basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain"

Transkripsi

1 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama karena diperoleh nilai p<0,05. Sedangkan intensitas suara tidak berbeda bermakna atau sama, karena diperoleh nilai p>0,05. Hasil analisis menandakan subjek penelitian terpapar oleh mayoritas kondisi lingkungan berbeda tersebut, dapat mempengaruhi upaya peningkatan kinerja pada subjek untuk mewujudkan peningkatan mutu kegiatan pembelajaran di kelas. 5.2 Karakteristik Subjek Jumlah subjek penelitian, 43 pebelajar laki-laki dan 38 pebelajar perempuan sedang duduk di kelas VIII-A berjumlah 41 orang dan kelas VIII-B jumlahnya 40 orang. Memperoleh 2 jenis perlakuan, yaitu belajar pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Karakteristik subjek penelitian yang terdiri atas: usia, berat badan, tinggi badan, visus kanan dan kiri disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Karakteristik Subjek Penelitian Ergo-Desain Interior Pembelajaran di SMPN-3 Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2010/2011 (N = 81) No. Variabel Rerata SB Rentangan 1. Usia (th) 13,38 0,56 12,0-15,0 2. Berat badan (kg) 44,38 6,40 28,0-65,0 3. Tinggi badan (cm) 154,74 6,17 133,0-167,0 4. Visus kanan (m) 6,58 0,10 6,1-6,9 5. Visus kiri (m) 6,60 0,11 6,1-6,9 N = Jumlah sampel penelitian; SB = Simpang Baku 5.3 Karakteristik Antropometri Data antropometri subjek, diperlukan untuk mengetahui kesesuaian sarana prasarana yang sudah dipakai dalam proses pembelajaran selama ini. Data ini dipakai

2 101 sebagai pedoman pengembangan desain meja, kursi, locker, papan tulis, jarak antar meja agar nyaman dipakai bersirkulasi dan mengurangi gangguan subjek yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil pengukuran antropometri 81 pebelajar kelas VIII SMPN-3 Abiansemal Badung, disajikan pada Tabel 5.3. No. Tabel 5.3 Data Antropometri Pebelajar Kelas VIII-A dan VIII-B (cm) SMPN-3 Abiansemal Badung Tahun Akademik 2010/2011 (N = 81) Variabel Antropometri Laki-Laki (n = 43) Perempuan (n = 38) 5% 95% 5% 95% 1. Tinggi badan berdiri 140,84 165,36 145,29 163,65 2. Tinggi mata berdiri 130, ,64 152,60 3. Tinggi bahu duduk 79,52 96,76 87,15 109,48 4. Tinggi pinggang duduk 54,42 64,44 46,75 66,46 5. Tinggi siku duduk 52,64 67,90 53,29 77,93 6. Tinggi lutut duduk 43,74 58,30 46,18 55,22 7. Tinggi popliteal duduk 38,30 45,36 38,48 44,75 8. Panjang buttock-popliteal 41,04 47,24 41,19 47,72 9. Panjang buttock-lutut 46,50 56,18 48,71 58, Panjang lengan atas 26,70 36,12 29,59 33, Panjang lengan bawah 27,46 36,32 29,78 35, Panjang jangkauan ke depan 52,92 66,08 52,47 65, Lebar bahu 31,20 40,06 32,93 42, Lebar siku kiri-kanan 32,24 41,10 30,69 45, Lebar pinggul 25,36 35,74 27,02 39, Tebal paha 9,10 16,58 10,16 16, Tebal perut 14,40 22,14 14,82 24,53 N = Jumlah sampel penelitian Data antropometri yang diperlukan, mayoritas dalam posisi duduk karena aktivitas pembelajaran dilakukan sambil duduk. Dari 17 jenis data antropometri yang diperoleh, hanya data no diaplikasikan berpedoman pada persentil 95 dan selebihnya memakai persentil 5 karena dilandasi oleh prinsip keleluasaan ruang gerak atau geometri pada ruang (Panero dan Zelnik, 2000). Ketentuan ini berpedoman pada

