BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium"

Transkripsi

1 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan studi, yaitu percobaan metode videogrametri di laboratorium dan pengaplikasian metode videogrametri di lapangan. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium Percobaan metode videogrametri di laboratorium bertujuan untuk membuktikan bahwa metode ini dapat diaplikasikan dalam penentuan posisi. Dalam penelitian ini terdapat empat macam percobaan metode videogrametri di laboratorium Persiapan Kamera Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ada tiga macam kamera yang digunakan, yaitu Brica DV-H9, Sony DCR-SR100, dan opsi video dari kamera SLR Canon EOS 600D Brica DV-H9 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs internet Brica secara langsung diperoleh spesifikasi yang diperlukan pada tabel berikut. Tabel 3-1 Spesifikasi Kamera Brica DV-H9 Image sensor Lens aperture Focusing Range Shutter Speed Movie Size 5.0 megapixels CMOS sensor (max 16.0megapixels) Aperture (F/2.8-6) Normal : 1.2m~ Macro : 20 cm 2sec - 1/2000sec Gambar 3-1 Brica DV-H9 (Putra, 2012) 10

2 Gambar 3-2 Sony DCR-SR100 (Sony, 2012) Sony DCR-SR100 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs internet Sony Electronic secara langsung diperoleh spesifikasi yang diperlukan pada tabel sebagai berikut. Tabel 3-2 Spesifikasi Kamera Sony DCR-SR100 Effective Video Resolution Effective Sensor Resolution Camcorder Media Type Optical Sensor Lens Sistem Type Recording Size 2.0 megapixels 3.05 megapixels Hard disk drive Size1/3" Carl Zeiss 10.0 x x Zoom lens mm mm - F/ HQ ( fps Spesifikasi Video Canon EOS-600D Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs internet Canon secara langsung diperoleh spesifikasi yang diperlukan pada tabel berikut. Gambar 3-3 EOS-600D (Canon, 2010) 11

3 Tabel 3-3 Spesifikasi Video Canon EOS-600D Shutter Speed Maximum Movie Resolution Maximum Movie Frames Per Second Maximum Movie Duration Recording Size 30-1/4000 seconds + blub 1920 x 1080 pixels 29 fps 29 Minutes or 4GB HD 50 fps SD 25 fps Kalibrasi Kamera Kamera yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital non-metrik yang didesain tidak untuk keperluan fotogrametri. Hal ini menyebabkan pengukuran yang dilakukan melalui foto yang dihasilkan dari kamera tersebut dihinggapi oleh kesalahan murni yang disebabkan oleh desain dan struktur kameranya. Untuk menyelesaikan masalah ini maka perlu dilakukan proses kalibrasi kamera. Proses kalibrasi kamera merupakan penentuan karakteristik dari jalannya sinar yang masuk ke dalam kamera saat terjadi eksposur. Parameter yang dihasilkan dari proses kalibrasi kamera ini disebut dengan parameter orientasi dalam. Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan parameter internal kamera meliputi panjang fokus (f), titik pusat fidusial foto (xo, yo), distorsi lensa (K1, K2, K3, P1 dan P2), serta distorsi akibat perbedaan penyekalaan dan ketidakortogonal antara sumbu X dan Y (Fraser, 1997). Gambar 3-4 Distorsi Lensa pada Kamera non-metrik (Lightcraft, 2012) 12

4 Penentuan parameter orientasi dalam pada kamera video dan kamera SLR dilakukan dengan melakukan pengambilan gambar atau video di setiap sisi lembar kalibrasi, dimana masing masing sisi direkam dengan posisi kamera tegak dan mendatar. Dengan demikian terdapat 8 rekaman video pada masing-masing kamera. Untuk setiap kamera video dilakukan perekaman minimal berdurasi 3 detik yang nantinya akan diekstrak menjadi image-image sebelum dilakukan proses kalibrasi menggunakan perangkat lunak Photomodeler. Gambar 3-5 Lembar Kalibrasi Desain dan Instalasi Sistem Sistem didesain agar posisi dan orientasi kamera dapat diketahui sehingga posisi dari objek yang akan ditentukan dapat diketahui pula. Pada saat percobaan acuan pengukuran yaitu lembar kalibrasi (akan dijelaskan pada pendefinisian kerangka dasar) ditempel di dinding, kamera diinstalasi di depan lembar kalibrasi tersebut, kemudian objek yang akan ditentukan koordinatnya ditempatkan di antaranya. Gambar 3-6 Contoh Instalasi Sistem (Percobaan 4) 13

