Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh."

Transkripsi

1 38 Bab IV Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh. IV.1. Analisis Sumber Data Peta-peta Pendaftaran Tanah yang kami jadikan obyek penelitian merupakan peta dasar dengan kerangka dasarnya hasil pengukuran pada tahun yang cukup lama 32 tahun yang lalu yaitu tahun Hanya ada satu peta yaitu Peta Siantan Hulu Lembar 36 yang dibuat tahun 2000, namun merupakan peta salinan peta tahun Tanggal pengesahan peta tersebut sama yaitu tanggal 28 Juni 1976, sehingga dimungkinkan peta merupakan peta hasil satu proyek yang sama. Petapeta tersebut masih aktif dalam arti sampai saat ini digunakan sebagai peta untuk melakukan pendaftaran tanah atau pensertipikatan tanah untuk masyarakat. Petapeta pendaftaran tersebut semua merupakan peta dengan skala yang sama yaitu 1 : dengan sistem koordinat yang lokal karena tidak ada data koordinatnya sama sekali. Peta-peta ini masih dalam bentuk analog dengan kondisi terdapat beberapa bagian yang mengalami robek atau koyak. Dari hasil identifikasi lapangan sudah banyak terjadi perubahan yang tidak dilakukan perbaikan atau pembaruan peta sesuai kondisi yang ada pada masa kini. Sehingga hasil identifikasi adalah mutlak dilakukan perbaikan peta sehingga tingkat kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan dan meminimalkan kesalahan data spasial yang berdampak pada persengketaan atau ketidaksesuaian posisi daripada posisi yang sebenarnya. Data citra QuickBird yang kami peroleh dari PT. Biasreka Enginneering sebagai konsultan BPN dalam Pengadaan Peta Dasar di Pontianak, merupakan data raster dengan jenis QuickBird Panchromatic dengan Level Standar. Data ini sudah dilakukan koreksi radiometrik dan waktu pengamatannya adalah tanggal 19 September Data mentah citra Quick Bird untuk kesepuluh peta pendaftaran

2 39 tidak dalam satu scene namun terbagi menjadi 4 buah bagian yang antara satu dengan yang lain tepat bersebelahan tanpa ada gap atau pertampalan. Dari adanya data yang terbagi-bagi ini dipastikan bahwa adanya kemungkinan terjadi noise akibat suatu lokasi ketika di amat terdapat halangan seperti awan yang di Pontianak sering terjadi dan disebut awan abadi, sehingga ketika diamat lagi maka daerah yang jelek diganti dengan pengamatan yang dilokasi tersebut yang bersih dari awan. Data Citra QuickBird diwilayah penelitian berkisar pada wilayah selebar 4,5 km x 5,6 km. Dari data citra diperoleh kenyataan bahwa wilayah yang diamat tepat pada garis equator, sehingga ada wilayah berada di Lintang Selatan dan ada yang di Lintang Utara. Titik sekutu untuk koreksi geometrik citra dan penentuan elemen transformasi peta-peta pendaftaran diikatkan pada Titik Dasar Teknik (TDT) Orde III yang tersebar diseluruh wilayah Kota Pontianak. TDT orde III yang diperoleh hanya mencantumkan data koordinat dalam Koordinat Geodetik, Koordinat UTM, Koordinat TM-3 dan faktor skala tanpa mencantumkan variansnya. Dalam penelitian ini titik ikatnya diperoleh dari Base Station Kantor PBB kota Pontianak yang telah dikonversikan ke sistem koordinat TM-3. IV.2. Analisa Titik Sekutu GCP Titik sekutu yang digunakan untuk koreksi maupun penyatuan peta pendaftaran diperoleh melalui pengukuran GPS Geodetik secara deferensial rapid static. Hasil dari GPS diperoleh ketelitian yang tidak terlalu tinggi yaitu kesalahan residual titiknya antara 0,001 m sampai 2,088 m. Dari titik tersebut terendah pada titik P40-03 dan tertinggi di P Jarak Base Station dengan titik-titik sekutu yang menjadi GCP antara 2,3 km sampai 6,8 km. Jarak terjauh adalah titik PKNA-03 sebesar 6.737,2095 m dan jarak terdekat PKRB-01X sebesar 2.365,3614 m. Sebagai pengujian dilakukan pengamatan Titik Dasar Teknik Orde III yang sudah ada yaitu titik dan diperoleh koordinat ( ,551 ; ,918), sedangkan berdasarkan buku tugu koordinatnya adalah ( ,610 ; ,877).

3 40 Dengan masih besarnya nilai residual titik yang menggambarkan bahwa metode pengukurannya masih belum baik ketelitiannya. Ini bisa disebabkan karena waktu pengamatan GPS yang pendek sekitar 15 menit. Untuk meningkatkan ketelitian titik sekutunya bisa dilakukan pengamatan GPS yang lebih lama terutama di lokasi yang tidak lapang dan diperkirakan banyak multipath dan atau kualitas alat GPS seperti penggunaan alat GPS Geodetik yang dua frekuensi. Selain itu bisa juga digunakan metode pengamatan yang teliti seperti pengamatan statik. Ketelitian rendah ini akan terbawa pada saat melakukan transformasi dan koreksi geometrik. IV.3. Analisa Digitalisasi Peta Pendaftaran Peta-peta Pendaftaran sebelum dilakukan transformasi perlu dilakukan konversi kedalam data dijital sehingga memudahkan untuk dilakukan pengolahan datanya. Didalam mengkonversi menjadi data dijital dilakukan dua kegiatan yaitu scanning dan dijitasi secara onscreen. Scanning peta-peta pendaftaran dilakukan menggunakan scanner untuk ukuran A0 dengan resolusi yang digunakan adalah 600 dpi, sehingga tiap peta menghasilkan file dengan format JPEG dan ukuran file sekitar 50 MB. Data hasil scanning berupa data raster. Dalam pengolahan ini tidak dibahas lebih dalam mengenai kesalahan dalam melakukan scanning atau dijitalisasi. Dalam penelitian ini proses scanning diasumsikan tidak memiliki kesalahan. Hasil peta-peta yang didijitalkan dengan scanner masih dalam bentuk raster tersebut dilakukan vektorisasi dengan menggunakan dijitasi onscreen. Data dijitasi yang diambil berupa bidang-bidang yang terdaftar dan jalan. Hasil pelaksanaan dijitasi diasumsikan kesalahan operator dalam proses dijitasi onscreen dianggap tidak memiliki kesalahan, sehingga proses yang dilaksanakan adalah kesalahan ketelitian terhadap hitungan dengan berbagai metode tadi.