3 102 prinsip efisiensi untuk mengoptimalkan pemakaian interior, khususnya terkait dengan jumlah pemakai yang seharusnya untuk 32 orang terpaksa dipakai oleh 43 orang. Data antropometri, diperlukan untuk menentukan dimensi fasilitas sehingga nyaman dipakai. Misalnya tinggi mata untuk menentukan tinggi papan tulis, tinggi bahu untuk menentukan tinggi sandaran kursi dan tinggi pinggang untuk menetapkan tinggi lekukan bagian bawah sandaran kursi. Tinggi siku untuk menetapkan tinggi meja belajar yang digunakan untuk menulis pada posisi duduk, tinggi lutut untuk membuat kelonggaran ruangan di bawah meja belajar. Tinggi popliteal untuk ukuran tinggi dudukan, panjang buttock-popliteal untuk kedalaman dudukan dan panjang buttock-lutut untuk menetapkan posisi injakan kaki. Panjang lengan bawah untuk menentukan panjang sandaran lengan, panjang jangkauan ke depan untuk memastikan jarak maksimal posisi benda di depan pebelajar yang masih dapat dijangkau. Lebar bahu untuk menentukan lebar sandaran kursi, lebar siku kiri-kanan untuk menentukan posisi sandaran lengan, lebar pinggul untuk menetapkan lebar tempat duduk, tebal perut untuk membuat ukuran lebar minimal jalur sirkulasi. 5.4 Perbaikan Desain Interior Pembelajaran melalui Pendekatan Ergonomi Total Pendekatan ergonomi total adalah metode untuk memperbaiki komponen desain interior pembelajaran, yang mempengaruhi kondisi subjek penelitian agar kinerjanya meningkat. Perbaikan yang dilakukan, sebagai implementasi operasional unsur pendekatan ergonomi total memakai TTG melalui pendekatan SHIP dan dalam bentuk diskusi terbatas tetapi komprehensif. Hasil diskusi telah tertuang dalam bentuk pedoman intervensi yang mengacu pada pemanfaatan TTG melalui pendekatan yang sistemik, holistik, interdipliner dan partisipasi. Perbaikan desain interior pembelajaran

4 103 SMPN-3 Abiansemal Badung untuk meningkatkan kinerja pada pebelajar, berkaitan dengan faktor sebagai berikut. 1) Meningkatkan intensitas cahaya dan gerakan angin tetapi menurunkan tingkat kelembaban relatif interior pembelajaran dengan mengganti 6 buah kotak plafon berbahan eternit memakai bahan transparan dan menambah jumlah lobang untuk sirkulasi udara; 2) Mengatur sikap tubuh memakai dimensi meja dan kursi belajar sesuai dengan antropometri 81 pebelajar kelas VIII SMPN-3 Abiansemal Badung; 3) Mencegah gangguan pada permukaan kulit dan struktur fungsional yang berada dibawahnya terdiri atas: otot, saraf dan pembuluh darah termasuk tulang memakai bentuk lengkung dan tumpul pada bagian tepi dan sudut meja serta kursi belajar; 4) Mewujudkan sikap tubuh dinamis selama duduk mengikuti pembelajaran melalui penyediaan fasilitas tempat buku dan alat tulis pada ujung meja belajar; 5) Memfasilitasi pengubahan dan pemindahan posisi tubuh setelah duduk menit dengan berjalan menuju locker tas sekolah yang ada di bawah papan tulis, untuk menyimpan buku serta mengambil buku pelajaran berikutnya; 6) Mengefektifkan waktu 40 menit/1 pelajaran agar tidak tersita untuk menghapus papan tulis melalui penyediaan papan tulis di sepanjang dinding depan kelas; 7) Mengoptimalkan keterlibatan saraf visual serta taktil untuk konsentrasi belajar dengan menyembunyikan berbagai jenis objek visual dan perbaikan kenyamanan suhu interior pembelajaran; 8) Meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan perilaku naik ke atas kursi atau meja belajar dengan menyediakan jalur sirkulasi bagi setiap pebelajar serta memperluas area gerak di bawah meja belajar (leg room).

5 104 Rencana perbaikan yang dilakukan, merupakan prioritas sesuai dengan upaya perwujudan kesehatan dan kenyamanan. Pemilihan jenis perbaikan karena dianggap sebagai komponen potensial dan penting dalam proses pembelajaran, yang berperan mempengaruhi tercapainya tujuan mewujudkan proses pembelajaran bermutu. Model perbaikan selain bisa diterima oleh seluruh komponen SMPN-3 Abiansemal Badung, juga sangat diharapkan dan sejalan dengan konsep TTG. Pelaksanaan perbaikan dilakukan serentak, karena berkaitan dengan elemen interior yang bersifat integral dan harus digunakan oleh 43 pebelajar dalam 1 periode pembelajaran. Terjadinya perbedaan kondisi desain interior pembelajaran di SMPN-3 Abiansemal Badung, merupakan dampak dari 8 program perbaikan yang potensial dilaksanakan. Secara umum terlihat upaya implementasi karakteristik tubuh yang memang didesain untuk digerakkan, sehingga memberikan kesempatan pada organ tubuh bekerja secara fisiologis. Kontraksi dan relaksasi yang bergantian sesuai fungsi dan tugas setiap otot, yang menyebabkan kondisi tubuh tetap segar selama kegiatan pembelajaran di kelas. Pembiayaan intervensi ergonomi jika dilakukan sejak perencanaan, bisa lebih murah daripada biaya perbaikan karena secara teknis memakai teknologi sederhana yang berpedoman pada konsep ekonomis sebagai salah satu kriteria TTG. 5.5 Pengaruh Pendekatan Ergonomi Total terhadap Kondisi Desain Interior Pembelajaran Hasil perbaikan desain interior pembelajaran melalui pendekatan ergonomi total, merupakan dampak intervensi yang bersifat holistik. Perubahan kondisi desain interior pembelajaran secara komprehensif, mengoptimalkan keterlibatan faktor fisik dan mental serta unsur dinamis agar kinerja pada pebelajar meningkat dilihat dari

