BAB 2 STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB 2 STUDI LITERATUR Dalam bab ini akan dibahas studi referensi dan dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terutama dibahas tentang pemodelan 3D menggunakan metode fotogrametri rentang dekat dan pemanfaatannya dalam bidang arsitektur lanskap. 2.1 Studi Kasus Area yang diamati dalam penelitian ini adalah area lanskap Campus Centre yang berada di Kampus Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha no. 1. Area ini merupakan sebuah tempat yang memang dirancang sebagai tempat berkumpul dan berkegiatan mahasiswa serta pengadaan berbagai acara di ruang terbuka. Daerah ini terbagi menjadi dua, yaitu area barat dan area timur yang dipisahkan oleh boulevard ditengahnya. Pada area barat terdapat lapangan basket, lapangan voli, gedung Campus Centre Barat, dan gedung Aula Barat, sedangkan pada area timur terdapat lapangan segitiga, gedung Campus Centre Timur, gedung Aula Timur, dan gedung Lembaga Film Mahasiswa. Zona lanskap pada daerah ini terlihat sangat kontras dikarenakan gedung Campus Centre yang bersifat modern dan gedung Aula yang bersifat peninggalan bersejarah masa lalu. Meskipun terlihat kontras gedung ini masih memiliki harmonisasi dengan gedung-gedung disekitarnya seperti terdapat kolom-kolom beton berbentuk bulat dan selasar pada kedua gedung tersebut, sehingga memiliki nilai estetika yang tinggi. Pada area boulevard terdapat banyak pohon tinggi yang rindang yang menciptakan suasana nyaman bagi pejalan kaki yang melintas pada area tersebut. Aspek yang perlu diperhatikan dalam desain lanskap yang terpenting adalah bentuk keadaan bangunan yang sebenarnya harus dapat divisualisasikan dengan tepat. Begitu juga dengan perubahan pada bahan yang ada di area tersebut harus dapat terlihat, seperti perubahan bahan antara aspal, tanah dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan desain lanskap suatu area juga harus terdapat unsur vegetasi yaitu tanaman di area tersebut karena desain lanskap merupakan integrasi antara struktur bangunan dan keadaan tanaman itu sendiri. 6

2 Gambar 2-1 Area Barat Lanskap Campus Centre Gambar 2-2 Area Timur Lanskap Campus Centre Gambar 2-3 Area Boulevard Campus Centre 7

3 Hal yang sulit dalam hal arsitektur lanskap adalah memvisualisasikan lanskap itu sendiri. Arsitek lanskap pada umumnya membuat desain lanskap 2 dimensi dalam skala besar dan kemudian menggunakan perangkat lunak untuk menciptakan keadaan bangunan sekitarnya. Metode ini menyebabkan ketelitian pada lanskap tersebut tidak dapat dipastikan, maka dari itu diperlukan suatu metode yang dapat mempermudah dalam visualisasi dan orientasi lanskap yang juga memiliki tingkat ketilitian yang tinggi. 2.2 Fotogrametri Rentang Dekat Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fotogrametri rentang dekat (FRD), yaitu suatu metode pengukuran dengan menggunakan kamera non-metrik pada jarak yang relatif dekat dengan objek. FRD mengkombinasikan akuisisi data geometri dan tekstur suatu benda, sehingga ketelitian dalam rekonstruksi suatu bangunan sangat baik (Schulze-Horsel, 211). Kelebihan lain dari metode ini selain tingkat akurasinya yang tinggi adalah waktu yang singkat dalam pengambilan data dan pencakupan area yang cukup luas. Dari model tiga dimensi (3D) yang dihasilkan dapat diambil berbagai macam informasi seperti luas permukaan dan volume serta mempermudah dalam melihat bentuk objek secara keseluruhan, sehingga metode ini sangat efektif dan efisien pada bidang arsitektur (Manea & Calin, 27). Beberapa kelebihan lain dari teknik CRP ini antara lain (Atkinson, 198): 1. CRP merupakan metode yang tidak memerlukan kontak langsung dengan objek, sehingga pengukuran dapat dilakukan walaupun akses langsung tidak memungkinkan. Cakupan dapat berupa keseluruhan objek maupun sebagian dari objek yang diteliti. 2. Akuisisi data dengan menggunakan fotografi dapat dilakukan dengan cepat dan sesuai. 3. Repetisi untuk evaluasi selalu dimungkinkan. 4. Fotogrametri merupakan teknik yang sangat baik jika metode lain tidak memungkinkan dilakukan atau tidak efektif dan efisien mengingat aksesibilitas objek yang diukur, biaya, atau kendala lainnya. Sedangkan kekurangan dari teknologi fotogrametri rentang dekat antara lain (Leitch, 22): 8

