BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

BAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

2 Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Car

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2017 TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI 50%

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

2017, No tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan; Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

2017, No dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pe

Pasal 26 UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009. Pasal 36 ayat (1) huruf a, UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

2017, No Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pa

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Perushaan. 1. Profil Singkat Perusahaan. Direktorat Jendral Pajak adalah sebuah Direktorat Jendral dibawah

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.03/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki anggaran. pendapatan bertumpu pada sektor perpajakan. Kementerian Keuangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

Nomor :... (1)... (2) Lampiran :... (3) Hal : Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.03/2008 TENTANG

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

sebagai akibat dari (15): keterlambatan penyampaian SPT atas: SPT :... (16) Tahun Pajak/Masa Pajak*) :... (17) Tanggal :... (18)

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.03/2013 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBETULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB 3 KETENTUAN SUNSET POLICY DAN DASAR HUKUM PERPANJANGAN SUNSET POLICY

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PER - 48/PJ/2009 TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2016 TENTANG

Transkripsi:

44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok orang pribadi atau badan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak, kelompok Wajib Pajak terdaftar namun belum pernah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), serta kelompok Wajib Pajak terdaftar yang telah menyampaikan SPT, namun belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dalam Tahun Pembinaan Wajib Pajak DJP memberikan fasilitas berupa Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak. Dengan diberikannya fasilitas pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut, pemerintah mengharapkan agar penyetoran atau pelaporan pajak oleh WP semakin meningkat. Penelitian ini dilakukan di Kanwil DJP Jateng II kota Surakarta. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai proses pengajuan permohonan dan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, tanggapan masyarakat khususnya Wajib Pajak sebagai objek pajak terhadap pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, untuk mengetahui jumlah penerimaan pajak pada saat 44

45 45 sebelum dan setelah diadakannya Tahun Pembinaan Wajib Pajak, dan untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh Kanwil DJP Jateng II dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan pajak. Dasar hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Pasal 36 ayat (1) huruf a UU No.6 Tahun 2983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah beberapa kali diubah dengan UU No.16 Tahun 2009 b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.03/2015 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga Yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diungkapkan penulis, tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui proses pengajuan permohonan dan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, tanggapan masyarakat khususnya Wajib Pajak sebagai objek pajak terhadap pengurangan atau penghapusan sanksi

46 46 administrasi, untuk mengetahui jumlah penerimaan pajak pada saat sebelum dan setelah diadakannya Tahun Pembinaan Wajib Pajak, dan untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh Kanwil DJP Jateng II dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan pajak. Berikut merupakan penjabaran dari penelitian yang dilakuan penulis. 1. Proses Permohonan dan Pelaksanaan Penyelesaian Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Dalam pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak terdapat proses yang harus dilakukan yang telah diatur dalam PMK Nomor 91/PMK.03/2015. Untuk mendapatkan pengurangan atau penghapusan sanksi pajak, Wajib Pajak perlu mengajukan permohonan terlebih dahulu ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Prosedur pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan adalah sebagai berikut: a. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dimulai ketika WP melakukan pembetulan, pembayaran, dan/atau pelaporan di tahun 2015 atas SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa Desember 2014 dan sebelumnya, b. Selanjutnya Kantor Pajak akan menerbitkan STP pengenaan sanksi administrasi. Sanksi administrasi yang mungkin dikenakan adalah:

47 47 Denda karena keterlambatan penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang KUP, Bunga karena pembetulan SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang KUP, Bunga karena pembetulan SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebagimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2a) Undang-Undang KUP, Bunga karena keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam SPT Masa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang KUP, Bunga karena keterlambatan pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang tercantum dalam SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2b) Undang- Undang KUP, dan Denda terkait Faktur Pajak sebagimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP. c. Setelah menerima STP, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak sesuai PMK Nomor 91/PMK.03/2015, d. Selanjutnya kantor pajak akan mengeluarkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sesuai PMK Nomor 91/PMK.03/2015.

