4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja"

Transkripsi

1 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja Berdasarkan hasil penelitian di lapang, metode pembangunan perahu ikan yang dilakukan di galangan perahu Cisolok Sukabumi, dilihat dari teknik pengerjaannya termasuk ke dalam metode cetakan. Tahap pengerjaannya yaitu: 1) Menentukan model perahu yang akan dibuat cetakan yang merupakan hasil akhirnya merupakan bentuk perahu yang dibuat; 2) Membuat cetakan; 3) Membuat perahu; dan 4) Dikerjakan di atas lahan yang memiliki luas yang sesuai dengan ukuran perahu dan cetakan yang dibuat dan tidak memerlukan fasilitas yang rumit Pembuatan cetakan Desain cetakan Desain merupakan hal yang penting dalam memulai suatu proses pembangunan, karena desain menggambarkan proses dari pembangunan dan menghasilkan gambar dari sebuah objek. Di dalam proses ini faktor biaya sangatlah terkait, sehingga diperlukan biaya yang cukup untuk membangun cetakan perahu yang permanen. Pembuat perahu fiberglass mulai melakukan pengerjaan pembuatan cetakan tanpa menggunakan gambar rencana desain (menggunakan gambar rancangan umum (general arrangement)) hanya mengandalkan keahlian dan kebiasaan pembuat perahu dalam membuat perahu kayu. Proses pembuatan cetakan perahu yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 6.

2 43 Spesifikasi perahu Pemilihan model perahu Sketsa desain Dimensi utama (L, B, D) Spesifikasi Estimasi biaya Rencana (General Arrangement) Bahan baku dan material Pembuatan cetakan Gambar 6 Diagram proses pembuatan cetakan perahu yang diteliti Model perahu Model perahu merupakan perahu yang akan dijadikan plug/acuan cetakan. Model cetakan yang digunakan di Cisolok merupakan perahu yang telah beroperasi di perairan sekitar. Hal ini dilakukan sebagai tolok ukur bahwa perahu dengan desain tersebut mampu dioperasikan oleh nelayan setempat. Model perahu yang digunakan yang diproduksi dari Cilacap, karena perahu fiberglass yang diproduksi dari Cilacap mampu diopersikan nelayan sekitar Cisolok. Model perahu yang digunakan dalam proses pembuatan cetakan berdasarkan permintaan berupa gambaran umum perahu yang akan dibuat seperti panjang, lebar dan tinggi perahu kemudian memilih model perahu yang tepat sebagai model cetakan. Model perahu yang digunakan dalam pembuatan cetakan memiliki LOA ± 9 m Material 1) Material fiberglass reinforcement plastic (FRP) Fiberglass reinforcement plastic digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cetakan. Fiberglass digunakan karena sifat dari fiberglass yang lentur serta awet dan mudah dalam perawatannya. Pertimbangan tersebut diambil karena dalam pelepasan produk perahu cetakan di pukul-pukul hingga perahu terlepas dari cetakan. Pembedaan dalam penggunaan warna pigmen dilakukan untuk

3 44 membedakan lapisan cetakan dengan perahu yang dibuat. Cetakan yang dibuat biasanya berwarna hitam agar terlihat jelas perbedaan warnanya. Apabila resin telah tercampur dengan pigmen, resin sulit untuk mengering walaupun telah diberikan katalis. Pada campuran resin yang telah diberi pigmen ditambahkan kobalt dengan takaran yang sama dengan jumlah/volume pigmen yang ditambahkan kedalam resin, agar resin cepat kering. Resin yang digunakan dalam pembuatan cetakan merupakan resin jenis polyester orthophthalic yakni resin Yukalac 157. Serat yang digunakan sebagai penguat terdapat 3 macam yaitu mat 300, mat 400, dan woven roving 800. Material fiberglass yang digunakan dalam pembuatan cetakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Material FRP yang digunakan dalam pembuatan cetakan perahu dan kebutuhan No Nama barang Jenis Kebutuhan (kg) 1 Resin Yukalac Mat Fiberglass Mat Woven roving Mirror glaze 2 4 Katalis 1 5 Kobalt 1 6 Erosil 1 7 Pigmen hitam 1 8 Talk 15 2) Material non-frp Material non-frp pada pembangunan cetakan digunakan untuk menguatkan, menyambung dan merapihkan bagian-bagian konstruksi cetakan sebagai material utama pembangun cetakan perahu. Bahan material non-frp yang digunakan dalam pembuatan cetakan dapat dilihat pada Table 4. Berdasarkan Table 4, pada pembuatan cetakan kayu digunakan untuk penguatan (rangka) cetakan agar cetakan tidak mudah patah. Paku digunakan untuk penyambungan kayu yang digunakan. Lem digunakan untuk menyambung triplek yang digunakan sebagai cetakan gading-gading. Pendempulan dilakukan untuk menutup bagian yang luka/lubang baut pada model perahu agar resin yang dituang tidak mengisi lubang tersebut. Pengecatan pada badan cetakan dilakukan

4 45 agar cetakan terlihat indah dan yang terlihat tidak hanya warna mat yang dilapisi pada cetakan perahu. Tabel 4 Material non-frp yang digunakan dalam pembuatan cetakan dan kebutuhan No Jenis penggunaan Jenis/ ukuran Kebutuhan (kg)/buah Kayu galar 2 1 Kayu Kayu kaso 9 Kayu reng 10 Tripleks 1 2 Paku Paku 7cm Lem Aica aibon 1 Dempul sampolak 3 4 Pendempulan Kape 1 Ampelas 5 5 Pengecatan Roll kuas kecil 2 Kuas roll 12 Kuas 3" 6 Cat kayu 1 Penggunaan material-material diatas dilakukan oleh para pembuat perahu yang diteliti, dengan bantuan peralatan seperti mesin bor, mesin gerinda, gergaji. Peralatan pembantu yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik FRP dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Peralatan pembantu dalam pembuatan cetakan No Jenis peralatan Kebutuhan Fungsi 1 Mesin bor GSB Digunakan untuk mengaduk gelcoat, membuat 1 16 re lubang. 2 Mesin gerinda Digunakan untuk merapihkan/memotong FRP yang 1 GWS G 100 tidak diperlukan 3 Mesin serut Ryu 1 Digunakan untuk meratakan permukaan kayu 4 Pisau kater 2 Digunakan untuk memotong mat 5 Gergaji 1 Digunakan untuk memotong kayu 6 Alat press 1 Digunakan untuk menarik kayu agar menempel dengan FRP 7 Palu karet 1 Digunakan untuk melepaskan bagian cetakan dengan produk 8 Majun/lap Seperlunya Digunakan untuk membersihkan cetakan dan pelapisan mirror glaze Penggunaan material-material diatas dilakukan oleh para pembuat perahu yang diteliti. Peralatan tersebut merupakan perlatan yang digunakan dalam pembuatan cetakan perahu yang akan dibuat.