4 1. Hasil ukuran tidak dapat diperoleh secara langsung mengingat perlu dilakukan pengolahan dan evaluasi. 2. Kebutuhan akan spesialisasi dan peralatan pendukung yang mahal dapat mengakibatkan harga yang tinggi dalam implementasi. 3. Kesalahan selama pengambilan dan pengolahan foto dapat menyulitkan pekerjaan Kalibrasi Kamera Kalibrasi kamera adalah suatu proses yang sangat penting dalam pengukuran fotogrametrik. Kalibrasi dan orientasi kamera yang tepat sangat dibutuhkan dalam mengekstrak data 3 Dimensi metrik yang presisi dari citra. Sebuah kamera dikatakan telah dikalibrasi jika parameter panjang fokus (c), principal point (xp, yp) dan distorsi lensa (K1, K2, K3, P1, P2) telah diketahui (Remondino & Fraser, 26). Proses kalibrasi dilakukan dengan mengambil minimal 6 gambar dari sebuah pola dengan grid tertentu. Gambar tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak untuk kemudian diproses secara otomatis untuk mengkalkulasikan parameterparameter yang dibutuhkan. Hasil kalkulasi kalibrasi ini dapat disimpan untuk digunakan kembali dalam proses-proses selanjutnya menggunakan kamera tersebut (Górski, Kuczko, Wichniarek, & Zawadzki, 21). Gambar 2-4 Beberapa jenis frame kalibrasi Perangkat lunak yang bisa digunakan untuk mendapatkan parameter kalibrasi kamera adalah photomodeler dan australis, namun terdapat perbedaan pada kedua perangkat lunak ini dalam mendefinisikan parameter principal point (xp, yp). Pada australis parameter yang didapat adalah jarak offset dari principal point yang 9

5 seharusnya pada koordinat foto, sedangkan pada photomodeler yang didapat hanya nilai koordinat principal point pada sistem koordinat foto saja. Maka dari itu untuk menggunakan parameter principal point yang dihasilkan dari kalibrasi pada australis di photomodeler, perlu dilakukan perhitungan tambahan dengan rumus sebagai berikut Prinsip Kesegarisan dalam Fotogrametri Rentang Dekat Pada dasarnya konsep yang digunakan dalam fotogrametri rentang dekat adalah konsep fotogrametri analitis yang diaplikasikan pada pemotretan terestris. Prinsip yang digunakan pada FRD adalah prinsip kolinearitas (kesegarisan) yang dapat didefinisikan bahwa titik utama kamera, koordinat titik pada citra, dan posisi 3 dimensi titik tersebut pada ruang berada pada satu garis lurus. Dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini, titik L adalah posisi titik utama kamera, titik a adalah posisi titik pada sistem koordinat citra, dan titik A adalah posisi titik pada koordinat 3 dimensi ruang. Gambar 2-5 Ilustrasi prinsip kolinearitas Setiap titik pada foto akan memiliki dua persamaan kesegarisan yang mendefinisikan koordinatnya pada foto tersebut (x a, y a ). Secara matematis dapat ditunjukkan sebagai berikut : 1

