PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

dokumen-dokumen yang mirip
PALKA BERINSULASI UNTUK PENANGANAN IKAN SEGAR PADA PERAHU MOTOR NELAYAN KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

PERENCANAAN SISTEM PENDINGIN PALKA IKAN MENGGUNAKAN TENAGA SURYA

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

IbM PORTABLE INSULATED FISH STORAGE BOX UNTUK NELAYAN DESA SUMBERBENING KABUPATEN MALANG

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU

BAB IV KENDALA YANG DIALAMI SELAMA PROSES PERANCANGAN PANEL DINDING RINGAN BERBAHAN BOTOL PLASTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

TLP 12 - Kebutuhan Mesin dan Peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Konsep rancangan. Perancangan pembuatan bumper. Pencetakan produk dan moulding bumper kijang innova (V-2005)

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

Lampiran 1 Tiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian 1) Kapal 1. 2) Kapal 2. 3) Kapal 3

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

BAB 3 METODE PENELITIAN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

yang diterapkan. Peta topografi digunakan sebagai gambar desain karena memiliki

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Studi Penggunaan Ampas Tebu Sebagai Material Inti (Core) Oleh : Windu Setiawan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB III METODE PENELITIAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443)

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka.

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN MEJA KERJA PENJUAL KOPI, ES, TEH DAN ROKOK KELILING YANG MENGGUNAKAN SEPEDA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB V PONDASI TELAPAK

DAFTAR PUSTAKA. Literatur

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB IV PEMBAHASAN. diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data

Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

BAB II METODE PERANCANGAN

MANISAN BASAH BENGKUANG

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998

KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan kualitas ikan pasca tangkap adalah dengan menggunakan busa (stirofoam) pada peti atau palka. Namun demikian, kondisi ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, karena udara panas yang ada diluar palka atau peti masih dapat menerobos ke dalam sehingga es pun mudah mencair. Balai Penelitian Perikanan Laut telah menghasilkan teknologi pembuatan Peti/Palka Berinsulasi. Teknologi ini telah disampaikan kepada para nelayan yang ada di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh IPPTP DKI Jakarta. Brosur ini berisikan langkah kerja dalam pembuatan Peti/Palka Berinsulasi yang telah dilaksanakan kegiatannya bersama-sama antara peneliti-penyuluh dan para nelayan yang ada di Kepulauan Seribu. Semoga brosur ini dapat dimanfaatkan dalam upaya untuk mempertahankan kualitas ikan pasca tangkap atau kegiatan-kegiatan lainnya.

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. TAHAPAN PEKERJAAN 1. Pembuatan Konstruksi Peti 2. Pengecoran Bahan Polyuretan 3. Pelapisan Permukaan Dengan Serat Gelas (Fiberglass) 4. Pigmentasi/Pewarnaan 5. Pembuatan Tutup Peti III. PENUTUP

PENDAHULUAN Salah satu kendala yang dihadapi para nelayan tradisional dalam memperoleh nilai tukar maksimum atas hasil tangkapannya adalah karena produk tangkapan yang buruk ketika sampai di tempat pelelangan. Hal tersebut disebabkan oleh karena sifat produknya itu sendiri, yaitu ikan, yang cepat menjadi rusak atau busuk setelah diangkat dari dalam air. Dalam keadaan yang telah rusak, harga ikan akan dinilai rendah, sebab telah menjadi hukum pasar bahwa konsumen pada umumnya akan memilih produk yang segar, bahkan jika mungkin yang masih hidup. Produk yang segar juga akan diminati oleh pembeli/distributor di tempat pendaratan karena dengan demikian juga mereka dapat mendistribusikannya kepada konsumen yang tinggal jauh dari pantai atau jauh dari tempat pendaratan. Upaya yang ditempuh untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah menyimpannya dalam suhu dingin sejak ikan ditangkap dari dalam air. Kapal-kapal ikan modern umumnya telah dilengkapi dengan ruang pendingin yang dapat menjamin kesegaran ikan dalam waktu yang lama. Berbeda pada kapal-kapal kecil yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan tradisional, ruang atau tempat penyimpanan ikan adalah palka atau peti. Untuk memperoleh suhu dingin, di dalam palka atau peti tersebut juga disimpan es. Untuk menjaga agar es tidak terlalu cepat mencair, biasanya dinding palka atau peti tersebut dilapisi dengan stirofoam (busa). Namun cara tersebut ternyata masih belum maksimal hasilnya, udara panas di luar palka atau peti masih dapat menerobos masuk ke dalam sehingga es pun lebih mudah mencair. Selain itu, bahan stirofoam juga mudah rusak, terlebih jika air laut. Upaya lain yang dikembangkan oleh Balitkanlut adalah menggantikan stirofoam dengan bahan poly-uretan. Dengan bahan tersebut ternyata dinding palka atau peti dapat kedap dan mampu menahan aliran udara panas dari luar. Palka atau peti yang dikembangkan tersebut diberi nama Palka/Peti Berinsulasi. Pengertian Palka berinsulasi adalah tempat menyimpan ikan hasil tangkapan di bagian dalam kapal yang menyatu dengan badan kapal, dinding-dindingnya dicor dengan bahan polyuretan. Palka seperti ini pada umumnya terdapat pada kapal-kapal ikan berukuran besar (10 GT atau lebih). Peti berinsulasi adalah palka berbentuk peti untuk kapal-kapal ikan berukuran kecil (5 GT), dinding-dinding peti tersebut dicor dengan bahan polyuretan. Pen berinsulasi tidak permanen, melainkan dapat dilepas dari kapal dan diangkat untuk dibersihkan. Pada brosur ini hanya akan dijelaskan bagaimana membuat peti berinsulasi. Pemahaman terhadap cara-cara pembuatan peti tersebut akan memudahkan pula pemahaman membuat lapisan insulasi pada palka. Perbedaan yang utama hanya terletak pada bahan, yaitu pada palka bahan yang digunakan adalah kayu papan, sedangkan pada peti adalah kayu multiplex 6 atau 9 mm.