5 Tahap pembuatan cetakan (mould) Tahap pembuatan cetakan dilakukan melalui empat tahap dimulai dari persiapan model perahu, laminasi badan cetakan, pelepasan cetakan, dan tahap penyelesaian (finishing). 1) Persiapan Persiapan yang dilakukan dalam pembuatan cetakan terbagi menjadi dua, yaitu: persiapan model perahu dan pembuatan gelcoat. Persiapan yang dilakukan untuk pembuatan cetakan antara lain membalik posisi model perahu sehingga bagian bawah perahu berada diatas, kemudian melakukan perbaikan dan pembersihan model perahu. Perbaikan perahu meliputi pendempulan lubang pada model perahu serta pengampelasan bagian model perahu yang tidak rata dan tidak diinginkan pada model perahu karena akan terbentuk pada cetakan. Dempul sampolak digunakan untuk menutup lubang yang terdapat pada model sehingga bagian yang berlubang akan tertutup dengan dempul. Bagian yang terkena dempul diampelas hingga bagian yang didempul menjadi halus dan licin. Gambar 7 Pendempulan model perahu sebelum pembuatan cetakan. Model perahu yang digunakan telah rapi, kemudian model perahu dibersihkan agar kotoran yang melekat pada model perahu terlepas. Pemolesan dengan mirror glaze dilakukan setelah model perahu bersih. Pemolesan mirror glaze dilakukan hingga bagian model perahu tertutup rata. Proses pemolesan dilakukan berulang hingga tiga kali ulangan agar mirror glaze benar-benar menutupi badan model cetakan sehingga cetakan mudah terlepas dari model perahu.

6 47 Pembuatan gelcoat dilakukan seiring dengan proses pembersihan model perahu, hal ini dilakukan untuk mengoptimasikan waktu yang diperlukan. Gelcoat merupakan campuran dari bahan resin, erosil, talk, pigmen dan kobalt. Komposisi campuran gelcoat yang digunakan pada proses pembuatan cetakan yaitu : 15 kg resin, ½ kg erosil, 1 kg talk, 25 ml pigmen hitam, dan 20 ml cobalt. Bahan-bahan ini dicampur menjadi satu kemudian diaduk hingga merata dan tidak ada gumpalan-gumpalan bahan pada campuran bahan (gelcoat). Gambar 8 Pembuatan gelcoat Pigmen yang digunakan sebaiknya berbeda warna dengan model perahu dan perahu yang akan dibuat agar dapat membedakan mana cetakan dan mana model yang digunakan pada proses pelepasan dan pada saat proses gelcoating yang tidak rata dapat diketahui dan diatasi lebih dini. 2) Laminasi badan cetakan Pembuatan cetakan dikerjakan dengan melakukan laminasi yang tebalnya disesuakan dengan standar unkuran perahu yang dibuat. Proses laminasi pembuatan cetakan disesuaikan dengan urutan berikut : (1) Gelcoat Lapisan gelcoat merupakan lapisan awal dan lapisan akhir pada pembuatan cetakan perahu, hal ini karena sifat lapisan gelcoat apabila kering permukaan lapisan ini menutupi lapisan salanjutnya maupun sebelumnya serta memiliki permukaan yang halus. Pelapisan gelcoat dilakukan jika mirror glaze telah kering (±1 jam).

7 48 Gambar 9 Pelapisan gelcoat pada model perahu Pelapisan gelcoat dengan cara hand lay up menggunakan kuas berukuran 3 inch, metode yang dilakukan sama halnya dengan mengecat. Proses pelapisan gelcoat dilakukan sebanyak 3 lapis atau hingga warna dasar model perahu tidak terlihat. Komposisi katalis yang digunakan pada proses gelcoating adalah ± 800 ml gelcoat dicampur dengan ± 3 ml katalis. (2) Mat 300 Lapisan mat 300 dilapiskan setelah gelcoating selesai dan kering (± 1 jam). Mat tipis dilapiskan setelah gelcoat agar mat dapat merekat sempurna dengan gelcoat. Apabila mat tebal yang dilapiskan terlebih dahulu, khawatirnya resin lama kering sehingga mat tidak menempel sempurna dengan gelcoat. Didalam pelapisannya, mat 300 dipasang secara melintang agar bagian dasar cetakan lebih tebal dibandingkan bagian badan perahu. Setiap sambungan, mat ditumpuk sepanjang 5cm agar mat menyatu dengan mat sebelumnya. Komposisi resin dengan katalis yang digunakan ± 800 ml resin dicampur dengan ±3 ml katalis. Pada proses pelapisan mat pertama ini dibutuhkan mat 300 sebanyak 20 potong mat 300 (5 cm x 1 m), 20 buah mat 300 (1 m x 1 m), 20 kg resin dan 75 ml katalis.

8 49 Gambar 10 Pelapisan mat 300 dalam pembuatan cetakan (3) Woven roving 800 Woven roving 800 merupakan lapisan inti pada proses laminasi pembuatan cetakan. Fungsi woven roving sebagai penguat badan cetakan karena bahan berbentuk anyaman sehingga lebih kuat dibanding mat. Pelapisan woven roving dilakukan apabila lapisan sebelumnya telah kering (± 1½ jam). Didalam pengerjaan lapisan woven roving, woven roving dipasang secara melintang tanpa ada sambungan pada bagian dasar cetakan. Untuk sambungan memanjang woven roving ditumpuk sepanjang 5cm. Gambar 11 Pelapisan woven roving dalam pembuatan cetakan Proses pelapisan woven roving terjadi kekurangan bahan, karena woven roving yang tersedia hanya 10 kg. Dalam pembuatan cetakan kekurangan bahan maka bagian dasar yang membutuhkan kekuatan yang lebih besar diutamakan, sedangkan bagian badan perahu yang tidak terkena woven roving dilapisi dengan

9 50 mat 400 sebanyak 2 lapis. Pada lapisan woven roving membutuhkan 30 kg resin dan ± 112 ml katalis, karena setiap 800 ml resin ditambahkan katalis sebanyak 3ml. (4) Rangka (kayu) dan Mat 400 Pembuatan rangka cetakan menggunakan kayu yang dijual di material bangunan. Adapun kayu yang digunakan ada 3 (tiga) macam yaitu kayu reng sebagai penguat memanjang (longitudinal) pada bawah sheer, kayu kaso sebagai kekuatan memanjang (longitudinal) pada badan perahu dan kekuatan melintang (transversal) pada kaki cetakan, dan kayu galar sebagai kekuatan melintang (transversal) untuk dudukan kaki cetakan. Fungsi kayu pada cetakan sebagai dudukan cetakan agar cetakan dapat berdiri saat pembuatan perahu dan penguat badan cetakan secara longitudinal dan transversal agar saat proses pembuatan perahu cetakan tidak berubah. Kayu yang dibutuhkan pada pembuatan rangka yaitu 2 buah kayu galar panjang 2 m, 10 buah kayu reng panjang 4 m, 9 buah kayu kaso panjang 3 m. Gambar 12 Cara merekatkan kayu pada bagian bawah sheer Merekatkan kayu dan badan cetakan dengan cara kayu ditempelkan ke tempat kayu akan direkatkan dengan menggunakan alat press/paku dengan ukuran 7 cm (pemakuan dilakukan hanya antara kayu dengan kayu) agar kayu benarbenar menempel dengan badan cetakan. Bagian yang tidak berongga antara kayu dengan fiberglass dilaminasi menggunakan mat 400, agar merekat dengan baik potongan mat dilebihkan minimal 5 cm.