6 x y a a x y f [ r11( X X A) + r12( Y YA) + r13( Z Z A)] = [ r ( X X ) + r ( Y Y ) + r ( Z Z )] 31 A 32 f [ r21( X X A) + r22( Y YA) + r23( Z Z A)] = [ r ( X X ) + r ( Y Y ) + r ( Z Z )] 31 A 32 A A A A Dimana : x a, y a = Koordinat objek pada sistem koordinat foto X, Y, Z = Koordinat titik pusat eksposur pada sistem koordinat ruang X A, Y A, Z A = Koordinat objek pada sistem koordinat ruang r mn f = Koefisien rotasi dari matriks baris m kolom n = Panjang fokus lensa kamera Perataan Berkas Prinsip kesegarisan kemudian dapat dimanfaatkan untuk menentukan posisi kamera pada saat pemotretan dan untuk mendapatkan koordinat 3 dimensi dari titik-titik sekutu pada model. Proses untuk mendapatkan nilainilai parameter tersebut dinamakan proses perataan berkas. Pada proses perataan berkas ini terdapat dua proses utama yaitu : 1. Reseksi : Proses ini dilakukan untuk menentukan parameter orientasi luar kamera yaitu X, Y, Z, ω, φ, κ. Keenam parameter orientasi luar kamera ini dapat menunjukkan posisi dan orientasi dari kamera saat dilakukan pengambilan foto. Dalam persamaan kesegarisan, parameter ω, φ, κ, dituliskan dalam bentuk matriks rotasi (r mn ). 2. Interseksi : Proses ini dilakukan untuk menentukan koordinat 3 dimensi ruang (X A, Y A, Z A ) dari titik- titik sekutu pada model, dengan syarat titik titik tersebut harus terfoto pada minimal dua foto yang bertampalan Target Penentuan orientasi antara foto yang satu dengan foto yang lain membutuhkan sebuah titik sekutu yang dapat dikenali di beberapa foto. Dengan memperhatikan jumlah foto, jumlah titik sekutu ini juga dapat berjumlah sangat banyak. Proses referencing untuk semua titik tersebut akan memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit apabila pengambilan foto 11

7 dilakukan untuk objek yang besar dan detail. Selain itu apabila salah dalam identifikasi titik sekutu tersebut maka proses perhitungan dapat terhenti dan waktu akan terbuang percuma. Oleh karena itu, digunakan sebuah objek dengan pola yang telah dibuat sedemikian rupa yang diberi nama coded target. Warna target yang digunakan sebisa mungkin kontras dengan latar belakangnya agar dapat dikenali dengan mudah. Terdapat 2 jenis target yang umum digunakan saat pengambilan data, yaitu : 1. Target tanpa kode : Disebut target tanpa kode karena perangkat lunak Photomodeler Scanner tidak dapat mengidentifikasikan titik tersebut, sehingga identifikasi dilakukan secara manual. Target jenis ini hanya berbentuk bulat seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Gambar 2-6 Target tanpa kode (Marker) 2. Target berkode : Disebut target berkode karena perangkat lunak Australis dan Photomodeler Scanner dapat mengidentifikasikannya secara automatis. Terdapat beberapa jenis target berkode berdasarkan jumlah bitnya. Target berkode yang digunakan Australis dan Photomodeler pun berbeda. Pada Photomodeler digunakan coded target dengan bentuk lingkaran konsentris seperti ditunjukkan pada gambar 2-7. Gambar 2-7 Target Berkode (Coded Target) Lingkaran Konsentris, a) 8-bit, b) 1-bit, c) 12-bit Pada perangkat lunak Australis digunakan coded target dengan bentuk sebaran titik seperti dapat dilihat pada gambar 2-8. Pembacaan coded target ini membutuhkan algoritma yang lebih rumit tetapi dapat memberikan jumlah kode yang lebih banyak (Hattori, Akimoto, Fraser, & Imoto, 22) 12

