HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

dokumen-dokumen yang mirip
TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB 2 STUDI LITERATUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Defry Mulia

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

BAB I PENDAHULUAN I.1.

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN

Tabel 4.1 Perbandingan Metode. No. Unsur Pembanding Fotogrametri Rentang Tachymetri. 1 Alat yang digunakan Kamera DSLR Canon Electronic Total Station

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

Jurnal Geodesi Undip April 2015

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab V Metode Penelitian

BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV. Pengujian dan Analisis

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo

BAB I PENDAHULUAN I.1.

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Visualisasi 3D Objek Menggunakan Teknik Fotogrametri Jarak Dekat

Bab IV Kalibrasi dan Pengujian

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

SURVEYING (CIV -104)

Bab IV Analisis dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV. Ringkasan Modul:

KALIBRASI KAMERA NON METRIK DIGITAL PADA KEGIATAN FOTOGRAMETRI BAWAH AIR. Abstrak. Abstract

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut berlangsung diberbagai bidang,

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PENGIDENTIFIKASIAN CACAT KELURUSAN SISI DAN KESIKUAN PADA UBIN KERAMIK MENGGUNAKAN TEKNIK MORFOLOGI. Kurniawan Teknik Informartika

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah

Bab 4 Studi Kasus. 4.1 Tampilan Awal Aplikasi Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3. Jika y1 = y2 (garis horisontal), maka (a) x = x + 1 dan y tetap (b) gambar titik (x,y) di layar (c) Selesai

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

BAB IV METODE PENELITIAN

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah dilakukan di area studi. Kekurangan dan kelebihan pada setiap hasil yang diperoleh akan dianalisis dan dibahas hal yang menjadi penyebabnya. 4.1. Kalibrasi Kamera 4.1.1 Hasil Kalibrasi kamera ditujukan untuk mendapatkan parameter orientasi kamera. Parameter-parameter tersebut antara lain panjang fokus (c), koordinat principal point (xp, yp), distorsi tangensial (K1, K2 K3), dan distorsi radial (P1, P2). Pengolahan kalibrasi kamera dilakukan pada perangkat lunak Australis 7 secara otomatis untuk masing-masing kamera. Kemudian diambil nilai rata-rata tiap parameter kalibrasi sejumlah set foto yang digunakan. Setelah didapat rerata parameter orientasi kamera, perlu dilakukan transformasi koordinat untuk nilai XP dan YP karena ada perbedaan sumbu pusat koordinat foto yang digunakan antara perangkat lunak Australis 7 dan PhotoModeler Scanner. Berikut adalah hasil pengolahan kalibrasi dan transformasi koordinat pusat foto untuk kamera Canon PowerShot S90. Pengolahan kalibrasi kamera ini dilakukan dari 5 set foto. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 Parameter Nilai Std. Deviasi F (mm) 6.3348 0.03473 xp (mm) -0.1306 0.002302 yp (mm) -0.0298 0.012235 k1 1.215E-03 4.69E-05 k2 3.926E-05 5.47E-06 k3-1.805e-06 2.27E-07 p1 9.298E-04 1.04E-05 p2-4.398e-05 6.86E-05 35

Dengan ukuran sensor kamera Canon PowerShot S90 sebesar 7.44 x 5.58 mm, maka hasil nilai xp dan yp setelah transformasi koordinat Tabel 4-2 Hasil Transformasi Koordinat XP dan YP kamera Canon PowerShot S90 Sebelum Transformasi xp (mm) -0.13060 yp (mm) -0.02980 Setelah Transformasi xp (mm) 3.66880 yp (mm) 2.81975 Kalibrasi selanjutnya adalah kamera Nikon D60 dengan ukuran sensor kamera 23.6 x 15.8 mm. Pengolahan kalibrasi kamera ini dilakukan dari 5 set foto. Hasil parameter orientasi kamera dan transformasi koordinatnya dapat dilihat pada tabel 4-3 dan tabel 4-4 dibawah ini Tabel 4-3 Hasil kalibrasi kamera Nikon D60 Parameter Nilai Std. deviasi F (mm) 36.52198 0.017975177 Xp (mm) 0.022 0.003683748 Yp (mm) 0.1851 0.018183234 k1 0.000124452 3.59045E-06 k2 1.46906E-07 4.67796E-08 k3-6.30878e-10 1.8275E-10 p1-3.00876e-06 8.75568E-07 p2 2.40818E-05 1.37864E-06 Tabel 4-4 Hasil transformasi koordinat XP dan YP kamera Nikon D60 Sebelum Transformasi xp (mm) 0.0220 yp (mm) 0.1851 Setelah Transformasi xp (mm) 11.8220 yp (mm) 7.7149 Kalibrasi terakhir dilakukan untuk mendapatkan parameter orientasi luar kamera Nikon D5000. Kamera ini memiliki ukuran sensor kamera yang sama dengan kamera Nikon D60 yaitu 23.6 x 15.8 mm. Pengolahan kalibrasi kamera ini dilakukan 36