5 3.1.3 Pendefinisian Kerangka Dasar Kerangka dasar pada percobaan metode videogrametri didefinisikan dengan menggunakan lembar kalibrasi yang ditempel di dinding. Titik nol merupakan titik ke-4 pada lembar kalibrasi, sumbu x positif merupakan garis dari titik 4 ke titik 2 yang berjarak 630 mm, sumbu y positif merupakan garis dari titik 4 ke titik 3 yang juga berjarak 630 mm, sedangkan sumbu z merupakan garis tegak lurus dari sumbu x dan sumbu y. Gambar 3-7 Kerangka Dasar Percobaan di Laboratorium Perekaman Video Perekaman video dilakukan setelah sistem terinstalasi sesuai desain agar diperoleh hasil yang optimum. Proses perekaman disesuaikan dengan lama percobaan yang dibutuhkan. Pada kamera Brica DV-H9 digunakan opsi perekaman terbaik yaitu D1, pada Sony DCR-SR100 digunakan opsi perekaman terbaik yaitu High Quality (HQ), sedangkan pada EOS-600D digunakan opsi perekaman SD agar waktu perekaman yang tersedia banyak karena jika menggunakan perekaman High Definition (HD) maka waktu perekaman yang tersedia sangat sedikit Sinkronisasi Waktu Terdapat beberapa cara yang berbeda dalam melakukan sinkronisasi pada percobaan di laboratorium. Pada percobaan ke-1, sinkronisasi dilakukan dengan menghidup-matikan senter yang juga sebagai objek yang akan ditentukan posisinya. Pada percobaan ke-1 ini, posisi senter yang akan ditentukan adalah posisi senter pada saat hidup. 14

6 Pada percobaan ke-2, sinkronisasi dilakukan dengan menggunakan timer yang direkam sebelum percobaan dilakukan. Kemudian rekonstruksi dilakukan dengan menggunakan frame-frame yang pada saat yang sama. Pada percobaan ke-3 dan percobaan ke-4, sinkronisasi dilakukan dengan menggunakan timer yang terus menyala hingga percobaan selesai Ekstraksi Video Setelah diperoleh rekaman dari masing-masing kamera, maka proses selanjutnya adalah melakukan ekstraksi video menjadi frame-frame. Kemudian frame-frame ini dipasangkan berdasarkan waktu yang sama sehingga proses interseksi dapat ditentukan. Proses ekstraksi video ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Video to JPG Converter dari DVD Video Soft. Ada beberapa pilihan dalam perangkat lunak ini tetapi yang digunakan dalam adalah ekstraksi setiap frame dari perekaman agar diperoleh frame untuk setiap detik. Gambar 3-8 Perangkat Lunak Ekstraksi Video Reseksi Tahapan selanjutnya adalah reseksi. Proses reseksi bertujuan untuk mendapatkan parameter orientasi luar (posisi dan orientasi) kamera yang digunakan. Untuk mendapatkan besaran parameter orientasi luar diperlukan minimal 3 titik kontrol 15

7 yang diketahui dalam sistem koordinat ruang. Titik yang didefinisikan adalah titik pada kerangka dasar yaitu titik 4, titik 3, dan titik 2 pada lembar kalibrasi yang ditempel di dinding. Ke-4 percobaan melakukan proses reseksi yang sama. Gambar 3-9 Reseksi Brica DV-H9 Gambar 3-10 Reseksi Sony DCR-SR100 Gambar 3-11 Reseksi EOS-600D Interseksi Proses interseksi dapat dilakukan jika posisi dan orientasi dari kamera diketahui. Dengan menggunakan minimal dua frame yang merekam objek yang sama pada saat yang sama maka posisi dari suatu objek dapat ditentukan Interseksi Percobaan 1 Posisi objek yang akan ditentukan dalam percobaan 1 adalah titik tengah senter. Terdapat lima posisi yang akan ditentukan selama senter bergerak. 16

8 Gambar 3-12 Senter yang Digunakan Gambar 3-13Posisi 1 Percobaan 1 Gambar 3-14 Posisi 5 Percobaan Interseksi Percobaan 2 Percobaan ke-2 bertujuan untuk membuat animasi rangka manusia. Terdapat 7 frame yang akan diolah. Langkah pertama dalam percobaan ke-2 adalah menentukan koordinat coded target terlebih dahulu, kemudian menarik garis sehingga membentuk rangka manusia, dan terakhir adalah menggabungkan ke-7 frame yang telah direkonstruksi tersebut. 17