TAHAPAN PEKERJAAN Tahap pembuatan peti berinsulasi sebagai berikut: 1. Pembuatan konstruksi peti. 2. Pengecoran bahan polyuretan. 3. Pelapisan permukaan dengan serat gelas (fiberglass) 4. Pigmentasi/Pewarnaan. 5. Pembuatan tutup peti. 1. Pembuatan Konstruksi Peti Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat konstruksi peti sebagai berikut: - kayu kaso 5 x 6 cm - multiplex 6 mm atau 9 mm - paku kapal 5 dan 7 cm - lem kayu Sedangkan peralatan yang diperlukan adalah peralatan pertukangan seperti gergaji, palu, tang, bor, dan lain-lain. Langkah Kerja Setelah kayu dan multiplex dipotong sesuai dengan kebutuhan, yang dilakukan kemudian adalah membentuk komponen atau bagian-bagian peti yaitu keempat dinding peti dan bagian dasar peti yang masingmasing berongga. Pada salah satu sisinya, sebaiknya sisi yang menghadap ke bawah, dibuat lubang untuk memasukkan bahan polyuretan ke dalam rongga dinding. Biarkan masingmasing bagian tersebut saling terlepas satu sama lain sebelum polyuretan dicorkan ke dalam rongganya.

Agar kayu-kayu kaso dapat melekat erat dengan multiplex sebelum dipaku, oleskan lem kayu. Selain menambah kuatnya ikatan, lem kayu juga menutup 'rapat celah yang terbentuk di antara kayu dengan multiplex: 2. Pengecoran Bahan Polyuretan. Bahan insulasi yang akan dicorkan terdiri dari polyuretan A (bahan A), polyuretan B (bahan B), dan Freon-11. Bahan A berwarna coklat tua, bahan B berwarna coklat muda, sedangkan Freon-11 tidak berwarna (Lihat Gambar 2). Ketiga jenis bahan tersebut jika dicampurkan akan mengembang dan membentuk insulasi yang padat dan kedap udara. Tetapi jika tanpa bahan B pengembangan tidak akan terjadi. Dari hasil pengujian, komposisi terbaik bagi perbandingan ketiga bahan tersebut adalah : Bahan A : Bahan B : Freon-11 7 : 5 : 1 (jumlah nilai-nilai perbandingan = 13) Perbandingan tersebut akan menghasilkan kerapatan insulasi 60 kg/m2. Manfaat dengan mengetahui komposisi bahan diatas adalah untuk memperkirakan banyaknya bahan-bahan insulasi yang akan digunakan. Contoh Rongga : Panjang Lebar Tebal rongga Volume rongga dinding : 1.6 m : 1.2 m : 5 cm (0.05m) : 1.6 x 1.2 x 0.05 = 0.096 m3

Total bahan yang diperlukan = 0.096 m3 x 60 kg/m3 = 5.76 kg yang terdiri dari : 7/13 x 5.76 kg = 3.1 kg Bahan A 5/13 x 5.76 kg = 2.2 kg Bahan B 1/13 x 5.76 kg = 0.4 kg Freon-11 Langkah Pengecoran Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia tersebut, untuk mencegah menempelnya insulasi pada wadah clan tangan, dianjurkan tangan clan wadah yang digunakan untuk mencampur terlebih dahulu diolesi dengan minyak goreng. Campurkan terlebih dahulu Freon- 11 dengan bahan A clan diaduk hingga merata. Kemudian tuangkan ke dalamnya bahan B clan juga aduk hingga merata. Setelah bahan B tercampur, pengembangan akan terjadi dengan segera. Karena itu setelah diaduk (3-5 detik) segera tuangkan campuran ketiga bahan tersebut ke dalam rongga dinding melalui lubang dengan pasak kayu. Bahan insulasi yang berkembang berkekuatan besar clan tekanannya dapat membobol konstruksi dinding atau membengkokkan multiplex. Untuk mencegah hal tersebut, dinding harus dijepit dengan kayu ketika bahan insulasi dicorkan. Kayu penjepit tersebut dapat dilepas jika insulasi berhenti berkembang. Setelah insulasi dicorkan langkah berikutnya adalah merakit lempengan-lempengan menjadi peti. Gunakan paku yang cukup kuat untuk mengikat satu sisi dinding dengan sisi lainnya. Sebelum dipaku, oleskan lem kayu pada permukaan yang akan dihubungkan. Hal tersebut dimaksudkan selain menambah kuatnya ikatan, lem kayu juga akan mengisi rapat sela-seta yang tidak rapat sehingga kecil kemungkinannya dapat ditembus udara.