4 41 IV.4. Analisa Pra Pengolahan Citra Citra QuickBird yang digunakan dalam penelitian ini tidak dalam satu scene, tetapi terdiri dari beberapa scene yang tidak utuh, ini disebabkan dilokasi penelitian sering terdapat awan yang dikenal sebagai awan abadi. Dengan adanya hambatan tersebut dimungkinkan bahwa bagian scene tidak dilakukan dalam satu eksposure, namun dari data yang diperoleh ternyata antara blok yang berdampingan telah dilakukan pemotongan dengan format yang tidak bertampalan. Dengan melihat wilayah penelitian, maka citra-citra tadi dilakukan lagi pemotongan sesuai keperluan. Setelah dilakukan pemotongan dilanjutkan proses penjamanan agar kenampakan obyek menjadi lebih jelas dalam mengidentifikasikan obyek dilapangan. Ketajaman dari masing-masing citra berbeda, tetapi pengaruh peningkatan image juga diasumsikan tidak berpengaruh atau tidak pengaruhnya kecil. Namun secara visual citra yang warnanya agak kabur dapat lebih terang dan mudah dalam identifikasinya. IV.5. Analisa Pengolahan Citra QuickBird Proses pengolahan citra QuickBird untuk mengkoreksi kesalahan geometrik dilakukan dengan dua pola yaitu empat buah scene citra diolah sendiri-sendiri (citra independent) dan dilakukan penggabungan dahulu baru dilakukan pengolahan citranya (citra utuh). Pengolahan citra QuickBird dilakukan dengan software PCI Geomatica 9.0 dengan metode polinomial. 1. Pengolahan Citra Independent Dari pola pertama, empat buah scene yang dilakukan pengolahan sendiri-sendiri RMSx dan RMSy ada yang mencapai 0,00 pada citra Kanan Atas, sementara yang paling besar RMSx dan RMSy adalah citra Kanan Bawah yaitu 0,64 m dan 1,12 m. Masing-masing scene di proses dengan titik sekutu yang berlainan. Dengan melakukan transformasi secara manual transformasi Helmert maka diperoleh elemen transformasinya. Pada elemen rotasinya maka dua citra mempunyai besaran positif yaitu Kiri Atas dan Kanan Bawah, sedangkan dua

5 42 lainnya bernilai negatif. Selain itu besaran faktor skala dan elemen translasinya juga berbeda. Ini menjadikan bahwa terjadi gap maupun overlaping karena arah yang berlawanan dan besaran yang berbeda, dibuktikan bahwa pada citra hasil rektifikasi terdapat gap atau kekosongan sebesar maksimum yaitu : Peta Citra Kiri Atas Kanan Atas : 5,74 m Peta Citra Kiri Atas Kiri Bawah : 2,98 m Peta Citra Kiri Bawah Kanan Bawah : overlap Peta Citra Kanan Atas Kanan Bawah : 3,54 m Terdapat gap paling besar antara citra kiri atas dengan kanan atas sebesar 5,74 m, sedangkan yang paling kecil antara kiri bawah dengan kiri atas sebesar 2,98 m. Dari kedua hasil transformasi maka RMS dari transformasi metode Affine lebih rendah dari metode Helmert. Ini membuktikan bahwa dalam pengamatan titik sekutu untuk ikatan sebagai GCP terdapat kesalahan yang tidak seragam dan arah tidak beraturan besarnya. Besaran RMS terendah baik Helmert maupun Affine di scene citra kiri bawah. Titik sampel dengan residu yang besar yaitu titik P19-01, P34-01, P37-01, P37-02 dan P Pengolahan Citra Utuh Pola kedua yaitu keempat scene citra digabungkan baru dilakukan koreksi geometrinya. Dengan pola ini tidak terjadi gap atau overlap pada citra tetapi hasil RMS dari titik-titik menjadi lebih besar yaitu 2,0390 m, sementara untuk pengolahan sendiri-sendiri paling besar 2,0389 m. Dari pengolahan gabungan ini metode Affine mempunyai hasil RMS yang lebih kecil dari metode Helmert. Titik yang mempunyai residu terbesar adalah titik P23-02 sebesar 3,039 m sedangkan yang terkecil adalah Pkrb-01 sebesar 0,159 m Analisa koordinat titik sampel pada kedua pola pengolahan dilakukan terhadap titik GCP yang tidak dibuat sebagai titik sekutu, menghasilkan bahwa RMS Citra Utuh lebih baik yaitu 2,9253 m sedangkan citra diolah sendiri-sendiri sebesar 3,6297 m. Dari data ini walaupun hasil RMS citra utuh lebih tinggi tetapi dengan hasil titik sampel yang lebih baik terlihat bahwa walaupun dititik sekutu lebih