6 105 penurunan keluhan mata, keluhan muskuloskeletal, kelelahan, kebosanan dan peningkatan kenyamanannya. Terwujudnya ergo-desain interior pembelajaran, dapat menjadi bukti keseriusan penyediaan fasilitas pembelajaran bermutu. Oleh karena itu, diharapkan terwujud peningkatan mutu proses pembelajaran sehingga bisa diperoleh luaran hasil belajar bermutu agar masyarakat mengakui sebagai sekolah bermutu. Aplikasi ergo-desain interior pembelajaran, lebih memprioritaskan perubahan perilaku secara sistematis dan reguler berdasarkan sistem pendekatan partisipatori. Pemilihan dilandasi fakta, upaya pengubahan perilaku berpegang pada pengawasan ketat dan himbauan lisan maupun tertulis ternyata kurang efektif. Penyediaan locker tas sekolah, fasilitas tempat buku dan alat tulis pada meja belajar, papan tulis dapat digeser, pembentukan bagian tepi dan sudut meja serta kursi belajar yang lengkung dan tumpul menuntun pebelajar mengubah perilaku kurang ergonomis dan leluasa bergerak untuk menikmati kenyamanan beraktivitas. 5.6 Keluhan Mata Analisis keluhan mata dihitung berdasarkan skor keluhan mata subjek selama kegiatan pembelajaran pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Analisis kemaknaan dilakukan secara bertahap mulai dari analisis deskriptif, normalitas dan komparasi yang berisi analisis sebelum perlakuan pada periode I, efek periode, efek sisa serta efek perlakuan. Data dan analisis statistiknya disajikan pada Lampiran di halaman Analisis deskriptif dan normalitas data Data keluhan mata, diuji dengan 1-S K-S mendapatkan nilai rentangan dan rerata serta SB. Hasil analisisnya, menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05).

7 Analisis komparasi Analisis sebelum perlakuan pada periode I Perbedaan skor rerata keluhan mata sebelum belajar antar perlakuan pada periode I, dianalisis memakai uji t mendapat hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hasil analisisnya, disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Analisis Keluhan Mata Sebelum Perlakuan pada Periode I (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 9,33 0,42 0,09 0,98 0,33 Kelompok 2 9,24 0,40 N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Hasil analisis pada Tabel 5.4 menunjukkan, pada percobaan periode I keluhan mata kelompok 1 sebelum belajar pada desain interior lama dan keluhan mata kelompok 2 sebelum belajar pada ergo-desain interior adalah sama. Oleh karena itu, disimpulkan penurunan keluhan mata memang disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan beda keluhan mata antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan beda keluhan mata antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Analisis Efek Periode terhadap Keluhan Mata (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 (P0 dilanjutkan P1) Kelompok 2 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian 1,86 0,91 1,65 0,66 SB = Simpang Baku 0,21 1,20 0,23

8 107 Hasil analisis kemaknaan uji t, menunjukkan bahwa periode percobaan tidak berpengaruh terhadap keluhan mata subjek pada periode I dan periode II. Dengan demikian, disimpulkan penurunan keluhan mata subjek semata-mata disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran Analisis efek sisa (carry over effect) Efek sisa dihitung dari jumlah nilai beda keluhan mata antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan jumlah nilai beda keluhan mata antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.6. Hasil analisis kemaknaan uji t, menyatakan tidak ada pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya. Oleh karena itu, diasumsikan penurunan keluhan mata subjek semata-mata disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Tabel 5.6 Hasil Analisis Efek Sisa terhadap Keluhan Mata (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 2,99 0,47 (P0 dilanjutkan P1) -0,13-1,39 0,17 Kelompok 2 3,12 0,36 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Analisis efek perlakuan (treatment effect) Efek perlakuan dianalisis dari perbedaan skor keluhan mata sebelum, setelah dan selisih antara skor keluhan mata setelah dengan sebelum belajar pada setiap perlakuan. Hasil uji normalitas memakai 1-S K-S, diperoleh nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Selanjutnya, dengan uji t-paired dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan hasil perlakuan. Hasilnya disajikan pada Tabel 5.7.