8 Gambar 2-8 Target berkode (Coded Target) sebaran titik Untuk proses pembacaannya, setiap coded target tersebut memiliki 5 titik yang terletak di posisi orientasi relatif yang sama seperti tergambar sebagai garis merah di gambar 2-9. Perpotongan dari garis merah tersebut dianggap sebagai pusat dari cotarget. Gambar 2-9 Pembacaan coded target sebaran titik (Moe et al., 21) 2.3 Akuisisi Data Dalam pengambilan data dibagi dalam dua sesi foto, yaitu foto udara dengan wahana tanpa awak (UAV) dan foto secara terestris. Foto udara digunakan untuk mendapatkan area lanskap secara keseluruhan dan mendeteksi atap serta lapangan di area tersebut, sedangkan foto terestris digunakan untuk mendapatkan detail dari area tersebut seperti detail bangunan dan objek lain di sekitarnya Unmanned Aerial Vehicle Fotogrametri Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Fotogrametri merupakan sebuah metode baru dalam fotogrametri yang mengaplikasikan fotogrametri rentang dekat dengan wahana terbang, sehingga menciptakan alternatif baru yang lebih hemat biaya dibandingkan dengan fotogrametri berawak klasik. Wahana 13

9 ini menggunakan radio kontrol yang dapat dioperasikan baik secara manual, semi-otomatis, ataupun otomatis tanpa perlu adannya pilot di dalam wahana. Semua proses mulai dari penerbangan wahana, kontrol jalur terbang, dan pengambilan foto dapat dilakukan dari darat melalui kendali radio kontrol (Eisenbeiß, 29). Gambar 2-1 Helikopter model diterbangkan untuk foto udara (Eisenbeiß, 29). Hasil dari foto udara ini nantinya akan menjadi peta dasar bagi proses selanjutnya dimana model yang lebih detail akan diambil secara terestris dan kemudian digabung pada model ini Terestrial Fotogrametri Untuk membuat model 3D suatu bangunan tanpa mengetahui parameter geometrinya diperlukan sedikitnya dua buah foto yang bertampalan (foto stereo). Dengan menggunakan pasangan foto tersebut bentuk geometri 3D suatu bangunan dapat direkonstruksi selama area geometri yang ingin dibentuk modelnya dapat terlihat pada kedua foto tersebut. Dalam pengambilan gambarnya jarak dan sudut kamera juga harus diusahakan tetap paralel antara satu sama lain. Untuk mendapatkan hasil yang baik rasio dari basis stereo (jarak antara setiap posisi kamera) dengan jarak kamera hingga objek adalah antara 1:5 dan 1:15 (Hanke & Grussenmeyer, 22). 14

10 Gambar 2-11 Pengambilan gambar foto stereo Dalam merekonstruksi objek bangunan yang kompleks pengambilan sepasang foto yang stereo saja tidak akan cukup dan dibutuhkan lebih banyak pasangan foto stereo untuk dapat melingkupi keseluruhan bangunan. Untuk mendapatkan hasil yang homogen pada keseluruhan bangunan serta membantu dalam hal pengukuran dibutuhkan orientasi yang baik secara simultan pada semua foto tersebut, hal ini dinamakan restitusi bundle. Keuntungan lainnya dengan teknik ini adalah memungkinkan dilakukannya kalibrasi on-the-job pada kamera yang dapat meningkatkan akurasi dari kamera yang belum terkalibrasi dan tidak diketahui parameternya. Posisi geometri kamera yang digunakan juga dapat langsung disesuaikan sendiri yang artinya foto yang diambil tidak harus secara parallel atau stereo juga memungkinkan perbedaan kamera atau lensa yang digunakan (Hanke & Grussenmeyer, 22). Gambar 2-12 Contoh konfigurasi untuk solusi bundle 15