6 43 rendah tetapi kesalahan yang ada lebih merata sehingga hasil secara keseluruhan lebih baik. Untuk lebih baik bisa dilakukan pengujian statistik untuk mencari titik sekutu yang kurang baik untuk dikeluarkan dalam melakukan proses transformasinya, sebagaimana lampiran H. Dengan melakukan data snooping maka RMS hasil yang diperoleh menjadi lebih kecil. Berdasarkan standar dari Badan Pertanahan Nasional bahwa peta yang dapat menjadi peta dasar dengan ketelitian planimetrik sama atau lebih kecil dari 0,3 mm pada faktor skala peta, maka hasil dari pengolahan ini belum dapat masuk standar karena angka RMSnya masih diatas 0,3 m (skala peta yang dipakai 1 : 1.000). RMS hasil penelitian titik sekutu citra utuh dengan metode affine yang sebesar 1,7031 m maka diperoleh skala peta optimum 1 : 5.677, sementara dengan metode Helmert RMSe sebesar 2,0390 m maka diperoleh skala peta optimum 1 : IV.6. Analisa Peta Pendaftaran Dari hasil penelitian terjadi rotasi peta-peta pendaftaran yang relatif sama, ini disebabkan bahwa pembuatan peta bersamaan sehingga kesalahannya relatif sama sekitar 10 searah jarum jam. Dalam penentuan titik sekutu sangat sulit disebabkan kondisi peta dengan kondisi realita sangat berbeda. Kesulitan dalam identifikasi obyek pada peta pendaftaran dikarenakan peta memfokuskan pada gambaran batas bidang yang sebagian besar maya. Sementara obyek yang terlihat jelas seperti jalan sudah banyak berubah terutama lebarnya. Dari parameter transformasi yang diperoleh terhadap semua peta baik parameter rotasi, perbesaran, maupun translasi besarannya relatif sama. Elemen rotasi pada peta 30 dan peta 40 terdapat perbedaan yang dimungkinkan adanya kesalahan yang ada peta itu sendiri bukan karena perbedaan metode transformasinya. Dari ketiga metode transformasi pengolahan peta pendaftaran yang mempunyai RMS yang lebih kecil ke lebih besar adalah metode Lauf, metode Affine baru metode Helmert. Metode Affine dan Lauf yang titik sekutunya hanya 3 RMSnya 0,00 m, karena tidak ada ukuran lebih. Hasil titik sampel terhadap peta-peta transformasi

7 44 yang diperoleh adalah 14,0384 m untuk Helmert, 13,3091 m untuk Affine dan 16,8033 m untuk Lauf. Dengan RMS titik hasil transformasi yang sangat besar ini perlu dilakukan perbaikan kualitasnya. Metode Lauf mempunyai RMS sekutu yang paling rendah tetapi RMS titik sampel terbesar, ini menandakan bahwa metode Lauf kesalahannya tidak tersebar merata. Sesuai toleransi Ketelitian Luas (KL) ½ L, dimana L adalah luas bidang tersebut, dari tabel diatas sebagian besar tidak memenuhi syarat ketelitian luas. Dari hasil transformasi global untuk sampel cek luas bidang sebanyak 61 bidang, untuk metode Helmert diperoleh sebanyak 12 bidang yang memenuhi standar atau 19,67%, metode Affine 11 bidang atau 18,03% sedangkan metode Lauf 11 bidang atau 18,03%. Dari sampel bidang-bidang yang diambil secara acak ternyata selisih dari luas bidang hasil transformasi dengan ukuran lapangan adalah sebagai berikut : Tabel IV.1. Perbandingan Luas Bidang Sampel No. Gambar LUAS Peta Ukur/Surat Helmert Affine Lauf LUAS (m²) KL (m²) Ukur L (m²) % L (m²) % L (m²) % Peta 19 GS , ,43 350,60 6,98% 280,93 5,60% 219,14 4,37% GS 17/ ,6218 7,42 1,38 0,63% 1,88 0,86% 2,70 1,23% GS 57/94 175,0065 6,61 0,01 0,00% 2,62 1,50% 1,72 0,98% GS 895/02 219,1917 7,21 11,19 5,38% 14,46 6,95% 5,46 2,63% SU 224/ , ,76 78,82 5,60% 101,00 7,17% 26,80 1,90% GS 2982/ , ,60 75,40 4,04% 104,38 5,59% 62,13 3,33% Peta 22 GS 6945/94 289,6785 7,95 36,68 14,50% 36,11 14,27% 33,15 13,10% GS 6962/94 307,1236 8,83 4,88 1,56% 5,48 1,76% 0,24 0,08% GS ,9265 7,83 2,07 0,85% 2,55 1,04% 3,31 1,35% GS 3466/ ,525 63,27 466,48 2,91% 497,10 3,10% 634,45 3,96% GS 4432/94 563, ,62 23,80 4,41% 22,69 4,20% 9,32 1,73% GS 4435/94 371,8359 9,49 11,84 3,29% 11,10 3,08% 7,88 2,19% Peta 23 GS 470/ , ,56 407,97 3,99% 536,97 5,25% 664,57 6,50% GS 1370/ , ,75 59,70 1,69% 103,38 2,92% 80,15 2,26% GS 3868/ , ,34 21,38 2,00% 34,60 3,24% 84,77 7,94% GS 2282/ ,187 15,91 0,81 0,08% 11,46 1,13% 93,79 9,27% Peta 30 SU 1831/ ,9263 6,50 22,07 13,06% 17,81 10,54% 0,59 0,35% SU 1834/ ,223 9,89 31,78 8,13% 21,34 5,46% 10,98 2,81% GS 5009/ , ,05 429,77 5,29% 206,45 2,54% 109,08 1,34% SU 1893/ 1699, ,66 306,61 22,01% 355,97 25,55% 39,49 2,83% SU 900/ , ,27 141,16 4,12% 45,70 1,33% 531,93 15,52% Peta 31 GS 1106/90 296,8046 9,68 78,20 20,85% 72,65 19,37% 56,89 15,17% SU 863/ ,4608 5,98 18,54 12,96% 16,22 11,34% 19,07 13,33% GS 512/91 578, ,31 130,56 18,42% 119,76 16,89% 188,47 26,58% GS 400/93 241,9376 8,51 48,06 16,57% 43,55 15,02% 45,35 15,64% GS 402/93 222,5253 8,15 43,47 16,34% 39,32 14,78% 52,11 19,59% GS 4160/89 712, ,17 208,71 22,66% 195,41 21,22% 233,40 25,34% GS 4161/89 363, ,74 97,32 21,11% 90,53 19,64% 108,76 23,59% bersambung.