48 48 Setelah Wajib Pajak mengirimkan permohonannya ke Kantor Pajak WP terdaftar, selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak mengirim berkas permhonan ke Kantor Wilayah DJP. Di Kantor Wilayah, berkas permohonan tersebut akan diselesaikan oleh bagian Pengurangan, Keberatan, dan Banding. Dalam melakukan penyelesaian atas permohonan WP, tentunya terdapat beberapa tahapan atau proses yang harus dilakukan oleh Kanwil DJP. Tahapan atau proses tersebut sebagai berikut: a. Direktorat Jenderal Pajak menindaklanjuti permohonan WP dengan meneliti: Permohonan yang diajukan harus memenuhi syarat dan telah dilampiri dengan dokumen yang telah ditetapkan, Permohonan yang diajukan harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, Permohonan harus memenuhi ketentuan yang telah diatur dalam PMK Nomor 91/PMK.03/2015 Pasal 3. b. Setelah meneliti permohonan WP, jika DJP menyimpulkan bahwa WP telah memenuhi persyaratan, maka DJP akan menerbitkan: Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, atau Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi. c. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi diterbitkan oleh DJP dengan ketentuan sebagai berikut: Sanksi Administrasi yang tercantum dalam STP belum dibayar oleh Wajib Pajak, dan

49 49 Jumlah Sanksi Administrasi yang dihapuskan adalah sebesar jumlah Sanksi Administrasi dalam STP. d. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi diterbitkan oleh DJP dengan ketentuan sebagai berikut: Sanksi Administrasi yang tercantum dalam STP sudah dibayar sebagian oleh WP, dan Jumlah Sanksi Administrasi yang dikurangkan adalah sebesar sisa Sanksi Administrasi yang belum dibayar oleh WP. e. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi administrasi atau Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi diterbitkan oleh DJP paling lama 6 bulan sejak diterimanya permohonan WP. f. Jika dalam meneliti permohonan Wajib Pajak DJP menyimpulkan bahwa permohonan WP tidak memenuhi persyaratan, maka permohonan WP dikembalikan. g. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kembali jika permohonan yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan, namun WP tidak dapat mengajukan kembali jika permohonan sebelumnya tidak memenuhi ketentuan. h. Apabila jangka waktu 6 bulan telah lewat tetapi DJP tidak menerbitkan surat keputusan atau tidak mengembalikan permohonan WP, permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan DJP harus menerbitkan surat keputusan sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh WP.

50 50 2. Tanggapan Wajib Pajak Terhadap Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak di Kanwil DJP Jateng II Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP) yang memberikan fasilitas berupa pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak yang berlangsung hanya ditahun 2015. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak tersebut memiliki dua tujuan yang telah tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan, tujuan tersebut, yaitu pertama tujuan penerimaan dengan mendorong Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan, membayar atau menyetorkan kekurangan pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan, serta melaksanakan pembetulan Surat Pemberitahuan di tahun 2015, kedua tujuan membangun basis perpajakan yang kuat. Dalam mewujudkan dua tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Direktorat Jenderal Pajak tentunya telah merencanakan atau melakukan kegiatan untuk dapat merealisasikan hal tersebut melewati Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak, dan kantor-kantor yang dibawahi oleh DJP. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, Kanwil DJP Jateng II juga melakukan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah sosialisasi. Sosialisasi diadakan oleh Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas). Sosialisasi sangat diperlukan agar masyarakat mengetahui tentang penngurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak serta