11 Tingkat akurasi fotogrametri dijital ini dapat ditentukan dalam beberapa faktor, yaitu (Wojtas, 21): 1. Semakin tinggi resolusi foto memungkinkan fitur-fitur yang ditampilkan akan lebih presisi. 2. Ketelitian rekonstruksi akan lebih tinggi jika parameter kamera telah diketahui. 3. Interseksi sudut akan lebih baik jika 9 derajat, tetapi memiliki efek yang negatif pada proses image matching dalam beberapa kasus. 4. Setiap fitur diharapkan ada dalam banyak citra, sehingga dapat meningkatkan kualitas ketelitian yang memperkuat jaringan geometri foto 5. Sudut pencahayaan yang baik 6. Pada saat pengambilan gambar akan lebih baik menggunakan tripod untuk memastikan stabilitas dan meminimalkan efek getaran yang dapat mengurangi ketajaman citra 2.4 Pemodelan 3 Dimensi dan Visualisasi Desain Lanskap Dalam pembentukan model 3 dimensi dalam metode fotogrametri rentang dekat, terdapat 2 macam metode yang dapat dilakukan yaitu dense point cloud dan sparse point. Pemilihan model yang dibentuk tergantung dari kebutuhan dan ketelitian yang diinginkan. Setelah proses pembuatan model selesai dilakukan, kemudian divisualisasikan pada perangkat lunak Google Sketchup untuk ditambahkan pewarnaan tekstur dan fitur lanskap seperti pohon yang akan sulit dimodelkan jika menggunakan perangkat lunak PhotoModeler Scanner Dense Point Cloud Pemodelan dengan metode dense point cloud merupakan salah satu metode yang paling cocok untuk memodelkan objek bertekstur. Metode ini termasuk metode semi-otomatis karena proses pembentukan point cloud 16

12 dapat dilakukan dalam perangkat lunak PhotoModeler Scanner secara ototmatis dengan melakukan sedikit pengaturan setelah semua foto yang diperlukan melalui proses perataan berkas terlebih dahulu. Dengan kemampuan menghasilkan point cloud yang sangat kecil akan dihasilkan model dense yang sangat akurat sesuai dengan keadaan sebenarnya. Proses pengambilan foto dengan metode ini dilakukan secara stereo dan diusahakan memiliki daerah pertampalan yang besar karena kualitas point cloud yang dihasilkan sangat bergantung proses image matching daerah yang bertampalan tersebut. Gambar 2-13 Bentuk geometri pengambilan data secara stereo (Murtiyoso, 211) Sparse Point Pada penelitian ini untuk pembentukan model 3 dimensi digunakan metode sparse point. Metode ini merupakan suatu pemodelan yang sederhana dimana tidak diperlukan proses image matching seperti pada metode dense point cloud. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan marking (penandaan) di setiap titik atau fitur yang akan dimodelkan. Minimal enam titik harus dapat teridentifikasi di setiap pertampalan antar foto agar proses dapat berjalan di perangkat lunak PhotoModeler Scanner (Irawan, 211) 17

13 Gambar 2-14 Marking antar foto udara yang bertampalan Pengambilan gambar objek terestris yang digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah pengambilan foto secara konvergen yaitu pengambilan gambar ke arah titik pusat objek yang diinginkan dengan sudut antara setiap posisi kamera diusahakan antara 6-9 derajat Pengolahan dengan metode ini relatif lebih lama karena diharuskan melakukan marking disetiap titik yang akan dimodelkan. Gambar 2-15 Pengambilan Gambar Secara Konvergen (Murtiyoso, 211) 2.5 Arsitektur Lanskap Pada bidang arsitektur lanskap hal yang perlu diperhatikan adalah batas-batas ruang lanskap harus terlihat dan area yang terlingkupi dalam lanskap tersebut harus tertutup. Dengan kata lain pada desain lanskap peralihan bahan yang ada pada lanskap suatu area dapat terlihat jelas. Bahan pada desain lanskap sendiri dapat dibagi dalam dua kategori utama, yaitu hard scape dan soft scape. Hard scape adalah 18

