MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA)

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR FLY OVER

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN

ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

BAB III FORMULASI PERENCANAAN

BAB III METODE PERANCANGAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERHITUNGAN PILECAP JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS

Rico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...

Modifikasi Perencanaan Struktur Jembatan Kasiman Bojonegoro Dengan Busur Rangka Baja

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BEBAN JEMBATAN

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

Evaluasi Kekuatan Struktur Atas Jembatan Gandong Kabupaten Magetan Dengan Pembebanan BMS 1992

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

BAB V PERHITUNGAN KONSTRUKSI

SKRIPSI PERENCANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN BETON PRATEKAN DI MOLA SUAI, TIMOR-LESTE

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

KONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG JALAN RAPAK MAHANG DI DESA SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

PERENCANAAN JEMBATAN PALU IV DENGAN KONSTRUKSI BOX GIRDER SEGMENTAL METODE PRATEKAN STATIS TAK TENTU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERENCANAAN PERLETAKAN ( ELASTOMER )

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR RC

BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE. 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Akhir. Oleh : Ahmad Basshofi Habieb Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB III ANALISA PERMODELAN

Transkripsi:

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS Oleh : KHOIRUL ALIM R. 3110 040 505 DOSEN PEMBIMBING : Ir. DJOKO IRAWAN, MS. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

bab I pendahuluan LATAR BELAKANG Jembatan merupakan suatu bagian dari jalan raya yang berfungsi untuk menghubungkan jalan yang terputus yang disebabkan adanya rintangan seperti sungai, danau, lembah, jurang dan lain lain. Jembatan Kali Barek dibangun diatas sungai barek dan jembatan ini merupakan penghubung jalur lalu lintas dari Metaraman Wonogoro, Kabupaten Malang. Dimana panjang bentang 120 m, dan lebar 13 m ( lebar badan jalan 11 m + trotoar @1 m ). Pada tugas akhir ini Jembatan Kali Barek tersebut dimodifikasi perencanaan strukturnya dengan menggunakan Sistem Balok Beton Pratekan menerus.

bab I pendahuluan RUMUSAN MASALAH Bagaimana merencanakan preliminary design pada jembatan? Bagaimana merancang struktur bangunan atas pada jembatan beton pratekan bentang menerus? Bagaimana merencanakan bentuk gelagar melintang dengan penempatan tendon yang tepat pada jembatan beton pratekan? Bagaimana merencanakan perletakan dan bangunan bawah yang meliputi abutment dan pondasi tiang pancang yang sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, Bridge Management System 1992? Bagaimana merencanakan wing wall? Bagaimana menggambarkan hasil dari desain struktur jembatan?

bab I pendahuluan Maksud : MAKSUD DAN TUJUAN Merencanakan preliminary design jembatan balok beton pratekan bentang menerus. Mendapatkan hasil perencanaan struktur bangunan atas terhadap jembatan dengan desain yang memenuhi batasan keamanan dan kenyamanan yang disyaratkan. Menuangkan hasil desain struktur dalam bentuk gambar kerja berdasarkan hasil perhitungan.

bab I pendahuluan Tujuan : MAKSUD DAN TUJUAN Untuk mendapatkan desain penampang dan penempatan tendon yang efektif agar memenuhi tegangan yang diijinkan. Mendapatkan desain struktur bangunan bawah jembatan sesuai dengan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan yang stabil dan ekonomis. Mendapatkan desain gambar struktur jembatan yang baik.

bab I pendahuluan BATASAN MASALAH Perancangan struktur primer dan sekunder bangunan atas jembatan. Sistem Post Tension adalah sistem pasca tarik dengan kabel pratekan. Perancangan sistem perletakan jembatan. Perancangan struktur bangunan bawah jembatan dan pondasi. Analisa struktur manual dan program bantu SAP 2000. Penggambaran menggunakan program bantu Auto Cad. Tidak merencanakan penulangan pada balok jembatan.