10 51 Dempul yang terbuat dari ±1 kg resin, ±1 kg talk, ±10 ml pigment, ±10 ml kobalt, dan ±15 ml katalis digunakan jika terdapat rongga antara kayu dengan badan cetakan. Pemasangan rangka cetakan dimulai dari pemasangan reng pada bawah sheer agar pada proses pelepasan sheer tidak mengalami kerusakan. Pemasangan kayu galar yang dipotong menyesuaikan ukuran lebar dasar cetakan perahu kemudian diketam menggunakan pahat mengikuti lekuk dasar cetakan agar dasar cetakan dapat ditumpu sehinnga cetakan tidak mudah patah saat pembuatan perahu. Kayu galar dipasang pada 4 (empat) titik sebagai dudukan kaki-kaki cetakan. Pemasangan kayu kaso sebagai kaki-kaki cetakan, kaso dipasang tegak lurus dengan kayu galar yang telah dipasang sampai menempel dengan kayu reng yang berada dibawah sheer. Gambar 13 Pendempulan pada sela antara kayu dengan badan perahu. Kayu kaso dipasang melintang pada badan cetakan agar badan cetakan memiliki kekuatan melintang dan tidak mudah terbelah. Menyambungkan antara kaki-kaki dengan galar menggunakan paku ukuran 7cm, setiap kaki pasang dua paku agar tidak mudah terlepas. Ukuran tinggi ujung kaki-kaki diukur dan dipotong setelah kaki terpasang, hal ini dilakukan agar cetakan perahu berdiri sejajar dan ditopang dengan kaki-kakinya. Pemasangan kayu kaso sebagai kekuatan memanjang badan cetakan, pemasangan ditempatkan pada posisi batas air model perahu. Pemasangan kayu pada batas air karena membutuhkan kekuatan agar badan cetakan tidak pecah pada lekukan cetakan. Pemasangan kayu reng sebagai kekuatan memanjang pada bagian dasar cetakan. Kayu reng dipotong dengan panjangnya adalah jarak antara kayu galar.

11 52 Setiap jarak galar dipasang dua kayu reng dengan pemasangan berada pada kanan dan kiri dasar cetakan. 3) Pelepasan cetakan Pelepasan cetakan dilakukan pada keesokan hari setelah pemasangan kerangka, hal ini dilakukan agar cetakan yang dibuat telah kering dan dapat dilepas dari model perahu. Pada proses pelepasan cetakan, cetakan dipukul-pukul menggunakan palu karet agar cetakan lepas dari model. Bagian cetakan yang dipukul-pukul terutama bagian siku, karena bagian ini adalah tempat yang sulit lepas. Pada bagian sheer cetakan dipahat menggunakan kayu yang ujungnya dipipihkan agar bagian antara sheer cetakan dan sheer model terpisah. Pemahatan dilakukan ke semua sisi sheer agar tidak ada lagi bagian sheer yang masih merekat dengan model. Majun diselipkan antara sheer cetakan dan sheer model untuk memastikan sheer telah terlepas dan memudahkan pengangkatan cetakan. Majun disisipkan mengelilingi cetakan perahu menandakan bahwa bagian sheer tersebut telah terlepas. Apabila cetakan dan model telah lepas kemudian cetakan dilepas dari model. Pengangkatan cetakan dilakukan dari bagian haluan cetakan, karena dari bagian haluan tenaga yang dibutuhkan untuk melepas lebih sedikit daripada mengangkat cetakan dari buritan. cetakan dibalik agar dapat berdiri dengan kakikakinya setelah cetakan terlepas dari model. 4) Penyelesaian (finishing) Tahap penyelesaian meliputi perapihan sisi-sisi sheer yang tidak diperlukan yang dapat mengganggu pembuatan perahu, pengecatan kaki-kaki cetakan serta bagian luar mould, dan pengampelasan bagian yang rusak dan dirapihkan menggunakan dempul. Gambar 14 Perapihan bagian sheer pada cetakan

12 Pembuatan perahu Desain perahu cadik FRP Desain perahu dilakukan untuk mengestimasi biaya yang diperlukan dalam pembuatan perahu cadik yang terbuat dari bahan fiberglass. Hal ini menyangkut dari keseluruhan desain dari mulai rancangan umum sampai dengan hal yang lebih rinci lagi seperti pemasangan ruang ballast, dudukan baruyungan dan penempatan daun kemudi. Mendesain perahu yang dilakukan oleh pembuat perahu biasanya berpedoman dari perahu yang telah ada dan beroperasi di sekitar desa Cikahuripan. Pembuatan perahu dilakukan dengan cara mencetak dari cetakan perahu yang telah dibuat. Di dalam pembuatan perahu terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pembuatan perahu seperti mempersiapkan material yang digunakan sebelum proses pembuatan, proses pembuatan perahu, pengerjaan kayu, dan tahap penyelesaian. Proses pembuatan perahu yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 15 Spesifikasi perahu Pencetakan perahu Dimensi utama (L, B, D) Spesifikasi Estimasi biaya Rencana (General Arrangement) Sketsa desain Bahan baku dan material Tenaga penggerak Pembuatan perahu Penyerahan perahu Operasional perahu Gambar 15 Diagram proses pembuatan perahu yang diteliti

13 Dimensi utama perahu cadik FRP Dimensi utama perahu meliputi panjang (L), lebar perahu (B), dan dalam perahu (D), ketiga dimensi ini memengaruhi kelayakan perahu. Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan hasil pengukuran perahu cadik FRP pada Tabel 6. Tabel 6 Dimensi utama perahu dan spesifikasi mesin perahu cadik FRP menurut data primer lapang 2009 No Keterangan Ukuran perahu (m) 1 LOA 9,56 2 LPP 8,2 3 D 0,735 4 B 1,116 5 CUNO (cubic number (m 3 )) 6,73 6 GT 1,08 7 Jenis mesin Outboard 8 Merk mesin Yamaha 9 Kekuatan mesin (PK) 9 10 Bahan bakar Bensin Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa CUNO perahu cadik sebesar 6,73 m 3. Semakin besar perahu maka kekuatan mesin yang digunakan semakin besar. Kekuatan mesin yang digunakan sebagai tenaga penggerak perahu sebesar 9 PK Rancangan umum Gambar rancangan umum perahu bertujuan untuk menentukan ruang diatas dan dibawah dek perahu. Hasil pengukuran perahu dilapang dapat dibuat gambar rencana dari perahu yang diteliti. Gambar ini terdiri atas dua bagian, yaitu gambar tampak samping dan gambar tampak atas. Pada rancangan umum ruang utama yang dibuat adalah ruang ballast haluan dan ballast buritan. Sistem ballast merupakan sistem untuk dapat memposisikan perahu dalam keadaan seimbang baik dalam keadaan trim depan maupun belakang, maupun keadaan oleng.