14 perkerasan bahan yang ada pada area lanskap seperti beton, aspal, paving block, semen, dan sebagainya. Sedangkan soft scape adalah bahan-bahan yang lebih lembut untuk lanskap seperti rumput, pohon, air, dan sebagainya. Integrasi dari dua kategori inilah yang menciptakan lanskap suatu area dapat terjadi. Proses yang dilalui dalam pembuatan desain lanskap sendiri membentuk siklus dimana hasil dari proses pembuatan desain akan menjadi timbal balik untuk menjadi masukan pada proses selanjutnya (Polk & Robert, 1999) Gambar 2-16 Siklus desain Proses penting yang dilakukan dalam pembuatan desain dapat didefenisikan sebagai berikut (Polk & Robert, 1999): 1. Pengamatan : Proses mengumpulkan informasi pada suatu area dengan fakta yang ada di lapangan dan berdasarkan tujuan dari pembuatan desain tersebut 2. Orientasi : Proses membangun sebuah model yang memungkinkan pembuat desain untuk mengerti kondisi keadaan area yang sebenarnya dan memvisualisasikan keadaan tersebut. 3. Pengambilan keputusan : Proses untuk menentukan pilihan-pilihan yang mungkin untuk dilakukan agar mencapai keadaan area yang diinginkan. 4. Aksi : Proses mengimplementasikan hasil keputusuan yang telah diambil pada proses pengambilan keputusan. Fungsi utama dalam pembuatan desain lanskap ini yang terutama adalah untuk visualisasi dari suatu area menjadi bentuk 3D yang dapat memudahkan pengguna melihat secara keseluruhan area lanskap yang ada, karena pada umumnya terdapat kesulitan dalam masalah melihat orientasi area tersebut. Arsitek lanskap biasanya membuat desain dalam peta 2D skala besar dan kemudian menambahkan fitur bangunan dengan perangkat lunak pengolahan gambar yang tidak disertai dengan 19

15 ukuran bangunan yang sebenarnya, sehingga ketelitian model tersebut tidak dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya (Groneman-van der Hoeven, 24). Visualisasi model 3D ini juga dapat memudahkan pengguna untuk berinteraksi dengan model lebih cepat dan efisien. Dari visualisasi model dijital 3D yang telah dibuat dapat ditarik beberapa implementasi sebagai berikut: 1. Pengukuran : Dari model yang telah dibuat dapat dilakukan pengukuran luasan atau volume bidang permukaan yang ada. Hal ini sangat penting karena desain yang telah dibuat harus dapat membantu dalam pembangunan lanskap area tersebut. 2. Pembuatan desain : Dari model desain lanskap yang ada dapat ditambahkan fitur atau desain lain untuk memperindah lanskap yang telah ada. 3. Renovasi : Untuk mempermudah meihat keadaan fisik area yang telah ada dan memperbaiki jika terdapat kerusakan. 2

PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG)

PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan

1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan manusia juga memberikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011) BAB 2 STUDI REFERENSI Penelitian ini menggunakan metode videogrametri. Konsep yang digunakan dalam metode videogrametri pada dasarnya sama dengan konsep dalam metode fotogrametri. Konsep utamanya adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fotogrametri rentang dekat (FRD) atau Close Range Photogrammetry (CRP) adalah metode untuk mengambil data ukuran dari citra foto. Dengan metode ini kita dapat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar Budaya menjelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda

Lebih terperinci

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY Husnul Hidayat*, Agung Budi Cahyono, Mohammad Avicenna Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi biaya pada pemetaan menggunakan metode foto udara sangat dipengaruhi oleh jenis kamera yang digunakan. Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada era pembangunan dewasa ini, kebutuhan akan informasi mengenai posisi suatu obyek di muka bumi semakin diperlukan. Posisi suatu obyek terkait langsung dengan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1 BB II DSR TEORI 2.1. Pemetaan Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsurunsur di

