BAB. I MOLOKU. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia)

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

OLEH : GUBERNUR MALUKU UTARA

BAB II KONDISI KEAGAMAAN DI TERNATE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

Ternate Kota Pusaka Maulana Ibrahim

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

BAB I PENGANTAR. Kanada, dan Rusia, yaitu kurang lebih kilometer (Rizald, 2009). Selain itu

P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB IV GAMBARAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

STRATEGIOPERASIONALISASIPERWUJUDANKAWASANANDALAN DI KEPULAUAN MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TAPAK KAWASAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1. Deskripsi Kabupaten Halmahera Selatan. Administratif dan Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN DESA ELFANUN KECAMATAN PULAU GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

Pantai-ku, Pulau-ku Kesayanganku, Harta Terindahku Oleh : Yasinta Larasati Galuh Nindyasari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI NOMOR : 1 TAHUN 2010 T E N T A N G LAMBANG DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pembukaan Sail Morotai, Morotai, 15 September 2012 Sabtu, 15 September 2012

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Benteng Fort Rotterdam

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

NO. STRATEGI OPERASIONALISASI. Jalur Distribusi Ambon. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Minyak dan Gas Bumi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI OPERASIONALISASIPERWUJUDAN KAWASAN BUDI DAYA YANG MEMILIKI NILAI STRATEGIS NASIONAL DI KEPULAUAN MALUKU STRATEGI OPERASIONALISASI

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 3 0 Lintang Utara

Transkripsi:

BAB. I MOLOKU Penjajahan di bumi nusantara tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada cengkeh (Eugenia aromatika) di bumi Maluku karena pada waktu itu cengkeh merupakan primadona unggulan untuk perdagangan sebab manfaatnya luar biasa bagi manusia. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia) Moloku Tempo Doeloe Asal Usul Nama Maluku What is a name, apa arti sebuah nama demikianlah Shakespiere melontarkan peryataannya. Sebaliknya, bagi Sukarno justru berkomentar lain name is everything nama adalah segalanya. Dua versi yang kontorversial ini tentu saja dapat dimaklumi mengingat masing-masing sang tokoh hidup dalam konteks masa dan orientasi berpikir yang berbeda 1, lalu bagaimana dengan arti nama Moloku, yang tempo doeloe pernah dijuluki sebagai pusat penghasil rempah-rempah atau emas hijau karena komuniti penting yang dimilikinya, yakni cengkeh. Van Fraasen sembari mengutip Pigeaud, mengemukakan bahwa nama Maluku telah tercatat dalam Nagarakertagama (1365), sebagai Maloko diduga bahwa penulis Nagarakertagama telah mengadopsi nama itu dari 1 Pelautkah Orang Selayar Ahmad Din, hal 37. 1

kebanyakan pedagang Arab yang melakukan kegiatan perniagaan di nusantara. Dalam hikayat Dinasti Tang (618 906) disebutkan eksistensi suatu kawasan yang digunakan untuk menentukan arah daerah Ho-ling (Kaling) yang terletak di sebelah baratnya. Kawasan ini bernama Mi-li-ku, yang diperkirakan sebagai sebutan untuk Moloku. Penulis-penulis China dari zaman Dinasti Tang, yang menyebutnya sebagai Mi-li-ku tidak dapat memastikan lokasi sesungguhnya kawasan yang ditunjuk dengan nama tersebut. Pada masa kemudian barulah diketahui bahwa yang dimaksud dengan Mi-li-ku itu adalah gugusan pulau-pulau di Moloku yang di dalamnya terdapat rempah-rempah. 2 Moloku tempo doeloe dikenal sebagai daerah yang kaya akan beragam budaya baik kebudayaan tak benda maupun kebudayaan berbentuk benda, di samping kekayaan budayanya Moloku juga menjadi salah satu daerah yang pada masa Romawi orang-orang Eropa hanya mendengar namanya dari para saudagar Arab yang melakukan perdagangannya ke Eropa. Awal abad Masehi, Moloku menjadi daerah yang disembunyikan identitas dan keberadaannya. Pedagang Arab sangat menyembunyikan asal usul sebenarnya wilayah Maluku (rempah-rempah) itu berada. Mereka hanya mengatakan kayu manis berasal dari sarang burung. Soal burung itu membawa kayu manis dari mana, hanya burung yang tahu. Moloku dalam sejarah nusantara menempati posisi yang sangat penting. Moloku telah membawa nama harum bumi nusantara ke berbagai belahan dunia, terutama 2 Adnan Amal. Kepulauan Rempah-Rempah, hal 8. 2