3. Pelapisan Permukaan dengan Serat Gelas (Fibre Glass) Setelah peti terbentuk, langkah berikutnya adalah melapisi permukaan peti dengan dempul. Aduk bahan dempul dengan katalis 1-2 %, kemudian poleskan pada permukaan yang tidak rata dan berlubang-lubang. Lakukan hal tersebut pada permukaan luar dan dalam. Sudut peti ditumpulkan, sudut luar diserut, sedangkan sudut dalam ditumpulkan dengan bantuan dempul. Setelah dempul kering, haluskan permukaan peti dengan menggunakan gerinda atau ampelas. Untuk pelapisan dengan serat gelas bahan yang diperlukan sebagai berikut : woven roving serat gelas standar (choppes standard matte) perekat resin (jenis 157 BQTN) katalis (jenis MEKPx) Sedangkan peralatan yang diperlukan adalah gayung plastik, kuas, dan gunting. Potong woven roving dengan menggunakan gunting sesuai dengan Was permukaan peti. Siapkan serat gelas (matte) dalam ukuran kecil (± 60 x 60 cm 2 ). Jangan memotong serat gelas dengan gunting agar sambungan antar lapisan tidak terlihat. PERHATIAN : Serat gelas (matte) akan menimbulkan gatal-gatal dan iritasi pada kulit. Karena itu sebelum bekerja olesi tangan dengan minyak goreng dan pada saat bekerja gunakan sarung tangan.

Resin adalah perekat yang digunakan untuk menempelkan woven roving clan serat gelas ke permukaan peti. Secara alami resin tersebut dapat mengering tetapi prosesnya sangat lama. Untuk mempercepat pengeringan perlu ditambahkan katalis, yang dalam hal ini digunakan katalis jenis MEKPx. Langkah Kerja Setelah woven roving clan serat gelas disiapkan, berikutnya adalah menyiapkan perekat. Tuangkan resin ke dalam gayung plastik clan tambahkan katalis sebanyak ± 2 %, kemudian aduk hingga merata. Tempelkan woven roving pada permukaan kemudian oleskan perekat resin dengan bantuan kuas. Berikan tekanan agar perekat benar-benar mengisi seluruh permukaan. Menyusul kemudian serat gelas (matte) dilapiskan di atas woven roving sambil diolesi perekat. Begitu seterusnya sampai seluruh permukaan peti, baik permukaan luar maupun dalam, terlapisi serat gelas (fibre glass).

Pekerjaan pelapisan tersebut harus dilakukan dengan cepat sebab perekat resin yang telah di campur katalis akan segera mengering. Kuas yang digunakan untuk mengoleskan perekat pun akan cepat menjadi kaku karena perekat yang mengering. Karena itu pada pekerjaan pelapisan tersebut akan banyak menggunakan kuas. 4. Pigmentasi/Pewarnaan Pigmen adalah bagian bahan yang digunakan untuk mewarnai lapisan serat gelas (fibre glass). Di pasaran pigmen dijual dalam bentuk pasta. Pada proses pigmentasi komposisi campuran bahan adalah : Resin + 3 % Pasta pigmen + 1-1 % katalis MEKPx. Setelah lapisan serat gelas kering, sebelum diwarnai, haluskan lapisan permukaan dengan gerinda atau ampelas. Proses penghalusan ini dapat berjalan lama karena lapisan serat gelas yang keras. Setelah permukaan halus, baik permukaan luar maupun dalam, lakukan pewarnaan dengan pigmen seperti diterangkan di atas. Dianjurkan, bagian luar peti diwarnai biru, sedangkan bagian dalamnya diwarnai putih supaya tampak bersih. 5. Pembuatan Tutup Peti Pada prinsipnya konstruksi tutup peti sama dengan konstruksi dinding dan dasar peti. Tutup peti juga harus dicor diinsulasi dan dilapisi serat gelas (fibre glass). Proses pengerjaannya pun sama dengan proses pengerjaan bagian peti yang lainnya. Hal yang perlu diperhatikan bagaimana membuat bagian tutup tersebut dapat menutup rapat peti sehingga tidak memungkinkan sela-selanya dapat diterobos oleh aliran udara. Caranya, tutup diberi karet list pada bagian yang bersinggungan dengan peti (Lihat Gambar 8).

PENUTUP Peti berinsulasi dapat digunakan selama lima tahun. Biaya pembuatannya memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan peti berlapis busa (stirofoam), tetapi daya insulasinya jauh lebih baik. Kemampuan peti sebagai insulator dapat diuji dengan es. Peti yang baik ditandai jika potongan-potongan es yang dimasukkan ke dalamnya saling mengikat.