Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka

dokumen-dokumen yang mirip
Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang

Inisialisasi Sistem Peringatan Dini Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue

Model Matematika Penyebaran Eksternal Demam Berdarah Dengue

MODEL MATEMATIKA EKSTERNAL DAN INTERNAL PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DISERTASI NUNING NURAINI NIM :

Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan dan Simulasi Matematika Pengendalian Epidemi DBD di Wilayah Bandung dan Sekitarnya

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab III Model Matematika Transmisi Filariasis Tanpa Pengobatan

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

III PEMODELAN. (Giesecke 1994)

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

MODEL MATEMATIKA DALAM KASUS EPIDEMIK KOLERA DENGAN POPULASI KONSTAN. Renny, M.Si Program Studi Matematika Universitas Jenderal Soedirman

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

Esai Kesehatan. Disusun Oleh: Prihantini /2015

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS

BAB III MODEL KAPLAN. 3.1 Model Kaplan

MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DIABETES DENGAN PENGARUH TRANSMISI VERTIKAL

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL KAPLAN

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis model epidemik beserta simulasinya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

III MODEL MATEMATIKA S I R. δ δ δ

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi pada Penyakit Hepatitis A di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nyamuk merupakan penyebab dan pembawa beberapa jenis penyakit seperti

BAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER

ANALISIS DINAMIKA PENYEBARAN VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DUA SEROTIPE AHMAD SUYUTI LATIF

Analisis Kestabilan Model Matematika Penyebaran Infeksi Penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dengan Faktor Host dan Vaksinasi

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

MODEL EPIDEMIK SIR UNTUK PENYAKIT YANG MENULAR SECARA HORIZONTAL DAN VERTIKAL

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku

ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS SKRIPSI. Oleh : Lisa Prihutami J2A

Model Dan Simulasi Transmisi Virus Dengue Di Dalam Tubuh Manusia

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA IMMUNOTERAPI BCG PADA KANKER KANDUNG KEMIH

OLEH : IKHTISHOLIYAH DOSEN PEMBIMBING : Dr. subiono,m.sc

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL TRANSMISI VIRUS HEPATITIS B YANG DIPENGARUHI OLEH MIGRASI

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( )

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PEMBAHASAN. optimal dari model untuk mengurangi penyebaran polio pada dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN

MODEL STOKASTIK PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI KOTA DEPOK PENDAHULUAN

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TIPE SEIR INFEKSI GANDA ELINORA NAIKTEAS BANO

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alam, Universitas Lampung pada semester genap tahun akademik 2011/2012.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan

Simulasi Pengaruh Imigrasi pada Penyebaran Penyakit Campak dengan Model Susceptible Exposed Infected Recovered (SEIR)

PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DI INDONESIA DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR)

UNNES Journal of Mathematics

BAB IV ANALISIS MODEL 2

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

Bab III Model Awal Kecanduan Terhadap Rokok

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik

ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA TRANSMISI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGAN VAKSINASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

Model Deterministik Masalah Kecanduan Narkoba dengan Faktor Kontrol Terhadap Pemakai dan Pengedar Narkoba

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB VI Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka VI.1 Kesimpulan Secara umum model yang dihasilkan dapat menunjukkan adanya endemik di suatu daerah untuk nilai parameter tertentu. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan titik kesetimbangan model eksternal. Sedangkan pada model internal dapat dilihat apakah ada ledakan virus dalam tubuh dengan melihat nilai dari titik endemik virus baik saat respons imun bekerja maupun saat respons imun diasumsikan tidak bekerja dengan baik di dalam tubuh. Hal ini juga bergantung dari nilai parameter model internal yang dipilih. Dari kajian model internal diperoleh prediksi lamanya virus di dalam tubuh yang berkaitan dengan nilai rata-rata periode infeksi yang digunakan sebagai parameter pada model eksternal. Rincian hasil-hasil utama dalam disertasi ini dapat disarikan sebagai berikut. 1. Model Matematika Transmisi Eksternal DBD dengan penambahan sub populasi D Dari pengembangan model dasar yang menjelaskan transmisi penyakit DBD pada populasi manusia, dapat disimpulkan butir-butir berikut. (a) Titik - titik kesetimbangan model dasar untuk transmisi eksternal Model dasar transmisi eksternal memiliki empat buah titik kesetimbangan. Pertama, titik kesetimbangan non-endemik yang selalu ada dan merupakan titik yang stabil asimtotik lokal apabila nilai basic reproduction ratio R 0i < 1, i = 1, 2. Kedua, titik kesetimbangan endemik untuk serotipe 1, E 1 yang keberadaannya dijamin apabila nilai R 01 > 1. Ketiga, 93

