Kata kunci: pucuk Swietenia mahagoni; 6-benzylamino purine (BAP); kinetin, media MS; kultur in vitro

dokumen-dokumen yang mirip
Novita Sari, Evie Ratnasari, Isnawati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya

Peni Kartikasari, M. Thamrin Hidayat, Evie Ratnasari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya

Kata kunci: ujung apikal tanaman jati; 6-benzylamino purine (BAP); 6-furfuryl amino purine (kinetin); media MS; kultur in vitro

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

III. METODE PENELITIAN

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A.

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

TUGAS AKHIR (SB )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

BAB 3 BAHAN DAN METODA

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

III. METODE PENELITIAN

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

Tugas Akhir - SB091358

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

Transkripsi:

ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Efektivitas 6-furfuryl amino purine (Kinetin) dan 6-benzylamino purine (BAP) pada Media MS terhadap PErtumbuhan Eksplan Pucuk Mahoni (Swietenia mahagoni) secara In Vitro Nuricha Dwi Tukawa, Evie Ratnasari, Rahmad Wahyono * Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya *) Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan ABSTRAK Mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan tanaman berkayu yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, tetapi pada saat ini masih terdapat kekurangan pasokan mahoni sehingga mendorong untuk pengembangan tanaman mahoni. Untuk mendukung penyediaan bahan tanaman dalam jumlah besar, maka dilakukan perbanyakan secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons induksi tunas dan kalus pucuk tanaman mahoni akibat penambahan BAP dan kinetin pada media MS secara in vitro. Penelitian dilakukan di Labolatorium Kultur Jaringan Kebun Bibit Permanen (KBP) Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan, dengan penambahan BAP 1 ppm dan kinetin 1 ppm pada media MS untuk pertumbuhan kalus dan tunas dari eksplan pucuk tanaman mahoni. Hasil penelitian menunjukkan adanya respons pertumbuhan dari eksplan pucuk tanaman mahoni menjadi kalus dan tunas. Persentase pertumbuhan eksplan pada penelitian ini sebesar 26,69%, yang terdiri dari persentase pertumbuhan kalus sebesar 3,5% dan tunas sebesar 12,75%. Kata kunci: pucuk Swietenia mahagoni; 6-benzylamino purine (BAP); kinetin, media MS; kultur in vitro ABSTRACT Mahogany (Swietenia mahagoni) is among wood plants having economic value, the lack of teak supply has motivated the expansion of mahoni plantation. To support the availability of plant material, propagation by tissue culture technique being a good alternative for mass production. This research was aimed at studying the responsses of shoot induction and callus of top shoot of mahoni as result of effect of type of growth regulators, which is BAP and kinetin at MS medium through in vitro method. The study was conducted in the Laboratory Tissue Culture Nursery Permanent (KBP) Department of Agriculture and Forestry Lamongan, with BAP 1 ppm and kinetin 1 ppm on MS medium for callus growth and bud from the shoot explants mahonis. Results showed that the growth responsse of explants shoot end mahoni into callus and shoots.the percentage of exsplants growth on this test-driving is 26,69%, one that consisting of the percentage of callus growth is 3,5%, and the percentage growth of shoots is 12,75%. Key words: shoot of Swietenia mahagoni; 6-benzylamino purine (BAP); 6-furfuryl amino purine (kinetin); MS medium; in vitro culture. PENDAHULUAN Pohon mahoni (Swietenia mahagoni) cocok sebagai tanaman peneduh jalan karena berumur tahunan, tidak mudah terkena hama atau penyakit, tidak mudah tumbang dengan struktur kayu yang kuat, tumbuh lurus ke atas dengaan tajuk tinggi di atas batas ketinggian kendaraan. Pohon mahoni selain untuk perindang jalan, sebenarnya dapat juga ditanam sebagai tanaman produksi, hal ini karena kayu pohon mahoni bernilai ekonomis yang sangat tinggi. Kayu pohon mahoni cukup keras, awet dan memiliki motif serta warna yang menarik. Kayu tua berwarna merah kecokelatan. Kualitas kayu mahoni berada sedikit di bawah kayu jati, maka mahoni pun dijuluki primadona kedua setelah kayu jati (Tahir,2011). Hasil pohon mahoni yang terutama adalah untuk diambil kayunya. Akan tetapi sebenarnya pohon mahoni ini sebelum dapat ditebang untuk diambil kayunya harus dibudidayakan untuk waktu yang relatif lama sampai puluhan tahun. Kalau pohon mahoni akan dibudidayakan di lahan produktif kurang efisien. Teknologi pengadaan bibit saat ini semakin dikembangkan seiring dengan semakin tingginya permintaan pasar untuk pucuk mahoni terutama dengan cara pengembangan bibit secara in vitro