14 Gambar 16 Rancangan umum perahu cadik FRP Kahuripan Nusantara tampak atas 55

15 Gambar 17 Rancangan umum perahu cadik FRP Kahuripan Nusantara tampak samping 56

16 Material 1) Material fiberglass reinforcement plastic (FRP) Material FRP merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik yang dilakukan di desa Cikahuripan. Resin yang digunakan dalam pembuatan perahu merupakan resin jenis polyester orthophthalic yakni resin yukalac 157. Serat yang digunakan sebagai penguat terdapat 3 macam yaitu mat 300, mat 400, dan woven roving 800. Material fiberglass yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik FRP di desa Cikahuripan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Material FRP yang digunakan dalam pembuatan perahu dan kebutuhan No Bahan Jenis Kebutuhan (kg) 1 Resin Yukalac Fiberglass Matt Matt Woven Roving Mirror Glaze 2 4 Katalis 1 5 Kobalt 0,1 6 Erosil 1,5 7 Pigmen Biru 0,3 8 Talk 13 Material FRP merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik yang dilakukan di desa Cikahuripan. Resin yang digunakan dalam pembuatan perahu merupakan resin jenis polyester orthophthalic yakni resin yukalac 157. Serat yang digunakan sebagai penguat terdapat 3 macam yaitu mat 300, mat 400, dan woven roving ) Material non-frp Material non-frp pada pembagunan perahu digunakan untuk menguatkan, menyambung dan merapihkan bagian-bagian konstruksi perahu sebagai material utama pembangun perahu. Bahan material non-frp yang digunakan dalam pembuatan cetakan dapat dilihat pada Tabel 8. Pembuatan perahu dengan bahan FRP dalam pembuatannya membutuhkan peralatan-peralatan yang dapat membantu proses

17 58 pengerjaan bahan selain bahan FRP dan juga membantu dalam proses perapihan badan perahu. Tabel 8 Material non-frp yang digunakan dalam pembuatan perahu dan kebutuhan No Bahan Jenis/ ukuran Kebutuhan (kg) 1 Kayu + Baruyungan/ kincang Kayu + Baruyungan/ kincang 1 Tali baruyungan 3 2 Pengecatan Tripleks 1 Kompon 2 Cat Kayu 2 Tiner 2 Kuas Roll 4 Kuas 2,5" 4 3 Baut Baut Baut 18/20 4 Baut 14/ Alat pemotong Batu gerinda 2 Mata pisau (cutter) 1 Peralatan yang digunakan untuk membantu pembuatan perahu FRP dapat dilihat pada Tabel 9. Alat yang digunakan untuk membantu pengerjaan pembuatan perahu merupakan peralatan yang digunakan untuk pengerjaan bangunan rumah. Tabel 9 Peralatan pembantu dalam pembuatan cetakan No Jenis peralatan Kebutuhan Fungsi 1 Mesin bor GSB 16 re 1 Digunakan untuk mengaduk gelcoat, membuat lubang. 2 Mesin gerinda Digunakan untuk merapihkan/memotong FRP yang tidak 1 GWS G 100 diperlukan 3 Mesin serut Ryu 1 Digunakan untuk meratakan permukaan kayu 4 Pisau kater 2 Digunakan untuk memotong mat 5 Gergaji 1 Digunakan untuk memotong papan 6 Pahat 1 Digunakan untuk melubangi kayu/papan sebagai tempat menempel baut 7 Alat press 1 Digunakan untuk menarik kayu agar menempel dengan FRP 8 Palu karet 1 Digunakan untuk melepaskan bagian cetakan dengan produk 9 Petel 1 Digunakan untuk mengikis kayu agar lurus 10 Majun/lap 5 kg Digunakan untuk membersihkan cetakan dan pelapisan mirror glaze

18 Tahap pembuatan perahu 1) Persiapan cetakan perahu Persiapan cetakan dilakukan untuk mengkondisikan cetakan menjadi lebih baik agar siap untuk melakukan pencetakan perahu. Persiapan yang dilakukan antara lain penghalusan cetakan, pembersihan cetakan, dan pelapisan mirror glaze. Disamping itu dilakukan pula pembuatan gelcoat dan dempul untuk kebutuhan pada proses pembuatan perahu. (1) Penghalusan cetakan Cetakan yang dibuat sebelum digunakan dikontrol kembali. Cetakan yang dibuat terdapat bagian yang bergelombang atau tidak rata maka bagian tersebut dihaluskan agar bagian perahu yang terbentuk tidak cacat atau berlubang. Pengampelasan yang dikerjakan pada permukaan cetakan yang terlihat kasar/tidak rata. Ampelas dicelupkan kedalam air supaya permukaan ampelas lebih kesat, agar proses pengampelasan cepat rata. Permukaan cetakan yang telah selesai diampelas kemudian dipoles agar bagian tersebut menjadi licin dan halus, karena diampelas saja permukaan cetakan kurang halus. (2) Pembersihan cetakan Pembersihan perahu model dilakukan untuk menghindari adanya debu atau kotoran dan juga kotoran bekas pengampelasan yang akan membuat mirror glaze tidak menempel pada permukaan cetakan dan ketika proses pencetakan ada debu yang menempel sehingga cetakan tidak halus. (3) Pelapisan mirror glaze Pelapisan mirror glaze bertujuan agar perahu yang dicetak mudah dilepas dari cetakan. Untuk mempermudah proses pelepasan perahu nantinya, Pelapisan harus benar-benar merata dan tidak ada permukaan cetakan yang tidak terkena mirror glaze. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut tidak terjadi, maka dilakukan pelapisan sebanyak 3 (tiga) kali lapisan. (4) Pembuatan gelcoat Pembuatan gelcoat dilakukan oleh satu orang pekerja. Gelcoat dibuat dengan campuran 40 kg resin, 1½ kg erosil, 30 ml pigmen dan 30 ml kobalt. Semua bahan dicampur jadi satu, kemudian diaduk meggunakan mixer. Mixer terbuat dari besi di

19 60 bentuk seperti garpu dengan pemutar menggunakan mesin bor. Campuran bahan tadi di aduk sampai rata sampai kental hingga semua bahan menyatu. Gambar 18 Pembuatan gelcoat untuk lapisan perahu (5) Pembuatan dempul Pembuatan dempul menggunakan bahan 3 kg resin, 3 kg talk, 18 ml pigmen, dan 18 ml kobalt. Bahan dicampur dan diaduk hingga rata, apabila bahan kurang kental dapat ditambahkan talk. Penambahan resin dilakukan sedikit-demi sedikit hingga dempul yang terbentuk sesuai dengan keinginan. Gambar 19 Pembuatan dempul 2) Pemasangan nama perahu Nama perahu dibuat dengan menggunakan scotlet. Sebelum pemasangan scotlet, terlebih dahulu pada permukaan yang akan di pasang scotlet dilapisi dengan resin tanpa

20 61 campuran pigmen, karena sifat resin yang transparan jika kering dan melindungi nama perahu agar tidak mudah lepas. Pemasangan scotlet bersifat tidak harus, hanya sebagai tanda nama perahu. Pada waktu pemasangan scotlet terjadi masalah, scotlet plastik yang dipasang keriput karena tidak kuat dengan panasnya resin. Nama perahu yang dibuat dilapisi dengan resin, bahan tersebut harus memiliki titik leleh yang tinggi agar tidak meleleh karena panasnya resin. Gambar 20 Pemasangan scotlet nama perahu 3) Pembuatan badan perahu Pembuatan badan perahu dilakukan dengan teknik laminasi. Teknik laminasi yang dilakukan pada pembangunan perahu di Cisolok Sukabumi adalah sebagai berikut: (1) Pelapisan gelcoat Lapisan gelcoat merupakan lapisan pertama dan lapisan terakhir pada pembuatan perahu. gelcoat dilapiskan pada cetakan setelah dipastikan pelapisan mirror glaze sudah merata dan kering. Gambar 21 Pelapisan gelcoat

21 62 Pelapisan gelcoat dengan menggunakan kuas ukuran 3 inch, caranya hampir sama dengan mengecat. Pelapisan gelcoat dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali ulangan/lapis. Lapisan gelcoat bertujuan agar permukaan terluar cetakan halus. (2) Pelapisan mat 300 Mat 300 dilapiskan setelah lapisan gelcoat kering. Mat 300 dipasang merata pada permukaan cetakan yang telah tertutup gelcoat, kemudian dicor cairan resin yang sudah diberi katalis. Untuk pencampuran katalis dan resin dengan perbandingan, satu gayung resin (800 ml) di campur ½ tutup botol (3 ml). Penyambungan antar sambungan harus ditumpuk sekitar 5 cm. Gambar 22 Pelapisan mat 300 (3) Pelapisan mat 400 Lapisan mat 400 merupakan lapisan setelah lapisan mat 300. Pelapisan mat 400 dilakukan setelah mat 300 kering. Pemasangan mat 400 sama halnya dengan pemasangan mat 300, dipasang merata keseluruh permukaan cetakan dan merupakan bagian yang telah tertutup dengan mat 300. Sebelum mat 400 dipasang, lapisan mat 300 yang berongga dipotong dan dirapihkan agar pada lapisan mat 400 tidak meggembung.