bab I pendahuluan BATASAN MASALAH ( LANJUTAN ) Tidak merencanakan bangunan pelengkap jembatan. Tidak menganalisa dampak pilar jembatan terhadap aliran sungai. Tidak merencanakan tebal perkerasan dan desain jalan. Tidak menghitung aspek ekonomis dari biaya konstruksi jembatan. Tidak merencanakan metode pelaksanaan jembatan.

bab Ii Tinjauan pustaka TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan struktur balok menerus statis tak tentu ini dengan pertimbangan akan diperoleh beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan balok yang ditumpu secara sederhana. Dimana suatu perbandingan yang sederhana antara kekuatan dari balok yang ditumpu secara sederhana dan balok menerus akan menunjukkan penghematan dasar di dalam konstruksi beton pratekan menerus. Dengan kekuatan yang dimiliki konstruksi menerus ini, dapat digunakan penampang beton yang lebih kecil untuk menahan beban yang lebih besar, sehingga mengurangi beban mati struktur dan memperoleh semua penghematan yang di akibatkannya (Nawy Edward G, 2001).

bab Ii Tinjauan pustaka TINJAUAN PUSTAKA Gambar Profil Tendon Sebelum Penegangan (Nawy Edward G, 2001) Gambar Transformasi Garis C (Nawy Edward G, 2001)

bab Ii Tinjauan pustaka TINJAUAN PUSTAKA Gambar Profil Tendon pada balok tinggi konstan (Nawy Edward G, 2001) Gambar Profil Tendon pada balok non prismatis (Nawy Edward G, 2001)

METODOLOGI Start Bab iii metodologi Studi Lapangan Pengumpulan Data Proyek Studi Kepustakaan Perencanaan Jembatan - Penentuan Struktur Jembatan - Penentuan Jumlah Pilar - Penentuan Jenis Pondasi Gambar Rencana -Gambar Lay Out Jembatan - Gambar Tampak Potongan - Gambar Potongan -Efisiensi - Variasi bentang - Syarat yang berlaku Tidak OK OK A

METODOLOGI A Bab iii metodologi Perencanaan Plat Lantai Pembebanan dan Perhitungan - Ketebalan Plat Lantai - Desain Pembesian Kontrol Ketebalan (Geser Pons) OK Perencanaan Struktur Utama (Balok Pratekan Menerus) - Pembebanan yang Terjadi - Perhitungan Jumlah Kabel Tidak OK - Jumlah Kabel - Dimensi Struktur Utama Kontrol Struktur Utama OK B Tidak OK

METODOLOGI B Bab iii metodologi Perencanaan Perletakan Analisa Pembebanan Dimensi dan Data Perletakan Kontrol Kemampuan OK Perencanaan Abutment/Pilar Analisa Pembebanan - Dimensi Abutment/Pilar - Desain Pembesian Tidak OK Kontrol Stabilitas & Geser Pons Tidak OK OK C

METODOLOGI C Bab iii metodologi Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Analisa Pembebanan Jumlah Tiang Pancang Kontrol Kemampuan OK Perencanaan Plat Injak Analisa Pembebanan - Dimensi Plat Injak - Desain Pembesian Tidak OK Kontrol Tidak OK OK D

METODOLOGI Bab iii metodologi D Perencanaan Wing Wall Analisa Pembebanan -Dimensi Wing Wall - Desain Pembesian Kontrol OK Gambar Desain - Gambar Lay Out Jembatan - Gambar Tampak - Gambar Potongan - Gambar Detail Tidak OK Finish

Bab iii metodologi DATA TEKNIS JEMBATAN EKSISTING Panjang jembatan : 120 m, terdiri dari 3 bentang Lebar jembatan : 13 m Lebar rencana jalan : 11 m Lantai kendaraan : 4 lajur beton bertulang Lebar trotoar : 2 x 1 m Gelagar utama : Balok Pratekan Sederhana (Prismatis)

Bab iii metodologi DATA RENCANA TEKNIS PRELIMINARI DESAIN JEMBATAN Panjang jembatan : 120 m, terdiri dari 2 bentang Lebar jembatan : 13 m Lebar rencana jalan : 11 m Lantai kendaraan : 4 lajur beton bertulang Lebar trotoar : 2 x 1 m Gelagar utama : Balok Pratekan Menerus (Non Prismatis)

Bab iii metodologi Persyaratan desain secara umum Secara umum perancangan masing-masing jembatan menggunakan Bridge Management System 1992 ( BMS 1992 ), yang lebih memenuhi sebagai bahan rujukan yang lengkap tentang desain jembatan, sedangkan filosofi perencanaan memakai keadaan batas dan beban layan.