51 51 bagaimana proses dan prosedurnya. Selain itu, sosialisasi yang dilakukan juga merupakan wujud dari pembinaan itu sendiri. Pada saat dilaksanakannya TPWP dengan diberikannya fasilitas pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak, menurut fiskus fasilitas tersebut diberikan agar meringankan beban WP untuk melakukan pembetulan dan untuk menarik WP agar melakukan pembetulan serta pembayaran pajak sebelum diadakannya Tahun Penegakan Hukum ditahun 2016. Tetapi menurut WP ada yang menganggap hal tersebut menguntungkan namun ada juga hal tersebut akan merugikan WP. Bermanfaat atau menguntungkan bagi WP karena WP dapat melakukan pembetulan tanpa dikenakan sanksi administrasi, sehingga untuk tahun berikutnya jika WP diperiksa, WP tidak dikenakan sanksi karena terdapat kesalahan dalam pelaporan dan/atau pembayaran pajak. Merugikan bagi WP karena jika WP melakukan pembetulan, maka pembetulan tersebut akan menjadi bahan pengenaan pajak pada tahun berikutnya, yang kemungkinan akan menambah jumlah pajak yang harus dibayar. Masih banyak masyarakat atau WP yang masih belum memanfaatkan fasilitas pengurangan atau penghapusan. Hal tersebut terjadi karena terdapat faktor ketidaktahuan WP. Masyarakat atau WP masih ada yang belum mengerti atau tidak tahu mengenai fasilitas tersebut, meskipun Kanwil DJP Jateng II telah melakukan sosialisasi ataupun memasang iklan, karena sosialisasi yang dilakukan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat dan karena masyarakat atau WP

52 52 terkadang tidak atau kurang memperhatikan iklan yang telah dipasang atau diberikan. Tanggapan masyarakat atau Wajib Pajak mengenai pengurangan atau penghapusan saksi administrasi pajak dapat juga dilihat dari jumlah Wajib Pajak baru dan jumlah SPT yang telah masuk. Wajib Pajak yang belum ber-npwp diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas dalam TPWP tersebut untuk mendaftar diri untuk mendapatkan NPWP, sehingga WP tersebut dapat melaporkan SPTnya dan mendapatkan keringanan berupa pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak. Selain itu juga Wajib Pajak yang terlambat memiliki NPWP bisa mendapatkan fasilitas tentang penghapusan sanksi. Tabel 3.1 Jumlah WP tahun 2014 di Kanwil DJP Jateng II Jumlah WP s.d. 2013 Terdaftar 2014 s.d. 2014 OP 959.360 131.838 1.091.198 Badan 55.792 5.487 61.279 Sumber: Kanwil DJP Jateng II Dari data Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah WP OP tahun 2014 adalah sebanyak 1.091.198 dan 61.279 WP Badan, dengan jumlah WP keseluruhan 1.152.477 WP. Pada tahun 2014 juga SPT yang telah dilaporkan terdapat 1.216.124 SPT Masa dan Tahunan Badan, OP Non Karyawan, dan OP Karyawan. Dengan jumlah WP sebanyak 1.152.477 dan jumlah SPT yang telah dilaporkan adalah 1.216.124 SPT, maka kurang lebih seluruh WP telah melakukan pelaporan pajak.

53 53 Tabel 3.2 Jumlah WP tahun 2015 di Kanwil DJP Jateng II Jumlah WP s.d. 2014 Terdaftar 2015 s.d. 2015 OP 1.091.198 146.390 1.237.588 Badan 61.279 10.684 71.963 Sumber: Kanwil DJP Jateng II Jumlah WP pada Tahun 2015 pada Tabel 3.2 mengalami kenaikan sebanyak 85.111 WP jika dibandingkan dengan Tabel 3.1. Kenaikan tersebut mungkin tidak terlihat terlalu besar, namun jumlah tersebut sudah cukup banyak. Selain meningkatnya jumlah Wajib Pajak, dapat dilihat juga dari jumlah pelaporan SPT. Selama periode 2015, pelaporan SPT yang telah diterima oleh Kanwil DJP Jateng II adalah sebanyak 1.269.404 SPT Masa dan Tahunan Badan, OP Non Karyawan, dan OP Karyawan. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 53.280 SPT dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan jumlah WP 1.237.588 dan jumlah pelaporan SPT sebesar 1.269.404 SPT, dapat dikatakan bahwa kemungkinan setiap WP telah melakukan pelaporan pajaknya. Jika di tahun 2015 dalam TPWP jumlah WP dan SPT meningkat, maka seharusnya kegiatan tersebut dapat memberikan dampak pada tahun berikutnya. Dampak tersebut dapat dilihat setelah tahun 2016 berakhir. Karena pada tahun 2015 Wajib Pajak baru mendapatkan pembinaan oleh Kanwil DJP Jateng II. Namun, sekilas dapat kita lihat dampak tersebut dengan melihat banyaknya jumlah WP baru dan jumlah pelaporan SPT pada awal periode, yaitu bulan Januari sampai dengan Maret. WP baru yang terdaftar di Kanwil DJP Jateng II, yaitu sebanyak 14.031 WP OP dan