22 63 Gambar 23 pelapisan mat 400 Mat 400 yang telah terpasang merata diatas mat 300, kemudian dicor cairan resin yang sudah diberi katalis. Perbandingan resin dengan katalis sama dengan perbandingan pada pengecoran mat 300. Sama halnya dalam penyambungan antar mat 300, penyambungan mat 400 harus ditumpuk sekitar 5 cm agar mat sambungan antar mat kuat. (4) Pelapisan woven roving 800 Woven roving 800 dilapiskan setelah tahap pelapisan mat 400 selesai dan dipastikan sudah kering. Tahapan pelapisan woven roving sama dengan tahapan pelapisan mat 400, tetapi pemasangan woven roving dipasang melintang tanpa ada sambungan, sambungan hanya pada bagian memanjang. Fungsi pelapisan woven roving dan mat sama yaitu sebagai penguat badan perahu. Tetapi woven roving mempunyai bahan yang lebih tebal dan kasar sehingga lebih kuat. Gambar 24 Pelapisan woven roving 800 (5) Pemasangan kayu pada bagian pisang-pisang Pemasangan kayu pada bagian pisang-pisang dilakukan untuk memperkuat bagian sheer pada saat pengangkatan perahu dari cetakan agar perahu tidak terbelah serta

23 64 sebagai penguat memanjang perahu. Kayu yang digunakan kayu papan dengan lebar 10 cm dan tebal 3 cm. Pemasangan kayu dengan cara dibungkus dengan mat 300. Agar kayu menempel dengan fiberglass, kayu dipres menggunakan alat pres sehingga kayu tidak bergeser dan menempel dengan fiberglass saat dilaminasi dengan mat 300. Apabila terdapat rongga pada bagian antara kayu dengan fiberglass, bagian rongga tersebut diisi dengan dempul agar bagian kayu dan fiberglass menjadi satu dan kuat. Gambar 25 Pemasangan kayu pada bagian pisang-pisang 4) Pelepasan Proses pelepasan dimaksudkan untuk melepaskan perahu dari cetakan. Kegiatan ini dilakukan setelah proses pelapisan fiberglass dan pelapisan kayu pada bagian pisang-pisang selesai. Proses pelepasan perahu dilakukan dengan cara mekanik. Hal pertama yang dilakukan yaitu pemukulan mould dengan palu karet. Pemukulan dilakukan mengelilingi mould hingga suara pukulan yang terdengar tidak nyaring. Jika suara pukulan pada mould tidak nyaring menandakan bagian badan perahu dan badan cetakan terpisah. Hal kedua yang dilakukan yaitu pemisahan bagian sheer perahu dengan sheer cetakan dangan pemahatan yang dilapisi dengan majun agar sheer tidak rusak. Pemahatan dilakukan karena pada bagian sheer tidak mudah lepas dengan cara dipukul. Bagian sheer yang telah terpisah diselipkan majun sebagai penanda kalau bagian tersebut telah terpisah dan sebagai selah untuk pengangkatan perahu. Setelah bagian sheer perahu dan sheer cetakan terpisah kamudian perahu diangkat dari cetakan.

24 65 Perahu diangkat mulai dari bagian buritan, hal ini dilakukan karena pengangkatan dari buritan perahu mudah terangkat. Perahu yang telah terpisah dari cetakan dirapihkan. Perapihan yang dilaku-kan antara lain pemotongan fiberglass yang terlalu panjang pada bagian sheer. Pemotongan dilakukan menggunakan gerinda sesuai batas sheer perahu yang dibuat. 5) Pengerjaan kayu (1) Gading-gading Fungsi gading-gading adalah sebagai penguat badan perahu baik secara longitudinal dan transversal. Kayu yang digunakan untuk tulang tulang ada 3 macam yaitu kayu reng, kayu kaso dan kayu papan. Kayu reng digunakan sebagi penguat longitudinal dan kayu papan dan kayu kaso sebagai penguat transversal. Kayu papan sebelum dipasang dipotnong mengikuti lekuk badan perahu dengan ketebalan 10cm. Kayu-kayu ini di bungkus dengan mat yang dicor dengan resin. Setelah itu dilakukan gelcoating agar bagian dalam perahu terlihat halus dan layak pakai. Gambar 26 Pemasangan gading-gading (2) Tabung ballast Tabung ballast merupakan ruangan kosong berisi udara, tabung ballast dibuat dengan tujuan ketika perahu terisi air penuh perahu tidak tenggelam karena masih ada udara/ruangan kosong berisi udara.

25 66 Gambar 27 Tabung ballast buritan Gambar 28 Tabung ballast haluan Pemasangan dengan menggunakan tripleks yang diberi rangka mengikuti bentuk haluan dan buritan. Tripleks dilapisi mat yang dicor dengan resin sebanyak 3 lapis. (3) Sheer Pemasangan kayu pada sheer menggunakan kayu papan bayur dengan ukuran 10x3x400 cm sebanyak 4 buah. Pemasangan dilakukan dari buritan sampai dek perahu. Gambar 29 Pemasangan sheer Pemasangan dilakukan dengan menggunakan baut 12 panjang 8 cm. Baut dipasang dengan melubangi kayu sheer terlebih dahulu, menggunakan bor hingga menembus bagian fiberglass. Sebelum baut dipasang keliling kayu yang telah dilubangi dipahat agar kepala baut terbenam pada kayu. Lubang baut ditutup dengan dempul agar baut tidak mudah korosi setelah baut terpasang.

26 67 (4) Dek dan dudukan jangkar Pemasangan dek menggunakan kayu papan bayur yang sama dengan kayu yang dipasang pada sheer dengan panjang mengikuti ukuran lebar perahu yang akan dipasang dek. Dek dipasang hanya pada bagian haluan diatas ballast haluan. Dudukan jangkar dipasang ±1 m dari ujung haluan menggunakan kayu kaso ukuran 5 cm 10 cm yang panjangnya dilebihkan 30 cm pada sisinya, dari lebar perahu tempat dudukan jangkar dipasang. Gambar 30 pembuatan lubang baut untuk memasang dek (5) Dudukan baruyungan Dudukan baruyungan dipasang menggunakan kayu kaso ukuran 8 cm 10 cm. Pemasangan dudukan baruyungan dilakukan pada dua titik, titik pertama dipasang 2 meter dari ujung buritan, sedangkan titik kedua dipasang pada jarak 3 meter dari titik pertama. Gambar 31 Pemasangan dudukan baruyungan