Bab iii metodologi Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN HIDUP - UDL ( Uniformly Distributed Load ) atau beban terbagi rata. L 30 m q = 8.0 kpa L > 30 m q = 8.0 ( 0.5 + 15 / L ) kpa Gambar 1. UDL atau Beban Terbagi Rata

Bab iii metodologi Pembebanan struktur atas jembatan KEL ( Knife Edge Load ) atau beban garis sebesar 44 kn Gambar 2. KEL atau Beban Garis DLA ( Dinamic Load Allowance ) atau faktor kejut sebesar K=1,3

Bab iii metodologi Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN TRUK T 500 900 50 kn 200 kn 200 kn a 1 b 1 a 2 DJARUM Fast BLACK Five b 2 275 50 175 50 100 kn 100 kn 275 cm 200 200 275 cm

Bab iii metodologi Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN MATI - Berat sendiri gelagar - Aspal - Lantai kendaraan - Genangan air hujan - Tiang sandaran, Kerb, Trotoar - Balok melintang / Diafragma

Bab iii metodologi Beton Tegangan yang diijinkan - Beton Pratekan = K-500 fc = 0.83 x (K/10) = 41.5 Mpa - Beton bertulang fc = 25 Mpa Pada Waktu Transfer / Initial ( Jacking ) - Tekan = 0.6. fci (Mpa) fci = direncanakan pada saat umur beton 14 hari = 0.95 x fc (Mpa) - Tarik = 0.25. fc (Mpa) Pada Waktu Service Load ( Pembebanan Penuh ) - Tekan = 0.45. fc (Mpa) - Tarik = 0.50. fc (Mpa)

Bab iii metodologi BAJA Tegangan yang diijinkan Modulus Elastisitas Es = 200.000 Mpa Tegangan putus kabel fpu = 1860 Mpa Tegangan leleh kabel fpy = 0.90 x fpu = 1674 Mpa Tegangan tarik ijin kabel (jacking) = 0.94 x fpy = 1573.56 Mpa Tegangan tarik ijin kabel (setelah pengangkuran) = 0.70 x fpu = 1302 Mpa

Bab iv struktur sekunder Pipa sandaran Pipa Ø 76,3 mm (Fe-360, BJ-37) PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN Tiang sandaran DIMENSI PEMBEBANAN Ukuran 16 cm x 20 cm Tinggi 125 cm 0,75 kn/m 0,75 kn/m 125 cm 0,75 kn/m 0,75 kn/m

Bab iv struktur sekunder trotoar PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN Rabat Beton kerb PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN Tinggi kerb 25 cm, Tulangan Ф12-80 mm

Bab iv struktur sekunder Plat lantai DJARUM BLACK Fast Five 500 900 50 kn 200 kn 200 kn PEMBEBANAN PLAT LANTAI HASIL PERHITUNGAN 275 50 175 50 100 kn 100 kn Tebal pelat lantai jembatan beton pratekan 25 cm Tulangan D16-100 mm arah melintang Tulangan D13-300 mm arah memanjang

Dimensi gelagar utama Bab v struktur utama Rumus pendekatan awal untuk menentukan tinggi balok : 1 40 1 50 Tinggi (h) = - L (BMS1992,BDM hal 3.27) lapangan Tinggi (h) = 18 1 1 - L (BMS 1992,BDM hal 3.27) tumpuan 20 Dimensi Balok Pada Abutment Dimensi Balok Daerah Lapangan Dimensi Balok Pada Pilar