64 LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:63 67 melaui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan memiliki berbagai keunggulan diantaranya adalah didapatkan bibit yang seragam serta bebas dari berbagai penyakit. Dalam teknik kultur jaringan digunakan berbagai kombinasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dalam media untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimal. Tiap jenis tanaman memiliki respons yang berbeda terhadap zat pengatur tumbuh yang diberikan. Dalam budidaya tanaman pucuk mahoni yang dilakukan secara in vitro, media kultur jaringan pucuk mahoni secara umum adalah media MS dengan penambahan ZPT tertentu untuk merangsang pertumbuhan pucuk mahoni. Media perbanyakan in vitro secara umum menggunakan zat pengatur tumbuh dari golongan sitokinin, seperti 6-benzylamino purine (BAP) dan kinetin 6-furfuryl amino purine (Kinetin) yang digunakan dalam penelitian ini untuk memacu pembentukan tunas dengan daya aktivitas yang kuat dan mendorong proses pembelahan sel (George dan Sherrington 1984). Kultur yang digunakan pada penanaman pucuk tanaman mahoni ini termasuk ke dalam kultur meristem. Kultur meristem adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan eksplan berupa jaringan-jaringan meristematik. Jaringan meristematik yang digunakan dapat berupa meristem pucuk terminal atau meristem tunas aksilar. Pada kultur meristem, perkembangan diarahkan untuk mendapatkan tanaman sempurna dari jaringan meristem tersebut dan sekaligus dapat memperbanyaknya (Sikhana, 2009). Tujuan utama dari kultur jaringan meristem ini adalah memperoleh plantlet yang bebas penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun mikroorganisme parasitik lainnya. Semakin kecil eksplan yang diambil dari jaringan yang aktif membelah maka semakin besar kemungkinan eksplan terbebas dari serangan patogen mikroorganisme (Katuuk, 1989). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan penelitian dalam rangka Praktek Kerja Lapanngan (PKL) di Laboratorium kultur jaringan Kebun Bibit Permanen (KBP) Lamongan dengan judul Efektivitas 6-furfurylamino purine (Kinetin) dan 6-benzylamino purine (BAP) pada Media MS terhadap Pertumbuhan Eksplan Pucuk Mahoni (Swietenia mahagoni) Secara in vitro penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui respons eksplan pucuk mahoni dengan penambahan kinetin dan BAP secara in vitro sehingga dapat diperbanyak secara kultur jaringan tanaman. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-31 Juli 2011 di Laboratorium Kebun Bibit Permanen (KBP) Kabupaten Lamongan. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain, eksplan pucuk mahoni, media kultur in vitro, yaitu larutan stok media MS, vitamin, BAP dan kinetin, gula, akuades, alkohol 96% dan 70%, agar bubuk, KOH 1 M dan HCl 1 M. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah botol media, neraca digital, kertas label, tissue, beaker glass, gelas ukur, spatula, spuit, pipet, pinset, scalpel, pembakar spirtus, panci, pengaduk kayu, kompor, ph-meter, tabung reaksi, handsprayer, cawan petri, autoklaf, oven sterilisasi, stirer dan laminar air flow cabinet. Penelitian ini diawali dengan persiapan alat dan bahan dengan melakukan sterilisasi. Sterilisasi alat menggunakan oven dengan suhu 80 o C selama 60 menit. Media di autoklaf pada tekanan ±1,4 kg/cm2 dan suhu ±121 0 C selama 20 menit. Laminar air flow cabinnet disterilisasi dengan alkohol 96% dengan cara disemprotkan dan dilap. Lampu UV dinyalakan selama ±2 jam setiap akan dilakukan kerja pada laminar air flow cabinet. Pembuatan media MS dengan memasukkan bahan kimia dan vitamin sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Memasukkan akuades sebanyak 500 ml ke dalam bekerglass kemudian menambahkan gula sebanyak 300 g sambil diaduk sampai larut, setelah itu menambahkan stok media dan vitamin. Masing-masing stok A, B dan C sebanyak 100 ml dan vitamin 100 ml. Menambahkan kinetin 10 ml dan BAP 10 ml. Semua larutan dihomogenkan. Akuades ditambahkan sampai volume 1000 dan memasukkan agar bubuk 70 g ke dalam larutan. Larutan diaduk dan diukur ph larutan. Jika terlalu basa ditambahkan HCl 1M dan jika terlalu asam ditambahkan KOH 1M, sehingga diperoleh ph sebesar 5,6-5,8. Media dididihkan di atas kompor. Media agar dimasukkan ke dalam botol kultur yang telah disterilkan sebelumnya dengan volume antara 25 ml sampai 30 ml tiap botolnya. Media ditutup dengan plastik PP dan media disterilkan dengan autoklaf selama ±20 menit, apabila dalam waktu tiga hari tidak terjadi kontaminasi maka media siap digunakan. Inokulasi eksplan diawali dengan sterilisasi ruangan dan laminar air flow, dilakukan dengan menyalakan lampu UV selama kurang lebih 2 jam yang sebelumnya sudah dilap dengan alkohol 96%. Pengambilan eksplan dari kebun pangkas, dipilih pucuk mahoni sepanjang 1-2 cm. Eksplan yang diambil disterilisasi dahulu sebelum dibawa