27 68 Pemasangan dudukan baruyungan sama halnya dengan pemasangan dudukan jangkar, panjang kayu dilebihkan 30 cm pada sisinya. 6) Penyelesaian Penyelesaian merupakan tahap akhir dalam pembuatan perahu. Dalam tahap penyelesaian dilakukan perapihan bagian perahu. Tahap Perapihan bagian perahu meliputi pendempulan bagian bagian perahu yang berlubang seperti pada lubang baut. Pengecatan kayu sheer dan dek haluan perahu menggunakan cat kayu yang tahan air. Perapihan bagian perahu juga melakukan pemasangan baruyungan dan daun kemudi. Pemasangan baruyungan dan otel kemudi dilakukan saat perahu sudah siap ke laut. 4.2 Biaya pembuatan perahu cadik FRP Biaya pembuatan perahu cadik dari bahan FRP di Cisolok, berdasarkan penelitian antara lain : modal investasi, upah tenaga kerja, transportasi pembelian bahan FRP, dan biaya material. Modal investasi meliputi pembuatan galangan, penyediaan alat yang diperlukan dalam pembuatan perahu, dan pembuatan cetakan perahu. Kesemuanya merupakan komponen-komponen pokok yang menentukan besarnya biaya dalam memulai usaha pembuatan perahu dan semua komponen tersebut merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik modal. Dari sektor penerimaan dalam pembuatan perahu cadik dengan bahan FRP, pada penelitian ini meliputi penerimaan pembuat perahu dan penjualan perahu. Penerimaan para tenaga kerja didapat dari upah yang diterima dari pemilik modal. Penerimaan penjualan didapatkan dari hasil penjualan perahu Modal investasi Modal investasi adalah pengeluaran awal yang dilakukan oleh investor untuk membeli barang-barang yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu usaha. Modal investasi yang dibutuhkan dalam pembuatan galangan perahu Rp Modal investasi untuk pembuatan cetakan perahu Rp Rincian modal investasi untuk usaha pembuatan perahu di cisolok dapat dilihat pada Tabel 10. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa dalam pengadaan aset investasi biaya terbesar terdapat pada pengadaan cetakan perahu. Biaya untuk pengadaan cetakan perahu sebesar Rp atau sebesar 51.5% dari total biaya investasi yang dikeluarkan pemilik modal dalam berinvestasi. Biaya terkecil pada pengadaan palu karet sebesar

28 69 Rp dengan persentase perbandingan dengan total investasi yang dikeluarkan sebesar 0,11%. Tabel 10 Perincian biaya investasi dan persentase pada Cikahuripan 2009 cetakan perahu di Desa No Nama barang Biaya (Rp) Total biaya (Rp) Persantase % 1 Galangan ,76 2 Cetakan perahu ,5 3 Mesin bor GSB 16 RE ,84 4 Mesin gerinda GWS G ,44 5 Mesin serut ryu ,6 6 Pisau kater ,26 7 Gergaji ,26 8 Pahat ,11 9 Alat pres ,13 10 Palu karet ,11 Total asset Biaya pembuatan galangan perahu Pembuatan galangan dilakukan karena belum terdapat galangan untuk pembuatan perahu fiberglass, maka pihak LPPM selaku pemberi bantuan dalam pengembangan desa Cikahuripan memberikan dana untuk pembangunannya. Galangan dibuat diatas tanah berukuran 16 m 4 m berada dekat pantai dengan bangunan yang terbuat dari bambu. Listrik diperoleh dari rumah pak lurah yang tidak jauh dari lokasi galangan. Galangan dibuat dengan biaya Rp , dana tersebut digunakan untuk pembelian bambu, kabel listrik, papan untuk pintu, kayu kaso, dan atap Biaya pembuatan cetakan Biaya material 1) Material FRP Material fiberglass reinforcement plastic (FRP) yang terdiri dari resin dan fiberglass merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan cetakan perahu fiberglass, sehingga keberadaan dan harga FRP sangat mempengaruhi pembuatan cetakan perahu dengan bahan dasar FRP. material FRP untuk pembuatan perahu cadik dapat dilihat pada Tabel 11. Perincian biaya pembelian

29 70 Tabel 11 Perincian biaya pembelian material Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) dan persentase pada cetakan perahu di Cisolok 2009 No Bahan Jenis Kebutuhan Harga satuan Harga total Persentase (Kg) jual per kg (Rp) (%) 1 Resin Yucalak ,49 Mat ,79 2 Fiberglass Mat ,6 WR ,32 3 Mirror Glaze ,32 4 Katalis ,02 5 Kobalt ,09 6 Erosil ,29 7 Pigmen hitam ,4 8 Talk ,69 Total Berdasarkan Tabel 11, dalam pengadaan bahan material FRP untuk pembuatan cetakan membutuhkan total biaya sebesar Rp Tabel biaya material FRP yang dibutuhkan dalam pembuatan cetakan menunjukan bahwa biaya pembelian resin sebanyak 200 kg membutuhkan biaya Rp dengan persentase perbandingan dengan total biaya pembelian sebesar 58.49%, karena dalam pembuatan cetakan dengan bahan FRP ini resin merupakan bahan dasar dalam pembuatannya. 2) Material non-frp Material non-frp terdiri dari kayu, model perahu, bahan-bahan pengecatan, dan alat pemotong. Pembelian bahan material non-frp dibeli di toko bangunan sekitar galangan. Perincian biaya pembelian material non-frp untuk pembuatan cetakan perahu cadik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 12 menunjukan bahwa dalam pengadaan bahan non-frp membutuhkan total biaya Rp Berdasarkan tabel pada pembuatan cetakan bahan non- FRP yang memiliki pembiayaan terbesar adalah biaya pengadaan cetakan. Pengadaan cetakan dilakukan dengan sistem sewa dengan nelayan yang memiliki perahu. Perahu disewa dengan biaya Rp atau sebesar 66,74% dari seluruh biaya non- FRP.

30 71 Tabel 12 Perincian biaya pembelian material non-frp dan persentase pada cetakan perahu di Cisolok 2009 No Jenis Kebutuhan Harga satuan Harga total Persentase Jenis/ ukuran penggunaan (Kg) jual per Kg (Rp) (%) 1 Model perahu Perahu ,74 Kayu galar ,67 2 Kayu Kayu kaso ,21 Kayu reng ,2 Tripleks ,67 Roll kuas ,07 kecil 2 3 Pengecatan Kuas Roll ,6 Kuas 3" ,92 Dempul ,61 Pendempulan Kape ,8 sampolak 4 Ampelas ,33 5 Paku Paku 7cm 0, ,27 6 Lem Aica aibon ,4 7 Alat pembersih Majun/lap ,33 8 Alat pemotong Batu gerinda ,85 Mata pisau (cutter) ,32 Total Pembiayaan terkecil pada pembelian paku 7 cm sebanyak 0,5 kg dengan biaya Rp atau sebesar 0,27% dari total pembiayaan material non-frp. Paku digunakan sebagai pengikat sementara bagian kayu yang akan diresin dan sebagai pengikat bagian kayu dengan kayu Biaya operasional Biaya pembuatan perahu Terdapat 3 (tiga) faktor yang menentukan biaya pembuatan perahu yaitu biaya material, biaya transportasi untuk pembelian material FRP dan upah tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan komponen pokok yang menentukan besarnya biaya pembuatan perahu dan semua komponen tersebut merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik modal.

