BAB V HASIL PENELITIAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan silang

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

Surat Persetujuan. Lampiran 1.1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, yaitu : Nama : Umur :. tahun. Alamat :..

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000).

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk

MODUL I DESAIN ERGONOMI

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB VI PEMBAHASAN. aktif berumur antara tahun dengan rerata 19,47 ± 0,91 tahun yang semuanya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB IV METODE PENELITIAN. kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok

Pembahasan dan Analisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK..

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-3 yang berlokasi di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mulai bulan Agustus 2010 Maret 2011.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

PERBAIKAN KONDISI KERJA PELEBURAN PADUAN PERUNGGU MENINGKATKAN KINERJA PERAJIN GAMELAN BALI DI DESA TIHINGAN KLUNGKUNG

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008).

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Rancangan yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA INDUSTRI KERIPIK UBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini alat ukur yang dipakai adalah tes keterampilan bola basket. Tes

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan Treatment by

ABSTRAK. Kata kunci : Metode Kerja Berorientasi Ergonomi, Kualitas Kesehatan, Produktivitas, Penghasilan Pekerja.

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

Kata Kunci : Perancangan, Pembuat es Puter, Metode QFD, Aspek Ergonomi

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI STRESS PADA DEPARTEMEN QUALITY CONTROL PT PACIFIC PALMINDO INDUSTRI

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan secara bertahap yang meliputi analisis normalitas, homogenitas, dan komparabilitas. 5.1.1 Karakteristik Subjek Dalam penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah orang wanita, dengan dua jenis perlakuan yaitu penggunaan sapu lidi bertangkai jenis lama dan sapu lidi bertangkai jenis yang baru. Karakteristik subjek meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan pengalaman kerja. Karakteristik subjek disajikan dalam Tabel 5.1 Tabel 5.1 Data Karakteristik Subjek No Variabel n Rerata Standar Deviasi Rentangan 1 Umur (th) 38,56 3,58 32-43 2 Berat badan (kg) 60,06 6,61 45-72 3 Tinggi badan ( cm) 156,00 5,73 145-5 4 Pengalaman kerja (th) 9,56 1,41 8-13 74

75 Gambar 5.1 Pengukuran Tinggi Badan Subjek Gambar 5.2 Subjek Mengisi Kuesioner Sebelum Bekerja Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rerata umur subjek dalam penelitian ini 38.56 3.58 tahun, rerata berat badan subjek 60.06 6.61kg, sedangkan tinggi badan subjek reratanya 156,00 5.73cm dan rerata pengalaman kerjanya 9,56 1.41tahun. Dari umur, berat badan, dan tinggi badan termasuk dalam kategori normal sedangkan pengalaman kerja subjek termasuk dalam kategori berpengalaman atau cukup lama bekerja. Untuk kesehatan penyapu jalan yang dijadikan subjek penelitian ini yaitu tidak cacat fisik, mental dan dapat bekerja sehari-hari seperti biasanya, tanpa keluhan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan kategori pendidikan yaitu minimal Sekolah Dasar (SD) dan maksimal tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga dalam pengisian kuesioner tidak mengalami kesulitan.

76 5.1.2 Data Antropometri Subjek Data antropometri sangat penting dimiliki oleh para perancang alat untuk mendapatkan ukuran yang paling sesuai. Ukuran yang didapatkan harus disesuaikan dengan ukuran tubuhnya dan nyaman bila digunakan oleh pekerja. Untuk mendapatkan ukuran yang sesuai maka dilakukan pengukuran antropometri bagi penyapu jalan. Antropometri subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi panjang tangan, lebar telapak tangan, lingkar tangan, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri. Gambar 5.3 Pengukuran Antropometri Tangan Subjek Gambar 5.4 Pengukuran Diameter Genggam Subjek Pengukuran antropometri subjek tersebut berkaitan dengan alat yang akan dirancang/ desain sapu lidi yang baru bagi penyapu jalan. Data antropometri subjek disajikan dalam Tabel 5.2 di bawah ini.

77 Tabel 5.2 Data Antropometri Subjek No Antropometri (cm) n Persentil 5 50 95 1 Panjang telapak tangan,0 17,0 18,0 2 Lebar telapak tangan 7,0 8,0 9,2 3 Diameter genggaman 2,5 3,2 3,8 4 Tinggi siku berdiri 91,7 100,5 108,3 5 Tinggi pinggang berdiri 87,15 95,0 99,8 Dari Tabel 5.2 data antropometri subjek yang meliputi panjang tangan, lebar telapak tangan, lingkar tangan, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri dalam penelitian ini mengunakan persentil 95. Dan selanjutnya dipakai menjadi acuan dalam menentukan panjang tankai dan diameter genggaman terhadap desain sapu lidi bertangkai yang baru. Untuk menentukan panjang tangkai ditetapkan pada persentil 95 diambil dari dimensi tinggi siku berdiri setinggi postur penyapu jalan. Sedangkan untuk genggaman pada tangkai ditetapkan pada persentil 95 dari dimensi diameter genggaman. 5.2 Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Kondisi lingkungan yang diukur selama penelitian ini adalah kecepatan angin, suhu lingkungan yang diukur meliputi suhu kering, suhu basah, Sedangkan kelembaban relatif dicari dalam diagram psikrometri. Untuk hasil pengukuran kondisi lingkungan disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :

78 Tabel 5.3 Kondisi Lingkungan antara Kelompok Periode I dan Kelompok Periode II Periode I Periode II Variabel n Rerata SD rentangan Rerata SD rentangan Suhu Kering ( C) 28,71 1,68 27,03-30,39 28,74 1,77 26,97-30,51 Suhu Basah ( C) 26,19 0,81 26,01-26,37 26,21 0,77 25,44-26,98 Kelembaban Relatif (%) 78,74 1,69 77,05-80,43 78,74 1,76 76,98-80,50 Kecepatan Angin (m/s) 1,05 0,36 0,68-1,42 1,05 0,36 0,69-1,41 Pada Tabel 5.3 rerata suhu kering tempat penelitian untuk kelompok periode I 28,71±1.68 C, Sedangkan kelompok periode II 28,74±1,77 C. Untuk rerata suhu basah pada kelompok periode I 26.19±0.81 C, Sedangkan kelompok periode II 26.21±0.77 C. Data suhu kering dan suhu basah dijadikan acuan untuk menentukan kelembaban relatif pada tabel psikometri sehingga diperoleh rerata kelembaban relatif untuk kelompok periode I 78,74±1,69%, Sedangkan kelompok periode II 78,74±1,76%. Dan untuk data kecepatan angin pada kelompok periode I 1,05±0.37 m/s dan kelompok periode II 1,05±0.36 m/s. Selanjutnya data Kondisi lingkungan dianalisis kemaknaan yang meliputi uji normalitas, homogenitas dan komparabilitas antar periode pertama dan periode kedua. 5.2.1 Uji Normalitas Data kondisi lingkungan diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk Test (n<50). Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai kemaknaan (p) kondisi lingkungan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan kedua kelompok data berdistribusi normal atau memiliki karakteristik lingkungan yang sama. Dan hasil analisis disajikan pada Lampiran 14.

79 5.2.2 Uji Komparabilitas Perbedaan rerata kondisi lingkungan antar periode, dianalisis dengan uji independent samples test hasilnya disajikan pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Uji Komparabilitas Rerata Kondisi Lingkungan Antar Periode Variabel Periode I Periode II Rerata SB Rerata SB n t p Suhu kering ( 0 C) Suhu basah ( 0 C) Kel. relatif ( %) Kec. Angin (m/s) 28,71 26,19 78,74 1,05 1,77 0,77 1,76 0,36 28,74 26,21 78,74 1,05 1,77 0,77 1,76 0,36 0,44 0,22 0,45 0,73 0,69 0,39 0,63 0,17 Berdasarkan Tabel 5.4 diatas maka kondisi lingkungan pada periode I dan Periode II tidak berbeda (p>0,05). Ini berarti kondisi lingkungan pada kedua periode mempunyai paparan lingkungan yang sama terhadap subjek penelitian. 5.3 Uji Variabel 5.3.1 Uji Normalitas dan Homogenitas Data karakteristik variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk Test (n<50). Hasil analisis menunjukkan data beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan berdistribusi normal (p>0,05), hasilnya disajikan pada lampiran L.12. Sedangkan Uji homogenitas terhadap variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan diuji dengan Levene s test untuk mengetahui homogenitas varians pada periode yang sama. Hasil analisis menunjukkan data ketiga variabel homogen (p> 0,05), hasilnya disajikan pada lampiran L.12.

80 5.3.2 Uji Komparabilitas Subjek penelitian berjumlah orang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I sebanyak 8 orang dan 8 orang lainnya menjadi kelompok II. Selanjutnya dilakukan uji t-independent untuk mengetahui perbedaan variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan sebelum kerja pada periode pertama. Hasilnya disajikan pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Hasil Uji Komparabilitas terhadap Beban kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I Kelompok II t p Variabel n Rerata SB n rerata SB Beban Kerja 8 65,25 2,12 8 66,75 3,69-0,996 0,336 Keluhan Otot Skeletal 8 45,25 2,96 8 45,63 2,50-0,273 0,789 Kelelahan 8 47,63 1,77 8 47,13 1,55 0,601 0,557 Hasil analisis pada Tabel 5.5 pada variabel beban kerja menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) dengan nilai t = - 0,996 dan nilai p = 0,336. Artinya beban kerja sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan beban kerja semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Pada variabel keluhan muskuloskeletal menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) karena nilai t = - 0,273 dan nilai p = 0,789. Artinya keluhan muskuloskeletal sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode

81 periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan keluhan muskuloskeletal semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Sedangkan pada variabel kelelahan menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) karena nilai t = 0,601 dan nilai p = 0,557. Artinya kelelahan sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan kelelahan sematamata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. 5.3.3 Uji Beda Sampel 5.3.3.1 Hasil Uji Efek Periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan rerata variabel pada perlakuan I (sapu lama) periode pertama dikurangi dengan rerata variabel perlakuan II (sapu baru) periode kedua untuk Kelompok I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II (sapu baru) periode pertama dikurangi dengan rerata variabel kelompok perlakuan I (sapu lama) periode kedua untuk Kelompok II. Hasil analisis di sajikan pada Tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Hasil Uji Efek Periode terhadap Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I Kelompok II t p Variabel n Rerata SB n Rerata SB Beban Kerja 8 21,11 3,89 8 22,21 3,92-0,57 0,58 Keluhan Otot Skeletal 8 29,00 3,78 8 25,75 4,28 1,61 0,13 Kelelahan 8 19,87 5,17 8 20,25 4,20-0, 0,88 Berdasarkan Tabel 5.6 hasil analisis efek periode menunjukkan bahwa tidak ada

82 perbedaan bermakna karena nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Ini berarti bahwa kelompok I tidak berpengaruh terhadap kelompok II dan kelompok II tidak berpengaruh terhadap kelompok I sehingga dapat diasumsikan bahwa peningkatan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan semata-mata disebabkan oleh perbedaan perlakuan. 5.3.3.2 Hasil Uji Efek Residu (carry over effect) Efek residu dihitung berdasarkan rerata variabel pada kelompok perlakuan I (sapu lama) periode pertama ditambah dengan rerata variabel kelompok perlakuan II (sapu baru) pada periode kedua untuk Kelompok I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II (sapu baru) periode periode pertama ditambah dengan rerata variabel kelompok perlakuan I (sapu lama) periode kedua untuk kelompok II. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Hasil Uji Efek Residu terhadap Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I Kelompok II t p Variabel n Rerata SB n Rerata SB Beban Kerja 8 86,34 4,90 8 87,44 6,11-0,40 0,70 Keluhan Otot Skeletal 8 26,75 6,30 8 28,00 4,04-0,47 0,64 Kelelahan 8 18,63 4,07 8 21,50 6,05-1,12 0,28 Berdasarkan Tabel 5.7 hasil analisis efek residu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna karena nilai p lebih besar dari 0,05(p>0,05). Ini berarti bahwa tidak ada pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya, sehingga dapat diasumsikan bahwa peningkatan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan semata-mata disebabkan oleh perbedaan perlakuan.

83 5.3.3.3 Hasil Uji Efek Perlakuan Efek perlakuan dihitung dari rerata variabel pada kelompok perlakuan I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II. Selanjutnya karena data berdistribusi normal makan digunakan uji t-paired. Untuk variabel beban kerja antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.8 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Beban Kerja pada Penyapu Jalan Variabel n Perlakuan I Perlakuan II Rerata SB Rerata SB t p Denyut Nadi Istirahat 64,69 3,24 65,88 3,22-1,50 0,154 Denyut nadi Kerja Nadi kerja 118,96 54,27 2,26 3,46 98,49 32,61 2,22 3,25 28,69 21,58 0,001 0,001 Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa analisis kemaknaan untuk variabel beban kerja pada kelompok sebelum bekerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = -1,50 dan nilai p = 0,154. Hal ini berarti bahwa beban kerja pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan beban kerja yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis beban kerja kelompok sesudah bekerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 28,69 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan beban kerja pada penyapu jalan. Untuk variabel keluhan muskuloskeletal antara kelompok perlakuan I dan

84 perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.9 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Penyapu Jalan Variabel n Perlakuan I Perlakuan II Rerata SB Rerata SB t p Keluhan Otot Skeletal sebelum kerja Keluhan otot skeletal setelah kerja selisih 46,13 91,63 45,50 2,45 2,70 2,92 45,44 63,56 18,13 2,34 2,73 3,79 0,87 24,98 21,26 0,397 0,001 0,001 Untuk variabel keluhan muskuloskeletal pada kelompok sebelum bekerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = 0,87 dan nilai p = 0,397. Hal ini berarti bahwa keluhan muskuloskeletal pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan keluhan muskuloskeletal yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis keluhan muskuloskeletal kelompok setelah bekerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 24,98 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pada penyapu jalan. Untuk variabel kelelahan antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini:

85 Tabel 5.10 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Kelelahan pada Penyapu Jalan Variabel n Perlakuan I Perlakuan II Rerata SB Rerata SB t p Kelelahan sebelum kerja 46,50 2,45 46,44 2,34 0,85 0,934 kelelahan setelah kerja 77,69 2,96 57,56 2,94 21,95 0,001 selisih 31,19 3,66 11,13 3,12 15,45 0,001 Selanjutnya untuk variabel kelelahan pada kelompok kelelahan sebelum kerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = 0,85 dan nilai p = 0,934. Hal ini berarti bahwa kelelahan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan kelelahan yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis kelelahan kelompok setelah kerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 21,95 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan kelelahan pada penyapu jalan.