dari 3 set foto. Berikut hasil parameter orientasi kamera dan nilai XP dan YP setelah transformasi koordinat. Tabel 4-5 Hasil kalibrasi kamera Nikon D5000 Parameter Nilai Std Deviasi F (mm) 24.39067 0.001 Xp (mm) 0.023667 0.001 Yp (mm) 0.036667 0.001 K1 0.000176 6.36327E-07 K2-4.1E-07 9.99937E-09 K3 5.78E-10 4.72153E-11 P1-4.4E-06 5.92733E-07 P2-3.1E-06 6.826E-07 Tabel 4-6 Hasil transformasi koordinat XP dan YP kamera Nikon D5000 Sebelum Transformasi xp (mm) 0.023667 yp (mm) 0.036667 Setelah Transformasi xp (mm) 11.82367 yp (mm) 7.93667 4.1.2 Analisis Hasil dari kalibrasi kamera ini kemudian dibandingkan antara setiap set datanya pada masing-masing kamera dengan menggunakan uji t-test untuk menguji apakah perbedaan yang ada di tiap set pada masing-masing kamera dapat diabaikan. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap set data masing-masing kamera, sehingga hasil kalibrasi yang telah dilakukan dapat dikatakan cukup baik. Untuk hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran A 4.2 Pemodelan 3 Dimensi Proses Pemodelan 3 Dimensi dilakukan pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner. Pertama dilakukan marking antara titik-titik yang terlihat pada minimal 2 foto, kemudian dilakukan proses agar kamera memiliki posisi relatif terhadap ruang dan kamera lainnya. Penambahan titik detail dilakukan setelah proses marking dan 37

orientasi selesai agar proses penambahan titik detail tidak bercampur dengan proses orientasi. Pada saat pengerjaan diusahakan total error dan besar RMS dibawah nilai 1. Setelah proses penambahan titik detail selesai selanjutnya dilakukan proses merge antar project-project yang telah dibuat dan menciptakan visualisasi model 3 Dimensi secara keseluruhan pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner. 4.2.1 Hasil Berikut ditampilkan hasil dari masing-masing project yang telah dibuat yang terdiri dari gambar hasil model 3 dimensinya dan tabel yang berisi RMS dan residual terbesar dalam satuan pixel juga besarnya sudut pengambilan gambar. 1. Pemodelan campus centre timur Gambar 4-1 Model 3D Campus Centre Timur Tabel 4-7 Statistik hasil pemodelan CC Timur Total error 0.357 RMS (pixel) 0.258384 Largest (pixel) 0.329673 X precision (m) 0.31957 Y precision (m) 0.014121 Z precision (m) 0.034399 Angle (degree) 36.64189 38

2. Pemodelan campus centre barat Gambar 4-2 Model 3D Campus Centre Barat Tabel 4-8 Statistik hasil pemodelan CC Barat Total error 0.451 RMS (pixel) 0.360366 Largest (pixel) 0.432507 X precision (m) 0.009038 Y precision (m) 0.00394 Z precision (m) 0.007513 Angle (degree) 36.7527 3. Pemodelan area boulevard Gambar 4-3 Model area tangga boulevard Campus Centre 39

Tabel 4-9 Statistik hasil pemodelan area Boulevard Total error 0.426 RMS (pixel) 0.342007 Largest (pixel) 0.442568 X precision (m) 0.00055 Y precision (m) 0.000098 Z precision (m) 0.000562 Angle (degree) 31.09841 4. Pemodelan area lapangan segitiga. Gambar 4-4 Model 3D lapangan segitiga Tabel 4-10 Statistik hasil pemodelan lapangan segitiga Total error 0.408 RMS (pixel) 0.343451 Largest (pixel) 0.460909 X precision (m) 0.00063 Y precision (m) 0.000346 Z precision (m) 0.000114 Angle (degree) 48.57136 40

5. Pemodelan area lapangan basket Gambar 4-5 Model 3D lapangan basket Tabel 4-11 Statistik hasil pemodelan foto lapangan basket Total error 0.491 RMS (pixel) 0.421703 Largest (pixel) 0.558643 X precision (m) 0.000747 Y precision (m) 0.0000785 Z precision (m) 0.000743 Angle (degree) 51.30231 6. Hasil proses penggabungan semua model yang telah dibuat Gambar 4-6 Tampak samping kiri model hasil penggabungan model 41