Bab v struktur utama Banyaknya kabel Gaya prategang total setelah dikurangi kehilangan (T.Y.LIN hal 167) Fgelagar = Ftudung = Mt (0.3 s/d 0.8) h 21212.72 = = 22636. 84 0.36 2.63 Mt (0.3s/d 0.8) h 33345.09 = = 13893. 79 0.80 3.00 KN KN Untuk postention kehilangan gaya prategang di asumsikan 20% (T.Y.LIN hal 103). Gaya prategang total,sesaat setelah transfer : 22636.84 Fo gelagar = = 27954. 79 0.80 KN fpe = 80%. 18600 = 14880 Kg/cm 2 = 148.80 KN/cm 2 Fo 27954.79 Aps = = 187.87 cm 2 = fpe 148.80 Aps 187.87 = = 134. A 1.40 strand perlu = 19strand

Banyaknya kabel (lanjutan) Bab v struktur utama 13893.79 Fo tudung = = 17367. 23 KN 0.80 fpe = 80%. 18600 = 14880 Kg/cm 2 = 148.80 KN/cm 2 Fo 17367.23 Aps = = 116.72 cm 2 = fpe 148.80 Aps 116.72 = = 83. A 1.40 strand perlu = 37strand Berdasarkan data perencanaan untuk strand Ø12.7/15.24mm setiap tendon terdiri dari berbagai jumlah strand tergantung merk yang dipakai (T.Y.LIN lampiran B hal 293-305) jadi jumlah kabel yang digunakan 135 strand, dengan jumlah strand tersebut maka terdapat 5 tendon yang tiap masing masing tendon terdapat 27 strand untuk gelagar. Sedangkan untuk tudung digunakan 84 strand, dengan jumlah strand tersebut maka terdapat 6 tendon yang tiap masing masing tendon terdapat 14 strand.

Daerah limit kabel Bab v struktur utama Penentuan selubung batas atas dan bawah cgs pada daerah limit kabel : Selubung c.g.s atas : a = max Mt F Selubung c.g.s bawah : a = min Mg Fo Keterangan : Mt = Momen Akibat Beban Total Mg = Momen Akibat Beban Mati F = Prategang efektif sesudah kehilangan Fo = Prategang awal...(edward G.NAWY hal 130)...(EDWARD G.NAWY hal 130)

