HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 1 AIRMADIDI Jimmy M. Paays*, Paul A.T. Kawatu*, Budi T. Ratag* PADA *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Stres kerja merupakan penyakit akibat kerja dan gangguan psikis yang juga bagian dari kesehatan kerja dan psikologis kerja, sehingga ketika mengalami stress seorang guru dapat menjadi sakit baik secara fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Produktivitas kerja adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan, dan kemungkinan besar dapat dipengaruhi oleh stress kerja. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara stress kerja dengan produktivitas kerja pada guru di SMA Negeri 1 Airmadidi. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan Juli Oktober tahun 2015 di SMA Negeri1 Airmadidi dengan total responden sebesar 45 orang guru. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Pengolahan data dengan uji Fisher Exact dengan α= 0,05. Responden dengan stress yang rendah sebesar 37,8% dan responden dengan stres yang tinggi sebesar 62,2%. Responden dengan produktivitas kerja yang cukup sebesar 95,6% dan responden dengan produktivitas kerja baik sebesar 4,4%. Hasil uji menunjukkan Tidak Terdapat Hubungan antara Stres Kerja dengan Produktivitas Kerja (p=0,137) Pada Guru di SMA Negeri 1 Airmadidi. Tidak Terdapat Hubungan antara Stres Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Guru di SMA Negeri 1 Airmadidi. Beban kerja baik fisik dan mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja guru yang ada dan Sebaiknya dilakukan pencegahan dan pengendalian stres. Misalnya membentuk lingkungan sosial yang sehat dan menciptakan lingkungan yang nyaman. Kata Kunci :Stres Kerja, Produktivitas Kerja ABSTRACT Work stress is a disease caused by work and psychological disorders are also part of the occupational health and psychological work, so when subjected to stress a teacher can be pain both physically and mentally, so it can not work optimally. Work productivity is that have the courage to work hard and want to have to carry out the improvement habit improvement, and it is very likely that can be affected by stress. The purpose of this research is to know a relationship between stress to the productivity work of the teacher in the State Senior High School 1 Airmadidi. This research uses observational analytic approach with cross women study carried out in July - October in the state senior high school in 2015 1 Airmadidi respondents with a total of 45 teachers. This Research using questionnaire as instrument. Data Processing with test Fisher Exact with α= 0.05. Respondents with stress that low of 37.8 % and stress respondents with a high of 62.2 %. Respondents that work productivity that enough of 95.6 % and respondents with good work productivity by 4.4 %. And result shows that There was no correlation between Stress Work and Work productivity (p=0.137) to the Teacher in the State Senior High School 1 Airmadidi. That There was no correlation between Stress Safety with the productivity Work of the Teacher in the State Senior High School 1 Airmadidi. Work Load both physical and mental health must be adjusted with the ability to capacity teachers who is and should be prevention and control stress. For example, in a social environment that healthy and create an environment convenient. Keywords: Work stress, Work productivity
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan faktor sangat penting dalam menunjang peningkatan produktivitas tenaga kerja, dimana kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima, sebaliknya tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja kurang atau tidak produktif dalam melakukan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan menurunkan kemampuan bekerja fisik, berfikir, dalam melaksanakan pekerjaan sosialkemasyarakatan sehingga hasil kerjanya berkurang (Tarwaka, 2010). Di era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan kerja di setiap tempat kerja, termasuk di sektor formal dan informal, dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pekerja di berbagai sector akan beresiko terhadap penyakit akibat terhadap kerja, baik fisik maupun psikis, dan resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Stres kerja merupakan penyakit akibat kerja dan gangguan psikis yang juga bagian dari kesehatan kerja dan psikologis kerja, sehingga ketika mengalami stres seorang guru dapat menjadi sakit baik secara fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Produktivitas kerja sendiri adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan ingin memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan, dan kemungkinan besar dapat dipengaruhi oleh stress kerja (Munandar, 2008). Data hasil survei International Labour Organization (ILO) 2009 juga menempatkan Indonesia berada di posisi 83 dari 124 negara. Bahkan, International Management Development (IMD) posisi Indonesia masih berada di atas filipina yang menempati posisi 35 dari 57 negara di kawasan Asia. Berdasarkan perhitungan produktivitas nasional 2010, ada kenaikan produktivitas sebesar 21,4 juta per orang tenaga kerja sebelumnya tahun 2009 tingkat produktivitas di Indonesia berada di posisi 20,8 juta per orang tenaga kerja. Tingkat produkitvitas kerja optimal yang setinggi tingginya, pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kesehatan (Sumamur, 2009). Berdasarkan data dari National Institute of Occupational Health and Safety (NIOSH), tahun 2010, sekitar 40 % pekerja melaporkan bahwa pekerjaan mereka sangat membuat stres, melihat pekerjaan mereka sebagai sumber stress nomor satu dalam kehidupannya 75 %, pekerjaan di generasi sebelumnya 29 % pekerja merasa sangat stres di tempat kerja, 26 % pekerja mengatakan bahwa, cukup sering atau sangat sering merasa jenuh atau merasa stress terhadap pekerjaanya, data ini,cakup membuka pandangan kita bahwa dewasa ini stress kerja sudah menjadi isu penting di dunia kerja yang jika dibiarkan terjadi akan dapat mempengaruhi kualitas hidup orang banyak, baik dari segi produktivitas kerja maupun kehidupan pribadi.
