PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

dokumen-dokumen yang mirip
putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

MODEL REGRESI ANTARA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KETEBALAN NATA DE SOYA

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

BAB IV HASIL PENELITIAN

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY

Amalia Fitri Andriani. Penulis Adalah Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Saintek,UIN MMI Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

PRODUKSI NATA DARI LIMBAH CAIR TAHU (WHEY): KAJIAN PENAMBAHAN SUKROSA DAN EKSTRAK KECAMBAH

PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L)

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp.

BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

ANALISIS USAHA NATA DE COCO

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZWAVELZURE AMONIAK ( ZA ) TERHADAP KUALITAS NATA DE COCO

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZA TERHADAP KUALITAS NATA DE BANANA BERBAHAN DASAR KULIT PISANG KEPO

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium

Kata kunci : buah jambu mete, nata de mete, pelatihan pembuatan nata de mete

BAB III MATERI DAN METODE. Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Analisis sampel dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

KAJIAN PENGARUH KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS NATA de SOYA

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN NATAA DE IPOMOEA DARI CAMPURAN KULIT UBI JALAR PUTIH DAN MERAH ( Ipomoea batatas ) MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMBUATAN NATA DE COCO DAR I BEBERAPA KONSENTRASI "SKIM" SANTAN DAN SUKROSA

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di

ABSTRAK KOMPETENSI VOKASIONAL DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE DI SMKN 13 KOTA MALANG

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PEMBUATAN NATA DARI ANEKA BUAH-BUAHAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

PEMBUATAN NATA DE RICE DARI AIR CUCIAN BERAS DALAM BEBERAPA KONSENTRASI DENGAN BAKTERI Acetobacter xylinum

I b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu (Whey Tahu) Sebagai Media Tumbuh Acetobacter xylinum untuk Memproduksi Nata

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN UREA TERHADAP KARAKTERISTIK NATA DE SOYA ASAM JERUK NIPIS IN PRESS

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS GULA TERHADAP SIFAT MORFOLOGIS PRODUK MAKANAN BERSERAT TINGGI NATA DE PINA

Pembuatan Nata de Coco : Tinjauan Sumber Nitrogen terhadap Sifat Fisiko-Kimianya

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN ASAM ASETAT GLACIAL TERHADAP KUALITAS NATA DARI WHEY TAHU DAN SUBSTRAT AIR KELAPA