Bab v struktur utama Pada Gelagar Jarak TENDON ( Y ) ( m ) ( m ) 1 2 3 4 5-0,45-0,24-0,69-1,14-1,59-2,04 0,00-0,29-0,74-1,18-1,61-2,05 1,00-0,41-0,84-1,26-1,67-2,07 2,00-0,53-0,93-1,34-1,72-2,09 3,00-0,64-1,03-1,41-1,76-2,12 4,00-0,75-1,12-1,48-1,81-2,14 5,00-0,85-1,20-1,55-1,85-2,16 6,00-0,95-1,29-1,62-1,90-2,17 7,00-1,05-1,37-1,68-1,94-2,19 8,00-1,14-1,44-1,75-1,98-2,21 9,00-1,22-1,52-1,81-2,02-2,23 10,00-1,31-1,58-1,86-2,05-2,24 11,00-1,39-1,65-1,91-2,09-2,26 12,00-1,46-1,71-1,97-2,12-2,27 13,00-1,53-1,77-2,01-2,15-2,28 14,00-1,60-1,83-2,06-2,18-2,30 15,00-1,66-1,88-2,10-2,21-2,31 16,00-1,72-1,93-2,14-2,23-2,32 17,00-1,78-1,98-2,18-2,25-2,33 18,00-1,83-2,02-2,21-2,28-2,34 19,00-1,87-2,06-2,24-2,30-2,35 20,00-1,92-2,09-2,27-2,31-2,36 21,00-1,95-2,13-2,30-2,33-2,36 22,00-1,99-2,15-2,32-2,35-2,37 23,00-2,02-2,18-2,34-2,36-2,38 24,00-2,04-2,20-2,36-2,37-2,38 25,00-2,07-2,22-2,37-2,38-2,39 26,00-2,09-2,24-2,39-2,39-2,39 27,00-2,10-2,25-2,40-2,39-2,39 28,00-2,11-2,26-2,40-2,40-2,39 29,00-2,12-2,26-2,41-2,40-2,40 30,00-2,12-2,26-2,41-2,40-2,40 31,00-2,12-2,26-2,41-2,40-2,40 32,00-2,11-2,26-2,40-2,40-2,39 33,00-2,10-2,25-2,40-2,39-2,39 34,00-2,09-2,24-2,39-2,39-2,39 35,00-2,07-2,22-2,37-2,38-2,39 36,00-2,04-2,20-2,36-2,37-2,38 37,00-2,02-2,18-2,34-2,36-2,38 38,00-1,99-2,15-2,32-2,35-2,37 39,00-1,95-2,13-2,30-2,33-2,36 40,00-1,92-2,09-2,27-2,31-2,36 41,00-1,87-2,06-2,24-2,30-2,35 42,00-1,83-2,02-2,21-2,28-2,34 43,00-1,78-1,98-2,18-2,25-2,33 44,00-1,72-1,93-2,14-2,23-2,32 45,00-1,66-1,88-2,10-2,21-2,31 46,00-1,60-1,83-2,06-2,18-2,30 47,00-1,53-1,77-2,01-2,15-2,28 48,00-1,46-1,71-1,97-2,12-2,27 49,00-1,39-1,65-1,91-2,09-2,26 50,00-1,31-1,58-1,86-2,05-2,24 51,00-1,22-1,52-1,81-2,02-2,23 52,00-1,14-1,44-1,75-1,98-2,21 53,00-1,05-1,37-1,68-1,94-2,19 54,00-0,95-1,29-1,62-1,90-2,17 55,00-0,85-1,20-1,55-1,85-2,16 56,00-0,75-1,12-1,48-1,81-2,14 57,00-0,64-1,03-1,41-1,76-2,12 58,00-0,53-0,93-1,34-1,72-2,09 59,00-0,41-0,84-1,26-1,67-2,07 60,00-0,30-0,74-1,18-1,61-2,05 Ordinat cgs Pada Tudung Jarak TENDON ( Y ) ( m ) ( m ) 1 2 3 4 5 6 52,00-4,086-4,086-4,524-4,524-5,019-5,019 53,00-3,337-3,337-3,708-3,708-4,122-4,122 53,50-3,000-3,000-3,340-3,340-3,718-3,718 54,00-2,688-2,688-3,000-3,000-3,344-3,344 54,50-2,401-2,401-2,687-2,687-3,000-3,000 55,00-2,139-2,139-2,401-2,401-2,686-2,686 56,00-1,689-1,689-1,911-1,911-2,147-2,147 57,00-1,339-1,339-1,530-1,530-1,729-1,729 58,00-1,090-1,090-1,258-1,258-1,429-1,429 59,00-0,940-0,940-1,094-1,094-1,250-1,250 60,00-0,890-0,890-1,040-1,040-1,190-1,190 61,00-0,940-0,940-1,094-1,094-1,250-1,250 62,00-1,090-1,090-1,258-1,258-1,429-1,429 63,00-1,339-1,339-1,530-1,530-1,729-1,729 64,00-1,689-1,689-1,911-1,911-2,147-2,147 65,00-2,139-2,139-2,401-2,401-2,686-2,686 65,50-2,401-2,401-2,687-2,687-3,000-3,000 66,00-2,688-2,688-3,000-3,000-3,344-3,344 66,50-3,000-3,000-3,340-3,340-3,718-3,718 67,00-3,337-3,337-3,708-3,708-4,122-4,122 68,00-4,086-4,086-4,524-4,524-5,019-5,019

Kehilangan gaya prategang Bab v struktur utama 1. Kehilangan langsung / Immedietly Loss, yaitu kehilangan gaya pratekan yang terjadi segera setelah peralihan gaya pratekan yang meliputi : - Kehilangan pratekan akibat gesekan kabel ( Friction and Wobble effect ). - Kehilangan pratekan akibat slip angker ( Slip Anchorage ). - Kehilangan pratekan akibat perpendekan elastis ( elastomic Shortening ). 2. Kehilangan tak langsung / Time Dependent Loss, yaitu kehilangan gaya pratekan yang bergantung pada fungsi waktu yang meliputi : - Kehilangan pratekan akibat rangkak beton ( Creep ) - Kehilangan pratekan akibat susut beton ( Shrinkage ) - Kehilangan pratekan akibat relaksasi baja ( Relaxation )

