Bab 10. Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
JUDUL TUGAS AKHIR : 3 KG : STUDI KASUS WILAYAH KALIMANTAN TIMUR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LPG. Oleh : Girindra Anggoro P ( )

Perencanaan Sistem Distribusi LPG 3 Kilogram : Studi Kasus Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DATA DAN INFORMASI MIGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak Februari 2008

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. Penyaluran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang yang berupa fisik

BAB I PENDAHULUAN. Demak tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk menunjang pertumbuhan

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI WILAYAH Oleh : Sakti Adji Adisasmita

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

P U T U S A N. Perkara Nomor: 15/KPPU-L/2006

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kontak terhadap bahaya menjadi lebih dekat. kegagalan dalam transportasi dan penyimpanan diantaranya kecelakaan truk yang

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KEGIATAN RISET

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. barang untuk menyalurkan atau mendistribusikan barang yang dihasilkan agar

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENELITIAN PEMILIHAN MODA ANGKUTAN BATUBARA ANTARA ANGKUTAN SUNGAI DAN TRUK DI PULAU KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Desain Fasilitas Penerima LNG berdasarkan NFPA 59A Studi Kasus PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran

Pesawat Polonia

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. adanya variasi produk serta pengiriman yang tepat waktu. Kebijakan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Transkripsi:

Bab 10. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan dari perhitungan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan pada bab ini. Selain itu, akan disampaikan juga beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut dari tugas akhir ini. 10.1. Kesimpulan 10.1.1. Jumlah Kebutuhan LPG 3 kg Kebutuhan LPG pada saat kondisi eksisting dengan kondisi pada skenario tidak sama, hal ini karena adanya kenaikan 15% dalam waktu 2 tahun. Dalam pembahasan tugas akhir ini, skenario 1 dan 2 dihitung pada kondisi adanya kenaikan konsumsi selama 2 tahun. Berikut tabel kebutuhan LPG kondisi eksisting. Tabel 10.1 Kebutuhan LPG kondisi eksisting Dalam tabel diatas, kebutuhan LPG untuk perharinya ialah 228 ton, sedangkan dalam satuan metric ton adalah 82 MT/thn. Besarnya kebutuhan ini tidak sama dengan kebutuhan LPG pada kondisi skenario dimana akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. 141

Tabel 10.2 Kebutuhan LPG skenario Dalam tabel diatas ialah konsumsi LPG dengan proyeksi kenaikan selama 2 tahun sebesar 15%. 10.1.2. Total Biaya Transportasi Kondisi Eksisting Tabel 10.3 Rekap Biaya Kondisi Eksisting 142

Perhitungan biaya transportasi kondisi eksisting ialah dimana dilakukan perhitungan sesuai dengan data-data yang sudah ada dan sudah dilakukan. Untuk kondisi eksisting ini, wilayah jangkauan distribusi hanya 11 tempat yang dimana semuanya masih mengandalkan moda transportasi yaitu truk. Diketahui total biaya transportasi ialah Rp. 64.285.715.819. 10.1.3. Total Biaya Transportasi Skenario 1 Tabel 10.4 Rekap Biaya Skenario 1 Pada skenario ini, jangkauan wilayah ditambah beserta dengan pemakain moda transportasi yaitu LCU. Dalam proses distribusi skenario ini dibutuhkan kapal LPG untuk mendistribusikan ke Depot Tarakan. Penentuan moda transportasi juga didasari oleh kondisi geografis wilayah tersebut. Jadi jika wilayah tersebut meskipun namun akses jalan darat tidak ada, maka moda yang dipakai adalah LCU. Begitu juga sebaliknya bila jalur darat merupakan jalur yang bagus dan walaupun permintaan sangat banyak maka penggunaan moda truk dibutuhkan. 143

10.1.4. Total Biaya Transportasi Skenario 2 Tabel 10.5 Rekap Biaya Skenario 2 Perbedaan dari skenario 1, skenario 2 ini penambahan Depot tarakan ditiadakan namun sebagai gantinya distribusi tabung LPG digantikan oleh LCU dimana LCU ini mengirimkan langsung ke SPPBE Tarakan berasal dari Depot Balikpapan. 10.1.5. Total Biaya Transportasi Skenario 3 Tabel 10.6 Rekap biaya skenario 3 144

Perbedaan dari skenario 3 ini ialah Depot ditambahkan di daerah Bontang dan Tarakan. Jadi jumlah Depot pada scenario ini ialah 3 Depot. 10.1.6. Total Biaya Transportasi Skenario 4 Tabel 10.7 Rekap biaya skenario 4 Pada skenario 4 ini adanya penambahan hanya satu Depot saja yaitu Depot Bontang. 145

10.1.7. Biaya transportasi tiap unit tabung. A. Kondisi Eksisting : Tabel 10.8 Biaya transportasi per tabung kondisi eksisting B. Skenario 1 Tabel 10.9 Biaya transportasi per tabung skenario 1 146

C. Skenario 2 Tabel 10.10 Biaya transportasi per tabung skenario 2 D. Skenario 3 Tabel 10.11 Biaya transportasi per tabung skenario 3 147

E. Skenario 4 Tabel 10.12 Biaya transportasi per tabung skenario 4 10.1.8. Pemilihan Opsi Skenario Jika dilihat dari total biaya transportasi serta biaya transportasi tiap unit tabung yang paling minimum ialah pada skenario 4. Hal ini karena letak dari Depot Bontang dekat dengan sumber yaitu Kilang Balikpapan. Namun pada dasarnya penentuan opsi yang terpilih bukan hanya dipengaruhi oleh jumlah dan letak Depot, melainkan adanya pengaruh pengaruh lain antara lain biaya investasi untuk mendirikan Depot sekitar Rp. 2,5 Triliun. Bila dipilih skenario 3, maka PT. Pertamina menganggarkan kurang lebih Rp. 5 Triliun untuk investasi infrastruktur Depot. Adapun faktor lainnya yaitu wilayah wilayah yang dapat maupun tidak dapat di bangun infrastruktur yaitu Depot LPG. Seperti contohnya di daerah Bontang, dalam perhitungan tugas akhir ini dimana skenario 4 yang terdapat Depot di Bontang biaya transportasi total serta biaya transportasi per unit tabung sangat murah dibandingkan yang lainnya. Namun pada kenyataannya di daerah Bontang 148

bukan termasuk kawasan target pembangunan infrastruktur LPG karena wilayah Bontang termasuk wilayah pembangunan infrastruktur LNG. Oleh karena itu skenario 3 dan 4 tidak dipilih. Sedangkan diantara skenario 1 dan 2, maka skenario 1 yang dipilih karena, dari segi biaya total transportasi serta biaya transportasi per unit tabung paling minimum dibandingkan skenario 2. Jika dilihat dari total biaya transportasi pada skenario 1 yang dimana skenario tersebut yang dipilih, dengan total muatan yang diangkut dalam kurun waktu 1 tahun, maka untuk biaya transportasi per unit tabung ialah Rp. 1.882, sedangkan bila digabungkan dengan harga jual LPG 3 kg maka : Harga jual LPG 3 kg agen + Biaya transportasi per unit Rp. 12.750 + Rp. 1.882 = Rp. 14.632 149

10.2. Saran Berikut ini saran-saran dari penulis untuk perbaikan dan pengembangan pada penelitian selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih sempurna, yaitu antara lain : Tetap menggunakan skenario 1, namun perlu adanya pembangunan SPPEK untuk menjangkau daerah yang tidak bisa dilalui truk maupun daerah yang sulit terjangkau. Diperlukan pembangunan infrastruktur jalan karena jalan berdampak pada kapasitas moda transportasi truk yang digunakan. Bila infrastruktur jalan sudah dibangun, maka akan semakin mudah dalam mengirim LPG serta akan meringankan biaya transportasi per unit. 150