31 72 1) Biaya material (1) Material fiberglass reinforcement plastic (FRP) Material FRP yang terdiri dari resin dan fiberglass merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pambuatan suatu perahu fiberglass, sehingga keberadaan dan harga FRP sangat mempengaruhi pembuatan perahu dengan bahan dasar FRP. Perincian biaya pembelian material FRP untuk pembuatan perahu cadik dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan data pada Tabel 13, jumlah total pembelian bahan pembentuk FRP untuk pembuatan perahu cadik berukuran Loa 9,56 m sebesar Rp Pembelian resin sebanyak 200 kg memiliki nilai persentase terbesar yakni 73,34% dengan total pembelian Rp Resin memiliki total pembelian paling besar karena resin digunakan untuk membuat gelcoat dan menempelkan fiberglass, sedangkan pembelian kobalt sebanyak 0,1 kg memiliki persentase terkecil yakni 0,35% dengan total pembelian Rp Kobalt digunakan sedikit karena kobalt digunakan untuk membantu mengeringkan saat resin ditambahkan dengan pigmen serta untuk menghemat pengeluaran biaya yang berlebih. Tabel 13 Perincian biaya pembelian material FRP dan persentase pada perahu cadik di Cisolok 2009 Perahu cadik 1,08 GT Persentase No Biaya Kebutuhan Harga satuan Harga total Jenis (%) (Kg) jual per Kg (Rp) 1 Resin Yucalak ,34 2 Fiberglass Matt ,68 Matt ,76 WR ,94 3 Mirror glaze ,97 4 Katalis ,7 5 Kobalt 0, ,35 6 Erosil 1, ,36 7 Pigmen biru 0, ,45 8 Talk ,45 Total

32 73 Dari Tabel 13 dapat dikatakan semakin besar ukuran perahu yang dibuat semakin banyak resin yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material semakin besar. 2) Material non-frp Material non-frp terdiri dari kayu dan baruyungan/ cadik, bahan-bahan pengecatan, baut, dan alat pemotong. Pembelian bahan material non-frp dibeli di toko bangunan sekitar galangan. Perincian biaya pembelian material non-frp untuk pembuatan perahu cadik dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Perincian biaya pembelian material non-frp dan persentase pada perahu cadik di Cisolok 2009 No Biaya Jenis/ ukuran 1 Kayu dan Baruyungan/ kincang Kayu dan Baruyungan/ kincang Tali baruyungan Kebutuhan (kg) 1 Harga satuan jual per kg Harga total (Rp) Persentase (%) 73,37 Tripleks ,61 2 Pengecatan Kompon ,52 7,05 Cat Kayu ,66 Tiner ,72 Kuas Roll ,04 Kuas 2,5" ,84 3 Baut Baut ,35 4 Alat pembersih 5 Alat pemotong Baut 18/ ,04 Baut 14/ ,04 Majun/lap ,31 Ampelas ,31 Batu gerinda ,84 Mata pisau (cutter) ,31 Total Berdasarkan data pada Tabel 14, jumlah total pembelian bahan non-frp untuk pembuatan perahu cadik berukuran Loa 9,56 m sebesar Rp Pembelian kayu memiliki nilai persentase terbesar yakni 73,37% dengan total pembelian Rp Kayu memiliki total pembelian paling besar karena digunakan untuk

33 74 membuat sheer, gading-gading, daun kemudi, dan cadik. Pembelian satu set mata pisau (cutter) memiliki persentase terkecil yakni 0,31% dengan total pembelian Rp Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar perahu yang dibuat maka semakin banyak pula kayu yang dibutuhkan maka semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk membuat perahu. 3) Biaya transportasi untuk pembelian bahan FRP Biaya transportasi dikeluarkan untuk pembelian bahan FRP karena agen penjual bahan FRP yang memasok bahan dalam jumlah besar hanya di Jakarta sehingga dibutuhkan biaya transportasi untuk pembelian bahan. 4) Biaya tenaga kerja Sistem pembayaran upah tenaga kerja dalam pembuatan perahu bercadik dari fibreglass adalah pembayaran harian. Besarnya nilai upah tenaga kerja dalam pembuatan perahu di Cisolok adalah Rp perorang/hari. Di dalam pembuatan perahu fiberglass yang terdapat di Cisolok tidak terdapat pembagian khusus dalam pembuatan perahu. Jadi upah pembuatan perahu selama 8 (delapan) hari kerja sebesar Rp dengan pembayaran setengah diawal pengerjaan dan setengahnya dibayar jika perahu telah jadi Biaya total pembuatan perahu Biaya total produksi merupakan hasil penjumlahan total dari biaya-biaya yang digunakan dalam pembangunan perahu yaitu biaya upah tenaga kerja dan biaya material. Biaya total produksi ini dikeluarkan oleh pemilik modal untuk membayar material yang dibeli dan biaya upah tenaga kerja. Biaya total pembuatan perahu dapat dilihat pada Table 15. Tabel 15 Perincian biaya total pembuatan dan persentase pada perahu cadik di Cisolok 2009 No Jenis biaya Total Rp Persentase (%) 1 Biaya upah tenaga kerja Biaya material Biaya transportasi Biaya pembelian mesin 9 PK Total

34 75 Berdasarkan data pada Tabel 15, dalam membuat satu set perahu dengan mesin biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Pengeluaran biaya terbesar pada biaya pembelian material sebesar Rp dengan persentase 49.33%. Hal ini menandakan bahwa dalam membuat perahu cadik Loa 9,56 m, 49.33% biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material perahu. Biaya transportasi untuk pembelian kebutuhan fiberglass di Cisolok hanya menyerap 3.23% biaya yang telah dikeluarkan yakni sebesar Rp Penerimaan usaha Penerimaan yang diperoleh dengan jalan penjualan perahu yang telah dibuat. Harga jual tiap perahu diperoleh dari biaya total produksi ditambah ± 10% dari biaya total pembelian material pembuatan perahu serta upah pekerja. Harga jual yang ditawarkan adalah sebesar Rp ,

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu 76 Lampiran 1 Gambar bahan Fiberglass Resin 157, erosil, katalis, mirror glaze, pigmen dan talk Roving Mat 77 Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu No. Tanggal Kegiatan Jumlah Pekerja

Lebih terperinci

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP 6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik yang dilakukan di Cisolok Sukabumi. FRP digunakan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kapal Kayu 5.1.1 Gambaran Umum Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan yang terdapat di perairan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian 1) Kapal 1. 2) Kapal 2. 3) Kapal 3

Lampiran 1 Tiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian 1) Kapal 1. 2) Kapal 2. 3) Kapal 3 LAMPIRAN 44 45 Lampiran 1 Tiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian 1) Kapal 1 2) Kapal 2 3) Kapal 3 46 Lampiran 2 Tiga kapal fiberglass yang menjadi objek penelitian 1) Kapal 1 2) Kapal 2 3) Kapal

Lebih terperinci

WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for Fishing Tours)

WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for Fishing Tours) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal 119-136 DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data

BAB IV PEMBAHASAN. diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data BAB IV PEMBAHASAN Data-data yang diperoleh dalam pembuatan tugas akhir ini selanjutnya diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data yaitu sebagai berikut: Hal pertama

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara memberikan beban tarik secara berlahan sampai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper BAB IV PEMBAHASAN Selanjutnya setelah pada bab sebelumnya menguraikan tentang perencanaan maka pada bab ini adalah tahap pelaksanaan pengerjaan. Berikut disampaikan proses, hasil, dan pembahasan pada pengerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU A. Bagan Proses Penciptaan Ide Studi Literatur Eksplorasi - Observasi - Dokumentasi - Pemilihan Media - Teknik Improvisasi Perancangan Bentuk Proses Pembentukan