9 Gambar 3-15 Coded Target Gambar 3-16 Posisi 1 Percobaan 2 Gambar 3-17 Posisi 7 Percobaan Interseksi Percobaan 3 Tujuan dari percobaan ke-3 adalah untuk menentukan kecepatan dari perubahan posisi suatu objek. Objek yang akan ditentukan adalah kecepatan jatuh dari grip sepeda. Gambar 3-18 Grip Sepeda yang Dijatuhkan 18

10 Gambar 3-19 Posisi 1 Percobaan 3 Gambar 3-20 Posisi 2 Percobaan 3 Gambar 3-21 Posisi 3 Percobaan Interseksi Percobaan 4 Pada percobaan ke-4 coded target ditempelkan pada ban sepeda untuk membuktikan trajektori dari rangkaian posisi coded target membentuk lingkaran sesuai dengan pergerakan ban sepeda. Gambar 3-22 Salah Satu Frame Percobaan 4 19

11 3.2 Aplikasi di Lapangan Pada saat di lapangan, metode videogrametri diaplikasikan dalam penentuan posisi bom untuk trajektori. Bom yang akan ditentukan adalah Bom BTN-250 yang dilepaskan dari pesawat Sukhoi TNI-AU Persiapan Kamera Pada saat proses perekaman di lapangan digunakan 2 jenis kamera, yaitu kamera video Sony DSR-PD177 sebanyak 6 unit yang digunakan untuk proses perekaman video bom sejak dilepaskan hingga meledak di tanah. Selain itu digunakan 1 kamera SLR Nikon D5000 yang digunakan untuk membantu dalam pengambilan foto ram untuk proses pemodelan kerangka ram Spesifikasi Sony DSR-PD177 Berikut spesifikasi dari kamera video Sony DSR-PD177. Tabel 3-4 Spesifikasi Kamera Sony DSR-PD177 Lens Imaging Sistem Sony G Lens, 20x (optical), f = 4.1 to 82mm, f = 29.5 to 590 mm at 16:9 mode, f = 36.1 to 722 mm at 4:3 mode, filter diameter: 72mm 1/3 inch-type, progressive 3 ClearVid CMOS Sensor sistem with Exmor technology Gambar 3-23 Kamera Video Sony DSR-PD177 (Ciel, 2012) Gambar 3-24 Nikon D5000 (Butler, Westlake, & Britton, 2011) 20

12 Spesifikasi Nikon D5000 Berikut spesifikasi dari kamera SLR Nikon D5000. Tabel 3-5 Spesifikasi Kamera SLR Nikon D5000 Sensor Maximum Resolution mm Nikon DX formatrgb CMOS sensor, 1.5 FOV crop 4,288 2,848 (12.3 effective megapixels) Kalibrasi Kamera Kalibrasi Kamera merupakan proses untuk mengetahui parameter parameter internal kamera, yaitu jarak utama foto (c), titik utama foto (xo, yo), distorsi radial (δr) maupun tangensial (δp) dari lensa. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bingkai kalibrasi khusus dan dilakukan pada saat, sebelum, dan sesudah pengambilan data dilakukan. Sebenarnya, kalibrasi pada saat bersamaan dengan proses pengambilan data (on the job calibration) akan lebih baik. Setelah set data parameter internal kamera dari hasil kalibrasi diperoleh, maka akan dilakukan uji stabilitas dari set parameter yang dihasilkan sehingga diperoleh nilai parameter yang stabil dan memenuhi syarat statistik yang ditetapkan. Gambar 3-25 Lembar Kalibrasi Desain dan Instalasi Sistem Desain dan instalasi sistem peralatan di lokasi pengambilan data meliputi instalasi kamera video, dan instalasi target pada daerah lintasan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sistem kamera ditempatkan di 2 menara pengamatan. Kamera-kamera tersebut diarahkan ke rencana lintasan jatuhnya bom. 21

13 Gambar 3-26 Desain Pengambilan Data di Lapangan Pada tahap ini juga dilakukan penempatan seluruh kamera di menara atau station dan penyocokan arah pengambilan dan memastikan beberapa titik di ram dan titik kontrol dapat dilihat dari kamera. Gambar 3-27 Posisi Kamera di Station 1 Gambar 3-28 Posisi Kamera di Station Pendefinisian Kerangka Dasar Pada pengukuran kali ini, pengadaan pengukuran kerangka dasar digunakan Metode Poligon Tertutup. Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk suatu rangkaian segi banyak. Pada rangkaian tersebut diperlukan jarak mendatar dan sudut mendatar yang di gunakan untuk menentukan posisi horizontal relatif titik-titik poligon, artinya letak satu titik terhadap titik lainnya dalam suatu sistem koordinat. Alat yang digunakan yaitu ETS (Electronic Total Station). Pada poligon tertutup, titik awal dan titik akhir berada pada koordinat yang sama atau titik yang sama, 22

14 dengan syarat adanya sudut jurusan awal. Kontrol yang diaplikasikan adalah kontrol sudut dan kontrol absis dan ordinat. Gambar 3-29 Pengukuran Posisi Kamera Menggunakan ETS Sebelum dilakukan pengukuran kerangka dasar, terlebih dahulu dilakukan pemasangan dan penandaan patok/pilar. Patok/pilar harus cukup kuat agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena penggunannya yang terus menerus selama pemetaan dan untuk keperluan di waktu yang akan datang. Lokasi penanaman patok/pilar harus di tempat yang stabil dan tanah yang keras. Setelah patok/ pilar terpasang maka pengukuran kerangka dasar dapat dilakukan. Jumlah titik kerangka dasar pada pengukuran kali ini sebanyak 3 titik. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pencantuman kode serta nomor sesuai dengan rencana. 2. Membuat sketsa daerah di sekitar patok/pilar serta jalan untuk mencapai patok/pilar itu. 3. Pengukuran. 4. Memasang alat dan mengatur sumbu tegak 5. Mengukur Sudut dan Jarak 6. Prisma atau reflector dipakai sebagai target bidikan yang diletakkan pada titiktitik kerangka dasar horizontal. Jalon digunakan sebagai penegak target bidikan (prisma). 7. ETS dibidikkan ke arah target di sebelah kiri untuk mendapatkan bacaan sudut kiri, jarak dan sudut vertikal. 8. ETS dibidikkan ke arah target di sebelah kanan untuk mendapatkan bacaan sudut kanan, jarak dan sudut vertikal. 9. Pengukuran sudut dan jarak dilakukan di setiap titik kerangka dasar. 10. Perhitungan meliputi pengkoreksian hasil ukuran, yaitu : 23

15 Menghitung koordinat dan ketinggian setiap titik. Menyusun daftar koordinat dan ketinggian. Gambar 3-30 Pengambilan Data Kerangka Dasar Gambar 3-31 Skenario di Lapangan Pengukuran Situasi Pemetaan detail / situasi dilakukan dengan metode tachimetri yang hampir menyerupai metode polar dan merupakan cara yang paling sering digunakan dalam melakukan pemetaan situasi atau detail, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Pengukuran situasi dilakukan bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar (KDV dan KDH). Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai detail dan situasi keadaan permukaan tanah pada daerah yang akan dipetakan. Titik detail yang diukur yaitu titik-titik target di tempat sekitar jatuhnya bom dan titik target (bola) pada ram. 24

16 Gambar 3-32 Pengambilan Data Situasi Cara pengukuran titik-titik detail dengan metode tachimetri ini dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Pengukuran titik-titik detail dari titik kerangka dasar. 2. Pengukuran titik-titik detail dari titik bantu yang diikatkan dengan titik kerangka dasar, titik bantu harus terlebih dahulu diikatkan dengan titik kerangka dasar atau titik lain yang telah diikatkan pada titik kerangka dasar. Data yang diambil di lapangan pada pemetaan situasi adalah : 1. Jarak mendatar antara titik kerangka dengan titik detail. 2. Sudut horizontal dari titik kerangka / titik bantu ke titik detail. 3. Sudut miring / zenith dari titik kerangka / titik bantu ke titik detail. 4. Perhitungan koordinat titik bantu dilakukan dengan cara polar dan koordinat titik detail dengan cara ikatan ke muka. Tahap berikutnya adalah pengambilan data foto. Skenario di lapangan ketika pengambilan data dilapangan dibagi dalam 2 kegiatan : 1. Pengambilan data untuk penentuan orientasi luar kamera Parameter orientasi luar kamera yang ada di menara pengamatan diukur dengan memanfaatkan bingkai atau target-target yang ditempatkan di lapangan yang telah diikatkan pada kerangka dasar. Desain dan penempatan bingkai atau target ini dilakukan langsung di lapangan. 2. Pengambilan data posisi jatuhnya bom 25

17 Skenario dilapangan ketika pengambilan data diilustrasikan pada gambar Sistem kamera akan ditempatkan di 2 menara pengamatan dan 1 pesawat pengintai. Jarak antara menara 1 dan2 adalah sekitar 830 meter. Tinggi pesawat dari atas tanah ketika bom dijatuhkan adalah sekitar 3000 feet atau 914 meter. Jarak dari menara 1 maupun 2 ke lintasan jatuhnya bom diharapkan adalah maksimum sekitar 800 meter. Dengan konfigurasi seperti ini maka dapat ditentukan beberapa hal penting seperti jarak utama atau focal length kamera, resolusi geometri kamera, dan jumlah kamera Perekaman Video Pelepasan Bom Perekaman video pelepasan bom dilakukan selama delapan jam. Hal ini dikarenakan proses pengisian bom dari pesawat sukhoi hingga kembali lagi ke tempat pelepasan bom menghabiskan waktu sekitar satu jam. Proses pengisian amunisi hingga datang ke tempat pelepasan bom disebut periode. Total terdapat tiga periode dalam penelitian ini. Setiap periode terdapat run, yaitu proses pesawat berada pada lintasan menuju target. Ada beberapa run, akan tetapi hanya 2 run saja yang membawa bom tajam BTN-250 yang semuanya dilakukan pada period ke-3. Masingmasing run melepaskan dua amunisi sehingga total ada empat bom tajam. Akan tetapi hanya ada dua bom yang meledak, yaitu masing-masing satu di setiap run. Gambar 3-33 Proses Perekaman Video Pelepasan Bom 26

18 3.2.6 Sinkronisasi Waktu Metode videogrametri membutuhkan sinkronisasi waktu dalam pelaksanaannya karena saat pengolahan nantinya akan diambil dua frame dari station dan kamera yang berbeda pada waktu yang sama. Sinkronisasi waktu pada video dilakukan dengan menggunakan dua stopwatch dari BlackBerry yang memiliki ketelitian sampai millisecond. Awalnya kedua stopwatch tersebut dimulai pada waktu yang sama, namun tetap karena menggunakan tangan manusia dalam memencet tombolnya, maka akan terjadi perbedaan sekitar beberapa detik atau millisecond. Kemudian kedua stopwatch ini direkam oleh salah satu kamera untuk nantinya dilihat seberapa jauh perbedaannya. Kemudian setiap station diberikan satu stopwatch tersebut yang lalu akan ditunjukkan pada setiap kamera pada setiap periode terbang akan dimulai. Di akhir sesi terbang seluruhnya, kedua stopwatch tersebut digabungkan kembali untuk melihat kestabilan stopwatch selama percobaan berlangsung Ekstraksi Video Menjadi Multiple-image Pada dasarnya suatu video merupakan kumpulan image yang sangat banyak dalam interval waktu yang sangat singkat sehingga menyebabkan efek gerak. Konsep ini yang digunakan dalam videogrametri. Sehingga pada dasarnya videogrametri menggunakan prinsip yang sama dengan fotogrametri. Dalam penelitian ini, proses ekstraksi video menjadi kumpulan image dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Video to JPG Converter dari DVD Video Soft. Ada beberapa pilihan dalam perangkat lunak ini tetapi yang digunakan dalam adalah ekstraksi setiap frame dari perekaman Reseksi Reseksi dilakukan dengan menggunakan koordinat setiap persilangan pada ram yang menghadap setiap kamera. Hasil dari reseksi adalah parameter orientasi luar dari setiap kamera yaitu posisi kamera (X, Y, Z) dan orientasinya (Az, El, Ro). Reseksi dilakukan menggunakan perangkat lunak Australis. Dengan menggunakan koordinat-koordinat ram yang telah ditransformasikan ke dalam sistem koordinat lokal yang didefinisikan, maka koordinat-koordinat ram yang terlihat pada kamera video dapat dijadikan sebagai titik sekutu. Kemudian dengan proses bundle 27

19 adjustsment diperoleh parameter orientasi luar dari masing-masing kemera yaitu 3 parameter posisi dan 3 parameter orientasi. Gambar 3-34 Reseksi Kamera 1 Gambar 3-35 Reseksi Kamera 2 Gambar 3-36 Reseksi Kamera 3 Gambar 3-37 Reseksi Kamera 4 Gambar 3-38 Reseksi Kamera 5 Gambar 3-39 Reseksi Kamera Interseksi Interseksi dilakukan dengan menggunakan dua foto dari dua kamera yang berbeda pada saat yang sama untuk sudut yang sama. Dari proses interseksi akan diperoleh posisi (X, Y, Z) dari objek yang diinginkan. 28

20 Gambar 3-40 Proses Pelepasan Bom Gambar 3-41 Ledakan Bom di Tanah Posisi bom tajam pada saat terjadi ledakan dilepas (release) pada saat periode 3 run 3 yang kemudian direkam menggunakan kamera satu pada station dua dan kamera empat pada station satu. Sedangkan pada saat bom meledak di tanah data direkam menggunakan kamera tiga pada station dua dan kamera lima pada station satu. 29

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011) BAB 2 STUDI REFERENSI Penelitian ini menggunakan metode videogrametri. Konsep yang digunakan dalam metode videogrametri pada dasarnya sama dengan konsep dalam metode fotogrametri. Konsep utamanya adalah

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

PEMANFAATAN VIDEOGRAMETRI DALAM PENENTUAN POSISI UNTUK TRAJEKTORI

PEMANFAATAN VIDEOGRAMETRI DALAM PENENTUAN POSISI UNTUK TRAJEKTORI PEMANFAATAN VIDEOGRAMETRI DALAM PENENTUAN POSISI UNTUK TRAJEKTORI TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh Syarif Hidayattullah NIM. 15107079 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1 BB II DSR TEORI 2.1. Pemetaan Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsurunsur di

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) KALIBRASI KAMERA DENGAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER TANGGAL PRAKTIKUM : 2 Desember 2014 Disusun Oleh NAMA NIM KELAS : Nur Izzahudin : 13/347558/TK/40748 :

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi biaya pada pemetaan menggunakan metode foto udara sangat dipengaruhi oleh jenis kamera yang digunakan. Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR

BAB 2 STUDI LITERATUR BAB 2 STUDI LITERATUR Dalam bab ini akan dibahas studi referensi dan dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terutama dibahas tentang pemodelan 3D menggunakan metode fotogrametri rentang dekat

Lebih terperinci

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN

PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN Presentasi Tugas Akhir PENGEMBANGAN KAMERA NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN PEMODELAN BANGUNAN Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 213 Oleh: Muhammad Iftahul

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.

BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:

Lebih terperinci

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY Husnul Hidayat*, Agung Budi Cahyono, Mohammad Avicenna Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI Pertemuan 3 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Mengenal Kamera PERTEMUAN 3 Macam-macam Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) Kamera Point & Shoot (kamera pocket) Kamera Mirrorless

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fotogrametri rentang dekat (FRD) atau Close Range Photogrammetry (CRP) adalah metode untuk mengambil data ukuran dari citra foto. Dengan metode ini kita dapat membuat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan menjadi salah satu kegiatan yang penting di dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini. Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini videografi semakin banyak digunakan, diantaranya sebagai media monitoring keadaan sekitar, pembuatan film dan peningkatan keamanan. Pada dasarnya teknik

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan action camera untuk pengumpulan data geospasial menjadi sesuatu yang penting dan menjadi populer. Berbagai jenis

Lebih terperinci

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data... DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada era pembangunan dewasa ini, kebutuhan akan informasi mengenai posisi suatu obyek di muka bumi semakin diperlukan. Posisi suatu obyek terkait langsung dengan kualitas

Lebih terperinci

CAMCORDER HC-V110GC-K HC-V210GC-K. Performa rekam terbaik dan

CAMCORDER HC-V110GC-K HC-V210GC-K. Performa rekam terbaik dan Mewujudkan hasil rekaman video dokumentasi yang indah dan menarik layaknya profesional kini menjadi lebih mudah. Canon LEGRIA dilengkapi dengan fitur Cinema Style Camcorder dan kualitas Full High Definition,

Lebih terperinci

Berbagai momen berharga begitu sayang untuk dilewatkan. Dengan camcorder Canon LEGRIA menjadi lebih mudah dan menyenangkan dengan berbagai fitur menar

Berbagai momen berharga begitu sayang untuk dilewatkan. Dengan camcorder Canon LEGRIA menjadi lebih mudah dan menyenangkan dengan berbagai fitur menar Mewujudkan hasil rekaman video dokumentasi yang indah dan menarik layaknya profesional kini menjadi lebih mudah. Canon LEGRIA dilengkapi dengan fitur Cinema Style Camcorder dan kualitas Full High Definition,

Lebih terperinci

jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom.

jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom. Apakah kamu sudah siap untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagian-bagian kamera? Pada saat diskusi 2-2 tentunya kamu telah mengetahui bagian-bagian kamera beserta fungsinya. Untuk melengkapi pemahaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015. 32 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015. Pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Elektronika & Instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 48 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 2012. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Oleh : Ari Bowo Sucipto

Oleh : Ari Bowo Sucipto Oleh : Ari Bowo Sucipto PENGENALAN KAMERA A. KAMERA Secara umum pengertian kamera adalah alat untuk merekam obyek, gambar, imaji melalui sebuah lubang pada lensa yang melibatkan pencahayaan disekitar obyek

Lebih terperinci

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri untuk mengembangkan pengetahuan mereka

Lebih terperinci

Cara Motret dengan Teknik Panning Pagi Hari

Cara Motret dengan Teknik Panning Pagi Hari http://anitanet.staff.ipb.ac.id/fotografi-photography/catatan-ujian-fotografi/cara-motret-dengan-tekn i Cara Motret dengan Teknik Panning Pagi Hari Cara Motret dengan Teknik Panning Pagi Hari Cara saya

Lebih terperinci

MIKHO HENRI DARMAWAN Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT

MIKHO HENRI DARMAWAN Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT STUDI KEANDALAN ALAT ETS TKS 202 DALAM PENGUKURAN SITUASI PENYUSUN : MIKHO HENRI DARMAWAN 3504 100 020 DOSEN PEMBIMBING : DOSEN PEMBIMBING : Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT Latar Belakang.Perkembangan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DISTORSI RADIAL KAMERA CASIO EXILIM EX-ZS5

PERHITUNGAN DISTORSI RADIAL KAMERA CASIO EXILIM EX-ZS5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum perhitungan distorsi radial pada kamera Casio Exilim EX-ZS5 ini

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera BAB II DASAR TEORI.1 Kamera Dalam ilmu fotogrametri, dilihat dari teknik pengambilan datanya, foto dibedakan menjadi dua kategori yaitu foto udara dan foto terestrial. Pada foto terestrial proses perekaman

Lebih terperinci

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 18 BAB III PENJELASAN SIMULATOR Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 3.1 Antar Muka Gambar 0.1 GUI Simulator Error! Reference source

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta situasi skala besar biasanya diperlukan untuk perencanaan, konstruksi ataupun manajemen aset, dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut memerlukan peta yang selalu

Lebih terperinci

Teknik Dasar Cara Memotret Dengan Menggunakan Kamera DSLR

Teknik Dasar Cara Memotret Dengan Menggunakan Kamera DSLR Teknik Dasar Cara Memotret Dengan Menggunakan Kamera DSLR Kamera DSLR kini semakin trend dikalangan masyarakat, berbagai produsen kini meluncurkan kamera DSLR terbaru, selain dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI. Oleh:

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI. Oleh: APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Supaya Foto Tidak Blur

Supaya Foto Tidak Blur Supaya Foto Tidak Blur Supaya Foto Tidak Blur Perhatikan gambar diatas, bagian sisi kanan subjek sangat blur. Biasanya, kesalahan fotografer pemula adalah salah memperhitungkan shutter speed (kecepatan

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi

Lebih terperinci

KAJI PENGARUH PARAMETER KAMERA TERHADAP REKONTRUKSI BENDA 3D MENGGUNAKAN TEKNIK DIGITAL PHOTOGRAMMETRY STUDI KASUS: REKONTRUKSI SAYAP TENGAH CN-235

KAJI PENGARUH PARAMETER KAMERA TERHADAP REKONTRUKSI BENDA 3D MENGGUNAKAN TEKNIK DIGITAL PHOTOGRAMMETRY STUDI KASUS: REKONTRUKSI SAYAP TENGAH CN-235 KAJI PENGARUH PARAMETER KAMERA TERHADAP REKONTRUKSI BENDA 3D MENGGUNAKAN TEKNIK DIGITAL PHOTOGRAMMETRY STUDI KASUS: REKONTRUKSI SAYAP TENGAH CN-235 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh

Lebih terperinci

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA Oleh : Suparno Pembinaan Tenaga Pendaftaran Cagar Budaya Makasar, Juli 2013 PENGERTIAN PEMOTRETAN Pemotetan adalah seni dan pengetahuan yang dalam praktek kegiatannya menghasilkan

Lebih terperinci

Defry Mulia

Defry Mulia STUDI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PENENTUAN VOLUME SUATU OBJEK Defry Mulia 35 09100011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua

Lebih terperinci

Metode Ilmu Ukur Tanah

Metode Ilmu Ukur Tanah Metode Ilmu Ukur Tanah Assalamu'alaikum guys, postingan kali ini saya akan membahas metode ilmu ukur tanah, yang terdiri dari : 1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ( KDV ) 2. Pengukuran Kerangka Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Usaha untuk mendapatkan teknologi produksi tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian. Penelitian yang dilaksanakan di lapang, rumah kaca atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survai. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 234) yang dimaksud penelitian deskriptif