8 45 lanjutan.. Peta 34 SU 09/ , ,97 48,07 7,14% 7,27 1,08% 23,77 3,53% SU 10/ , ,38 89,20 9,43% 33,26 3,52% 48,25 5,10% GS 4125/90 570, ,18 70,46 14,09% 107,70 21,54% 44,16 8,83% GS 1819/ ,6799 7,19 4,32 2,09% 8,91 4,31% 2,65 1,28% SU 1761/ ,13 6,87 4,87 2,58% 7,15 3,78% 9,65 5,11% Peta 35 SU 939/02 313,3516 9,21 25,65 7,57% 45,84 13,52% 45,12 13,31% GS 4720/92 400,5028 9,68 25,50 6,80% 0,30 0,08% 101,01 26,94% GS 235/93 469, ,15 57,64 13,99% 27,38 6,65% 96,66 23,46% GS 1416/ , ,58 98,72 7,99% 172,00 13,92% 7,64 0,62% GS 64/89 521, ,84 51,20 10,89% 17,61 3,75% 15,12 3,22% SU 889/02 209,7023 8,06 50,30 19,35% 63,81 24,54% 81,22 31,24% Peta 36 GS 656/ , ,40 262,16 17,42% 229,86 15,27% 251,47 16,71% GS 588/ , ,37 164,38 12,18% 133,56 9,89% 104,97 7,78% SU 1294/03 349,0545 9,94 45,95 11,63% 36,87 9,33% 20,95 5,30% GS 1436/ , ,90 433,64 13,93% 363,97 11,69% 1021,51 32,80% GS 5216/94 170,9768 6,78 13,02 7,08% 8,58 4,66% 39,72 21,59% GS 1163/93 286,1153 9,07 42,88 13,03% 35,45 10,77% 80,84 24,57% SU 934/02 551,681 12,82 105,32 16,03% 90,98 13,85% 136,99 20,85% GS 1273/91 639, ,44 83,04 11,49% 66,40 9,18% 100,29 13,87% GS 4510/94 94,5327 5,50 26,47 21,87% 24,01 19,84% 19,70 16,28% GS 1696/90 150,0201 6,20 3,98 2,58% 0,08 0,05% 14,82 9,63% Peta 37 GS 1565/ , ,93 139,13 6,07% 77,92 3,40% 299,95 13,09% GS 49/90 180,7017 6,71 0,70 0,39% 3,85 2,14% 12,83 7,13% GS 54/90 391, ,16 21,34 5,17% 31,20 7,56% 56,74 13,74% GS 4745/ , ,10 9,32 0,52% 53,92 3,03% 192,45 10,81% GS 4748/ ,085 20,29 8,09 0,49% 33,58 2,04% 198,43 12,06% SU 952/02 168,4918 6,08 20,49 13,85% 16,25 10,98% 13,43 9,07% GS /95 465, ,52 22,71 5,13% 10,98 2,48% 19,66 4,44% Peta 40 SU 947/02 261,8867 7,30 48,89 22,95% 68,16 32,00% 8,18 3,84% SU 948/02 200,0926 6,48 32,09 19,10% 46,82 27,87% 2,36 1,41% GS 4097/95 350,7362 9,38 1,26 0,36% 24,54 6,97% 48,11 13,67% GS 413/95 248,771 8,22 21,23 7,86% 2,92 1,08% 18,90 7,00% GS 415/95 233,9514 7,94 18,05 7,16% 0,83 0,33% 14,76 5,86% Rata-rata prosentase 9,14% 8,73% 10,15% IV.7. Analisa Penyesuaian Obyek Segmentasi Transformasi global peta-peta pendaftaran ternyata tidak dapat memenuhi standar planimetrik dengan residual yang besar sebagai akibat penggunaan elemen transformasi yang sama untuk seluruh obyek dan kesalahan tiap titik yang ada saling mempengaruhi untuk keseluruhan obyek. Dalam usaha meminimalkan tingkat kesalahan kedalam suatu kesalahan yang seragam maka dibuatkan segmentasi. Penyesuaian obyek segentasi dilakukan terhadap obyek transformasi dengan membuat segmentasi dan titik sekutu baru yang diperoleh dari peta citra QuickBird terkoreksi. Peta ini dijadikan dasar karena hasil ketelitian posisi dari peta citra utuh sebesar 2,9253 m jauh lebih baik daripada hasil transformasi peta pendaftaran yaitu dengan metode Helmert 14,0384 m, Affine 13,3091 m dan Lauf 16,8033 m.

9 46 Tabel IV.2. RMS Titik Sekutu Transformasi dan Penyesuaian Segmentasi Metode Transformasi Global (m) Penyesuaian Segmentasi (m) Helmert 12, , Affine 8, , Lauf 6, , Dari tabel segmentasi maka pada titik sekutu terjadi penurunan RMS yaitu pada metode helmert sebesar 6,0411 m (46,75%), metode Affine sebesar 5,6117 m (63,88%) dan metode Lauf sebesar 3,3383 m (49,33%). Tabel IV.3. RMS Titik Sampel Metode Transformasi Global (m) Transformasi Parsial (m) Helmert 14, , Affine 13, , Lauf 16, , Dari tabel tersebut segmentasi menampakkan peningkatan yang cukup besar dan dapat meminimalkan kesalahan obyek tanpa mempengaruhi obyek disekitarnya, baik itu metode helmert, affine maupun lauf. Metode helmert mengalami penurunan RMS sebesar 6,3096 m (44,94%), affine penurunan sebesar 6,335 m (47,60%) dan lauf penurunan sebesar 9,6164 m (57,23%) terhadap RMS sebelum segmentasi. Dari hasil segmentasi juga dilakukan pengamatan terhadap luasan bidang sampel sebagai penguatan bahwa terdapat peningkatan planimetrik bidang-bidang tersebut dilihat dari RMS. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel IV.4. Perbandingan Luas Bidang (Blok) Metode Transformasi Global (m) Penyesuaian Segmentasi (m) Helmert 144, , Affine 139, , Lauf 209, , Dari hasil luasan terjadi penurunan nilai RMS pada ketiga metode.

10 47 IV. 8. Analisa Blok Dengan hasil transformasi yang tidak memenuhi standar dari Badan Pertanahan Nasional, dilakukan pengamatan terhadap suatu blok secara lebih akurat. Blok terletak pada peta Siantan Hulu lembar 35. Secara visual terjadi gap dari sumber data peta pendaftaran, walaupun pada kenyataan lapangan tidak terjadi gap. 4 5 Kenyataan bersebelahan Gambar IV.1. Penyebaran Bidang Sampel (Blok) Selain itu blok besar relatif empat persegi panjang sementara dalam peta pendaftaran cenderung trapesium. Tabel IV.5. Hasil Perhitungan Residual Jarak Bidang Jarak Helmert (m) Affine (m) Lauf (m) Bidang 1 1 ke 2 0, , , ke 3 0, , , ke 4 1, , , ke 1 0, , , Bidang 2 1 ke 2 1, , , ke 3-0, , , ke 4 1, , , ke 1-0, , , Bidang 3 1 ke 2 1, , , ke 3 0, , , ke 4 1, , , ke 1-0, , , Bidang 4 1 ke 2 0, , , ke 3 0, , , ke 4 0, , , ke 1 0, , , Bidang 5 1 ke 2-0, , , ke 3 0, , , ke 4-3, , , ke 1-0, , , bersambung

11 48 lanjutan. Bidang 6 1 ke 2-0, , , ke 3 6, , , ke 4-0, , , ke 1 6, , , Bidang 7 1 ke 2 0, , , ke 3-0, , , ke 4 0, , , ke 1-0, , , Bidang 8 1 ke 2 0, , , ke 3 0, , , ke 4 1, , , ke 1 0, , , Bidang 9 1 ke 2 1, , , ke 3-0, , , ke 4 1, , , ke 1-0, , , RMS 1, , , Dari residual jarak ternyata RMS terkecil adalah menggunakan transformasi Affine sebesar 1,3406 m, sedangkan metode Helmert sebesar 1,3406 m serta metode Lauf sebesar 2,6062 m. Berarti jarak hasil transformasi Affine mendekati jarak sebenarnya di lapangan. Bidang Sudut Tabel IV.6. Perbandingan Sudut Lapangan Awal Helmert ( ) Affine ( ) Lauf ( ) Helmert ( ) Affine ( ) Lauf ( ) Bidang 1 Sudut 1,2,3-8,119-12,151-7,860 0,000-4,033 0,258 Sudut 2,3,4 2,897 7,312 3,158 0,000 4,415 0,262 Sudut 3,4,1-2,817-7,218-3,075 0,000-4,401-0,258 Sudut 4,1,2 8,039 12,057 7,777 0,000 4,018-0,262 Bidang 2 Sudut 1,2,3-3,574-7,970-3,493 0,000-4,396 0,081 Sudut 2,3,4 3,285 7,629 3,361 0,000 4,344 0,076 Sudut 3,4,1-3,033-7,353-3,114 0,000-4,320-0,081 Sudut 4,1,2 2,278 6,650 2,202 0,000 4,372-0,076 Bidang 3 Sudut 1,2,3-14,125-18,536-14,058 0,000-4,411 0,067 Sudut 2,3,4 3,926 8,453 3,986 0,000 4,527 0,060 Sudut 3,4,1-2,690-7,198-2,757 0,000-4,508-0,066 Sudut 4,1,2 12,889 17,281 12,829 0,000 4,392-0,060 Bidang 4 Sudut 1,2,3 3,186 7,931 3,106 0,000 4,745-0,080 Sudut 2,3,4-2,897-7,619-2,841 0,000-4,722 0,056 Sudut 3,4,1 2,515 7,270 2,594 0,000 4,756 0,080 Sudut 4,1,2-2,586-7,365-2,642 0,000-4,779-0,056 Bidang 5 Sudut 1,2,3 3,144 8,265 3,037 0,000 5,121-0,107 Sudut 2,3,4 0,116-5,019 0,257 0,000-5,135 0,141 Sudut 3,4,1-12,709-7,579-12,603 0,000 5,130 0,107 Sudut 4,1,2 9,449 4,334 9,309 0,000-5,116-0,141 Bidang 6 Sudut 1,2,3 5,064-0,031 4,824 0,000-5,095-0,240 Sudut 2,3,4-3,620-8,685-3,393 0,000-5,065 0,227 Sudut 3,4,1 2,604 7,685 2,406 0,000 5,081-0,199 Sudut 4,1,2-4,684 0,445-4,412 0,000 5,129 0,272 bersambung

12 49 lanjutan Bidang 7 Sudut 1,2,3-0,224-5,148-0,159 0,000-4,924 0,066 Sudut 2,3,4-0,160 4,782-0,126 0,000 4,942 0,034 Sudut 3,4,1-2,598-7,669-2,664 0,000-5,070-0,066 Sudut 4,1,2 2,982 8,035 2,948 0,000 5,053-0,034 Bidang 8 Sudut 1,2,3-0,546-5,524-0,477 0,000-4,978 0,069 Sudut 2,3,4 1,119 6,076 1,155 0,000 4,957 0,036 Sudut 3,4,1-2,117-7,126-2,186 0,000-5,009-0,069 Sudut 4,1,2 1,664 6,694 1,628 0,000 5,030-0,037 Bidang 9 Sudut 1,2,3-1,422-6,398-1,310 0,000-4,976 0,112 Sudut 2,3,4-1,275 3,818-1,201 0,000 5,093 0,074 Sudut 3,4,1-1,029-6,223-1,140 0,000-5,194-0,112 Sudut 4,1,2 3,779 8,856 3,705 0,000 5,077-0,074 RMS 5,208 8,207 5,150 0,000 4,799 0,137 Dari perubahan sudut bahwa metode helmert tidak mengalami perubahan sudut atau bersifat konform tetapi terhadap sudut sebelum dan sesudah transformasi. Sedangkan affine mengalami perubahan sekitar 4,799 dan lauf bersifat konform tetapi terdapat perubahan sudut yang kecil akibat adanya kelengkungan. Tetapi dari hasil ukuran lapangan terjadi perbedaan sudut yang terkecil metode Lauf sebesar 5,150, kemudian Helmert sebesar 5,208 dan paling besar Affine sebesar 8,207. Perbandingan residual hasil luas bidang setelah ditransformasi terhadap luasan di lapangan secara rinci sebagaimana tabel berikut ini : Tabel IV.7. Residual Luasan Bidang Residual Luas (m²) Lapangan Awal Helmert Affine Lauf Helmert Affine Lauf Ketelitian Luas (m²) Bidang 1 40,321 10,061 79,335 26,451-3,809 65,465 10, Bidang 2 9,135 0,058 21,017 7,935-1,143 19,817 5, Bidang 3 10,777 3,527 20,339 6,337-0,913 15,900 5, Bidang 4 5,592-1,655 16,127 6,335-0,912 16,870 5, Bidang 5-24,163-36,827-1,676 11,070-1,594 33,558 7, Bidang 6-61,265-7, ,310-59,079-5, ,497 12, Bidang 7 1,934-3,279 10,036 4,557-0,656 12,659 4, Bidang 8 12,190 6,543 21,025 4,936-0,711 13,771 4, Bidang 9-28,929-36,451-16,906-34,779-42,301-22,756 6, RMS Dari hasil residual ternyata yang paling sesuai adalah metode affine baik terhadap bentukan awal sebesar 14,313 m² maupun terhadap ukuran lapangan yaitu sebesar 18,008 m². Setelah itu metode Helmert dan terbesar Lauf. Tetapi dari residual tiap bidang pada bidang 5 dan 9 metode Helmert lebih baik dari metode Affine. Dari

13 50 hasil perbedaan visual, jarak, sudut dan luasan maka metode Helmert tidak bisa menghilangkan kesalahan bentuk yang tidak sebangun, sementara kesalahan kebanyakan bidang di peta pendaftaran bersifat acak dan tidak sebangun. Dengan berdasarkan toleransi Ketelitian Luas 0,5 L maka dari tabel diatas hanya sebagian dari pengolahan dengan metode affine yang memenuhi yaitu bidang 2, 3, 4, 6 dan 7 saja. Ini membuktikan bahwa kondisi dari peta pendaftaran tidak dapat dilakukan pengolahan dengan bentuk yang sama atau konform. IV.9. Analisa Peraturan Perubahan Data Fisik. Dalam Peraturan Pemerintah No. 24/1997 pasal 17 menyatakan bahwa data fisik untuk pendaftaran tanah, bidang tanah yang akan dipetakan harus diukur, ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan ditempatkan tanda batas setiap sudut bidang tanah berdasarkan kesepakatan para pihak berkepentingan. Sementara atruan pelaksananya PMNA/KBPN No. 3 /1997 pasal 41 menyebutkan bahwa Pemeliharaan peta dasar pendaftaran, peta pendaftaran, gambar ukur dan data-data ukur terkait merupakan tanggung jawab Kepala Kantor. Pemeliharaan meliputi data rusak, hilang, kesalahan teknis data ukuran yang tidak sesuai keadaan sebenarnya di lapangan. Perubahan dilakukan pada gambar ukur, peta pendaftaran dan surat ukur dan dibuatkan berita acaranya dan Pasal 20 bahwa apabila terdapat sengketa penetapan batas diselesaikan secara damai melalui musyawarah antara pemegang hak dan pemegang hak tanah berbatasan, kalau tidak dapat kesepakatan diajukan ke pengadilan. Pada dasarnya BPN telah memfasilitasi legalisasi dari perubahan data fisik dari berbagai kesalahan, namun spesifikasi teknis secara lebih rinci mengenai permasalahan perubahan fisik belum teruraikan, seperti standar apa yang digunakan dan berapa besarnya. Ini juga disebabkan belum adanya data base spasial yang akurat mengenai akurasi dari kerangka kontrolnya sehingga hal-hal tersebut menjadi kendala dalam perubahan yang dapat diterima oleh masyarakat.

14 51 IV.10. Analisa Data Proses Penyatuan Dari pelaksanaan penelitian proses penyatuan peta pendaftaran diperoleh kenyataan peta-peta pendaftaran sebagai sumber data mempunyai kualitas planimetrik yang rendah dan lebih besar dari standar planimetrik yang ditentukan. Walaupun mempunyai kualitas yang rendah tetapi peta pendaftaran sebagai suatu sumber data yang mempunyai dasar hukum tidak bisa dengan begitu saja dihilangkan atau tidak dapat diabaikan, sehingga peta-peta ini mutlak dilakukan perbaikan menuju standar yang ditetapkan secara bertahap. Proses penyatuan sumber dari peta pendaftaran yang mempunyai kesalahan yang beragam akan sangat sulit, oleh karena itu perlu pemanfaatan teknologi modern untuk meningkatkannya kualitasnya. Untuk proses awal dapat dilakukan pengadaan titik sekutu dengan alat GPS. Kesalahan yang cukup besar maka dapat dilakukan perbanyakan titik kontrol, penyebaran titik sekutu dan ketelitian yang titik sekutu untuk dapat melakukan transformasi secara optimal. Pada saat proses penyatuan ternyata transformasi peta pendaftaran masih belum dapat menghasilkan sesuai standar, untuk itu dilakukan segmentasi terhadap peta pendaftaran untuk transformasi secara parsial. Penyatuan peta secara menyeluruh untuk daerah setara kabupaten/kota memerlukan banyak titik kontrol, untuk lebih efisien maka dapat dimanfaatkan peta citra QuickBird terkoreksi dan telah dalam sistem koordinat TM-3. Titik sekutu yang diperlukan untuk transformasi hasil segmentasi tadi dapat diperoleh tambahan titik sekutu transformasi secara merata diseluruh daerah peta pendaftaran dapat diperoleh dari Peta Citra QuickBird tersebut. Dari hasil terhadap titik sampel mulai transformasi awal sampai segmentasi terlihat peningkatan kualitas planimetrik dibuktikan semakin kecilnya RMS dari titik sampel tersebut. Namun itupun belum dapat memenuhi standar yang ditentukan sebesar 0,3 mm skala peta, untuk itu perlu dilakukan segmentasi yang lebih sempit atau satu bagian menjadi bagian yang lebih kecil agar lebih mendekati kebenaran.

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok ANALISIS PENELITIAN Materi penelitian akan dianalisis secara keseluruhan dalam bab ini. Pertama kali analisis mengenai karakteristik peta blok yang digunakan dalam penelitian, kemudian analisis mengenai

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

Bab III. Pelaksanaan Penelitian

Bab III. Pelaksanaan Penelitian Bab III. Pelaksanaan Penelitian III.1. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian dilakukan diwilayah Kota Tangerang dengan mengambil sampel penelitian pada 4 blok pada wilayah kelurahan Sukasari dan Babakan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pendataan dengan menggunakan Sistem Manajemen dan Informasi Objek Pajak dilaksanakan mulai tahun 1993 sampai dengan saat ini. Dengan sistem ini pendataan dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Analisis Ketelitian Citra IV.1.1 Titik Sekutu Berdasarkan hasil titik sekutu yang diperoleh dari dua variasi titik sekutu yang berbeda diperoleh nilai untuk 10 titik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kepastian hukum di bidang pertanahan, mutlak diperlukan. Karena itu dibutuhkan perangkat hukum tertulis yang mengatur tentang kepastian hak-hak masyarakat atas tanah.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah dan informasi geospasial. Diperlukan peta dasar pendaftaran dan peta kerja yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 11 Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan teknologi penginderaan jauh citra resolusi tinggi sebagai media untuk memetakan suatu daerah antara

Lebih terperinci

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan : Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah : 14 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Persiapan III.1.1 Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah : 1. Lokasi penelitian pada google

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z Abidin, H.Z., Ashbly N and JJ. Spilker. Jr., (1997), Badan Pertanahan Nasional, Badan Pertanahan Nasional,

DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z Abidin, H.Z., Ashbly N and JJ. Spilker. Jr., (1997), Badan Pertanahan Nasional, Badan Pertanahan Nasional, 54 DAFTAR PUSTAKA 1. Abidin, H.Z (1997), Pemanfaatan GPS Dalam Bidang Pertanahan, Majalah Survey dan Pemetaan Vol XII, No1, Maret 1997, Ikatan Surveyor Indonesia, Bandung. 2. Abidin, H.Z., (2000), Penentuan

Lebih terperinci

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran Arfian Setiadi*, Ir. Bambang Sudarsono, pankromatik MS**, L.M Sabri, dan

Lebih terperinci

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN 3509100038 Latar Belakang Peta skala 1:1.000 Kota Surabaya Tahun 2002 Pembangunan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENYATUAN PETA PENDAFTARAN TANAH DENGAN BANTUAN CITRA QUICKBIRD DAN GPS TESIS AGUS INDRA MURTI NIM :

METODE PENYATUAN PETA PENDAFTARAN TANAH DENGAN BANTUAN CITRA QUICKBIRD DAN GPS TESIS AGUS INDRA MURTI NIM : METODE PENYATUAN PETA PENDAFTARAN TANAH DENGAN BANTUAN CITRA QUICKBIRD DAN GPS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh AGUS INDRA

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Iva Nurwauziyah, Bangun Muljo Sukojo, Husnul Hidayat Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) A411 Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) Wahyu Teo Parmadi dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi

Lebih terperinci

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK 65 ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK A. TUJUAN: 1) Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometric pada foto udara maupun citra satelit dengan software ENVI 2) Mahasiswa dapat menemukan berbagai permasalahan saat

Lebih terperinci

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia KAJIAN KETELITIAN PLANIMETRIS CITRA RESOLUSI TINGGI PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1: 10000 KECAMATAN BANJAR TIMUR KOTA BANJARMASIN Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS 26 Bab IV Analisis Hasil Penelitian IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS Hasil pengolahan GPS untuk daerah penelitian relatif datar didapatkan koordinat dengan ketelitian dibawah ± 0,195m. Ketelitian

Lebih terperinci

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan (studi kasus : Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo) Arwan Putra Wijaya 1*, Teguh Haryanto 1*, Catharina N.S. 1* Program

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A375 Analisis Ketelitian Geometric Citra untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR RG

SIDANG TUGAS AKHIR RG SIDANG TUGAS AKHIR RG 091536 KAJIAN KETELITIAN PLANIMETRIS CITRA RESOLUSI TINGGI PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1: 10000 KECAMATAN BANJAR TIMUR KOTA BANJARMASIN NOORLAILA HAYATI 3507100044

Lebih terperinci

2. Tangguh Dewantara (2007), telah melakukan penelitian tentang citra Quickbird yang berjudul Kajian Akurasi Geometrik Citra Quickbird

2. Tangguh Dewantara (2007), telah melakukan penelitian tentang citra Quickbird yang berjudul Kajian Akurasi Geometrik Citra Quickbird Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Penelitian Terdahulu Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya)

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya) Indonesian Journal of Geospatial Vol. 4, No.1. 2015, Hal 17-24 17 Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya) Oleh : Agoes S. Soedomo

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II INFLUENCE OF THE NUMBER AND DISTRIBUTION GCP FOR RECTIFICATION

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A703 Analisa Ketelitian Geometrik Citra Pleiades 1A dan Worldview-2 untuk Pembuatan Peta Dasar Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Pusat) Ricko Buana Surya, Bangun Muljo Sukojo,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Hasil Hasil penelitian tugas akhir ini berupa empat model matematika pendugaan stok karbon. Model matematika I merupakan model yang dibentuk dari persamaan regresi linear

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian 24 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1. Kerangka pikir Penelitian melakukan perancangan usulan metode dengan menggantikan peta penggunaan tanah kabupaten / kota dengan citra quickbird untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv INTISARI.. v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis pelaksanaan penelitian sarta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada bab III. Analisis dilakukan terhadap

Lebih terperinci

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona) F182 Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona) Theo Prastomo Soedarmodjo 1), Agung Budi Cahyono 1), Dwi

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut: Bab IV ANALISIS Analisis dilakukan terhadap hasil revisi dari Permendagri no 1 tahun 2006 beserta lampirannya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan Geodesi, adapun analalisis yang diberikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo Surabaya, 30 Juni 2011 Ruang Sidang Lantai 3 Teknik Geomatika ITS ANALISIS PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS-PRISM SEBAGAI DASAR PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN TANAH (Studi Kasus : Desa Babalan Kecamatan Gabus,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Muchlisin Arief, Kustiyo, Surlan

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. BAB III PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. 3.1 Lokasi Area Studi Dalam tugas akhir ini daerah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A380 Analisis Metode Delineasi pada Citra Resolusi Tinggi dalam Pembuatan Kadaster Lengkap Arinda Kusuma Wardani, Agung Budi Cahyono, dan Dwi Budi Martono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia wilayahnya membentang dari 6⁰ Lintang Utara sampai 11⁰08 Lintang Selatan dan 95⁰ Bujur Timur sampai 141⁰45 Bujur Timur. Indonesia merupakan negara kepulauan yang

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat) 1 Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat) Qurrata A yun, Agung Budi C. 1), Udiana Wahyu D. 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Kajian Updating Peta Menggunakan Data Dasar Citra Satelit Worldview-2 dan Kota Surabaya Skala 1:5000 (Studi Kasus: dan Anyar) Cherie Bhekti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Mahasiswa : Cherie Bhekti Pribadi (3509100060) Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc Udiana Wahyu D, ST. MT Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 Oleh: Prenita S. Rianelly 3507 100 024 Dosen Pembimbing: Dr.Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koreksi Geometrik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi geometrik citra adalah proses memberikan sistem referensi dari suatu citra satelit. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH

KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH D. Bambang Sudarsono, Ketelitian Citra Satelit Quick Bird untuk Perancangan Prasarana Wilayah 27 KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH D. Bambang Sudarsono Jurusan Teknik,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan laporan kembali dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2009. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Reformasi tahun 1998 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi daerah dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Berbagai peraturan perundangundangan diterbitkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya) ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya) Andika Yudha Gutama 1), Lalu Muhamad Jaelani 1),Hepi Hapsari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL 26 PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL Abidin Loebis Fakultas Ilmu Komputer Universitas Borobudur Jalan Raya Kalimalang No.1 Jakarta 13620 Email : abidinloebis@yahoo.com

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya) Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya) Mitha Asyita R. 1), Muhammad Taufik 2), Jurusan Teknik Geomatika,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM 3.1 Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, dilakukan langkah-langkah awal berupa : pengumpulan bahan-bahan dan data, di antaranya citra satelit sebagai data primer, peta

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No. 3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2013

Jurnal Geodesi Undip April 2013 ANALISIS DISTORSI PETA BIDANG TANAH PADA PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD Febrina Aji Ratnawati, Ir. Bambang Sudarsono, MS *, Ir. Sawitri Subiyanto M.Si ** Program Studi Teknik Geodesi

Lebih terperinci

Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo Kahar, M.Si *, L.M Sabri, ST, MT *

Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo Kahar, M.Si *, L.M Sabri, ST, MT * TRANSFORMASI KOORDINAT PADA PETA LINGKUNGAN LAUT NASIONAL DARI DATUM 1D74 KE WGS84 UNTUK KEPERLUAN PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian tugas akhir ini. Proses ini sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penellitan. Pada tahap ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Dasar Hukum FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : MUHAMAD

Lebih terperinci

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5 TUGAS AKHIR RG 091536 ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5 DESI HALFIATI ISNANINGSIH NRP 3506 100 014 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. 33 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. Adapun penelitian dilaksanakan di pesisir Kabupaten Lampung Timur. Berikut ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 17 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan masa lalu dan penggunaan lahan masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling berhubungan antara lain peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, ( 2013) ISSN: 2301-9271 EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

Lebih terperinci