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU Oleh : Jozua CH. Huwae dan Heru Santoso Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung Jl. Tandurusa Kotak Pos. 12 BTG/Bitung

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Proses pembuatan perahu fibreglass di Desa Cikahuripan dibuat di galangan tradisional dengan mengacu pada desain perahu milik nelayan yang telah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Konsep rancangan. Perancangan pembuatan bumper. Pencetakan produk dan moulding bumper kijang innova (V-2005)

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Konsep rancangan. Perancangan pembuatan bumper. Pencetakan produk dan moulding bumper kijang innova (V-2005) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini dapat dijelaskan secara sederhana oleh diagram proses alur penelitian adalah sebagai berikut: Mulai Konsep rancangan Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN 1829-8370 (p) 2301-9069 (e) http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Fabrikasi Kapal Fiberglass Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Kapal Kayu Untuk

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat. 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses persiapan Dalam proses produksi hal yang paling diperhatikan pertama kali yaitu adalah proses persiapan bahan berfungsi sebagai langkah pertama dalam proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA 35 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA Dalam proses pembuatan karya seni, konsep adalah hal terpenting yang menjadi acuan dalam berkarya, yang menjadi dasar sebuah pemikiran. Konsep dari karya yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Mekanis Komposit Sandwich. 4.1.1. Pengujian Bending. Uji bending ialah pengujian mekanis secara statis dimana benda uji lengkung ditumpu dikedua ujung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka. 3.1 DIAGRAM ALIR (Flowchart) BAB III METODELOGI PENELITIAN Mulai Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan 1. Resin Epoxy + Hardener 6. Drop Out RD 2. Bambu Laminasi 7. Tube Logam

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir (flow chart) Mulai Observasi lapangan Studi literatur Peenyiapan alat Perlakuan bambu: pemotongan, pengawetan, pengeringan, dan pemberian larutan alkali Tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah: 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gerenda potong 2. Spidol/pensil 3. Kuas 4. Sarung

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal Diterima: 28 Oktober 2012; Disetujui: 23 Januari 2013 ABSTRACT ABSTRAK

BULETIN PSP ISSN: X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal Diterima: 28 Oktober 2012; Disetujui: 23 Januari 2013 ABSTRACT ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal 31-50 Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Sukabumi (Fiberglass Boat Design LPPM IPB Donation

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan : Pengadaan Kapal Pengawas (Long Boat) 1. KONDISI UMUM Spesifikasi teknis ini bersama dengan gambar-gambar yang diampirkan dimaksudkan untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide atau gagasan Wajah merupakan bagian vital dalam anggota tubuh manusia yang tidak dapat disamakan fungsinya dengan anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK Pada bab ini akan dijelaskan tentang pembuatan perancangan container dan conveyor rokok, yang merupakan bagian dari mesin vending rokok type conveyor-elevator.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penyiapan Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Alat uji impak Alat impak yang digunakan untuk melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah: 1. Timbangan digital Digunakan untuk mengukur berat serat,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, dimana dari hasil sampingnya diperoleh diantaranya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir (flow chart) Mulai Study Literatur dan Observasi Lapangan Persiapan Proses pembuatan spesien Komposit sandwich : a. Pemotongan serat (bambu) b. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a) Timbangan digital Digunakan untuk menimbang serat dan polyester.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN MEJA KERJA PENJUAL KOPI, ES, TEH DAN ROKOK KELILING YANG MENGGUNAKAN SEPEDA

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN MEJA KERJA PENJUAL KOPI, ES, TEH DAN ROKOK KELILING YANG MENGGUNAKAN SEPEDA BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Table 01 : Fungsi meja kerja penjual kopi, es, teh dan rokok keliling yang menggunakan sepeda FUNGSI

Lebih terperinci

PALKA BERINSULASI UNTUK PENANGANAN IKAN SEGAR PADA PERAHU MOTOR NELAYAN KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

PALKA BERINSULASI UNTUK PENANGANAN IKAN SEGAR PADA PERAHU MOTOR NELAYAN KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA PALKA BERINSULASI UNTUK PENANGANAN IKAN SEGAR PADA PERAHU MOTOR NELAYAN KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA MEMEN SUHERMAN DAN BAMBANG GUNAWAN Loka Pengkajian Teknologi Pertannan Jl. KS. Tubun, Slipi Jaklarta

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Sasaran: Siswa SMP kelas 3 untuk konsep kesebangunan Siswa SMA kelas 3 untuk konsep dilatasi Indikator: Mengenalkan kepada siswa tentang materi kesebangunan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. 2. Pengujian Sifat Mekanik (Kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL Pada pemodelan numerik (FEM) dibutuhkan input berupa sifat material dari bahan yang dimodelkan. Sedangkan pada tugas akhir ini digunakan material komposit alami

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

dua komponen pokok yaitu Glass reinforcement dan Polyester resin yang kemudian digabung, Formula FRP pada dasarnya terdiri dari :

dua komponen pokok yaitu Glass reinforcement dan Polyester resin yang kemudian digabung, Formula FRP pada dasarnya terdiri dari : I. TEORI KONSTRUKSI KAPAL FIBERGLASS I.1.1 Material Fiberglass Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) adalah suatu produk yang terdiri dari dua komponen pokok yaitu Glass reinforcement dan Polyester resin

Lebih terperinci

4. Behavioral ( Kebiasaan ) Saat bermain anak sangat aktif, senang berlarian, melompat, memiliki imajinasi yang kuat, tidak cepat lelah, dan tidak bisa diam dalam satu tempat. C. TUJUAN DAN MANFAAT 1.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Casing kayu gaya klasik BAB II METODE PERANCANGAN Gambar 2. Five Wood Computer Case (Sumber : Google) Casing PC material kayu dengan model ini lebih mengutamakan sisi bentuk elegan namun

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing...ii Lembar Pengesahan Penguji...iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstraksi...viii Daftar Isi...

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001 A DESKRIPSI PRODUK Simple Wall Shelf berukuran jadi 1.200 x 200 x 50 mm. Ukuran panjang dan lebar bisa ditambah/dikurangi sesuai dengan rencana penempatan anda. Varian ukuran panjang adalah 1.000 1.400mm,

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Febry Firghani Oemry - 4108100079 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Rekayasa Model II (DPK 211) Topik. Rekayasa Model I. Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs.

MODUL PRAKTIKUM. Rekayasa Model II (DPK 211) Topik. Rekayasa Model I. Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs. MODUL PRAKTIKUM Rekayasa Model II (DPK 211) Topik Rekayasa Model I Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs. KATA PENGANTAR Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi 36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB III METODOLOGI. Mulai BAB III METODOLOGI 3.1 DIAGRAM ALIR Mulai Study literatur persiapan alat dan bahan Identifikasi masaalah Pengambilan serat batang pohon pisang Perlakuan alkali 2,5 % terhadap serat selama 2 jam Proses

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

Indah, Awet, dan Anti Rayap

Indah, Awet, dan Anti Rayap P E T U N J U K P E M A S A N G A N Indah, Awet, dan Anti Rayap KARAKTERISTIK Indah, bertekstur kayu. Awet, tidak lapuk, dan tahan terhadap cuaca. Anti rayap. Tidak mudah terbakar. Finishing dengan cat

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : a. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik dari bentuk maupun material. Berikut ini adalah proses produksi designer toys keramik.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Kartografik telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci