria yang biasa digunakan dan dianjurkan digunakan dalam evaluasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), dan analisa sensitivitas. 2.6 Tarif Air Bersih Tarif adalah harga yang harus dibayar untuk setiap pemakaian m 3 air bersih yang disalurkan. Tarif harga minimum diperoleh dari B = C, yang kemudian dijabarkan sebagai berikut: tarif dasar air = biaya usaha / jumlah produksi air 3. METODE PENELITIAN Sistematika pembahasan dalam studi ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Proyeksi jumlah penduduk dihitung sampai dengan tahun 2027. b. Besarnya kebutuhan air baku dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. c. Dari biaya konstruksi dan biaya O&P, dapat dihitung analisa biayanya. d. Kebutuhan air baku dihitung terhadap debit sumber, apakah debit mencukupi atau tidak sampai tahun 2027. e. Bersarnya produksi air dihitung sehingga diperoleh analisa manfaat. f. Setelah diperoleh analisa biaya dan analisa manfaat, dilakukan analisa ekonomi menggunakan BCR, NPV, IRR, dan Analisa Sensitivitas. g. Prediksi harga air ditetapkan.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Penyedia Air Baku 4.1.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Untuk proyeksi kebutuhan air bersih pada Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar menggunakan prosentase 100%, 80%, 60%, 40%, dan 20%. Berikut ini adalah contoh perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih tahun 2027 dengan prosentase penduduk terlayani sebesar 100% dan kehilangan air sebesar 25%. 1. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2027 sebesar 167.025 jiwa. 2. Kebutuhan air domestik (dengan asumsi 150 liter/orang/hari) = 167.025 x 150 = 250537795,35 liter/hari = 289,97 liter/detik 3. Kebutuhan non domestik (dengan asumsi 20%) = 20% x 289,97 = 57,99 liter/detik 4. Total kebutuhan air = Q domestik + Q non domestik = 289,97 + 57,99 = 347,97 liter/detik 5. Kehilangan air = 25% x 347,97 = 86,99 liter/detik 6. Kebutuhan air rata-rata = total kebutuhan air + kehilangan air = 347,97 + 86,99 = 434,96 liter/detik 7. Produksi air baku = kebutuhan air rata-rata - kehilangan air = 434,96 86,99 = 347,97 liter/detik = 10973562,36 m 3 /tahun 8. Kebutuhan air maksimum = 1,15 x 434,96 = 500,21 liter/detik 9. Kebutuhan jam puncak = 1,56 x 434,96 = 678,54 liter/detik 4.2 Perencanaan Konstruksi Long Storage 4.2.1 Pemilihan Lokasi Terdapat dua area yang menjadi alternatif untuk pembangunan long storage. Kedua lokasi tersebut berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Untuk lokasi 1 long storage memiliki alur sungai yang lurus dengan tepian tebing curam berupa batuan cadas serta ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Lebar sungai sekitar 2-5 meter dengan struktur tanah dasar berupa batuan dan lempung berpasir. Sedangkan pada lokasi 2 long storage sendiri juga memiliki alur sungai yang lurus dengan tebing kanan dan kiri terdapat sedikit lempung. Di tepi sungai terdapat sedikit sedimentasi yang sudah tertutup oleh rerumputan. Lebar sungai sekitar 5-10 meter. Struktur tanah dasar sungai berupa lempung. Dikarenakan pada lokasi 1 lebih banyak memenuhi kriteria untuk lokasi konstruksi, maka lokasi 1 dipilih sebagai lokasi long storage. Lokasi 1 atau lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan konstruksi long storage berada di Kecamatan Sukawati dengan jarak 1 km dari bendung. 