kawasan Asia dan Eropa. Kemegahan dan keunikannya akan keberadaan cengkeh di bawah kendali empat raja di Moloku Kie-Raha membuat Moloku diincar oleh para penjelajah dari Eropa. Menyimak, begitu tersembunyinya daerah ini, sampai-sampai dalam buku History of the Arabs, rempah (Moloku) disebutkan berasal dari bukit yang dijaga oleh ular. Pedagang Arab menyebutkan sangat sulit untuk mendapatkanya. Sebegitu besarnya keingintahuannya orang-orang Eropa pada masa Romawi tentang Moloku menyebabkan lahirlah beragam argumentasi. Saudagarsaudagar Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timur untuk kayu cendana dan Banda untuk fuli (dan pala) dan Maluku Utara untuk cengkeh, dan barang-barang dagangan ini tidak tumbuh di tempat lain di dunia kecuai di tempat itu. Begitu juga dengan pakar tumbuh-tumbuhan menyatakan bahwa cengkeh dan pala hanya dapat tumbuh di bumi Maluku. Pala dapat tumbuh di Maluku Tengah, sedangkan cengkeh di Maluku Utara. Karena itulah, apabila ada bukti ditemukannya cengkeh di Eropa, tentunya telah berhubungan dengan Maluku. 3 Sebelum kedatangan orang-orang Eropa untuk mencari daerah ini, para raja di Moloku telah lebih dulu membuat sebuah kesepakatan dan pertemuan untuk melindungi daerah ini dan mengelola sumber daya alamnya (SDA). Kesepakatan tersebut mereka sebut dengan konfederasi Moti Verbond 1322. Dalam pertemuan ini dihadiri oleh para kolano (raja-raja) dari kerajaan Moloku Kie-Raha (Empat Gunung Maluku) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan 3 Bangkitlah Bangsa Bahari Hal, 14. Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud. 3

di antara rakyat keempat kerajaan tersebut, menciptakan perdamaian serta membahas tentang harga jual rempahrempah. Pertemuan ini dilangsungkan di Moti karena kala itu Pulau Moti dianggap lebih aman dan bersifat netral. Dari peristiwa Moti Verbond inilah maka lahirlah konsep Moloku Kie-Raha dengan semboyan persatuannya adalah Mari Moi Ngone Futuru yang artinya Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Gambaran Umum Maluku Utara Provinsi Maluku Utara merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Maluku berdasarkan Undang-Undang No. 46 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 dan diresmikan pada 12 Oktober 1999 dengan menempatkan ibu kota di Sofifi. Secara geografis Provinsi Maluku Utara terletak di antara 3 Lintang Utara 3 Lintang Selatan dan 124 129 Bujur Timur serta terbentang dari Utara ke selatan sepanjang 770 km dan dari barat ke timur sepanjang 660 km. Luas wilayah Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan sebesar 145.801, 1 km 2 meliputi luas wilayah daratan 45.069, 66 km 2 (23, 72 persen) dan wilayah perairan seluas 100.731, 44 km 2 (76, 28 persen) dengan panjang garis pantai sepanjang 3.104 km. Provinsi Maluku Utara yang sebagian besar wilayahnya berupa laut, memiliki 395 buah pulau terdiri dari 64 buah pulau berpenghuni dan 331 buah pulau tidak berpenghuni. Pulaupulau yang tergolong besar antara lain Pulau Halmahera (18.000 km 2 ) dan pulau-pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu Pulau Obi (3.900 km 2 ) dan Pulau Taliabu (3.195 km 2 ), Pulau Bacan (2.878 km 2 ), dan Pulau Morotai (2.325 km 2 ). 4