titik kesetimbangan endemik untuk serotipe 2, E 2 yang keberadaannya dijamin apabila nilai R 02 > 1. Titik kesetimbangan yang keempat adalah titik koeksistensi dua serotipe virus, E 3. Nilai sub populasi penderita infeksi primer I, sub populasi penderita infeksi sekunder Y dan penderita yang mengalami gejala parah dan dirawat di rumah sakit D dari titik kesetimbangan E 3 ini menjelaskan fenomena piramida penyakit DBD, dengan sub populasi I, Y dan D berturut - turut merepresentasikan Dengue Fever, Dengue Haemorrhagic Fever dan Dengue Shock Syndrome. (b) Dinamik model untuk jangka waktu yang pendek Melalui penyelidikan yang dilakukan secara numerik didapat hasil dinamik jangka pendek untuk masing-masing sub populasi dipengaruhi oleh pemilihan nilai parameter basic reproduction ratio dan indeks suseptibilitas untuk serotipe i, σ i, i = 1, 2. Parameter σ ini tidak muncul dalam basic reproductive ratio namun mempengaruhi eksistensi titik - titik endemik dan juga simulasi dinamik model untuk jangka waktu pendek. Indeks suseptibilitas ini menyatakan besaran yang merepresentasikan seseorang yang pernah terinfeksi satu jenis serotipe virus menjadi susceptible terhadap serotipe yang lainnya. 2. Model Eksternal dengan Skenario Vaksinasi Analisis model dengan skenario vaksinasi, secara umum terbagi atas dua bagian yakni; (a) Titik - titik kesetimbangan model eksternal vaksinasi Secara umum jenis serta kestabilan titik - titik kesetimbangan model dengan penerapan vaksinasi sama dengan yang diperoleh pada model dasar. Perbedaannya terletak pada kajian nilai basic reproductive ratio. Nilai basic reproduction ratio setelah vaksinasi mereduksi nilai basic reproduction ratio sebelum vaksinasi untuk masing - masing skenario, seperti yang diberikan pada persamaan (III.5). Dengan membandingkan nilai basic reproduction ratio sebelum dan sesudah vaksinasi untuk ma- 94

sing - masing skenario vaksinasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Agar basic reproduction ratio kurang dari satu maka skenario pertama proporsi vaksinasi pada bayi haruslah memenuhi p > 1 1 R 0i. Batas parameter laju vaksinasi untuk skenario kedua diberikan oleh r > µ h (R 0i 1 ). Untuk skenario ketiga, proporsi vaksinasi pada bayi dinyatakan dalam p > R 0i 1, i, j = 1, 2, i j. R 0i (1 σ j g j (1 q)) Sedangkan untuk skenario keempat, proporsi vaksinasi acak, v,memenuhi v > R 0i 1 R 0i 1 γw. µ h +γ Selanjutnya bila dibandingkan dengan titik endemik model tanpa skenario vaksinasi, komponen dari titik endemik dengan vaksinasi menunjukkan nilai yang lebih rendah apabila proporsi vaksinasi ditingkatkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan skenario vaksinasipada model eksternal menyebabkan kasus endemik yang terjadi akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa vaksinasi. (b) Rasio sub populasi D Dari titik kesetimbangan E 3 untuk model dasar dan titik kesetimbangan E 3v3i, i = 1, 2, 3, 4 untuk model dengan penerapan skenario vaksinasi, diturunkan besaran rasio sub populasi D sesudah vaksinasi dibandingkan dengan sebelum vaksinasi. Yang diinginkan dari hasil perbandingan ini adalah rasio sub populasi D vi, i = 1, 2, 3, 4, bernilai kurang dari satu, D dengan D vi adalah sub populasi D yang telah divaksin dengan skenario 95