Bab v struktur utama Kehilangan gaya prategang a. Kehilangan Pratekan Akibat Gesekan Kabel ( friction and wobble effect ) Kehilangan gaya pratekan yang terbesar adalah akibat gesekan yang dipengaruhi oleh : Efek panjang kabel ( K ) Efek kelengkungan kabel (µ ) Harga koefisien pada umumnya dipakai : 0,15 µ 0,25 0,0016 K 0,0066 Dalam Perhitungan dipakai koefisien : µ = 0,25 : selubung logam kaku (tabel 4-7 ACI, TY.Lin, th 1993, hlm 96) K = 0,0007 A a/2 x/2 Y c.g.c c.g.s a b. Kehilangan Pratekan Akibat Slip Angker ( Slip Anchorage ) Δfs Δa L fs a. Es = L x/2 = Kehilangan pratekan pada baja = Deformasi total pada angker = 2,5 mm = Panjang total kabel E

Kehilangan gaya prategang Bab v struktur utama c. Kehilangan pratekan akibat perpendekan elastisitas ( elastomic shortening ) n Fo. fs = Ac CR = KCR Es Ec n = Es Eci d. Kehilangan Pratekan Akibat Rangkak Beton ( creep ) ( fcir fcds) Dimana : KCR = 1,6 -> untuk post tension Fcir = Tegangan beton di daerah cgs oleh gaya Fo fcir = Fo Fo e + Ac Ix 2 Mg e Ix Fcds = Tegangan beton pada titik berat tendon akibat seluruh beban mati yang bekerja pada komponen struktur setelah diberi Fo fcds = Fo Fo e + Ac Ix 2 ( Mg + Md) e Ix

Kehilangan gaya prategang Bab v struktur utama e. Kehilangan Pratekan Akibat Susut Beton ( Shrinkage ) 6 v SH = ε SH KSH Es εsh = 8.2 10 1 0.06 ( 100 RH ) s v = Luas balok s = Keliling balok yang berhubungan dengan udara terbuka Hati - hati 0,06 dipakai apabila v/s dalam inchi. RH = 90% KSH = 0,58 ( 30 hari setelah curing ) ( Desain Struktur Beton Prategang, Lyn, T.Y., Burns, Ned H., jilid I, table 4.4 ) f. Kehilangan Pratekan Akibat Relaksasi ( Relaxation ) Dimana sesuai dengan buku Desain Struktur Beton Prategang, Lyn, T.Y., Burns, Ned H., jilid I, tabel 4.5 dan 4.6 : KRE = 138 Mpa J = 0,15 fpi fpu = 0,70 C = 1 [ K J ( SH + CR + ES) ] C RE = RE

Bab v struktur utama Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat transfer (jacking) - Tegangan pada serat atas - Tegangan pada serat bawah Fo Fo. eyt. Mg. Yt σt = + Fo Fo. eyb. Mg. Yb Ac Ix Ix σb = + Ac Ix Ix σt = F Ac Tegangan saat Service - Tegangan pada serat atas - Tegangan pada serat bawah F. eyt. Mp. Yt + Ix Ix σb = F Ac F. eyb. Mp. Yb + Ix Ix Tegangan setelah beban hidup bekerja ( Komposit ) - Tegangan pada serat atas - Tegangan pada serat bawah σt = Mc Yt' I komposit Mc Yb' σb = I komposit

Bab v struktur utama Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat transfer (jacking) cgc - 15.74 Mpa - 16.57 Mpa Pada Abutment cgc - 0.09 Mpa - 43.72 Mpa Pada Tengah Bentang cgc Pada Pilar - 18.91 Mpa - 20.90 Mpa

Bab v struktur utama Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat servis plat lantai cgc - 11.70 Mpa - 12.17 Mpa Pada Abutment plat lantai cgc - 8.07 Mpa - 22.26 Mpa Pada Tengah Bentang plat lantai cgc Pada Pilar - 12.30 Mpa - 18.49 Mpa

Perhitungan lendutan Bab v struktur utama AKIBAT GAYA PRATEGANG 8. F. h W = 2 L AKIBAT BEBAN MERATA 4 5W. L = 384. EI AKIBAT BEBAN TERPUSAT P. L 3 = 48. EI Lendutan yang terjadi 4,005 cm

Bab vi perletakan Perencanaan perletakan pada abutment PEMBEBANAN PADA ABUTMENT GAYA VERTIKAL (PMAKS) HASIL PERHITUNGAN GAYA HORISONTAL (HMAKS) DIMENSI 600 X 450 mm 2 Tebal 170 mm Tebal : plat baja 5 mm, selimut sisi 12 mm selimut atas & bawah 6 mm lapis dalam 12 mm & 10 lapis dalam

Bab vi perletakan Perencanaan perletakan pada pilar PEMBEBANAN PADA PILAR GAYA VERTIKAL (PMAKS) HASIL PERHITUNGAN GAYA HORISONTAL (HMAKS) DIMENSI 600 X 450 mm 2 Tebal 170 mm Tebal : plat baja 5 mm, selimut sisi 12 mm selimut atas & bawah 6 mm lapis dalam 12 mm & 10 lapis dalam

Bab vii perencanaan bangunan bawah a. Kontrol terhadap guling (overtuning) SF = Σ M guling 1,5 SF = 1,77 1,5 OK! b. Kontrol terhadap geser SF = 374,669 SF = 3,34 1,5 OK! c. Kontrol terhadap daya dukung q L 26,52 SF = q adm = 74,337 SF = 0,36 < 3 Not OK... (Pakai tiang pancang) d. Kontrol terhadap kelongsoran (sliding) SF = (Σ Ln). c + (Wn. cosα ). tgφ untuk tanah satu lapis SF = KESTABILAN ABUTMENT Σ M penahan ( x 9,6) 11,55 + 1413,28 SF = 3,210 1,5 0. tg 25 (Wn. sinα ) n (Σ c. L) + (W. cosα ). tgφ n Σ(W. sinα ) n n untuk tanah berlapis OK!

Bab vii perencanaan bangunan bawah perencanaan ABUTMENT PEMBEBANAN REAKSI BANGUNAN ATAS Va REAKSI BEBAN HIDUP Ha Beban lalu lintas Dianggap Urugan Tanah Ta 1 Ta 2 Tekanan Tanah aktif JEPIT HASIL PERHITUNGAN DIDAPAT DIMENSI DAN PENULANGAN ABUTMEN

Bab vii perencanaan bangunan bawah perencanaan tiang pancang pada ABUTMENT Daya Dukung Ijin Tiang Pancang 226.442 ton 1500 120 180 180 180 180 180 180 180 120 Tiang pancang Ø 60 cm Tiang pancang Ø 60 cm 120 180 180 180 180 120 960 Denah Tiang Pancang pada Abutment Tampak Tiang Pancang pada Abutment

Bab vii perencanaan bangunan bawah perencanaan pilar REAKSI BANGUNAN ATAS Va REAKSI BEBAN HIDUP Ha HASIL PERHITUNGAN JEPIT DIDAPAT DIMENSI DAN PENULANGAN PILAR

Bab vii perencanaan bangunan bawah perencanaan tiang pancang Pada pilar Daya Dukung Ijin Tiang Pancang 163.197 ton 1500 120 180 180 180 180 180 180 180 120 Tiang pancang Ø 60 cm Tiang pancang Ø 60 cm 120 180 180 180 180 120 960 Denah Tiang Pancang pada Pilar Tampak Tiang Pancang pada Pilar