54 54 1.938 WP Badan. Dengan jumlah pelaporan SPT sebanyak 1.315.576 SPT. Melihat jumlah WP tersebut, tentunya bukanlah jumlah yang kecil dengan dibarengi jumlah SPT sebanyak 1.315.576 SPT. Banyaknya jumlah pelaporan SPT tersebut dapat terjadi karena dibulan Maret banyak Wajib Pajak yang melakukan pelaporan pajaknya. 3. Jumlah Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Diadakannya Tahun Pembinaan Wajib Pajak Di Kanwil DJP Jateng II Fasilitas pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak dalam TPWP dipandang sebagian masyarakat akan merugikan. Karena dengan mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi pajak maka penerimaan pajak tentu juga akan menurun. Namun sebaliknya, pemerintah menganggap bahwa hal ini akan meningkatkan animo masyarakat terutama Wajib Pajak, untuk membayar atau melunasi pajak terutangnya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak. Tabel 3.3 Penerimaan Pajak Tahun 2014 di Kanwil DJP Jateng II TAHUN KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama 2014 Purwokerto Cilacap Kebumen Magelang Klaten Surakarta Januari 43.954.828.242 64.110.078.206 9.051.227.541 33.764.110.895 20.930.053.697 75.657.662.877 Februari 32.110.098.298 36.914.735.963 10.089.991.472 28.531.939.301 15.170.383.765 55.655.874.689 Maret 38.797.608.997 52.276.523.505 10.947.164.858 34.041.639.740 21.400.395.921 69.663.654.396 April 47.631.001.761 98.415.941.554 17.326.568.603 51.269.109.645 23.840.423.605 83.721.604.411 Mei 60.906.534.924 84.148.272.455 16.464.107.013 37.410.560.325 19.496.858.458 80.581.997.842 Juni 37.482.406.778 70.007.906.401 14.653.287.299 33.803.307.303 30.721.174.418 77.960.512.201 Juli 49.958.986.836 78.417.707.008 29.593.908.922 57.626.873.671 30.469.343.416 86.278.247.979 Agustus 63.507.130.175 78.317.847.433 14.399.309.628 34.402.524.051 30.370.769.397 87.614.974.570 September 51.806.754.059 63.525.944.841 18.789.134.367 35.300.095.262 25.722.154.610 86.454.432.780 Oktober 54.101.595.620 88.404.684.357 18.612.657.949 44.974.089.450 33.070.370.806 91.100.775.367 November 61.049.980.865 77.299.616.731 25.784.976.479 46.087.926.620 30.824.882.581 101.735.325.565 Desember 112.088.716.703 102.744.282.933 53.324.414.306 98.241.697.030 113.761.630.678 231.792.477.616 Jumlah 653.395.643.258 894.583.541.387 239.036.748.437 535.453.873.293 395.778.441.352 1.128.217.540.293

