BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

Keadaan Ketenagakerjaan Bali Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang chemical adalah Dow

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

Perluasan Lapangan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan jumlah orang yang mencar i pekerjaan. Keadaan ini sangat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kali perekonomian suatu negara mengalami guncangan (shock), masyarakat langsung terkena imbasnya. Biasanya harga-harga kebutuhan pokok yang mencerminkan tingkat inflasi mengalami kenaikan. Penghasilan dari bekerja kemudian menjadi gantungan hidup yang diharapkan dapat meningkat untuk mengimbangi membengkaknya pengeluaran rumah tangga. Sejalan dengan itu, tuntutan kenaikan upah seringkali terjadi. Di Indonesia, patokan upah didasarkan pada kebijakan upah minimum 1 yang sudah lama diterapkan, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten atau kota. Kebijakan upah minimum pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. 2 Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja. Salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas pekerja adalah jaminan terpenuhinya kebutuhan hidup pekerja, yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan, transportasi, air bersih, dan listrik. Jika upah atau pendapatan rendah, tingkat nutrisi dan kesehatan pekerja akan memburuk dan hal ini bisa berdampak mereka tidak bisa bekerja secara optimal. Jika upah rendah, semangat dan kedisiplinan pekerja juga bisa menjadi rendah. Upah yang rendah bisa menyebab- 1 Upah minimum dimaksudkan sebagai upah terendah yang dibayarkan oleh perusahaan dengan karakteristik rendah teknologi dan manajemen yang sederhana. Perusahaan yang lebih besar dari segi teknologi dan manajemen seharusnya membayar lebih dari ketetapan upah minimum. Untuk tujuan tersebut perusahaan harus memberi informasi relevan tentang kapasitas teknologi yang digunakan, fasilitas kredit dan ekspor serta fasilitas ekonomi lainnya yang disediakan pemerintah. 2 Simanjuntak, Payaman J. Issues on Industrial Relations in Indonesia. The Department of Manpower of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18.

2 kan pekerja kehilangan motivasi bekerja atau merasa tidak menjadi bagian dari perusahaan sehingga rasa tanggung jawab dan dedikasi pada perusahaan berkurang. Terkadang bisa juga mengakibatkan kerusakan pada alat produksi dan meningkatkan kecelakaan kerja. Menurut Simanjuntak (1992), jika dampak negatif upah rendah dikalkulasikan ke dalam biaya produksi, maka upah rendah berpengaruh signifikan terhadap keuntungan perusahaan. Upah yang rendah secara negatif akan memengaruhi produktivitas perusahaan dan memperlemah kemampuan perusahaan untuk berkompetisi baik secara regional maupun internasional. Oleh karena itu, upaya meningkatkan upah lebih jauh ditujukan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi perusahaan. Selanjutnya, Simanjuntak (1992) juga menyatakan kenaikan upah minimum setiap tahun haruslah lebih tinggi daripada angka inflasi. Kenaikan upah minimum sama dengan angka inflasi, belum akan memperbaiki kesejahteraan pekerja. Praktiknya di Indonesia, sampai sekarang upah minimum secara umum masih rendah, di bawah rata-rata kebutuhan hidup yang layak. 3 Namun demikian, nilai nominal upah minimum di Indonesia tetap mengalami kenaikan. Dalam satu dekade terakhir, upah minimum provinsi rata-rata naik sebesar 17,7 persen per tahun. Kenaikan upah yang tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 36,9 persen dan terendah pada tahun 2004 yang hanya sebesar 10,56 persen. Persentase kenaikan upah minimum ini sudah lebih tinggi dari angka inflasi, kecuali pada tahun 1998 dan 2005. Pada tahun 1998, angka inflasi mencapai 77,6 persen, sedangkan kenaikan upah minimum hanya 15 persen. Tahun 2005, angka inflasi sebesar 17,11 persen, sedangkan kenaikan upah minimum 10,73 persen (grafik 1). 3 Penetapan upah minimum di Indonesia telah mengalami dua kali perubahan. Penetapan upah minimum yang pertama didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (KFM), kemudian berubah berdasarkan kebutuhan hidup minimum (KHM). Sesuai dengan perkembangannya, KHM berubah menjadi kebutuhan hidup yang layak (KHL). KHL dianggap lebih layak untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas nasional.

3 Persen Grafik 1. Perbandingan Kenaikan Upah Minimum dan Inflasi di Indonesia 100 80 60 40 20 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Kenaikan UM (%) 15 15,65 25,48 36,92 17,6 14,33 10,56 10,73 18,71 11,71 Inflasi (%) 77,6 2,0 9,4 12,55 10,03 5,06 6,4 17,11 6,6 6,59 Sumber: BPS dan Depnakertrans Akan tetapi, menaikkan upah minimum bukanlah hal yang mudah bagi perusahaan. Karena dalam kondisi yang sama, ketika perekonomian mengalami guncangan, perusahaan juga mengalami tekanan berupa naiknya biaya produksi dan distribusi. Tidak semua kalangan setuju dengan kebijakan upah minimum, apalagi dengan kecenderungannya yang terus meningkat. Salah satu alasannya adalah upah minimum akan meningkatkan pengangguran. Analisis ekonomi klasik tentang penawaran dan permintaan menyatakan penetapan upah minimum di atas harga keseimbangan pasar akan menyebabkan pengangguran. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan berkurang jika upah naik. Hal ini disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan pada level upah yang tinggi sementara jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan menjadi lebih sedikit. Perusahaan akan lebih selektif menyeleksi berdasarkan kompetensi dan pengalaman pekerja. Angkatan kerja yang tidak memiliki kedua hal ini akan tersingkir. Sejak krisis multidimensi yang melanda Indonesia tahun 1997, angka pengangguran terbuka terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2005 dengan jumlah 11,9 juta orang. Jumlah ini kemudian berangsur berkurang. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional yang diselenggarakan Badan Pusat

4 Statistik pada Februari 2008, jumlah pengangguran terbuka berkurang menjadi 9,43 juta orang atau 8,46 persen dari angka angkatan kerja. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan pengangguran adalah meningkatnya jumlah kasus dan tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Tren kasus jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia selama delapan tahun terakhir ini cenderung meningkat. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI menyebutkan rata-rata terjadi 4.000 kasus PHK dengan jumlah tenaga kerja yang terkena rata-rata sebanyak 103.811 orang per tahun. Puncak PHK terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah pekerja yang terkena sebanyak 150.524 orang. Tahun 2008, perekonomian dan keuangan global yang memburuk, yang bermula dari Amerika Serikat, ikut menjalar ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Salah satu akibatnya bagi Indonesia diperkirakan perusahaan-perusahaan sudah merumahkan lebih dari 300.000 pekerja (Kompas, 4/4/2009). Meski demikian, secara keseluruhan tren penyerapan tenaga kerja, dengan berbagai status pekerjaannya, selalu meningkat dengan rata-rata pertambahan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 1.363.646 orang atau 1,47 persen setiap tahun. Kecuali pada tahun 2003, terjadi pengurangan jumlah pekerja sebanyak 862.249 orang (grafik 2). Pada tahun tersebut, kenaikan upah minimum sebesar 14,33 persen. Grafik 2. Penambahan Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Orang 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0-1.000.000-2.000.000 622.693 839.749 2.937.119 236.351 4.466.716 2.126.206 1.498.548 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008-862.249 Rata-rata = 1.363.646 orang atau 1,47 persen per tahun Sumber: Sakernas, BPS

5 Dari data di atas terlihat bahwa terjadi penambahan jumlah tenaga kerja ketika upah minimum meningkat setiap tahun. Namun, penambahannya bersifat fluktuatif. Dapat dikatakan, kekhawatiran bahwa kenaikan upah minimum akan memperlemah penyerapan tenaga kerja tidak sepenuhnya terbukti. Data yang merujuk pada tenaga kerja berstatus pekerja yang menerima upah (wage worker, dalam kategori BPS berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai) memperlihatkan kenaikan upah minimum juga tidak selalu mengurangi penyerapan tenaga kerja. Meski secara rata-rata keseluruhan sektor ekonomi menyerap pekerja sebesar minus 0,2 persen, di sektor perdagangan ternyata mampu menyerap pekerja sebanyak rata-rata 5,97 persen per tahun. Sedangkan di sektor industri pengolahan terserap 1,28 persen pekerja. Pengurangan jumlah pekerja salah satunya terjadi di sektor jasa kemasyarakatan, yakni sebesar 0,22 persen per tahun (grafik 3). Grafik 3. Penambahan Buruh Sektor Industri dan Perdagangan di Indonesia (Perkotaan dan Pedesaan) 30,00 20,00 Persen 10,00 0,00-10,00-20,00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Industri 13,19 0,34-3,97-7,29 2,43 11,96-11,37 2,16 4,12 Perdagangan 20,43-3,13 5,20-8,77 22,84 0,05 11,17-1,42 7,31 Seluruh Sektor 0,39-9,90-5,75-4,87 6,84 2,23 3,05 4,55 1,69 Sumber: Sakernas, BPS Rata-rata sektor industri = 1,28 persen, perdagangan = 5,97 persen, dan seluruh sektor= -0,2 persen

6 Secara spesifik, buruh sektor industri pengolahan dan perdagangan di perkotaan mengalami kenaikan sebesar masing-masing 2,68 persen dan 6,09 persen (grafik 4). Dari kondisi tersebut, penyerapan jumlah buruh yang berpendidikan rendah di kedua sektor tersebut dapat dilihat pada grafik 5. Grafik 4. Penambahan Jumlah Buruh Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan di Perkotaan Persen 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00 Rata-rata penambahan di sektor industri pengolahan = 2,68 % dan di sektor perdagangan = 6,09 % 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Industri Pengolahan Perdagangan Sumber: BPS, diolah dari Sakernas

7 Grafik 5. Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah Sektor Industri dan Perdagangan di Perkotaan (dalam %) 3,00 2,50 2,60 2,35 2,29 2,30 2,33 2,00 1,50 2,12 2,20 2,06 1,97 2,03 1,00 0,50 0,00 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: BPS, diolah dari Sakernas Industri Perdagangan 1.2 PERUMUSAN MASALAH Pandangan konvensional bahwa penerapan upah minimum akan mengurangi penyerapan tenaga kerja banyak mengundang penelitian para ahli. Pandangan konvensional ini didasarkan pada model pasar tenaga kerja yang kompetitif sempurna. Card dan Krueger (1995) menyatakan dampak upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja sangatlah kecil atau bisa diabaikan. Bahkan, pada kondisi tertentu dampaknya justru positif. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Machin dan Manning (1996). Selain itu, upah minimum baru akan bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja jika terjadi pada pasar yang monopsoni (Robinson 1933, Stigler 1946, dan Manning 1995). Akan tetapi monopsoni bukanlah model yang cocok untuk menjelaskan pasar di mana perusahaan saling berkompetisi untuk mendapatkan tenaga kerjanya. Penelitian-penelitian dari Neumark dan Washer (1992 & 2000), Deere et al (1995 & 1996), Currie dan Fallick (1996), dan Burkhauser et al (2000) adalah beberapa di antara ekonom yang menemukan efek negatif dari upah minimum. Sementara Card dan Krueger (1995 & 2000), Machin et al (2003), Machin dan

8 Manning (1994), dan Dickens et al (1999) adalah sebagian lainnya yang menemukan efek non-negatif upah minimum. Dari paparan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pasar tenaga kerja di Indonesia mengalami anomali terhadap upah minimum. Pada saat terjadi kenaikan nominal upah minimum yang relatif lebih tinggi dibandingkan angka inflasi, penyerapan tenaga kerja juga cenderung meningkat, bukan terjadi sebaliknya. Pada saat yang sama jumlah pengangguran terbuka juga bertambah. Berbagai literatur menyatakan kelompok pekerja yang rentan terhadap dampak kenaikan upah minimum adalah pekerja yang berusia muda/remaja, perempuan pekerja, dan pekerja dengan tingkat pendidikan atau keterampilan yang lebih rendah (Bird dan Manning, 2003). Oleh karena itu, menarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai dampak kenaikan upah minimum terhadap salah satu kelompok yang rentan ini pada dua sektor utama pasar tenaga kerja yang senantiasa berubah dinamis. Kelompok yang dipilih untuk diperbandingkan dalam studi ini adalah kelompok pekerja yang berpendidikan atau keterampilan rendah di dua sektor ekonomi, yaitu industri dan perdagangan. Permasalahan yang diajukan dalam studi ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah pada sektor industri dan perdagangan? 2. Bagaimana elastisitas kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah pada sektor industri dan perdagangan?

9 1.3 HIPOTESIS PENELITIAN Terkait dengan rumusan permasalahan di atas, hipotesis yang diajukan dalam studi ini ada dua, yaitu: 1. Kenaikan upah minimum mempengaruhi penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor industri dan perdagangan. 2. Kenaikan upah minimum memiliki pengaruh yang berbeda di sektor industri dan perdagangan. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk: 1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah pada sektor industri dan perdagangan. 2. Ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh (tingkat elastisitas) kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah pada sektor industri dan perdagangan. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat memperkaya literatur ilmiah mengenai dampak kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Mendorong dan memberikan masukan bagi kebijakan penetapan upah minimum di Indonesia agar memperhatikan kondisi pasar tenaga kerja yang berlangsung.

10 1.6 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan yang diajukan di atas, studi ini melakukan estimasi persamaan tunggal penyerapan tenaga kerja yang merupakan reduced-form dari perilaku permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja. Variabel dependen dalam model penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja khususnya pekerja yang berpendidikan rendah di sektor industri dan perdagangan, sedangkan variabel independen adalah upah minimum. Variabel kontrol yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, penanaman modal, penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, dan populasi angkatan kerja. Estimasi persamaan dilakukan dengan menggunakan data panel pada tingkat provinsi (27 provinsi), dalam rentang tahun 2003 hingga 2007. Sampel pada studi ini dibatasi pada tenaga kerja yang berstatus sebagai buruh atau karyawan atau pegawai yang dibayar (wage worker) di wilayah perkotaan. Wilayah perkotaan dipilih dengan asumsi bahwa kebijakan upah minimum relatif lebih efektif berlaku di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Lebih spesifik, upah minimum dinilai lebih berpengaruh pada tenaga kerja perkotaan yang berpendidikan atau berketerampilan rendah. Pengaruh dilihat dengan membandingkan buruh perkotaan tersebut di dua sektor ekonomi, yaitu industri dan perdagangan. Dalam struktur pasar tenaga kerja Indonesia, kedua sektor ini menyerap tenaga kerja cukup banyak dibandingkan sektor lainnya setelah sektor pertanian. Sektor pertanian tidak dipilih untuk diperbandingkan dalam studi ini dengan asumsi upah minimum tidak berlaku di sektor pertanian yang lebih bercirikan sebagai sektor informal. Di samping itu, alasan sektor industri pengolahan dan perdagangan dipilih oleh karena menurut guru besar ilmu ekonomi dari Sumitro Djojohadikusumo, pembangunan ekonomi ditandai dengan perluasan dasar kegiatan ekonomi dengan semakin berkembang dan majunya produksi sekunder (yang berpokok pada kegiatan industri manufaktur dan konstruksi) dan produksi tersier ( ekonomi jasa termasuk di dalamnya kegiatan perdagangan)

11 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bagian, sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini akan membahas latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian singkat, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menyajikan kajian pustaka yang berkaitan dengan landasan teoretis mengenai upah minimum, kondisi upah minimum di Indonesia, gambaran deskriptif mengenai penyerapan tenaga kerja di Indonesia, dan penelitian-penelitian terdahulu mengenai dampak kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja, serta argumentasi tentang pemilihan variabel yang diuji dalam studi ini. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini akan menjelaskan tentang spesifikasi model dan metode estimasi yang digunakan untuk melihat dampak kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah dengan menggunakan data panel, yaitu data per provinsi dalam rentang tahun 2003-2007. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas tentang hasil estimasi yang diperoleh yang akan menjelaskan dampak dan elastisitas kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah pada sektor industri dan perdagangan. Bab V Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini akan disimpulkan mengenai keseluruhan hasil studi dan beberapa saran yang relevan bagi pengambil kebijakan.