Pulau-pulau yang relatif kecil antara lain Pulau Ternate, Tidore, Makian, Kayoa, Gebe, dan sebagainya. Secara administrasif, saat ini Provinsi Maluku Utara terbagi menjadi delapan kabupaten (Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten Pulau Taliabu) dan dua kota yaitu (Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan). Pada 2008 Pulau Morotai yang semula menjadi bagian dari Kabupaten Halmahera Utara, pisah menjadi kabupaten sendiri yaitu Kabupaten Pulau Morotai. Kabupaten/kota tersebut terdiri dari 112 kecamatan dan 1.062 desa/kelurahan dan pada 2013, Pulau Taliabu yang semula menjadi bagian dari Kabupaten Kepulauan Sula, pisah menjadi kabupaten sendiri yaitu Kabupaten Pulau Taliabu dan ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri pada 22 April 2013. Topografi wilayah Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit dan termasuk kategori pulau vulkanis dan pulau karang. Topografi yang terdapat di setiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir dan pada daerah sekitar Teluk Buli (wilayah HalmaheraTimur) sampai Teluk Kao (wilayah Halmahera Utara), pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan utara ditemui daerah dataran yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai dengan cepat ke arah pesisir. Topografi Pulau Halmahera sebagian besar berupa pegunungan yang rapat mulai dari Teluk Kao, Teluk 5

Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe, dan Dodinga. Dengan karaktersitik wilayah daratan dan perairan yang demikian, memiliki potensi pengembangan sumber daya alam (SDA) yang cukup menjanjikan, seperti perikanan, pertambangan, perkebunan, dan pariwisata ataupun potensi lainnya dengan arahan kebijakan serta strategi pengembangan yang tepat untuk kesejahteraan masyarakat Maluku Utara. Di sektor pariwisata secara umum wisata alam meliputi wisata hutan, wisata pendakian, wisata bahari (wisata pantai dan wisata taman laut), wisata pertanian, wisata cagar alam, dan sebagainya. Wisata ini dapat berupa baik wisata masal maupun ekowisata. Wisata alam di Provinsi Maluku Utara sangat banyak, setidaknya terdapat 62 objek wisata yang tersebar di 8 (delapan) daerah tingkat dua (kabupaten/kota). Kondisi objek-objek wisata alam tersebut sangat beragam mulai dari kondisi yang masih alami sampai kondisi rusak. Kekayaan lain berupa benda cagar budaya seperti bangunan peninggalan benteng-benteng Portugis, keraton kesultanan, hingga berbagai tarian daerah juga masih berdiri kokoh di sejumlah kabupaten dan kota. Semua kekayaan tersebut hingga kini masih belum dikelola secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat Maluku Utara. 4 4 Arsip permalinkhttp://humasprovmalut.com/gambaran-umumprovinsi-maluku-utara/ 6

BAB. II KEBUDAYAAN BERBENTUK BENDA Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. (UU Cagar Budaya No. 11 Thn 2010 pasal 1 (ayat 1)) Sekilas Kebudayaan Maluku Utara Kebudayan adalah wujud pergulatan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Romantika pergulatan kehidupan manusia ini tak pernah habis diperbincangkan karena lingkungan dan tetangganya pun terus mengalami perubahan dan perkembangan. 5 Suatu karakteristik yang penting dicatat bahwa di wilayah Maluku Utara terdapat berbagai ragam kebudayaan dengan sekian perbedaan kelompok di antara suku-suku yang mendiami Maluku Utara. Maluku Utara pada masa lalu sebelum kedatangan bangsa-bangsa Tiongkok, Arab, dan Eropa, merupakan sebuah wilayah yang memiliki persaudaraan dan kekerabatan di antara raja-rajanya. Menurut hikayat yang beredar, Moloku tempo doeloe ketika masih zaman syirik dan bid ah belum mengenal agama, belum ada kedudukan yang tertinggi dan belum ada nama Moloku, Ternate, Tidore, 5 Sambutan Mukhlis Paeni ketua BPKKI dalam buku Binggala Budaya Rekaman Jejak 95 tahun Kongres Kebudayaan 1918 2013. 7