ke i. Dengan kata lain skenario vaksinasi tersebut menurunkan jumlah penderita pada sub populasi D. Untuk skenario pertama, vaksin tetravalent pada bayi diperoleh hasil peningkatan proporsi vaksinasi akan menurunkan rasio D v1 D menuju ke nol. Sedangkan untuk skenario ketiga, vaksin bivalent, untuk sub populasi bayi, perlu diperhatikan peluang kekebalan vaksin hanya untuk serotipe virus i saja, ( dinotasikan dengan g i, i = 1, 2 ) harus sekecil mungkin, makin kecil peluang g i maka program vaksinasi skenario ini akan makin sukses menurunkan jumlah rasio sub populasi D v3 D. Hasil skenario kedua, vaksin tetravalent sub populasi susceptible menunjukkan bahwa laju vaksinasi sebesar r yang diberikan pada skenario ini bernilai cukup kecil karena dihitung per hari per kapita jumlah populasi. Cara pemberiannya juga lebih realistis karena per satuan waktu per kapita perlu divaksin sebesar r agar rasio sub populasi D v2 D akan turun menuju nol. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penyakit DBD terdapat fenomena bahwa dimungkinkan orang yang sedang terinfeksi tidak dapat dibedakan dengan mudah dari yang sehat. Oleh sebab itu skenario vaksinasi keempat berusaha untuk mengakomodir fenomena tersebut, dengan memberikan secara acak program vaksinasi ke masing-masing sub populasi. Hasilnya bahwa parameter worsening effect, w yang lebih kecil dari nilai γ memiliki efek memperpanjang periode transmisi penyakit pada individu yang sedang mengalami infeksi. 3. Model Internal Model internal yang dikonstruksi untuk masalah penyebaran virus Dengue tanpa respons imun memiliki dua jenis titik kesetimbangan, titik kesetimbangan pertama adalah titik kesetimbangan bebas virus, E 1 dan titik kesetimbangan kedua, E 2 adalah titik kesetimbangan endemik virus dalam tubuh manusia. Sedangkan pada model internal dengan respons imun diperoleh tiga jenis titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan pertama adalah titik kesetimba- 96

ngan bebas virus, kedua titik kesetimabangan tanpa respons imun dan ketiga adalah titik kesetimbangan endemik virus lengkap dengan respons imun. Nilai basic reproduction ratio model dengan respons imun mereduksi nilai basic reproduction ratio model tanpa respons imun. Artinya respons imun yang baik memegang peranan penting dalam penyembuhan penyakit DBD ini. Simulasi numerik yang menyatakan dinamik sub populasi virus untuk kedua model internal ini memperlihatkan bahwa virus Dengue akan lenyap lebih cepat dari tubuh apabila sel imun bekerja dengan baik. 4. Perangkat Lunak Sistem Deteksi Dini Penyebaran DBD Untuk kepentingan penerapan model di lapangan dilakukan inisialisasi pembuatan perangkat lunak sistem deteksi dini penyebaran DBD. Pengembangan inisialisasi sistem deteksi dini yang dilakukan untuk penyebaran endemi DBD ini masih sederhana dan hanya berlaku untuk wilayah tertentu. Masukan nilai parameter yang baik dibutuhkan untuk dapat mendapatkan hasil yang mendekati kenyataan terutama data tentang populasi nyamuk. Pengembangan lebih lanjut dibutuhkan untuk menghasilkan perangkat lunak yang unggul. VI.2 Masalah yang masih Terbuka Masalah yang masih terbuka untuk dikerjakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Membangun model yang dapat memprediksi berapa jumlah nyamuk yang ada dalam suatu daerah atau populasi apabila data tentang telur nyamuk dapat diketahui. Model ini penting untuk pengembangan sistem peringatan dini yang lebih canggih. 2. Mengembangkan dan menganalisis sistem dengan penambahan berbagai skenario vaksinasi yang makin mendekati kenyataan. 3. Memperhatikan faktor usia pada pengembangan model transmisi eksternal. 97

4. Menganalis model apabila total populasi tidak konstan, yakni dengan memperhatikan faktor disease severity yang tak nol serta laju kelahiran yang berbeda dengan laju kematian pada populasi yang diamati. 5. Pengembangan model internal dengan memperhatikan data trombosit pasien DBD bila data tersebut telah tersedia. 6. Mengembangkan perangkat lunak sistem deteksi dini pencegahan wabah DBD melalui jaringan internet. 98