Transkripsi:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA Doddy A. Darmajana Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Jl. K.S. Tubun 5 Subang 41211 e-mail: doddyandy@yahoo.com, darmajana@subang-java.com Abstrak Salah satu hasil buang atau limbah dari pengolahan tahu adalah whey atau cairan dan ampas tahu. Cairan limbah pembuatan tahu biasanya dibuang dan menjadi bahan pencemar lingkungan baik pada tanah atau kolam di sekitar pabrik tahu atau pada sungai tempat membuang limbah cair tersebut. Whey masih mengandung beberapa bahan organik, salah satunya adalah protein dari kedelai. Akhir-akhir ini whey tahu dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, guna menghasilkan nata. Nata yang dihasilkan dari media whey biasa disebut nata de soya. Cairan whey ini kandungannya berbeda dengan air kelapa yang selama ini menjadi bahan utama untuk pembuatan nata de coco. Pada pembuatan nata jumlah cairan media akan mempengaruhi hasil nata, demikian juga waktu inkubasi media akan mempengaruhi ketebalan nata. Jumlah media fermentasi dapat dipresentasikan sebagai volume atau ketinggian cairan, sehingga akan mempengaruhi ketebalan nata yang dihasilkan. Tujuan dari percobaan ini untuk mempelajari pengaruh ketinggian cairan media dan waktu inkubasi terhadap beberapa karakteristik nata de soya. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 dan 3 taraf. Faktor ketinggian media cairan terdiri atas ½ tinggi wadah inkubasi dan 2/3 dari tinggi wadah inkubasi. Sedang faktor waktu inkubasi terdiri atas 8 hari, 10 hari dan 12 hari. Pengamatan dilakukan terhadap nata de soya yang dihasilkan meliputi: ketebalan, berat, dan uji kekerasan. Hasil percobaan menunjukkan nata de soya paling tebal (18,42 mm) dihasilkan pad perlakuan ketinggian cairan 2/3 dan waktu inkubasi 12 hari. Untuk berat nata juga pada interaksi perlakuan yang sama. Sedang nilai kekerasan diperoleh pada perlakuan waktu inkubasi 8 hari dan ketinggian media cairan 2/3 dari tinggi wadah inkubasi. Kata kunci: whey, inkubasi, nata Pendahuluan Pada proses pembuatan tahu didapat hasil samping berupa limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair (whey tahu). Limbah padat (ampas) tahu biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak atau diolah menjadi makanan seperti tempe gembus atau oncom dan beberapa makanan kecil lain. Limbah cari (whey) tahu dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku media perkembangan Acetobacter xylinum, yang menghasilkan lapisan selulosa, yang disebut nata de soya. Pemanfaatan whey untuk media pembuatan nata, dalam rangka mengurangi pencemaran akibat whey yang dibuang di sekitar pabrik tahu. Secara teknis, pemanfaatan whey hanya pada sisa protein dan beberapa zat organik yang masih dikandungnya, sehingga unsur-unsur tersebut diharapkan dapat mendukung perkembangbiakan Acetobacter xylinum. Dari segi ekonomis, untuk mendapatkan whey tahu masih cumacuma, tidak seperti air kelapa (bahan baku nata de coco) yang sudah harus dibayar dengan uang. Nata sebenarnya adalah selulosa hasil sintesa dari gula (glukosa) oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum (Dimaguila, 1967). Struktur selulosa pada nata menyerupai selulosa yang terdapat pada dinding sel. Menurut Alaban (1962), faktor utama yang berpengaruh pada pembentukan nata adalah sumber gula, suhu inkubasi, tingkat keasaman medium, lama inkubasi dan aktifitas bakteri. Pada proses inkubasi media nata yang telah diinokulasi dengan starter yang mengandung Acetobacter xylinum, setelah 36 48 jam inkubasi akan terbentuk lapisan tembus cahaya pada permukaan medium. Secara bertahap lapisan ini akan menebal dan membentuk lapisan yang kompak dan kenyal. Di I-1-1

bawah kondisi yang mendukung, nata yang terbentuk akan mencapai tebal lebih dari 5 cm dalam waktu satu bulan (Lapuz et al, 1976). Salah satu kondisi yang harus mendukung adalah tersedianya medium cair, sebagai makanan dalam pertumbuhan bakteri. Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan yang mempelajari pengaruh antara jumlah media dan waktu inkubasi terhadap nata yang dihasilkan. Pada pembuatan nata, hasil yang diharapkan adalah ketebalan nata yang terbentuk. Penempatan media pada wadah harus pada kondisi yang memungkinkan lapisan terbentuk sebanyak mungkin, sehingga tebal nata akan sesuai yang diinginkan. Sebagai gambaran, pada pembuatan nata de coco cara lama, ketebalan media cair setinggi 3 kali dari tebal nata yang diharapkan, sehingga pada akhir inkubasi masih terdapat sisa media cair yang terbuang. Sedang cara yang akhir-akhir ini dilakukan adalah untuk mendapatkan ketebalan nata de coco 10-15 mm digunakan ketinggian media tidak lebih dari 20 mm, sehingga pada akhir inkubasi media cair hampir tidak tersisa. Bahan dan Metode Bahan Bahan baku yang digunakan dalam percobaan ini adalah whey tahu (segar), yang diperoleh dari industri tahu di Subang. Sebagai bahan pembantu meliputi: gula pasir, asam cuka glasial, urea dan fosfat serta cairan starter (bibit) yang mengandung biakan Acetobacter xylinum yang diperoleh dari industri nata de coco di Cianjur. Peralatan yang digunakan meliputi loyang plastik, panci email, inkubator, timbangan analitis, ph meter, pisau, jangka sorong, refraktometer, penetrometer, autoklaf, gelas ukur dan alat kimia lainnya. Metode Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, dengan faktor A adalah ketinggian cairan media dan faktor B adalah waktu inkubasi. Faktor ketinggian cairan media (A) sebanyak 2 taraf yaitu ½ dan 2/3 dari ketinggian wadah (loyang) untuk inkubasi. Sedang taraf waktu inkubasi (B) terdiri atas 3 taraf, yaitu 8, 10 dan 12 hari. Model matematika untuk melihat variasi respon pada rancangan acak lengkap faktorian yang digunakan adalah: Y = µ + A + B + (AB) + Σk ijk i j ij (ij) dimana: Y ijk = variasi respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena pengaruh taraf ke-i factor A dan taraf ke-j factor B. µ = pengaruh rata-rata yang sebenarnya A i = pengaruh faktor A pada taraf ke-i B j = pengaruh faktor B pada taraf ke-j (AB) ij = pengaruh interaksi antara faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j Σk (ij) = pengaruh dari taraf ke-k dalam kombinasi perlakuan Σ. Pengamatan atau pengujian hasil percobaan dilakukan terhadap sifat (karateristik) fisik dari nata yang terbentuk, yang meliputi ketebalan nata, berat natan dan uji kekerasan. Ketebalan nata diukur dengan menggunakan jangka sorong yang dilakukan pada 5 titik pengukuran. Pengukuran berat nata menggunakan alat timbang dan diukur setelah cairan nata ditiriskan sampai tidak ada cairan yang menetes. Sedang kekerasan nata diukur dengan penetrometer yang dilakukan pada 5 titik pengukuran. Pembuatan nata de soya mengikuti prosedur sebagai berikut:! Whey tahu segar disaring dengan kain saring dan dididihkan selama 5 menit sambil ditambah sukrosa 10% dan urea 0,25% berat bahan per volume whey tahu.! Media ditempatkan dalam wadah steril sesuai dengan perlakuan tinggi cairan adalah ½ dan 2/3 dari tinggi wadah dan didinginkan sampai suhu 29 o C.! Media kemudian diinokulasi dengan inokulum atau cairan starter sebanyak 20% volume inokulum per volume whey tahu.! Media yang telah mengandung Acetobacter xylinum kemudian diinkubasi selama 8, 10 dan 12 hari pada suhu 29 o C.! Nata yang terbentuk kemudian dipanen dan dilakukan pengamatan terhadap sifat fisiknya. I-1-2

Hasil dan Pembahasan Ketebalan nata Tinggi cairan atau media dalam wadah memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketebalan nata de soya. Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap nilai rata-rata ketebalan nata de soya yang dihasilkan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh ketinggian media terhadap ketebalan nata de soya Ketinggian media Ketebalan nata (mm) 5% 1% A1 (tinggi ½) 13,66 a A A2 (tinggi 2/3) 14,44 b B Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa ketinggian media 2/3 dari tinggi wadah, menghasilkan nata yang lebih tebal (14,44 mm) dibanding ketinggian ½ (13,66 mm). Hal ini karena jumlah media pada wadah lebih banyak sehingga jumlah bakerti pembentuk nata dan sumber makanan untuk pertumbuhan juga lebih banyak. Waktu inkubasi juga berpengaruh nyata terhadap ketebalan nata yang terbentuk. Hasil uji jarak berganda Duncan dengan taraf nyata 5% dan 1% disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh waktu inkubasi terhadap ketebalan nata de soya Waktu inkubasi Ketebalan nata (mm) 5% 1% B1 (8 hari) 11,43 a A B2 (10 hari) 13,93 b B B3 (12 hari) 16,79 c C Dari Tabel 2, tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi, nata yang terbentuk semakin tebal. Hal ini dapat diterima karena, dengan waktu yang lebih lama, pembentukan lapisan nata oleh bakteri masih berlangsung. Dari kedua perlakuan tersebut bahwa waktu inkubasi, memberi pengaruh yang lebih besar dari pada ketinggian media. Ketebalan nata karena perbedaan waktu inkubasi berkisar anatara 11,43 mm sampai 16,79 mm. Kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan ketebalan nata dapat dilihat pada Gambar 1. Ketebalan nata (mm 20 15 10 5 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Waktu inkubasi (hari) Gambar 1. Kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan berat nata Dari analisa variansi statistik untuk pengaruh interaksi antara ketinggian cairan media dan waktu inkubasi menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk pengaruh interaksi disajikan pada Tabel 3. I-1-3

Tabel 3. Pengaruh interaksi antara faktor ketinggian media dan waktu inkubasi terhadap ketebalan nata Faktor interaksi Ketebalan nata (mm) 5% 1% A1B1 (tinggi ½ dan 8 hari) 11,53 a A A1B2 (tinggi ½ dan 10 hari) 13,92 b B A1B3 (tinggi ½ dan 12hari) 15,52 ab AB A2B1 (tinggi 2/3 dan 8 hari) 11,32 a A A2B2 (tinggi 2/3 dan 10 hari) 13,94 bc BC A2B3 (tinggi 2/3 dan 12 hari) 18,05 d D Ketebalan nata terbesar didapat pada perlakuan interaksi tinggi media 2/3 dari wadah dan waktu inkubasi 12 hari, yaitu 18,05 mm dan perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain. Pada interaksi perlakuan selain jumlah media pertumbuhan yang lebih banyak, juga waktu yang digunakan oleh bakteri untuk pembentukan selulosa juga lebih lama. Tinggi cairan atau media dalam wadah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat nata de soya. Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap nilai rata-rata ketebalan nata de soya yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh ketinggian media terhadap berat nata de soya Ketinggian media (gram) A1 (tinggi ½) 823,61 a A2 (tinggi 2/3) 912,88 b 5% 1% A B Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa ketinggian media 2/3 dari tinggi wadah, menghasilkan nata yang lebih berat (912,88 gram) dibanding ketinggian ½ (823,61 gram). Hal ini sangat terkait dengan ketebalan nata seperti pada Tabel 1. Nata yang lebih tebal mempunyai berat yang lebih besar. Ini juga menunjukkan bahwa kekompakan (kepadatan) nata sama, sehingga perbedaan berat nata hanya dipengaruhi dari perbedaan ketebalan. Waktu inkubasi juga berpengaruh nyata terhadap berat nata yang terbentuk. Hasil uji jarak berganda Duncan dengan taraf nyata 5% dan 1% disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh waktu inkubasi terhadap berat nata de soya Waktu inkubasi (gram) 5% 1% B1 (8 hari) 726,00 a A B2 (10 hari) 900,00 b B B3 (12 hari) 1003,75 c C Dari Tabel 5, tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi, nata yang terbentuk semakin berat. Hal ini disebabkan oleh waktu inkubasi yang lebih lama, pembentukan lapisan nata oleh bakteri lebih banyak, sehingga menghasilkan nata yang lebih tebal dan lebih berat. Hal ini sangat terkait dengan ketebalan nata seperti pada Tabel 2. akibat dari pengaruh waktu inkubasi berkisar antara 726,00 gram sampai 1003,75. Dari kedua perlakuan tersebut bahwa waktu inkubasi, memberi pengaruh terhadap berat yang lebih besar dari pada ketinggian media. Kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan berat nata dapat dilihat pada Gambar 2. I-1-4

(gram) 1200 1000 800 600 400 200 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Waktu inkubasi (hari) Gambar 2. Kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan berat nata Dari analisa variansi statistik untuk pengaruh interaksi antara ketinggian cairan media dan waktu inkubasi menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap berat. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk pengaruh interaksi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh interaksi antara faktor ketinggian media dan waktu inkubasi terhadap berat nata Faktor interaksi (gram) 5% 1% A1B1 (tinggi ½ dan 8 hari) 715,0 a A A1B2 (tinggi ½ dan 10 hari) 880,8 b B A1B3 (tinggi ½ dan 12hari) 925,0 ab AB A2B1 (tinggi 2/3 dan 8 hari) 737,0 a A A2B2 (tinggi 2/3 dan 10 hari) 919,2 bc BC A2B3 (tinggi 2/3 dan 12 hari) 1082,5 c C terbesar didapat pada perlakuan interaksi tinggi media 2/3 dari wadah dan waktu inkubasi 12 hari, yaitu 1082,5 gram dan perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain, kecuali perlakuan A2B2. Pada interaksi perlakuan A2B3, selain jumlah media yang lebih banyak, waktu yang digunakan oleh bakteri untuk pembentukan selulosa juga lebih lama. Kekerasan nata Tinggi cairan atau media dalam wadah memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kekerasan nata de soya. Tabel 7. Pengaruh ketinggian media terhadap kekerasan nata de soya Ketinggian media Kekerasan nata (ths) A1 (tinggi ½) 664,73 A2 (tinggi 2/3) 669,30 Waktu inkubasi juga berpengaruh nyata terhadap kekerasan nata yang terbentuk. Hasil uji jarak berganda Duncan dengan taraf nyata 5% dan 1% disajikan pada Tabel 8. I-1-5

Tabel 8. Pengaruh waktu inkubasi terhadap kekerasan nata de soya Waktu inkubasi Kekerasan nata (ths) 5% 1% B1 (8 hari) 101,27 a A B2 (10 hari) 116,41 ab AB B3 (12 hari) 115,82 b B Dari Tabel 8, tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi, nata yang terbentuk semakin keras. Hal ini ditunjukkan waktu inkubasi 10 harai dan 12 hari lebih keras dari pada waktu 8 hari. Meski demikian penambahan waktu inkubasi dari 10 hari ke 12 hari tidak menunjukkan peningkatam kekerasan. Berdasarkan nilai yang diperoleh terjadi penurunan, meski secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (antara B2 dan B3). Kekerasan nata selain dipengaruhi oleh ketebalan nata, juga kekompakan antar lapisan nata yang terbentuk oleh bakteri serta susunan selulosa yang terbentuk. Kekerasan tebalan nata karena perbedaan waktu inkubasi berkisar anatara 101,27 ths sampai 116,41 ths. Kesimpulan 1. Ketinggian media dan waktu inkubasi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap ketebalan nata de soya yang terbentuk. 2. Nilai nata de soya paling tebal diperoleh pada ketinggian media 2/3 dari tinggi wadah, yaitu 14,44 mm dan waktu inkubasi 12 hari (16,79 mm) serta interaksi keduanya, yaitu 18,05 mm 3. Ketinggian media dan waktu inkubasi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat nata de soya yang terbentuk. 4. Nilai nata de soya paling berat diperoleh pada ketinggian media 2/3 dari tinggi wadah, yaitu 912,88 gram dan waktu inkubasi 12 hari (1003,75 gram) serta interaksi keduanya, yaitu 1082,5 5. Ketinggian media berpengaruh tidak nyata terhadap kekerasan nata de soya yang terbentuk, tetapi dipengruhi secara nyata oleh waktu inkubasi. 6. Kekerasan paling besar didapat pada waktu inkubasi selama 10 hari. Daftar Pustaka Andayati, D., (1986), Pengaruh Penambahan Kadar Gula dan Ketebalan Inokulum Terhadap Hasil Fermentasi Sari Kelapa, Skripsi, Fakultas Pertanian Unpad. Bandung. Basrah Enie, A., (1993), Pembuatan Nata de Soya, BBIHP, Bogor. Basrah Enie, A., (1994), Nata de Soya Hasil Konversi Air tahu Menjadi bahan Industri Proses Bioteknologi, BBIHP, Bogor. Darmajana, D. dan Cucu Hindasah, (1994), Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Nata de Soya, Balai Pengembangan teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan LIPI. Subang. Dimaguila, L.S.,(1967), The Nata de Coco 1. Caraterization and Identity of The Causal Organism. Philippine Journal of Agriculturist Vol. 51. Totowarsa dan Cucu S.A., (1982), Teknik Perancangan Percobaan, Fakultas Pertanian Unpad. Bandung. Ramona, Yan, (1989), Pengaruh penambahan Gula dan Nitrogen Oraganik Terhadap Aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam Pembuatan Nata de Coco, Tesis. Jurusan Biologi ITB. Bandung. I-1-6