Moti, dan Makian terhubung menjadi satu, dan pulau besar tersebut diberi nama Gapi yang dikelilingi oleh banyak negeri yang dikepalai oleh masing-masing kepalanya dengan kekuasaannya. Mereka hidup saling berdampingan dan bahkan mereka adalah keluarga dekat. Perkembangan kebudayaan di bumi Moloku Kie-Raha memiliki empat periode, yakni sebelum Islam masuk, berawal ketika Maluku Utara masih dalam zaman syirik dan bid ah (memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme), periode setelah kedatangannya Islam di mana, kebudayaan Maluku Utara lambat laun mulai berkembang dan memiliki pengaruh sampai ke para sultan-sultannya. Proses perubahan tersebut lambat laun menjadikan Maluku Utara sebagai daerah kesultanan Islam yang dipimpin langsung oleh empat sultan yang berada di setiap wilayah-wilayah kekuasaannya masing-masing. Dalam periode ini Maluku Utara menjadi salah satu wilayah kesultanan Islam yang banyak/sering disinggahi oleh pedagang-pedagang Tiongkok dan Arab. Mereka melakukan perdagangan dengan membeli serta membawa rempah-rempah keluar dari Maluku Utara. Dalam periode berikutnya, perkembangannya kebudayaan di wilayah Maluku Utara bukan saja terpengaruh oleh budaya Tiongkok dan Arab, tetapi telah mendapatkan pula pengaruh dari berbagai bangsa Eropa. Selain mendapat pengaruh kebudayaannya, kedatangan bangsa Eropa ke wilayah Maluku Utara menyebabkan terjadilah pertemuan budaya lokal dengan budaya Barat. Dari pertemuan itu secara berlahan-lahan terjadi proses saling memengaruhi (alkulturasi). Dari uraian ini perubahan itu difokuskan pada 8

masa Portugis, Belanda, dan Jepang. Kehadiran Portugis dan Belanda pada umumnya adalah berdagang, tetapi akhirnya bergeser menjadi menjajah dengan membentuk pemerintahan sendiri. Dalam bidang kebudayaan para penjajah Portugis dan Belanda telah meninggalkan kebudayaannya yang jejaknya masih ada hingga kini. Tahun 1942 bangsa Jepang datang menggantikan penjajah Belanda. Jepang akhirnya melakukan tindakan kekerasan dan bangsa penjajah di bumi Maluku Utara dengan seperangkat kewenangan itu mempekerjakan rakyat dengan upah seadanya (Romusa), tetapi di balik segala penderitaan itu terselip suatu nilai positif bagi masyarakat Maluku Utara. Kehadiran Jepang secara tidak langsung lebih membantu, mendorong perkembangan kebudayaan Indonesia, khususnya dalam bidang sejarah, bahasa, drama, seni rupa. Pertemuan budaya antarbangsa itu telah meninggalkan jejak dalam berbagai aspek kehidupan yang masih dapat ditelusuri sejarahnya. Kedatangan telah meninggalkan pengaruh besar di bidang kebudayaan. Pengaruh itu ada yang masuk secara alami, tetapi tidak sedikit yang dengan tekanan terhadap segala unsur budaya bangsa. Sisa-sisa pengaruh itu hingga kini masih ada, baik terhadap tinggalan berupa benda budaya (tangible cultural aspect) maupun kebudayaan tak benda, kebudayaan yang bersifat nonfisik (Intangible Cultural Aspect). Melihat periodesasi-periodesasi perkembangan kebudayan tersebut, dapat disimpulkan bahawa Maluku Utara di samping memiliki keragaman suku dan budaya dari nenek moyang bangsanya sendiri, ternyata di balik itu 9

pula Maluku Utara juga memiliki beragam kebudayaan yang disebabkan oleh asimilasi dan alkulturasi dari kebudayaankebudayaan Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Eropa. Perubahan-perubahan kebudayaan tersebut dapat terlihat dari berbagai tinggalan-tinggalan bangsa Arab, Jepang, dan Eropa yang berada di Maluku Utara. Halmahera Selatan Halmahera Selatan merupakan salah satu kabupaten di Maluku Utara yang wilayahnya meliputi pulau-pulau kecil yang berada di seputaran pesisir Kayoa sampai pulau besar di daratan Halmahera. Ibu kota kabupaten tersebut berada di Labuha. Secara geografis, luas keseluruhan wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 8.148, 90 km 2, dengan jumlah penduduk 231.752 jiwa. Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari 30 kecamatan dan 249 desa. Hampir di setiap pulau memiliki keindahan alam yang khas. Pulau-pulau kecil dengan panorama pantai pasir putihnya, keindahan taman laut yang sangat indah dengan aneka ragam ikan, keanekaragaman flora-fauna dan budaya, serta situs-situs bersejarah pada masa Prasejarah, masa Sejarah, masa Portugis, Belanda, dan Jepang, dapat dijumpai di daerah ini. Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan: 1. Sebelah utara Kota Tidore kepulauan dan Kota Ternate 2. Sebelah timur Laut Halmahera 3. Sebelah selatan Laut Seram 4. Sebelah barat Laut Maluku 10