55 55 Tabel 3.3 Lanjutan TAHUN KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama 2014 Boyolali Karanganyar Purbalingga Purworejo Sukoharjo Temanggung Januari 19.304.391.076 64.746.036.179 23.204.757.232 7.207.602.361 58.601.472.967 16.239.448.375 Februari 19.548.322.030 52.663.409.949 16.559.011.548 6.535.968.787 39.948.594.397 14.523.924.108 Maret 17.658.782.318 49.220.586.855 16.202.261.623 8.652.884.621 43.732.582.804 15.978.597.547 April 21.736.151.338 62.920.407.454 26.687.098.410 16.253.677.474 60.479.649.681 19.791.026.442 Mei 25.098.163.994 70.550.782.085 26.352.717.072 8.235.122.141 54.996.189.375 23.665.443.766 Juni 21.589.022.060 63.422.678.610 22.712.887.509 8.517.595.022 52.986.112.389 15.840.156.026 Juli 31.677.714.556 74.026.312.978 33.410.300.407 25.614.255.217 75.341.930.763 27.888.704.605 Agustus 32.393.457.111 65.319.358.970 25.708.249.240 10.309.312.453 63.767.984.128 20.951.412.560 September 21.813.833.697 96.004.447.084 27.120.849.118 10.234.869.048 56.978.514.824 18.293.692.678 Oktober 23.846.561.372 86.363.459.249 36.699.119.086 15.533.887.841 63.606.953.413 50.772.607.389 November 24.765.133.557 119.437.078.426 37.740.017.397 19.743.948.400 85.500.865.237 81.687.910.582 Desember 62.134.802.025 163.047.881.900 78.343.266.231 38.469.756.914 131.117.572.112 60.532.266.758 Jumlah 321.566.335.134 967.722.439.739 370.740.534.873 175.308.880.279 787.058.422.090 366.165.190.836 Sumber: Kanwil DJP Jateng II Tabel 3.4 Penerimaan Pajak Tahun 2015 di Kanwil DJP Jateng II TAHUN KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama 2015 Purwokerto Cilacap Kebumen Magelang Klaten Surakarta Januari 47.215.941.507 72.061.418.243 15.671.913.003 45.081.106.194 24.364.129.765 82.052.208.001 Februari 43.324.200.229 64.292.674.743 11.754.025.791 30.949.039.719 19.188.133.095 75.971.689.167 Maret 43.586.625.223 50.747.147.444 14.475.325.541 31.190.490.480 22.326.940.503 88.013.457.890 April 65.767.790.249 63.824.510.255 21.980.918.980 51.416.543.690 29.663.178.004 95.093.045.475 Mei 54.899.697.227 82.479.353.078 16.032.537.401 40.177.038.919 26.383.592.704 82.442.921.063 Juni 51.066.988.370 76.362.069.113 16.835.546.652 37.412.057.197 29.999.888.095 86.243.986.197 Juli 75.298.125.951 95.173.193.341 34.987.005.279 82.028.626.829 33.270.161.182 119.151.601.266 Agustus 68.173.084.449 62.638.232.674 21.443.835.556 40.914.645.916 28.565.111.866 97.464.876.773 September 81.882.012.447 78.445.676.437 21.688.228.627 41.232.773.110 42.359.896.286 98.912.497.928 Oktober 100.668.760.565 85.981.710.714 24.231.595.307 45.545.236.820 37.831.078.589 115.590.105.488 November 77.439.705.913 84.623.380.276 36.331.243.112 49.857.588.285 47.525.810.534 140.251.647.543 Desember 161.677.122.257 151.248.062.206 101.720.601.223 138.470.126.232 175.946.454.225 327.867.435.236 Jumlah 871.000.054.387 967.877.428.524 337.152.776.472 634.275.273.391 517.424.374.848 1.409.055.472.027