Lebih terperinci

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada

3. KAMERA UDARA. 12 inchi=304,8mm 8,25 inchi = 209,5 mm 6 inchi = 152,4 mm 3,5 inch = 88,9 mm Universitas Gadjah Mada 3. KAMERA UDARA Di dalam fotogrametri terdapat sedemikian banyak instrumen penting, hingga tidak mudah untuk menyatakan mana yang paling penting. Akan tetapi ra merupakan salah satu instrumen terpenting

Lebih terperinci

UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900

UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900 UJICOBA PENENTUAN UNSUR-UNSUR ORIENTASI DALAM KAMERA DIGITAL NON-METRIK DENGAN METODE PENDEKATAN SEDERHANA STUDI KASUS : Kamera Nikon Coolpix 7900 TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo

Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo Aplikasi Fotogrametri Jarak Dekat untuk Pemodelan 3D Candi Gedong Songo Akhmad Didik Prastyo 1) Ir. Sawitri Subiyanto. M.Si. 2) Andri Suprayogi, ST., MT. 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Muhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt

Muhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt Muhammad Shofi 3410100059 IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt DESAIN INTERIOR Desain interior adalah bidang keilmuan yang bertujuan untuk dapat menciptakan suatu lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemenelemen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG)

PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 APLIKASI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT UNTUK PEMODELAN 3D GEREJA BLENDUK SEMARANG Ryandana Adhiwuryan Bayuaji, Andri Suprayogi, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

Pengantar Penulis... 5 Daftar Isi... 7

Pengantar Penulis... 5 Daftar Isi... 7 Daftar Isi Pengantar Penulis... 5 Daftar Isi... 7 Bab 1 Pendahuluan... 9 A. Sejarah Perkembangan Kamera... 9 B. Macam-Macam Ka mera Digital... 11 C. Cara Memilih Kamera Digital... 24 Bab 2 Cara Menggunakan

Lebih terperinci

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Fotografi I Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Kamera Berasal dari bahasa latin Camera Obscura yang berarti kamar gelap/kotak gelap (tidak tembus sinar/cahaya) Kamera foto yg paling sederhana dpt

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa anggota unit kegiatan mahasiswa tenis

Lebih terperinci

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR ) JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana oleh : Budi Heri Nugroho NIM.

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 13-14 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 DEFINISI Fotogrametri berasal dari

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri

Lebih terperinci

Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik

Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pemodelan Bangunan Dengan Memanfaatkan Kamera Non-Metrik Muhammad Iftahul Jannah dan Hepi Hapsari Handayani Jurasan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari Dasar-Dasar Fotografi Multimedia SMKN 1 Bojongsari Pengenalan Fotografi Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan ada fotografi. Seni fotografi pada dasarnya adalah melihat dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Visualisasi Area Pemetaan Pada Citra Satelit

Gambar 3.1 Visualisasi Area Pemetaan Pada Citra Satelit BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di kawasan pariwisata Nusa Dua Bali yang dikelola oleh pihak ITDC (Indonesia Tourism Development Corpration). Area pengukuran

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN Data-data yang telah didapatkan melalui studi literatur dan pencarian data di lokasi penambangan emas pongkor adalah : 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukaan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan

1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur lansekap meliputi perencanaan dan perancangan ruang di luar bangunan agar dapat dimanfaatkan untuk menampung kegiatan manusia juga memberikan lingkungan

Lebih terperinci

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip TACHIMETRI Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK

STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK Defry Mulia, Hepy Hapsari Program Studi Teknik Geomatika FTSPITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60 Email : defry_jp@yahoo.com,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan.

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. Akurasi bentuk dan estimasi volume dari material

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan. Teori-teori yang didapatkan merupakan hasil studi dari beragai macam referensi. Akan

Lebih terperinci

PERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM

PERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM PERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM Film yang baik tentunya memiliki cara pembuatan yang baik dan sesuai dengan tujuan. Pembuatan film melibatkan bebarapa tahap, antara lain ide, naskah, shooting dan editing.

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS

VI. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS VI. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Mengenalkan dan mendetugas Akhirkan tentang konsep 3D Animasi Holographic display Xperia Z3 yang digunakan sebagai terobosan baru dalam tampilan

Lebih terperinci

Tanah Homogen Isotropis

Tanah Homogen Isotropis Tanah Homogen Isotropis adalah tanah homogen yang mempunyai nilai k sama besar pada semua arah (kx = kz = ks). ks kx x z kz s Tanah Homogen Anisotropis adalah tanah homogen yang memiliki nilai k tidak

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo

Lebih terperinci