4.2.2 Dimensi dan Kapasitas Tampungan Long Storage Untuk menghitung dimensi, perlu diketahui beberapa data. Adapun data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: S (kemiringan) = 0,007 Q = 100 lt/dt H (pernah banjir) = 3 m z = 1 : 1 n = 0,025 Elevasi muka air normal = +8,27 m L (panjang sungai) = 51,963 km Jarak sungai dengan konstruksi = 1 km Pada perhitungan kali ini menggunakan Rumus Manning. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Q = V x A

V = 1/n x R 3/2 x S 1/2 A = (b +z.h). h = (h+h). h = 2h 2 b = h P = b + 2h = h + 2h = h + 2h = h + 2,828h = 3,828h R = A/P = 2h 2 / 3,828h = 0,522h Q = V x A 100 = (1/0,025. 0,522h 2/3. 0,007 1/2 ) x 2h 2 100 = 2,169h x 2h 2 46,104/h= 2h 2 h = 23,052 m b = h = 23,052 m R = 0,522h = 0,522 x 23,052 = 12,725 A = 2h 2 = 2 x (23,052) 2 = 1062,798 V = 1/n x R 3/2 x S 1/2 = 1/0,025 x 12,725 3/2 x 0,007 1/2 w = 18,24 m/dt = 1/3 x h = 1/3 x 23,052 = 7,684 m h/a = 23,052 / 1062,798 = 0,02 Apabila h/a adalah 1, maka L (panjang) = = = 155121,4 = 155,121 m Elevasi = h ( 1 - ) 2 = 8,27 ( 1 - ) 2 = +7,85 m Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa long storage memiliki tinggi (h) sebesar 23,052 m, lebar (b) sebesar 23,052 m, juga panjang (L) sebesar 155,121 m dengan elevasi +7,85 m. Untuk perhitungan kapasitas tampungannya adalah sebagai berikut : V=( ) x [area lokasi + area setelah lokasi + (area lokasi x area setelah lokasi) 0,5 ] x (10 + volume di elevasi +6) = ( ) x [ 0,22 + 0,06 + (0,22 x 0,06) 0,5 ] x (10 + 0,2) = 1,52 m = 1520 m 3 Dari perhitungan di atas, diperoleh kapasitas tampungan sebesar 1520 m 3. 4.2.3 Stabilitas Long Storage Untuk menghitung stabilitas dapat menggunakan dua kondisi, yaitu kondisi tanpa gempa dan kondisi dengan gempa. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : I. Kondisi Tanpa Gempa a. Stabilitas terhadap guling SF = > 1,5 = > 1,5 = 191,309 > 1,5 b. Stabilitas terhadap geser SF = > 1,2 = > 1,2 = 9,084 > 1,2 c. Stabilitas terhadap eksentrisitas e = ( - ) < = ( - ) < = -883,609 < 3,842 d. Stabilitas terhadap daya dukung tanah q max = [ ( 1 + )] < q = x ( 1 + ) = 6117,7 t/m 2 q min = [ ( 1 - )] < q = x ( 1 - ) = 6171,1 t/m 2 II. Kondisi dengan Gempa a. Stabilitas terhadap guling SF = > 1,5

= > 1,5 = 107,841 > 1,5 b. Stabilitas terhadap geser SF = > 1,2 = > 1,2 = 8,941 > 1,2 c. Stabilitas terhadap eksentrisitas e = ( - ) < = ( - ) < = -879,97 < 3,842 d. Stabilitas terhadap daya dukung tanah q max = [ ( 1 + )] < q = x ( 1 + ) = 6092,4 t/m 2 q min = [ ( 1 - )] < q = x ( 1 - ) = 6145,8 t/m 2 III. Kontrol Terhadap Daya Dukung c = 0,85 Φ = 30,96 Nc = 39,5232 Nq = 24,3816 Nγ = 22,0736 B = 23,052 σ ijin = c.nc + γ.δf.nq + 0,5.γ.B.Nγ = 0,85.29,5232 + 1,66.3.24,3816 + 0,5.1,66.23,052.22,0736 = 568,852 σ max = x ( 1 + ) < σ ijin = x(1+ ) <568,852 = 139,104 < 568,852 σ min = x ( 1 - ) < σ ijin = x(1- ) < 568,852 = 131,161 < 568,852 4.3 Analisa Biaya 4.3.2 Biaya Modal Biaya modal terdiri dari 2 macam, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung dalam proyek ini meliputi seluruh biaya yang digunakan untuk pembangunan dalam proyek ini. Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari : Biaya Engineering = 5% dari biaya konstruksi Biaya Administrasi = 2,5% dari biaya konstruksi Biaya Tak Terduga = 5% dari biaya konstruksi Cara menghitung biaya modal untuk seluruh perencanaan air baku adalah sebagai berikut : Biaya konstruksi=rp. 45.828.168.500 Biaya admin =Rp. 45.828.168.500 x 2,5% =Rp. 1.145.704.212 Biaya engineering=rp. 45.828.168.500 x 5% = Rp. 2.291.408.425 Biaya tak terduga=rp. 45.828.168.500 x 5% =Rp. 2.291.408.425 Perhitungan dan analisa biaya modal dapat dilihat pada tabel 4.1 dengan langkah perhitungan sebagai berikut : a) Menghitung biaya konstruksi untuk perencanaan jaringan air baku sebesar Rp. 56.712.358.518. Angka tersebut diperoleh dari total biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan proyek ini. b) Menghitung biaya konstruksi di kalikan dengan viactor konversi untuk mendapatkan biaya konstruksi tiap tahunnya Tabel 4.1 Analisis Biaya Konstruksi Tahunan Tahun Faktor Konversi Biaya Konstruksi 2015 56.712.358.518 2027 (F/P,11.5,1) 1,115 (A/P,11.5,10) 0,173 63.234.279.748 10.963.383.012

Tahun 2017 Biaya O&P 4.3.2 Biaya Tahunan Biaya tahunan dari proyek ini terdiri dari perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan. Dalam biaya operasional terdiri dari : Biaya variabel : biaya yang berhubungan langsung dengan kebutuhan dana untuk menyalurkan air mulai dari sumber hingga ke PDAM. Biaya tetap : biaya yang meliputi biaya langsung usaha dan beban administasi umum. Dengan menggunakan viiactor nilai sekarang dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan langkah perhitungan sebagai berikut : a) Biaya O&P : Rp. 1.439.490.000 b) Biaya O&M : Rp. 6.815.560.729 c) Analisis O&P dan O&M tahunan = Rp.1.439.490.000+Rp.6.815.560.72 9 = Rp. 8.255.050.729 Tabel 4.2 Analisis O&P dan O&M Tahunan Biaya O&M Total 1.439.490.000 6.815.560.729 8.255.050.729 Biaya Konstruksi Tabel 4.3 Biaya Total Rencana Biaya O&P + O&M Biaya Total 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2018 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2019 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2020 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2021 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2022 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2023 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2024 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2025 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 4.4 Harga Air Sebelum menghitung harga air minimum, ada baiknya untuk mengetahui jumlah produksi airnya terlebih dahulu. Berikut adalah contoh perhitungan tahun 2027: Kebutuhan air : 4.636.865 m 3 /tahun Kehilangan air : 927.373 (25% dari kebutuhan air) Produksi : (kebutuhan air kehilangan air) Tabel 4.4 Produksi Air per m 3 /tahun Tahu n Kebutuha n Air (m 3 /th) 2017 881.265 176.253 705.012 2018 1.256.825 251.365 1.005.460 2019 1.632.385 326.477 1.305.908 2020 2.007.945 401.589 1.606.356 2021 2.383.505 476.701 1.906.804 2022 2.759.065 551.813 2.207.252 2023 3.134.625 626.925 2.507.700 2024 3.510.185 702.037 2.808.148 2025 3.885.745 777.149 3.108.596 2026 4.261.305 852.261 3.409.044 2027 4.636.865 927.373 3.709.492 Sumber : HasilPerhitungan Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa proyek ini memiliki produksi air sebesar 3.709.492 m 3 /tahun pada tahun 2027. Harga air minimum juga diperoleh dari jumlah produksi air. Berikut adalah contoh perhitungan harga air minimum untuk tahun 2027. Harga air minimum = Kehilanga n Air (m 3 /th) Produksi (m3/th) = = Rp. 5.181 Dari perhitungan di atas dapat diketahui harga air minimum per m 3 adalah Rp. 5.181 untuk tahun 2027. 2026 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742 2027 10.963.383.012 8.255.050.729 19.218.433.742

4.5 Tarif Dasar Untuk Dijual ke PDAM Dari pembahasan sebelumnya telah didapatkan harga air minimum untuk tahun 2017 adalah Rp. 5.181, maka untuk memperoleh tarif dasar air yang akan dijual ke PDAM adalah dengan menaikkan harga dengan kisaran 10% hingga 50%. Hal ini dilakukan agar dari pihak PDAM sendiri nantinya dapat memutuskan sendiri perihal ketetapan harga air yang akan dijual ke masyarakat. Di bawah ini adalah contoh perhitungan tarif dasar air dengan kenaikan 10% untuk dijual ke PDAM pada tahun 2017. Tarif dasar air = Harga air minimum tahun 2017 + (Harga air minimum tahun 2017 x 10%) = 5.181 + (5.181 x 10%) = Rp. 5,699 Tabel 4.5 Tarif Dasar Air untuk Dijual ke PDAM Tahun Harga Air 2017 27,260 2018 19,114 2019 14,717 2020 11,964 2021 10,079 2022 8,707 2023 7,664 2024 6,844 2025 6,182 2026 5,637 2027 5,181 Kenaikan dari Harga Air 10% 20% 30% 29,986 32,712 35,438 21,025 22,937 24,848 16,188 17,660 19,131 13,160 14,357 15,553 11,087 12,095 13,103 9,578 10,448 11,319 8,430 9,197 9,963 7,528 8,213 8,897 6,801 7,419 8,037 6,201 6,765 7,329 5,699 6,217 6,735 Lanjutan Tabel 4.5 Tarif Dasar Air untuk Dijual ke PDAM Tahun Harga Air 2017 27,260 2018 19,114 2019 14,717 2020 11,964 2021 10,079 2022 8,707 2023 7,664 2024 6,844 2025 6,182 2026 5,637 2027 5,181 Kenaikan dari Harga Air 40% 50% 38,164 40,890 26,760 28,671 20,603 22,075 16,750 17,946 14,110 15,118 12,190 13,060 10,729 11,496 9,581 10,266 8,655 9,274 7,892 8,456 7,253 7,771 4.6 Analisa Manfaat Manfaat langsung merupakan manfaat yang ditimbulkan oleh pembangunan jaringan pipa sebagai suplai pemenuhan kebutuhan air baku. Manfaat total tahunan dapat dihitung berdasarkan = produksi air x harga air. Karna terdapat 5 kali kenaikan untuk tarif dasar air, maka juga terdapat 5 manfaat. Untuk nilai manfaatnya dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Manfaat Tiap Kenaikan Harga Harga Air Kenaikan dari Harga Air Manfaat 5.181 10% 21.140.277.117 5.181 20% 23.062.120.491 5.181 30% 24.983.963.865 5.181 40% 26.905.807.239 5.181 50% 28.827.650.613

4.7 Analisa Ekonomi 4.7.1 Benefit Cost Ratio (B/C) Dalam perhitungan ini masingmasing komponen manfaat dan biaya dijadikan nilai sekarang (present value). Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 11,5% dan analisa ekonomi berdasarkan usia guna adalah 10 tahun. Karena patokan tarif dasar air yang digunakan memiliki kisaran 10% hingga 50%, maka terdapat lima pilihan juga untuk BCRnya. Adapun contoh perhitungan BCR adalah sebagai berikut dengan kenaikan tarif dasar air 10% : Total biaya : Rp. 19.218.433.742 Total manfaat : Rp. 21.140.277.117 Sehingga : BCR = = = 1,1 Untuk kenaikan pada presentase selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai BCR Harga Air Besar Kenaikan dari Harga Air B/C Rp 5.181 10% 1,1 Rp 5.181 20% 1,2 Rp 5.181 30% 1,3 Rp 5.181 40% 1,4 Rp 5.181 50% 1,5 Karena B/C lebih dari 1, maka dapat dikatakan bahwa proyek ini layak secara ekonomi. 4.8.2 Net Present Value (B-C) Nilai dalam NPV pada tingkat suku bunga yang berlaku harus memiliki harga > 0. Jika nilai NPV=0, maka proyek tersebut memiliki manfaat yang senilai dengan biaya investasinya. Namun jika NPV < 0, maka proyek tersebut dari segi ekonomi tidak layak untuk dibangun. Adapun perhitungan sesuai proyek untuk tahun 2027 dengan kenaikan tarif dasar air sebesar 10% adalah sebagai berikut : (Benefit) = Rp. 21.140.277.117 (Cost) = Rp. 19.218.433.742 - B C = Rp 1.921.843.374 Untuk kenaikan pada presentase selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai NPV Harga Air Mini mum 5,181 5,181 5,181 5,181 5,181 Kenaikan dari Harga Air Benefit 10% 21,140,27 7,117 20% 23,062,12 0,491 30% 24,983,96 3,865 40% 26,905,80 7,239 50% 28,827,65 0,613 Cost 19,218,433, 742 19,218,433, 742 19,218,433, 742 19,218,433, 742 19,218,433, 742 4.8.3 Internal Rate of Return (IRR) IRR atau tingkat pengembalian internal diartikan sebagai tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya memiliki nilai yang sama (B-C = 0 atau B/C = 1). Contoh perhitungan IRR untuk proyek ini adalah sebagai berikut: IRR = I + x ( I -I ) =11,5%+ x (11,5% - 10,5%) = 12,2% Untuk perhitungan dengan kenaikan tarif dasar air mulai dari 10% hingga 50% dapat dilihat pada tabel 4.9. B-C 1,921,8 43,374 3,843,6 86,748 5,765,5 30,123 7,687,3 73,497 9,609,2 16,871

Tabel 4.9 IRR dengan Berbagai Kenaikan Harga Air Harga Air Besar Kenaikan dari Harga Air IRR (%) 5.181 10% 12,2 5.181 20% 12,3 5.181 30% 12,4 5.181 40% 12,4 5.181 50% 12,4 Sumber ; Hasil Perhitungan Dari perhitungan IRR di atas dapat disimpulkan bahwa proyek ini layak secara ekonomi, dikarenakan hasil perhitungan IRRnya lebih dari suku bunga komersil yang berlaku. Oleh karena itu proyek ini dianggap menguntungkan. 4.8.4 Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas bertujuan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan hasil proyek apabila terjadi kemungkinan perubahan dalam penentuan biaya dan manfaat yang masih merupakan estimasi. Pada analisis ini digunakanlah prosentase kenaikan sebesar 10%. Dengan prosentase tersebut dapat dilihat apakah B/C sesuai dengan ketetapan, yaitu B/C= 1. Maka dari itu dilakukan perhitungan terhadap : 1. Komponen biaya (cost) naik 10%, manfaat (benefit) tetap. 2. Komponen biaya (cost) turun 10%, manfaat (benefit) tetap. 3. Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) naik 10%. 4. Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) turun 10%. 5. Keterlambatan pelaksanaan konstruksi ( n + 2 ). Karena terdapat kenaikan tarif dasar air dari 10% hingga 50%, makan analisa sensitivitasnya pun nantinya tebagi dari kenaikan 10% hingga 50% juga. Dari lima kondisi tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tarif dasar air 10% tidak memiliki kondisi layak. Tarif dasar air 20% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 30% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 40% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 50% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Kondisi yang lain dinyatakan tidak layak karena B/C nya kurang dari 1, nilai B C nya kurang dari 0, dan nilai IRRnya kurang dari suku bunga komersial yaitu 11,5%. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan Perencanaan Jaringan Air Baku dan Harga Air yang dilakukan di Gianyar, dapat disimpulkan : 1. Dari hasil perhitungan diperoleh produksi air baku yang siap didistribusikan dengan menggunakan long storage sebesar 100 liter/detik. 