Bab viii perencanaan bangunan pelengkap Perencanaan Pelat Injak Pelat injak merupakan konstruksi yang terletak menempel pada abutment, dengan ditumpu pada satu sisi oleh konsol abutment. Fungsi pelat injak adalah mencegah terjadinya penurunan pada oprit jembatan. Konstruksi pelat injak jembatan ini direncanakan terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton fc = 25 Mpa dan tulangan yang dipasang adalah tulangan dengan mutu fsy= 320 Mpa. Menurut BMS, BDM Hal 3.31. Dimensi permulaan untuk pelat injak pada pondasi adalah : - Panjang dapat diambil sebesar 3500 mm - Tebal sebesar 300 mm. - Dimensi dari pelat injak yang direncanakan mempunyai a. panjang 3,50 m b. lebar 12 m c. tebal 0,30 m Perencanaan Wing Wall Fungsi dari wing wall (tembok sayap) adalah mencegah terjadinya longsoran pada oprit jembatan, terutama longsoran kesamping.

Bab ix kesimpulan kesimpulan Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Dengan lebar jembatan 13 m maka direncanakan menggunakan 7 buah balok utama dengan jarak as ke as balok utama sebesar 1.85 m. 2. Tiang sandaran dari beton bertulang dengan tinggi 1.25 m dan dimensi 20/16 cm. 3. Trotoar dibuat selebar 1.00 m dan Kerb sebagai pembatas tepi dan ditengahnya di isi pasir padat lalu ditutup dengan tegel. 4. Pelat lantai kendaraan dari beton bertulang dengan tebal total 25 cm terdiri dari 7 cm plat beton pracetak dan 18 cm plat beton cast in situ. 5. Balok melintang dengan dimensi tinggi variable x 25 x 160 cm terletak di tengah balok utama dan hanya berfungsi sebagai pengaku, dipasang dengan jarak 5 m dan bervariasi antar as balok melintang. 6. Gelagar utama menggunakan balok pratekan standard PT. WIKA dengan modifikasi dengan tinggi balok 2.30 m pada daerah tumpuan ujung (abutment) dan tinggi balok 3.00 m pada daerah tumpuan pilar.

Bab ix kesimpulan kesimpulan Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 7. Gaya pratekan awal yang diberikan ke gelagar utama sepanjang 60,45 m sebanyak 2 buah sebesar 27954.79 KN dan pada tudung sebesar 17367.23 KN. Setelah perhitungan kehilangan gaya prategang gaya awal tersebut mengalami kehilangan gaya sebesar 19.429 % 20 %. Kehilangan gaya prategang yang direncanakan pada saat awal desain sebesar 20 %, maka digunakan kehilangan pratekan sebesar 20 %. 8. Untuk bentang total 120 m, kabel prategang yang dipakai adalah Uncoated seven wire stress relieved strand grade 270 ASTM-A416 diameter 15.24 mm dengan jumlah total 135 strand yang terbagi dalam 5 tendon dan masing-masing tendon terisi 27 strand. Sedangkan pada Tudung dipakai sebanyak 84 strand yang terbagi dalam 6 tendon dan masing-masing tendon terisi 14 strand. 9. Lendutan total yang terjadi pada gelagar utama adalah sebesar 4.005 cm untuk bentang 120 m. Lendutan tersebut masih dibawah lendutan ijin sebesar 7.5 cm.

Bab ix kesimpulan kesimpulan Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 10. Bearing pad yang dipakai adalah dengan dimensi 600 mm x 450 x 170 mm untuk tumpuan abutment. Untuk tumpuan pilar menggunakan elastomer dengan dimensi 600 mm x 450 x 170 mm. 11. Abutment direncanakan dengan kedalaman 9.225 m, pier/pilar direncanakan dengan tinggi 7 m untuk pilar dan pada abutment didapatkan jumlah tiang pancang sebanyak 40 buah dengan kedalaman tiang pancang ± 10 m dan pada pilar didapatkan jumlah tiang pancang 40 buah dengan kedalaman pada tiang pancang ± 20 m. 12. Tiang pancang menggunakan tiang pancang beton dengan diameter ukuran 60 cm PT. WIKA.

STUDI KEPUSTAKAAN Daftar pustaka Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bridge Management System (BMS) 1992. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bridge Management Manual (BDM) 1992. Desain Struktur Beton Prategang (T.Y.LIN.NED H.BURNS). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar (Nawy, E. G. 1998). Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, 1999.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH