IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sudomo Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan subjek maupun melalui perantara pemuka atau tokoh masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, dan ketua gapoktan. Beberapa dokumentasi selama pengukuran antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga disajikan pada Lampiran 5. Setelah dilakukan pengambilan data dari 10 desa di Kecamatan Dramaga, diperoleh data antropometri petani wanita secara ringkas seperti pada Tabel 5 berikut ini (data selengkapnya pada Lampiran 2) : Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga (pengukuran berdiri) No Parameter Standar deviasi PENGUKURAN BERDIRI (cm) 5 50 (Mean ) 95 1 Berat badan Tinggi badan Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Tinggi pergelangan tangan Tinggi ujung tangan Tinggi siku kaki Tinggi telapak tangan Tinggi selangkangan Tinggi pinggul Jangkauan ke depan Jangkauan ke depan ( genggam ) Panjang lengan atas Panjang lengan Lebar bahu Jangkauan horizontal siku tangan Jangkauan horizontal tangan Panjang siku ke genggaman Tinggi genggaman Tinggi sandaran tangan Lebar telapak kaki Panjang telapak kaki
2 Tabel 6. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Dramaga (pengukuran duduk) PENGUKURAN DUDUK (cm) 1 Tinggi pantat ke lantai Tinggi lutut Tinggi pinggul Tinggi bahu Tinggi mata Tinggi duduk Tebal badan Lebar pantat Panjang siku ke ujung tangan Panjang siku ke pergelangan Tinggi siku tangan Panjang pantat ke siku kaki Panjang pantat ke lutut Panjang pergelangan tangan Panjang telapak tangan 0,2 9,2 9,5 9,8 16 Lebar telapak tangan 4 jari Lebar telapak tangan A. Keliling telapak tangan B. Diameter genggaman tangan B. Koefisien Korelasi Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh hasil perhitungan, semua data menunjukkan nilai koefisien korelasi s/d Koefisien korelasi (r) suatu korelasi antarparameter yang nilainya lebih besar dari korelasi antarparameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antarparameter lain. Hasil perhitungan nilai koefsien korelasi antarparameter antropometri dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut adalah parameter antropometri yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.9 dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut : Tabel 7. Parameter dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.9 Parameter Koefisien Korelasi 1. Berat badan dengan lebar telapak tangan (5 jari) Tinggi badan dengan panjang lengan atas Tinggi badan dengan lebar bahu Panjang lengan atas dengan panjang lengan Panjang lengan atas dengan lebar bahu Panjang lengan dengan lebar bahu Panjang lengan dengan tebal badan Lebar bahu dengan tebal badan
3 Dari tabel nilai koefisien korelasi antarparameter antropometri (Lampiran 3), keeratan hubungan antarparameter menunjukkan bahwa : 1. Parameter tinggi badan berkorelasi cukup kuat dengan parameter tinggi bahu. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi bahu cukup terkait dengan parameter tinggi badan, semakin besar tinggi bahu seseorang maka akan cukup mempengaruhi tinggi badannya, begitupun sebaliknya. 2. Parameter jangkauan ke depan berkorelasi kuat dengan parameter jangkauan ke depan saat menggenggam. Hal ini menunjukkan semakin besar jangkauan ke depan sesorang maka akan semakin besar pula jangkauan ke depannya pada saat menggenggam, begitupun sebaliknya. 3. Parameter panjang lengan atas memiliki korelasi yang kuat sekali dengan parameter panjang lengan, hal ini berarti rasio panjang lengan atas seseorang dengan panjang panjang lengannya adalah seragam. C. Aplikasi Antropometri Pada Desain Gagang Sabit Di daerah Kabupaten Bogor, khususnya Kecamatan Dramaga, perontokan padi masih menggunakan cara manual, yaitu dengan cara digebot. Karena perontokan dilakukan dengan cara digebot, maka pemanena padi dengan sabit, dilakukan dengan cara potong bawah. Untuk pemanenan padi dengan cara potong bawah, dianjurkan menyisakan batang setinggi 20 cm dari tanah. Cara pemanenannya, tangan kiri memegang batang beserta daun padi dan bulir gabahnya, tangan kanan melakukan pemotongan dengan sabit (Utomo & Nazaruddin 39). Berdasarkan pengambilan data sabit yang digunakan di Kecamatan Dramaga, petani menggunakan sabit yang mempunyai ukuran sebagai berikut ; 1. Panjang gagang sabit sebesar cm 2. Diameter gagang sabit sebesar 3.5 cm untuk diameter gagang terjauh dari mata sabit, dan 3.0 cm untuk diameter gagang sabit terdekat dari mata sabit. 3. Panjang total mata sabit sebesar cm dan panjang mata sabit dari ujung hingga bagian yang tajam sebesar cm. Dalam melakukan pekerjaan menyabit, petani melakukan gerakan-gerakan, namun dari gerakangerakan tersebut manusia sebenarnya memiliki selang alami gerakan tubuh. Berdasarkan selang gerakan, pada saat melakukan penyabitan terjadi beberapa gerakan yaitu pada tulang belakang, punggung, dan pergelangan tangan, seperti disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Macam-macam selang gerakan pada saat menyabit ) Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006)) 24
4 Gambar 15. Pemotongan padi dengan sabit 25
5 Gambar 15 diperoleh dari pengolahan hasil analisi gerak. Dari video yang diambil, dicari gambar-gambar yang menunjukkan satu siklus gerakan menyabit dari seorang petani. Untuk melihat gambar 15 diatas, dimulai dari kiri ke kanan. Pada frame 1, dapat dilihat petani dalam posisi berdiri sebelum memulai gerakan menyabit. Pada frame 2, terlihat petani mulai menunduk, pada frame 3, terlihat petani meraih padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, pada frame 4 terlihat sabit yang digenggam petani dengan tangan kanan tepat berada pada padi yang akan dipotong, pada frame 5 terlihat padi telah terpotong oleh sabit, siklus pemotongan padi dengan menggunakan sabit berlangsung selama 3 kali, yang dapat dilihat pada frame 6 sampai frame 21, sedangkan pada frame 22 terlihat petani mulai berdiri kembali untuk meletakkan padi yang telah dipotong, dan pada frame 23 terlihat petani telah meletakkan padi yang telah dipotong pada tumpukan padi. Dari gerakangerakan tersebut terdapat beberapa parameter antropometri yang terkait dengan desain tangkai sabit, yaitu : Tabel 8. Parameter antropometri yang terkait dengan desain gagang sabit No Parameter Antropometri Dimensi Ke-5 Ke-50 Ke-95 1 Tinggi pinggul Tinggi bahu Tinggi badan Panjang lengan Panjang lengan atas Panjang telapak tangan Lebar bahu Lebar telapak tangan (4 jari) Panjang Gagang Sabit Jika memperhatikan slow motion dari gerakan menyabit maka dapat terlihat pada Gambar 18 awalan serta akhiran dari gerakan menyabit. Dalam pengamatan Gambar 15 pada frame 4 terlihat bahwa mata sabit tepat mengenai padi. Maka, dari posisi tersebut dapat dianalisis bahwa panjang gagang sabit dapat ditentukan pada saat posisi tersebut. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dan diperbesar Gambar 16 berikut : Gambar 16. Posisi mata sabit tepat mengenai padi 26
6 Dengan menggunakan software Autocad 2009 maka dapat diolah gambar yang diambil dari lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh sudut lengan bawah tangan terhadap posisi vertikal sebesar 24. Selain itu, sudut membungkuknya tulang belakang secara fleksi (flexion) juga dapat diperoleh yaitu sebesar 57, sudut yang dibentuk oleh bahu aduksi sebesar 40 dan sudut yang dibentuk oleh pergerakan pergelangan tangan secara deviasi ulmar sebesar 35. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sudut yang dibentuk oleh tulang belakang (57 ), tidak termasuk kedalam zona gerakan yang nyaman, dimana untuk gerakan tulang belakang sudut maksimum untuk membungkuk adalah 46. Hal ini juga terjadi pada bahu aduksi (40 ) serta pergelangan tangan deviasi ulnar (35 ), sedangkan sudut maksimum yang diperbolehkan dalam bahu aduksi dan pergelangan tangan deviasi ulnar adalah sebesar 25. Selain itu, sudut yang dibentuk oleh lengan bawah fleksi (46 ) sudut yang dibolehkan dalam lengan bawah fleksi sebesar 60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan gerakan menyabit, petani wanita tidak merasa nyaman dengan sudut membungkuk dan sudut lengan atas tersebut. Jika digambarkan dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh dengan software Autocad 2009 yaitu bagaimana posisi petani pada posisi saat berdiri normal sebagai berikut (Gambar 17 dan Gambar 18). Gambar 17. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak samping Gambar 18. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak depan Sedangkan ilustrasi untuk sudut maksimum yang diperbolehkan dalam zona yang ergonomis sebagai berikut (Gambar 19). 27
7 Gambar 19. Ilustrasi petani pada posisi mata sabit tepat mengenai padi pada zona yang ergonomis Dari Gambar 19, sudut ACI (sebesar 46 ) adalah sudut yang terbentuk ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut membungkuk petani terhadap garis vertikal ke atas dengan pinggul sebagai porosnya. Sedangkan sudut QB 1 F 1 (sebesar 25 ) adalah sudut yang terbentuk ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut bahu terhadap titik 0, sudut JF 1 G 1 (sebesar 60 ) adalah sudut yang terbentuk oleh lengan bawah terhadap titik 0, sudut G 1 H 1 K (sebesar 25 ) adalah sudut yang terbentuk oleh panjang telapak tangan (G 1 H 1 ) dengan titik 0, dan sudut LH 1 P (sebesar 51 ) adalah sudut yang terbentuk antara sabit yang mengenai padi dengan gari lurus ke bawah. Jika kedua sudut itu diasumsikan terjadi pada tiga jenis postur tubuh manusia yaitu persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 maka dapat diketahui panjang sabit tiap persentilnya pada posisi saat mata sabit mengenai padi. Dari Gambar 19 diidentifikasikan bahwa panjang DE (tinggi D) adalah berasal dari data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter tinggi siku kaki, sedangkan panjang CE (tinggi C) pada parameter tinggi pinggul dan panjang B 0 CE pada parameter tinggi bahu serta panjang ACE pada parameter tinggi badan. Dari data panjang B 0 CE dan panjang CE dapat diperoleh data panjang B 0 C yaitu panjang B 0 CE dikurangi panjang CE. Selain itu, panjang B 1 F 1 G 1 berasal dari data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter panjang lengan, sedangkan panjang B 1 F 1 parameter panjang lengan atas, panjang G 1 H 1 parameter panjang telapak tangan serta panjang B 0 B 1 didapat dari lebar bahu dibagi 2. Dari data panjang B 1 F 1 G dan panjang B 1 F 1 dapat diperoleh panjang F 1 G 1 yaitu panjang B 1 F 1 G 1 dikurangi panjang B 1 F 1. Untuk lebih mudah mengetahuinya, dapat dilihat Tabel 9 berikut: 28
8 Keterangan Tabel 9. Penjelasan Gambar 19 Dimensi ( cm ) ke-5 ke-50 ke-95 Tinggi Siku Kaki (DE) Tinggi Pinggul (CE) Tinggi Bahu (B 0 CE) Tinggi Badan (ACE) Panjang B 0 C Panjang Lengan (B 1 F 1 G 1 ) Panjang Lengan Atas (B 1 F 1 ) Panjang Telapak Tangan (G 1 H 1 ) 9,21 9,52 9,83 Panjang F 1 G Panjang B 0 B 1 20, Panjang sabit merupakan panjang dari perpanjangan dari titik H 1 yang menuju titik P hingga 20 cm di atas permukaan tanah. Untuk mendapatkan nilai panjang gagang sabit dapat diperoleh dari trigonometri sudut LH 1 P yaitu 51. Berdasarkan sudut maksimum zona 3 untuk tulang belakang membungkuk, dapat dihitung tinggi B 0, berikut ilustrasinya: Gambar 20. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B 0 Untuk mendapatkan nilai tinggi B 0, terlebih dahulu harus mendapatkan panjang CM, B 0 C, dan B 0 I. Secara garis besar, dapat dirumuskan sebagai berikut : B 0 C = B 0 CE - CE CM = B 0 C x Cos B 0 CM di mana : B 0 CE = Tinggi Bahu (cm) CE = Tinggi Pinggul (cm) Sudut B 0 CI = 46 B 0 M = B 0 C - CM di mana : B 0 C = B 0 C = B 0 CE CE Tinggi B 0 = Tinggi B 0 B 0 M 29
9 di mana : Tinggi B 0 = B 0 CE = Tinggi Bahu Tinggi B 0 = Tinggi B 0 (B 0 C CM ) Dengan menggunakan rumus-rumus di atas maka dapat dilakukan perhitungan. Berikut hasil perhitungan panjang gagang sabit (Tabel 10). No. Keterangan Tabel 10. Perhitungan tinggi B 0 ke-5 Ke-50 ke-95 1 Nilai cos B 0 CI (cos 46 ) Panjang B 0 C (dalam cm) Panjang CM (dalam cm) Panjang B 0 C = Panjang B 0 C (dalam cm) Panjang B 0 M (dalam cm) Tinggi B 0 = Panjang B 0 CE (dalam cm) Tinggi B 0 (dalam cm) Berdasarkan sudut yang dibentuk oleh bahu fleksi, dapat dihitung tinggi B 1, sebagai berikut : Gambar 21. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B 1 Tinggi B 1 = Tinggi B 0 B 0 N Dengan : B 0 N = Panjang B 0 B 1 x Cos B 1 NB 0, dimana sudut B 1 NB 0 = 30 Berdasarkan sudut lengan bawah fleksi dapat dihitung tinggi F 1 dan tinggi G 1 sebagai berikut : Gambar 22. Ilustrasi perhitungan tinggi F 1 dan tinggi G 1 30
10 Tinggi F 1 = Tinggi B 1 B 1 Q Tinggi G 1 = Tinggi F 1 F 1 J Dengan : B 1 Q = Panjang F 1 B 1 x Cos F 1 B 1 Q, dimana sudut F 1 B 1 Q = 55 F 1 J = Panjang F 1 G 1 x Cos G 1 F 1 J, dimana sudut G 1 F 1 J = 60 Berdasarkan sudut pergelangan tangan deviasi ulmar dapat dihitung tinggi H 1 sebagai berikut : Gambar 23. Ilustrasi perhitungan panjang GO (Sudut Pergelangan Tangan) Tinggi H 1 = Tinggi G 1 G 1 O Dengan : G 1 O = Panjang G 1 H 1 x Cos H 1 G 1 O, dimana sudut H 1 G 1 O = 35 Berdasarkan sudut antara sabit yang mengenai padi dengan garis lurus ke bawah dapat dihitung panjang H 1 P sebagai berikut : Gambar 24. Ilustrasi perhitungan panjang H 1 P Panjang H1P Tinggi H1L Cos PH1L Dengan : H 1 L = 20 cm Sudut PH 1 L = 50 31
11 No. Keterangan Tabel 11. Perhitungan panjang H 1 P ke-5 Ke-50 ke-95 1 Tinggi B 0 (dalam cm) Nilai Cos NB 0 B 1 ( Cos 30 ) Panjang B 0 N (dalam cm) Tinggi B 1 ( dalam cm ) Cos F 1 B 1 Q ( Cos 25 ) Panjang B 1 Q Tinggi F Cos G 1 F 1 J ( Cos 60 ) Panjang F 1 J ( dalam cm ) Tinggi G Nilai Cos H 1 G 1 O ( Cos 35 ) Panjang G 1 O Tinggi H Tinggi P ( Panjang H 1 N ) Panjang H 1 setelah dikurangi Panjang H 1 L Nilai Cos PH 1 L ( Cos 51 ) Panjang H 1 P Dengan demikian diketahui panjang H 1 P (panjang dari ujung genggaman tangan sampai ujung mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam) pada saat sabit mengenai padi untuk persentil ke- 5 sebesar cm, persentil ke-50 sebesar cm, dan persentil ke-95 sebesar cm. Berdasarkan gambar yang diambil dari video pada saat petani menyabit padi, petani memegang gagang sabit di bagian ujung gagang terjauh dan sudut yang terbentuk (51 ) adalah sudut antara ujung genggaman tangan (yang terdekat dengan ujung mati sabit yang tajam) hingga ujung padi yang akan dipotong (20 cm diatas permukaan tanah) atau ujung mata sabit yang tajam dengan garis lurus kebawah tanah. Karena mata sabit yang digunakan tidak bisa diubah, dan berdasarkan pengambilan data di lapangan mengenai panjang mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam hingga ke ujung gagang terdekat mata sabit adalah sebesar cm, maka panjang gagang sabit adalah panjang H 1 P dikurangi cm ditambah lebar telapak tangan 4 jari (persentil ke-5 sebesar 8.20 cm, persentil ke-50 sebesar 8.50, dan persentil ke-95 sebesar 8.80 cm), dan didapatkan hasil gagang sabit untuk persentil ke-5 sebesar cm, persentil ke-50 sebesar cm, dan persentil ke-95 sebesar cm. Berdasarkan perhitungan, panjang gagang sabit terkecil yang sesuai dengan data antropometri petani wanita adalah sebesar cm (persentil ke-5) dan panjang gagang sabit terbesar adalah cm (persentil ke-95). Sedangkan panjang gagang sabit yang digunakan pada saat ini adalah cm. Dengan begitu dapat diketahui bahwa panjang gagang sabit yang digunakan saat ini tidak sesuai dengan data antropometri. Agar panjang gagang sabit sesuai dengan data antropometri serta dapat mengakomodasi populasi yang lebih luas, maka dianjurkan untuk memakai nilai prsentil ke-95 yaitu sebesar cm. 32
12 2. Diameter Gagang Sabit Dalam menentukan diameter gagang sabit, ditentukan oleh cara menggenggam sabit itu. Hubungan antar diameter gagang sabit dan ukuran tangan penting dalam dua hal. Jika diameter gagang sabit terlalu kecil, maka tidak banyak energi yang digunakan dan begitu juga sebaliknya, jika diameter gagang terlalu besar, maka akan banyak energi yang dikeluarkan. Berdasarkan macammacam grip pada genggaman tangan, genggaman tangan yang sesuai untuk menggenggam sabit adalah tipe power grasp. Gambar 25. Cara menggenggam sabit Pembesaran Gambar Tabel 12. Parameter antropometri yang terkait dengan desain diameter gagang sabit ke-5 ke-50 ke-95 Diameter genggaman tangan Lebar telapak tangan (4 jari) Lebar telapak tangan (5 jari) Keliling genggaman tangan Berdasarkan observasi, untuk genggaman dapat terlihat pada gambar di atas bahwa genggaman yang digunakan adalah genggaman antara ibu jari dan jari telunjuk. Namun dapat dilihat, posisi ibu jari tidak berada tepat diujung telunjuk. Melainkan terjadi overlap sebesar 1 ruas jari. Maka dari itu, dalam mendesain diameter gagang sabit, digunakan data antropometri diameter genggaman tangan dengan member overlap sebanyak setengah ruas jari. Akan tetapi, data antropometri yang didapat berdasarkan pengukuran di lapangan adalah data antropometri tanpa overlap. Maka untuk menentukan diameter genggaman tangan dengan overlap setengah ruas jari, dilakukan interpolasi. Jika diasumsikan overlap satu ruas jari adalah 1.5 cm, maka untuk overlap setengah ruas jari akan terjadi overlap sebanyak 1.5cm. Dengan demikian maka keliling diameter genggaman dikurangi overlap sebanyak 1.5 cm, yaitu cm ( ke-5), cm (persentil ke-50), dan (persentil ke- 95). Untuk mencari banyak overlap persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 sebagai berikut : 1. ke-5 Persentase overlap keliling genggaman tangan = 1.5 cm / cm X 100% = 10.92% Overlap persentil ke-5 ( dalam cm ) = % X 3.80 cm = 0.42 cm 2. ke-50 Persentase overlap keliling genggaman tangan = 1.5 cm / cm X 100% = 10.41% Overlap persentil ke-5 ( dalam cm ) = % X 3.90 cm = 0.41 cm 3. ke-95 33
13 Persentase overlap keliling genggaman tangan = 1.5 cm / cm X 100% = 9.96% Overlap persentil ke-5 ( dalam cm ) = 9.96 % X 4.00 cm = 0.40 cm Maka untuk mencari nilai persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 setelah overlap setengah ruas jari adalah sebagai berikut : 1. ke-5 Setelah dikurangi overlap : 3.80 cm 0.42 cm = 3.38 cm 2. ke-50 Setelah dikurangi overlap : 3.90 cm 0.41 cm = 3.49 cm 3. ke-95 Setelah dikurangi overlap : 4.0 cm 0.40 cm = 3.60 cm Maka nilai persentil setelah dikurangi overlap masing-masing adalah sebesar 3.38 cm (persentil ke-5), 3.49 cm (persentil ke-50), dan 3.60 cm (persentil ke-95). Berdasarkan perhitungan, diameter gagang sabit terkecil yang sesuai dengan data antropometri petani wanita adalah sebesar 3.38 cm (persentil ke-5) dan diameter gagang sabit terbesar adalah 3.60 cm (persentil ke-95). Perbandingan ukuran panjang dan diameter gagang sabit yang digunakan saat ini oleh petani di Kecamatan Dramaga dengan ukuran hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan ukuran gagang sabit yang digunakan saat ini dan hasil desain Keterangan Yang digunakan petani (cm) Hasil desain (cm) Panjang gagang sabit Diameter terkecil gagang sabit Diameter terbesar gagang sabit Agar dapat mengakomodasi populasi yang lebih luas, maka ketiga nilai persentil tersebut digunakan dalam pemakaian diameter gagang sabit. Dimana nilai persentil ke-5 digunakan untuk diameter gagang sabit di bagian terdekat dengan mata sabit dan nilai persentil ke-95 dugunakan untuk diameter gagang sabit di bagian terjauh dari mata sabit. 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER
LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.
Lebih terperinciMETODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI
METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,
Lebih terperinciANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA
ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Beban Kerja Pengukuran beban kerja meliputi dua hal yaitu beban kerja kuatitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciB A B III METODOLOGI PENELITIAN
B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan
Lebih terperinciSTUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH
STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,
Lebih terperinciLEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH
LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan
Lebih terperinciPERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran
Lebih terperinciERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR
ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan
Lebih terperinciMODUL I DESAIN ERGONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut
Lebih terperinciA. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN
III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,
Lebih terperinciPERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS
PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran
Lebih terperinciBab 3. Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri
INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)
LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) Data Rangkuman Antropometri Tubuh Data Antropometri Tubuh Data Antropometri Telapak Tangan Data Antropometri Kepala Data Antropometri Kaki No Tabel Rangkuman Antropometri
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN
PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar
Lebih terperinciLAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia
L A M P I R A N LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia L-1 1. DATA ANTHROPOMETRY Anthropometry Masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong (Pheasant,1996)
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik
Lebih terperinciDesain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG
Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli
Lebih terperinciPERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG
PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri
INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan
Lebih terperinciPERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG
USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA
BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Rancangan Meja dan Kursi Sekarang Penulis dalam melakukan penelitian ini melihat dan mengamati model meja dan kuesi warnet yang sekarang digunakan. Adapun rancangan meja dan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum
Lebih terperinciRANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS
PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow
Lebih terperinciPerbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo
Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciModul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk
Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design
Lebih terperinciASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.
ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011) Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa
Lebih terperinciMETHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG
Lebih terperinciABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan
Lebih terperinciLatihan Kuatkan Otot Seluruh Badan
Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA
138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada
Lebih terperinciDian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma
ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,
Lebih terperinciAbdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang menjelaskan antara variabel bebas dan variabel
Lebih terperinci:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT
USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TROLI TANGAN PT SEIKI MITRA TECH BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLID WORK Disusun Oleh: Nama : Ario Windarto NPM : 31410107 Jurusan Pembimbing
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN
Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN
RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN BAGUS Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura bagusale12@gmail.com Abstrak- Semakin banyaknya rumah
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI
MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan
Lebih terperinciSTUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS)
STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS) ILHAM RIZKI ARISANDY DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2
Lebih terperinciIV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PELAKSANAAN MAGANG
IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai Februari 2011 samai dengan Juli 2011 di PT. United Tractors Pandu Engineering yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan
Lebih terperinciANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati
ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan
Lebih terperinciBAB 9. 2D BIOMECHANICS
BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS)
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinciANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK
ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN
IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan
Lebih terperinciAngkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.
DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan
Lebih terperinciPerancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan
Lebih terperinciANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN GAGANG SABIT. Oleh: DAVID RADITYA PRATAMA F
ANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN GAGANG SABIT Oleh: DAVID RADITYA PRATAMA F14061032 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.
BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU)
PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU) Merry Siska, Dedi Suarman Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1
Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data
BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas yaitu pengumpulan data dan
Lebih terperinci1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat
Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik
Lebih terperinciDAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan
Lebih terperinciGambar 3.1 Metodologi Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB III MOTODE PENELITIAN
31 BAB III MOTODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah kerangka penelitian yang memuat langkahlangkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah dalam perancangan meja
Lebih terperinciANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL
IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi
Lebih terperinci