Di Indonesia, fenomena stress kerja juga terjadi. Beberapa studi terakhir menyimpulkan bahwa setiap tahunnya kasus stress kerja di Indonesia meningkat dengan cepat dan berpotensi menimbulkan dampak sosial, emosional, psikologis dan masalahmasalah yang berhubungan dengan kesehatan. Hasil studi menunjukkan bahwa dari 326 responden guru, ia menemukan 168 (51,5%) guru yang benar-benar merasa stress dan 60% sampel guru mengatakan bahwa mereka mengalami stress kerja. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober tahun 2015 dan bertempat di SMA Negeri 1 Airmadidi. Populasi dan Sampel Penelitian yaitu Kriteria Inklusi: 1. Responden merupakan guru tetap SMA Negeri 1 Airmadidi 2. Responden bersedia dijadikan subjek penelitian yang dibuktikan dengan adanya surat persetujuan penelitian 3. Hadir saat dalam pelaksanaan penelitian 4. Lama kerja minimal 1 tahun Kriteria Ekslusi 1. Tidak bersedia menjadi responden 2. Responden izin cuti/sakit Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh Guru yang berada di SMA Negeri 1 Airmadidi yaitu berjumlah 54 orang. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah seluruh Guru yang berada di SMA Negeri 1 Airmadidi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berjumlah 45 responden Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (Bebas) Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Stres Kerja. 2. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Poduktivitas Kerja. Instrumen Penelitian Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang di distribusikan langsung untuk diisi dan dikembangkan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti. Data angket digunakan peneliti untuk memperoleh data yang lebih lengkap. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara stress dengan Produktivitas Kerja pada Guru SMA Negeri 1 Airmadidi Stres Kerja Produktivitas Kerja Cukup Baik n % n % N % Total p* Rendah 15 88,23 2 11,77 17 100 0,137 Tinggi 28 100 0 0 30 100 *uji Fisher Exact Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa responden yang memiliki stress kerja tinggi dan mengalami produktivitas kerja cukup sebanyak 28 responden (100%) Responden
yang memiliki stress kerja rendah mengalami produktivitas cukup sebanyak 15 responden (88,23%) dan responden yang memiliki stress kerja rendah dan produktivitas kerja rendah yaitu 2 Responden (11,77%). Berdasarkan hasil uji Fisher Exactterlihat nilai psebesar 0,137 (>0,05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara stress kerja dengan produktivitas kerja pada guru di SMA 1 Airmadidi. Berdasarkan hasil analisis Fisher s Exactdiperoleh nilai probabilitas 0,137(p value>0,05). Yang menunjukkan H1ditolak artinya tidak ada hubungan antara stress kerja dan produktivitas kerja pada Guru Sma Negeri 1 Airmadidi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusumaningtyas (2010) p value= 0,425(p value>0,05)yang bearti tidak ada hubungan antara stress kerja dengan produktivitas kerja karyawan marketing di dealer motor Yamaha sarana mas sejahtera motor malang. Dampak dari stres pada guru yaitu, terjadinya kekacauan, hambatan, menggangu kenormalan aktivitas kerja, menurunya tingkat produktvitas. Dalam kaitanya dengan gurusemua dampak stres akan menjurus pada penurunan performanansi, efisiensi, dan produktivitas kerja yang bersangkutan (Tarwaka, 2010). Stres yang dialami oleh tenaga kerja dapat berkembang kearah positif yaitu stres dapat menjadi kekuatan positif bagi tenaga kerja.adanya dorongan tinggi untuk berprestasi membuat makin tinggi tingkat stresnya dan makin tinggi juga produktivitas dan efisiensinya (Sunyoto, 2010).Tetapi stres juga dapat berkembang kearah negatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Randall Schuller (2010). Stres yang di hadapi tenaga kerja berhubungan dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja dan kecenderungan mengalami kecelakaan. Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau tempat keja mengalami stres, maka produktivitas dan kesehatan organisasi akan terganggu. Stres yang dialami oleh tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti faktor fisik yang meliputi tuntutan pekerjaan yang terlalu berat atau terlalu rendah, dan juga faktor mental yang meliputi tanggung jawab dari suatu pekerjaan terhadap pimpinan, permasalahan pribadi. Terjadi perbedaan produktivitas tenaga kerja akibat stres tidak begitu saja, tetapi ada faktor- faktor yang mempengaruhinya seperti faktor dari dalam diri pekerja seperti keadaan psikis, fisik, usia, bakat, karakter, pengalaman, keahlian, pendidikan, kepuasan kerja, motivasi kerja, semangat kerja, dan persepsi pekerjaan terhadap gaji. Adapun faktor dari luar pekerja seperti waktu istirahat, jam kerja, tanggungan keluarga, masa kerja. Guru terbiasa menerima tekanan baik berat ataupun ringan yang hasilnya tetap sama, sehingga motivasi dalam melakukan tugas lebih dipengaruhi oleh nilai moral dan ketulusan bukan dari penghargaan ataupun material. Penilaian produktivitas kerja tidak diukur oleh hasil akhir melainkan proses, sehingga sangat sulit menentukan nilai produktivitas kerja seorang guru.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat Stres kerja pada Guru SMA Negeri 1 Airmadidi dikategorikan responden dengan stres yang rendah sebesar 37,8% dan Responden dengan stres yang tinggi sebesar 62,2%. 2. Tingkat Produktivitas Kerja pada Guru SMA Negeri 1 Airmadidi dikategorikan responden dengan produktivits kerja yang cukup sebesar 95,6% dan Responden dengan produktivitas kerja baik sebesar 4,4%. 3. Tidak Terdapat Hubungan antara Stres Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Guru di SMA Negeri 1 Airmadidi. SARAN 1. Beban kerja baik fisik dan mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja guru yang ada. 2. Sebaiknya dilakukan pencegahan dan pengendalian stres. Misalnya dalam membentuk lingkungan sosial yang sehat dan menciptakan lingkungan yang nyaman. DAFTAR PUSTAKA Ashar Sunyoto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Munandar, A. S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: UI-Press. Suma mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).Jakarta: Tarwaka.S.S. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.