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai

Lebih terperinci

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan. Teori-teori yang didapatkan merupakan hasil studi dari beragai macam referensi. Akan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan action camera untuk pengumpulan data geospasial menjadi sesuatu yang penting dan menjadi populer. Berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta situasi skala besar biasanya diperlukan untuk perencanaan, konstruksi ataupun manajemen aset, dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut memerlukan peta yang selalu

Lebih terperinci

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-403 Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo) Ahmad Solihuddin Al Ayyubi, Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini merupakan penelitian di bidang pemrosesan citra. Bidang pemrosesan citra sendiri terdapat tiga tingkatan yaitu operasi pemrosesan citra tingkat rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua

Lebih terperinci

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data... DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT. Bukit Asam (Persero) adalah salah satu BUMN di Indonesia yang bergerak dalam bidang penyedia energi yang berada di desa Tanjung Enim, kecamatan Lawang kidul, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini videografi semakin banyak digunakan, diantaranya sebagai media monitoring keadaan sekitar, pembuatan film dan peningkatan keamanan. Pada dasarnya teknik

Lebih terperinci

Defry Mulia

Defry Mulia STUDI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PENENTUAN VOLUME SUATU OBJEK Defry Mulia 35 09100011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan.

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. Akurasi bentuk dan estimasi volume dari material

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) KALIBRASI KAMERA DENGAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER TANGGAL PRAKTIKUM : 2 Desember 2014 Disusun Oleh NAMA NIM KELAS : Nur Izzahudin : 13/347558/TK/40748 :

Lebih terperinci

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri untuk mengembangkan pengetahuan mereka

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Candi Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi yang berada di wilayah administratif Kabupaten Magelang dan terletak di atas bukit. Candi Borobudur dikeliling

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI. Oleh:

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI. Oleh: APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi merupakan suatu kegiatan yang hampir dilakukukan oleh semua orang. Kegiatan fotografi ini dilakukan baik dengan kamera untuk professional maupun menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone PENDAHULUAN Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak atau drone adalah sebuah mesin yang mampu terbang dan dikendalikan oleh pilot dari jarak jauh. Pergerakan UAV sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah persawahan di Indonesia cukup luas dengan hasilnya yang berbagai macam salah satunya padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber bahan pokok pangan

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pesawat tanpa awak (english : Unmanned Aerial Vehicle disingkat UAV) sangat pesat. Diperkirakan UAV akan berkembang secara signifikan pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri BAB II DASAR TEORI 2. Fotogrametri Salah satu teknik pengumpulan data objek 3D dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fotogrametri. Teknik ini menggunakan foto udara sebagai sumber data utamanya. Foto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

Pencocokan Citra Digital

Pencocokan Citra Digital BAB II DASAR TEORI II.1 Pencocokan Citra Digital Teknologi fotogrametri terus mengalami perkembangan dari sistem fotogrametri analog hingga sistem fotogrametri dijital yang lebih praktis, murah dan otomatis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI Virgus Ari Sondang 1) 1) Program Studi Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Jl.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor merupakan salah satu jenis Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak yang memiliki empat buah baling-baling (rotor) yang biasa juga disebut quadcopter.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium

BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan studi, yaitu percobaan metode videogrametri di laboratorium dan pengaplikasian metode videogrametri di lapangan. 3.1 Percobaan Videogrametri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di zaman modern ini, ilmu dan teknologi Geodesi dan Geomatika terus berkembang guna menyediakan dan mendukung tersedianya data spasial. Bukan hanya data spasial topografi

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peta adalah sebuah media untuk menampilkan atau merepresentasikan sebuah tempat diatas permukaan bumi ke bidang datar. Peta yang disajikan selama ini masih berupa peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik 1.1.2 Menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana oleh : Budi Heri Nugroho NIM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem penginderaan jauh sekarang ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan alat dan teknologi yang ada, sehingga banyak kalangan yang memanfaatkan data

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera BAB II DASAR TEORI.1 Kamera Dalam ilmu fotogrametri, dilihat dari teknik pengambilan datanya, foto dibedakan menjadi dua kategori yaitu foto udara dan foto terestrial. Pada foto terestrial proses perekaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan

Lebih terperinci

STEREOSKOPIS PARALAKS

STEREOSKOPIS PARALAKS RENCANA TERBANG STEREOSKOPIS PARALAKS Paralaks adalah suatu istilah yang diberikan kepada adanya suatu pergerakan benda terhadap benda lainnya. Sebuah titik di A pada tanah, terpotret oleh sebuah pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam proses pemetaan secara fotogrametris, salah satu hal yang harus diatasi adalah masalah restitusi dua foto udara yang saling pertampalan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS) TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS) MEMILIKI KEUNGGULAN: 1. LEBIH DETAIL, TAJAM, JELAS 2. PRODUKSI SKALA BESAR (1/1000) 3. BEBAS AWAN 4. MELAYANI LUAS AREA 5Ha 5000Ha 5. PROSES LEBIH CEPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak dikembangkan dan digunakan di bidang sipil maupun militer seperti pemetaan wilayah, pengambilan foto udara, pemantauan pada lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi berupa ruang yang sangat luas tetapi terbatas. Keterbatasan ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang berdampak pada

Lebih terperinci

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK Defry Mulia 1) dan Hepi Hapsari 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH Catur Aries Rokhmana email: caris@ugm.ac.idv; website: http://www.potretudara.com/ Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Data Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa foto dijital berwarna ITB2-05.bmp dan ITB2-06.bmp yang diambil dengan kamera small format Nikon Colpix dengan resolusi 24

Lebih terperinci

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK Defry Mulia, Hepy Hapsari Program Studi Teknik Geomatika FTSPITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60 Email : defry_jp@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 APLIKASI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT UNTUK PEMODELAN 3D GEREJA BLENDUK SEMARANG Ryandana Adhiwuryan Bayuaji, Andri Suprayogi, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tediri dari tiga lempeng bumi yang bergerak secara aktif, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Indonesia

Lebih terperinci

Visualisasi 3D Objek Menggunakan Teknik Fotogrametri Jarak Dekat

Visualisasi 3D Objek Menggunakan Teknik Fotogrametri Jarak Dekat D7 Visualisasi 3D Objek Menggunakan Teknik Fotogrametri Jarak Dekat Sarkawi Jaya Harahap dan Hepi Hapsari Handayani Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Eksperimen Data penelitian didapatkan dari dua batuan sampel yaitu batu apung dan batu karbonat. Ukuran dimensi data pada batu karbonat untuk rekonstruksi

Lebih terperinci

Metode Titik Kontrol Horisontal 3.1. Metode Survei Klasik Gambar. Jaring Triangulasi

Metode Titik Kontrol Horisontal 3.1. Metode Survei Klasik Gambar. Jaring Triangulasi 3. Metode Titik Kontrol Horisontal Dalam pekerjaan survei hidrografi di lapangan, survei topografi juga perlu dilakukan untuk menentukan kerangka kawasan pantai secara geografis. Dimana survey topografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot dewasa ini menunjukkan betapa besar peran bidang robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia teknologi

Lebih terperinci

Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo

Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo Akhmad Didik Prastyo 1) Ir. Sawitri Subiyanto. M.Si. 2) Andri Suprayogi, ST., MT. 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING Nama : Charley C. Corputty NPM : 11111620 Jurusan Pembimbing : Sistem Informasi : Dr.-Ing.

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ] LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia hidup di bumi yang merupakan dunia 3D. Para peneliti dan insinyur kebumian telah lama mencoba membuat tampilan grafis tentang aspek spasial 3D dari dunia nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang berlimpah, serta ditempati lebih dari 240 juta penduduk. Pembangunan di segala

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis A216 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis Anas Maulidi Utama, Djoko Purwanto, dan Ronny Mardiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 13-14 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 DEFINISI Fotogrametri berasal dari

Lebih terperinci