56 56 Tabel 3.4 Lanjutan TAHUN KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama KPP Pratama 2015 Boyolali Karanganyar Purbalingga Purworejo Sukoharjo Temanggung Januari 16.940.044.413 119.472.330.803 24.739.664.676 8.196.322.122 50.146.302.445 24.099.544.678 Februari 18.268.631.135 82.829.747.070 17.340.088.852 6.977.208.294 45.789.109.395 14.023.707.825 Maret 15.905.647.159 80.606.024.603 19.393.112.881 11.611.515.441 52.555.741.530 21.480.576.124 April 26.097.894.677 93.705.799.016 38.202.428.780 10.249.856.641 63.846.822.640 21.244.972.774 Mei 29.588.029.182 88.597.656.596 25.479.569.791 16.193.544.774 74.526.905.536 27.542.500.107 Juni 25.221.292.587 76.318.951.057 26.416.895.059 12.011.225.315 67.511.059.071 20.643.260.798 Juli 40.443.406.847 115.553.434.700 45.794.332.724 22.660.616.613 82.227.414.123 35.896.195.084 Agustus 28.212.155.640 89.484.917.710 34.539.980.405 16.965.035.236 80.364.367.103 23.043.106.273 September 24.982.251.223 87.347.288.845 38.171.413.114 14.485.070.174 72.607.557.798 30.298.314.044 Oktober 37.325.203.716 107.993.320.045 40.108.206.511 16.234.660.018 84.550.895.608 80.843.754.992 November 31.555.007.557 136.333.096.389 51.212.721.658 27.264.231.620 137.714.295.848 112.577.694.716 Desember 85.557.899.917 332.725.533.137 110.225.602.112 67.591.757.118 214.902.150.014 102.798.903.701 Jumlah 380.097.464.053 1.410.968.099.971 471.624.016.563 230.441.043.366 1.026.742.621.111 514.492.531.116 Sumber: Kanwil DJP Jateng II Penerimaan pajak pada Tabel 3.3 merupakan penerimaan tahun 2014, yaitu sebelum diadakannya Tahun Pembinaan Wajib Pajak. Di tahun ini Kanwil DJP Jateng II memberikan target Rp6,615 triliun dengan realisasi penerimaan pajak sebesar Rp6,835 triliun atau 103,74%. Penerimaan pajak 2014 tersebut termasuk didalamnya pajak penghasilan atau PPh (pasal 21), PPh (pasal 25/29), dan PPh Nonmigas masing-masing Rp 2,332 triliun, Rp 120,257 miliar, dan Rp 3,430 triliun. Sebelum diadakan pembinaan, penerimaan pajak sudah dapat melampaui target, walaupun jumlah penerimaannya tidak jauh dari target. Pada tahun 2014, penerimaan pajak sudah mencapai target. Di tahun 2015 pada saat berlakunya Tahun Pembinaan Wajib Pajak diharapkan penerimaan pajak akan meningkat dan mencapai target. Dilihat dari jumlah WP dan jumlah pelaporan SPT, yaitu sebanyak

57 57 1.237.588 WP dan 1.269.404 SPT, seharusnya penerimaan pajaknya juga akan meningkat. Total target yang harus dipenuhi oleh Kanwil DJP Jateng II adalah sebesar Rp10,056 triliun. Target tersebut meningkat sebesar 48% dari tahun sebelumnya. Penerimaan pajak selama tahun 2015 yang terdapat pada Tabel 3.4 yaitu sebesar Rp8,771 triliun. Dalam penerimaan pajak tersebut terdapat pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp5,07 triliun, pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar Rp3,53 triliun, PBB sebesar Rp28,3 miliar dan pajak lainnya sebesar Rp162,3 miliar. Penerimaan tersebut hanya dapat terealisasikan sebesar 87,84% dari target (DJP, 2015). Dari target yang telah ditetapkan, Kanwil DJP Jateng II masih belum dapat mencapainya, meskipun penerimaan pajak tersebut bertumbuh sebesar 28% dari tahun sebelumnya. Tabel 3.5 Jumlah Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak di Kanwil DJP Jateng II No. Nama KPP Jumlah Permohonan yang diterima 1 PRATAMA PURWOKERTO 996 2 PRATAMA CILACAP 597 3 PRATAMA KEBUMEN 994 4 PRATAMA MAGELANG 846 5 PRATAMA KLATEN 628 6 PRATAMA SURAKARTA 2.089 7 PRATAMA BOYOLALI 353 8 PRATAMA KARANGANYAR 932 9 PRATAMA PURBALINGGA 277 10 PRATAMA PURWOREJO 1.749 11 PRATAMA SUKOHARJO 1.180 12 PRATAMA TEMANGGUNG 142 Jumlah 10.783 Sumber: Kanwil DJP Jateng II Data diatas merupakan jumlah permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi pajak. Jika dilihat dari jumlahnya, angka tersebut masihlah rendah. Hanya terdapat 10.783 permohonan dari