Gambar 4-7 Tampak samping kanan model hasil penggabungan model 4.2.2 Analisis Total eror pada setiap model sangat baik seperti terlihat pada tabel 4.7 hingga tabel 4.11. Rata-rata nilai RMS residual pada masing-masing tabel tersebut dapat dikatakan memenuhi ketelitian minimal dengan perhitungan setengah dari nilai skala terkecil, yaitu 0.5 piksel. Hal ini dikarenakan data dalam bentuk foto sehingga skala terkecil yang ada adalah 1 piksel. Pada hasil penggabungan model dapat dilihat hasil yang divisualisasikan cukup baik. Setiap bangunan dan objek-objek yang ada di modelkan sesuai posisi dan ukurannya. Namun ada beberapa bagian yang tidak tersambung antara lapangan basket-boulevard-lapangan segitiga, hal ini dikarenakan tidak ada titik objek natural yang bisa mengikat ketiga model tersebut. Adanya bagian yang tidak termodelkan atau gap juga dikarenakan kurangnya data foto yang dapat menampilkan bagian tersebut. Dengan asumsi bahwa hasil dari setiap model sudah baik, maka pada hasil penggabungan model tidak dilakukan proses lagi. Sudut pengambilan antar foto yang rata-rata sekitar 38.559 derajat juga mempengaruhi ketelitian pemodelan tersebut, dikarenakan untuk mendapatkan model yang paling baik sudut pengambilan data diusahakan sebesar 60-90 derajat sesuai dengan acuan kualitas yang ada pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner. 42

Gambar 4-8 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas model 3D pada PhotoModeler Scanner Pengambilan sudut yang kecil ini disebabkan oleh adanya halangan untuk mengambil data foto tersebut, sehingga untuk mendapatkan titik detail yang sama antar foto tidak bisa dilakukan dengan sudut pengambilan sebesar itu. Untuk persebaran jumlah titik berdasarkan sudut pengambilan data dapat dilihat pada gambar 4-8. 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Sudut Pengambilan Data 938 536 540 383 410 425 305 268 199 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jumlah Titik Gambar 4-9 Persebaran jumlah titik berdasarkan sudut pengambilan foto Proses penyekalaan dari model lanskap area Campus Centre ITB dilakukan dengan mengambil data ukuran panjang area tersebut menggunakan pita ukur. Data ukuran panjang yang diambil untuk dilakukan proses penyekalaan pada perangkat lunak PhotoModeler adalah ukuran panjang lebar lapangan voli, ukuran lapangan segitiga, dan salah satu panjang sisi gedung Campus Centre. Kemudian diambil data 43

sampel untuk pembanding antara hasil proses penyekalaan pada perangkat lunak dengan keadaan yang sebenarnya, data yang diambil untuk sampel adalah ukuran panjang tangga terbawah lapangan basket (bagian 2599-2600), tangga bawah area boulevard (bagian 3498-3631 dan 3837-3559), tangga atas area boulevard (bagian 3714-3702 dan 3880-3990), dan tangga terbawah pada lapangan segitiga (bagian 3179-3180 dan 3189-3210). Gambar 4-10 Data ukuran sampel (garis merah) Gambar 4-11 Data ukuran sampel (garis merah) Tabel 4-12 merupakan hasil dari proses penyekalaan yang dilakukan. Dari pembandingan data sampel pada model dan keadaan sebenarnya didapat selisih data ukuran berkisar antara 5.6 cm hingga 10.5 cm. Dapat dilihat semakin jauh suatu area dari pusat area proses penyekalaan pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner selisih data ukuran yang terjadi akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh 44

pengambilan data ukuran untuk proses penyekalaan dinilai masih kurang dan tidak merata pada seluruh area model sehingga terjadi perambatan kesalahan ukuran pada model dan ukuran yang sebenarnya. Tabel 4-12 Perbandingan ukuran data sampel pada model dan keadaan sebenarnya Bagian Model Pita ukur Selisih (meter) (meter) (meter) 2599-2600 19.495 19.60-0.105 3498-3631 8.189 8.29-0.101 3837-3559 8.284 8.355-0.071 3714-3702 3.908 3.97-0.062 3880-3990 3.884 3.94-0.056 3179-3180 2.736 2.68 0.056 3189-3210 6.081 6.02 0.061 4.3 Visualisasi Google SketchUp Berikut ditampilkan visualisasi model pada Google Sketchup setelah model di export dari PhotoModeler Scanner dalam format.dxf. Dalam perangkat lunak ini model yang telah ada dapat di manipulasi dengan penambahan warna dan penambahan fitu pohon untuk mendapatkan desain arsitektur lansekap yang utuh. 4.3.1 Hasil Gambar 4-12 Visualisasi Google SketchUp area lapangan basket 45

Gambar 4-13 Visualisasi Google SketchUp area lapangan segitiga Gambar 4-14 Visualisasi Google SketchUp area boulevard Campus Centre 4.3.2 Analisis Dalam pembuatan visualisasi dengan SketchUp tidak tepatnya penentuan titik untuk peletakan model pohon mempengaruhi dalam akurasi posisi dan ukuran pohon dalam model yang telah dibuat, karena sulit untuk menentukan titik marking untuk pohon tersebut pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner. Kurangnya basis data pada perangkat lunak ini juga membuat pencarian jenis pohon dan pemberian warna tekstur pada permukaan model sulit untuk menyamai keadaan yang sebenarnya. 46