Tukawa dkk.: Efektivitas Kinetin dan BAP 65 ke ruang inokulasi dengan menggunakan fungisida dan sabun cair. Sterililasi eksplan juga dilakukan di dalam laminar air flow cabinet dengan menggunakan alkohol 70%, akuades dan larutan tween. Eksplan yang telah disterilisasi tersebut siap ditanam dan dimasukkan dalam tabung yang berisi media secara tegak lurus, tiap botol diisi dua eksplan. Langkah selanjutnya, menutup mulut botol secara aseptik dengan melewatkan pada api kembali. Eksplan diletakkan pada tempat penyimpanan kultur dengan kondisi yang terkontrol. Setelah 2-3 hari eksplan disubkultur pada media baru, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kontaminasi. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari setelah penanaman. Pengamatan dilakukan secara visual dengan mengamati pertumbuhan dari eksplan pucuk mahoni, baik tunas maupun kalus. Data hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel, yang kemudian dihitung persentase pertumbuhan dan kontaminasinya. HASIL Penanaman dalam penelitian ini dilakukan tiga kali, setiap penanaman menunjukkan responss pertumbuhan yang berbeda-beda (Tabel 1). Berdasarkan perhitungan pada ketiga penanaman eksplan di atas diperoleh : rata-rata persentase kontaminasi sebesar 73,31%, persentase keberhasilan penanaman batang jati secara invitro sebesar 26,69%, rata-rata persentase pertumbuhan kalus sebesar 3.5% dan rata-rata persentase pertumbuhan tunas sebesar 12,75%. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh, penanaman pucuk mahoni secara in vitro pada media MS menghasilkan kalus dan tunas. Tabel 1. Hasil Pengamatan Hasil Penanaman Eksplan Pucuk Mahoni secara in vitro dalam Media MS Hasil Pengamatan Jumlah No. Penanaman ke- Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh Kontaminasi Penanaman Kalus Tunas (botol) (botol) (botol) (botol) (botol) 1. I - 12 4 40 56 2. II 4 8 7 75 94 3. III 6 8 16 66 96 Total 10 28 27 181 246 Keterangan : Perhitungan dilakukan setelah 30 hari. b. a Gambar 1. a. Tunas dan b. kalus yang tumbuh dari penanaman eksplan pucuk mahoni secara in vitro di akhir pengamatan.

66 LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:63 67 Gambar 2. Hasil penanaman pucuk mahoni secara in vitro yang mengalami kontaminasi PEMBAHASAN Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh, bahwa pemberian zat pengatur tumbuh kinetin dan BAP mempengaruhi pertumbuhan pucuk mahoni. Pucuk mahoni yang ditanam secara in vitro pada media MS menghasilkan kalus dan tunas. Eksplan pucuk mahoni yang ditanam dalam media MS memberikan responss pertumbuhan dan organogenesis baik secara langsung maupun tidak langsung. Jaringan dalam pucuk mahoni yang bersifat totipotensi akan meristematik kembali setelah terjadi kontak dengan media MS. Bagian eksplan yang terinisiasi membentuk kalus, disebabkan sel-sel yang kontak dengan media terdorong menjadi meristematik dan selanjutnya aktif mengadakan pembelahan seperti jaringan penutup luka, diduga hormon endogen yang terkandung pada eksplan cukup untuk dapat mendukung pertumbuhan tunas secara langsung. Ada banyak faktor penting yang mempengaruhi induksi kalus pucuk mahoni salah satu faktor tersebut adalah adanya zat pengatur tumbuh (ZPT). Senyawa tersebut berperan dalam pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan, dan organ tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Menurut Santoso dan Nursandi dalam Andaryani (2003) bahwa pengaruh sitokinin dalam kultur jaringan tanaman berhubungan dengan proses pembelahan sel dan proliferasi kalus. BAP dan kinetin merupakan zat pengatur tumbuh dari jenis sitokinin. Sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan sel pada jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan berperan merangsang pertumbuhan sel dalam jaringan yang disebut eksplan dan merangsang pertumbuhan tunas daun (Wetherell dalam Andaryani, 2009). Tidak semua eksplan mampu memberikan respons pertumbuhan kalus dan tunas. Hal ini dapat diketahui dari adanya eksplan yang tidak tumbuh. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap eksplan jati memiliki sifat kompeten yang berbeda dalam memberikan respons induksi kalus dan tunas. Kompetensi dari sel atau jaringan yang kurang adaptif menyebabkan induksi kalus ataupun tunas tidak terjadi. Sejumlah faktor lingkungan yang juga berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan kultur antara lain suhu, cahaya, karbondioksida dan kelembaban (Suwardana, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa eksplan yang mengalami kontaminasi. Kontaminasi disebabkan oleh bakteri atau jamur yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam ataupun dari luar. Faktor dari dalam berasal dari eksplan ini sendiri. Pucuk mahoni yang ditanam sebelumnya telah membawa agen kontaminan dalam tubuhnya, sudah mengandung bakteri ataupun jamur (Zulkarnain, 2009). Keberhasilan dalam kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor eksplan, media dan lingkungan (Amien, 2007). Peran lingkungan yang mendominasi adalah suhu ruang, cahaya dan kelembabannya. Peran cahaya pada kultur jaringan juga sangat penting. Suhu atau temperatur ruangan akan mempengaruhi kerja enzim dan hormon baik secara endogen ataupun eksogen. Cahaya diperlukan tanaman untuk asimilasi zat organik melalui fotosintesis. Faktor yang terakhir, yaitu kelembaban sangat bergantung pada kadar air dalam media dan eksplan. Air yang berlebihan akan menaikkan kelembaban dalam media MS. Tingginya kelembaban akan mendukung kehidupan kontaminan penyebab kontaminasi pada eksplan terutama untuk jamur. Jamur akan menyukai tempat yang memiliki kelembaban tinggi, sehingga akan mudah terjadi kontaminasi. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa presentase keberhasilan mikopropogasi pucuk mahoni yang ditumbuhkan pada media MS dengan penambahan BAP dan kinetin secara in vitro menunjukkan adanya respons pertumbuhan kalus dan tunas sehingga dapat diperbanyak secara kultut jaringan

Tukawa dkk.: Efektivitas Kinetin dan BAP 67 tanaman. Berdasarkan hasil yang diperoleh, disarankan untuk menggunakan zat pengatur tumbuh dengan kombinasi lain, sehingga pertumbuhan kalus dan tunas dapat optimal. DAFTAR PUSTAKA Amien S, 2007. Induksi Kalus dari Daun Nilam kultivar Lhoksemauwe, Sidikalang, dan Tapaktuan dengan 2,4- D. Diakses melalui http://induksi kalus dari daun nilam kultivar Lhoksemauwe, sidikalang, dan tapaktuan dengan 2,4-D.pdf. Pada tanggal 25 September 2011. Andaryani S, 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-D terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) secara in Vitro. Diakses melalui http : 170632511201012551.pdf. Pada tanggal 25 September 2011. George EF, Sherrington PD, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. England: Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd. Katuuk JRP, 1989. Tekhnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Siskhana, 2009. Media Murashige dan Skoog. Diakses melalui http://siskhana. /2009/09/mediamurashige-dan-skoogms.pdf. Pada tanggal 16 Mei 2011. Suwardana I W, 2010. Potensi Pembentukan Kalus Embryozigotik Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh Golongan Auksin. Laporan Tugas Akhir. Tidak dipublikasikan. Jember : Politeknik Negeri Jember. Tahir I, 2011. Menggali Potensi Tersembunyi dari Pohon Mahoni. Diakses melalui http://iqmal.ugm.ac.id/index.php/2010/05/20/ potensi-tersembunyi-pohon-mahoni.pdf/ Pada tanggal 15 Mei 2011. Zulkarnain,. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.