58 58 1.237.588 WP OP dan Badan. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut, adanya beberapa pandangan masyarakat jika pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut malah akan merugikan negara, atau terdapat permohonan yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Cara Mengatasinya Dalam melaksanakan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan pajak pastinya terdapat kendala didalamnya. Dari penelitian penulis di Kanwil DJP Jateng II, kendala yang dihadapi adalah: a. Pembagian tugas yang masih belum dapat berjalan dengan baik karena terdapat pegawai yang tidak bekerja dengan maksimal, b. Banyaknya berkas permohonan yang dikirim oleh KPP dengan jumlah pegawai yang minim di bagian Pengurangan, Keberatan, dan Banding (PKB). Berkas yang telah masuk harus diinput dalam surat masuk terlebih dahulu dibagian sekretariat, setelah itu diberikan ke bagian PKB untuk diteliti dan diproses, lalu dikembalikan lagi ke bagian sekretariat untuk dimintakan persetujuan oleh kepala Kanwil dan diberi penomoran oleh sekretariat, penomoran untuk satu berkas harus dilakukan oleh petugas dan satu berkas tersebut harus dimasukan pada hari dan jam kerja yang sama karena satu berkas bisa terdapat beberapa

59 59 permohonan, setelah penomoran berkas tersebut dikembalikan lagi ke bagian PKB untuk diteliti kembali dan dikirim ke WP, c. Keterbatasan waktu pembahasan permohonan dengan pemeriksa maupun dengan WP, d. Terdapat Wajib Pajak yang kurang memahami tata cara pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi beserta persyaratan dan berkas-berkasnya. Upaya-upaya untuk mengantisipasi agar pelaksanaan penyelesaian berjalan sesuai pada mestinya. Upaya tersebut diantaranya: 1. Memaksimalkan kinerja penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi. Dengan menyadari bahwa jumlah pegawai di bagian Pengurangan, Keberatan, dan Banding tidak terlalu banyak dan berkas yang masuk tidak dapat diprediksi, maka pegawai dituntut bekerja lebih giat dan cepat dengan tetap memperhatikan ketelitian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi. Jadi setiap satu berkas permohonan terselesaikan, harus terus dilanjutkan dengan berkas-berkas permohonan selanjutnya agar permohonan dapat terselesaikan sebelum jatuh tempo. 2. Selalu menjalin koordinasi yang baik antar pegawai dan WP untuk memperlancar proses penyelesaian permohonan dengan cara memantau perkembangan penyelesaian permohonan serta mengatur waktu dengan bijak.

60 60 3. Melakukan koordinasi dengan KPP untuk memberikan pengarahan mengenai tata cara pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sekaligus hak dan kewajiban agar berkas permohonan dapat diterima di Kanwil DJP Jateng II diterima secara lengkap. B. Temuan 1. Kelebihan a. Dari segi prosedur, pelaksanaan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sudah sesuai dengan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak, b. Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dapat diselesaikan tepat waktu karena menggunakan menerapkan layanan unggulan di Bidang Perpajakan yang memberikan standar waktu 6 (enam) bulan, c. Dari segi Wajib Pajak, Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk tidak dikenai sanksi, d. Kendala dapat diatasi dengan baik dengan melakukan upaya meminimalisir terjadinya kesalahan dalam proses penyelesaian.

61 61 2. Kekurangan a. Terdapat Wajib Pajak yang belum memahami tata cara pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi serta persyaratan yang dibutuhkan agar permohonan tersebut dapat diterima, b. Kurang maksimalnya koordinasi antar pegawai di bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding, c. Waktu pembahasan atau pemeriksaan yang terbatas dengan jumlah permohonan yang tidak dapat diprediksi dan dengan jumlah pegawai yang kurang memadahi.