2. Proyek ini memiliki manfaat berupa manfaat langsung. Adapun manfaat langsung yang diperoleh dalam perencanaan jaringan air baku terbagi dalam 5 kali kenaikan harga dari harga air minimum. Untuk kenaikan harga 10% dari harga minimum memiliki manfaat sebesar Rp 21.140.277.177, untuk kenaikan 20% sebesar Rp 23.062.120.490, untuk kenaikan 30% sebesar Rp 24.983.963.864, untuk kenaikan 40% sebesar Rp 26.905.807.239, dan untuk kenaikan 50% sebesar Rp 28.827.650.613. 3. Untuk analisa ekonomi proyek meninjau Benefit Cost Ratio (B/C), Net Present Value (B-C), Tingkat Pengembalian Internal (IRR), Titik Impas Investasi, serta Analisa

Sensitivitas dilakukan dengan berdasarkan kenaikan harga air minimum. Terdapat 5 kali kenaikan, yaitu 10% hingga 50%. a. Benefit Cost Ratio (B/C) Pada kenaikan harga 10%, B/C memiliki nilai sebesar 1,1. Pada kenaikan 20% sebesar 1,2, kenaikan 30% sebesar 1,3, kenaikan 40% sebesar 1,4, dan yang terakhir adalah kenaikan 50% sebesar 1,5. b. Net Present Value (B-C) Saat kenaikan 10%, B-C memiliki nilai sebesar Rp 1.921.843.374. Kenaikan 20% memiliki nilai sebesar Rp 3.843.686.748. Kenaikan 30% memiliki nilai sebesar 5.765.530.123. Kenaikan 40% memiliki nilai sebesar Rp 7.687.373.497. Dan pada kenaikan 50% meiliki nilai sebesar Rp 9.609.216.871. c. Tingkat Pengembalian Internal (IRR) Pada kenaikan 10%, IRR memiliki nilai sebesar 12,2%. Pada kenaikan 20% memiliki nilai sebesar 12,3%, kenaikan 30% memiliki nilai sebesar 12,4%, kenaikan 40% memiliki nilai sebesar 12,4%. Dan juga pada kenaikan 50% memiliki nilai sebesar 12,4%. d. Analisa Sensitivitas Dan untuk analisa sensitivitas, terdapat beberapa hasil seperti dibawah ini : Tarif dasar air 10% tidak memiliki kondisi layak. Tarif dasar air 20% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 30% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 40% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Tarif dasar air 50% memiliki dua kondisi layak, yaitu keempat dan kelima. Dari segi ekonomi, proyek jaringan air baku ini dikatakan layak karena sesuai dengan ketetapan yang ada. Seperti B/C = 1, NPV > 0, dan IRR lebih besar dari suku bunga komersil. 4. Dari hasil analisis diperoleh tarif yang dinilai menguntungkan bagi PDAM sebesar 30%, yaitu sekitar Rp 5.388 hingga Rp 6.062. Hal ini dikarenakan harga tersebut sudah berada diatas harga air minimum, yaitu sebesar Rp5.181. 5.2 Saran Hal hal yang perlu diperhatikan dalam Studi Perencanaan Jaringan Air Baku dan Harga Air ini adalah sebagai berikut : 1. Perlunya mempertimbangkan tarif air yang akan ditetapkan dengan sebaik mungkin dikarenakan terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah tingkat kemampuan dari masyarakat untuk membayar tarif air tersebut. 2. Memaksimalkan penanganan pemeliharaan agar apabila terjadi kerusakan dapat segera diatasi dan meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaan. Tinjauan Pustaka Kadariah.1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : FE.UI Press. Kodoatie, Robert.1995. Analisis Ekonomi Teknik Yogyakarta : Andi Offset. Lindsey, R. K, Joseph, B.F.1986. Teknik Sumber Daya Air Terjemahan Pujawan, I.N.P.1995. Ekonomi Proyek. Yogyakarta : Liberty.