9 108 Variabel Keluhan mata sebelum belajar Keluhan mata setelah belajar Tabel 5.7 Hasil Uji Beda terhadap Keluhan Mata (N = 81) Rerata & SB pada desain interior lama Rerata & SB pada ergodesain interior Beda rerata t - paired 9,27±0,46 9,25±0,43 0,02 0,32 0,751 13,18±0,59 11,40±0,60 1,78 20,99 0,001 Selisih 3,91±0,65 2,16±0,51 1,75 19, N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku p Analisis perbedaan keluhan mata sebelum belajar menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna atau sama (p>0,05), yang menandakan keluhan mata pada kedua kelompok subjek sebelum belajar sudah komparabel, maka diasumsikan penurunan keluhan mata disebabkan aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Analisis keluhan mata setelah belajar mendapatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05), yang menandakan aplikasi ergo-desain interior menurunkan keluhan mata pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung. Analisis terhadap selisih beda keluhan mata, mendapatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05). Perbedaan skor keluhan mata antar perlakuan, disajikan pada Gambar Skor Keluhan Mata Desain Interior Lama Ergo-Desain Interior 0 Sebelum belajar Setelah belajar Selisih keluhan Gambar 5.1 Perbandingan Skor Keluhan Mata

10 109 Penurunan keluhan mata, dapat ditelusuri dari analisis deskriptif pada total skor sebelum dan setelah belajar seperti disajikan pada Tabel 5.8. Keluhan mata sebelum belajar yang dirasakan oleh maksimal 10% subjek dengan kategori agak terasa, terjadi pada 3 jenis keluhan yaitu mata penat dengan kategori agak terasa dirasakan oleh 3% subjek dan pandangan kabur dengan kategori terasa oleh 5% subjek serta salah baca dengan kategori agak terasa dialami sekitar 2-4% subjek. Keluhan mata sebelum belajar akibat kondisi istirahat malam harinya, harus bangun pagi karena pukul Wita membersihkan kelas dan halaman sekolah, ke sekolah berjalan kaki sejauh m maka kondisi lingkungan mempengaruhi kesehatan mata subjek penelitian. Tabel 5.8 Jenis Keluhan Mata Sebelum Belajar (N = 81) No Pada desain interior lama Pada ergo-desain interior Jenis Jumlah subjek yang mengeluh (%) Jumlah subjek yang mengeluh (%) keluhan STT TT AT T ST STT TT AT T ST 1. M.penat P.kabur S.baca STT = Sangat Tidak Terasa; TT = Tidak Terasa; AT = Agak Terasa; T = Terasa; ST = Sangat Terasa. M.penat = Mata penat; P.kabur = Pandangan kabur; S.baca = Salah baca. N= Jumlah sampel penelitian Tabel 5.9 menyajikan perbedaan persentase keluhan mata setelah belajar pada desain interior lama, dirasakan oleh lebih dari 50% subjek terhadap 8 jenis keluhan mata terdiri atas: (1) mata penat 77,78%; (2) mata berair 92,59%; (3) mata kering 87,65%; dan (4) mata perih 71,60%. Sedangkan keluhan mata setelah subjek belajar pada ergo-desain interior hanya terdiri atas: (1) mata penat 67,90%; dan (2) mata berair 69,14%. Nilai keluhan mata pada kategori mata penat lebih rendah 9,88% dan pada kategori mata berair lebih rendah 18,51%, setelah belajar pada ergo-desain interior daripada setelah belajar pada desain interior lama.

11 110 Jenis keluhan Tabel 5.9 Perbedaan Persentase Keluhan Mata setelah Belajar (N = 81) Pada desain interior lama Jumlah subjek yang mengeluh % Pada ergo-desain interior Jumlah subjek yang mengeluh % Beda % Sakit kepala 3 3,70 1 1,23 2,47 Bayangan ganda 21 25, ,99 4,94 Mata penat 63 77, ,90 9,88 Mata berair 75 92, ,09 39,50 Mata kering 71 87, ,14 18,51 Mata perih 58 71, ,91 24,69 Pandangan kabur 35 43, ,93 17,28 Salah baca 15 18, ,58 4,94 Perbedaan persentase keluhan mata menggambarkan, aplikasi ergo-desain interior pembelajaran dapat menurunkan keluhan mata. Perbaikan bagian plafon pada aplikasi ergo-desain interior pembelajaran, untuk peningkatan intensitas pencahayaan bermanfaat untuk menetralisir silau. Faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan keluhan mata adalah pemakaian warna komponen interior yang terang, tersedianya peluang pemindahan tubuh untuk proses akomodasi mata dan konvergensi secara sistematis serta reguler selama pembelajaran berlangsung. 5.7 Keluhan Muskuloskeletal Penilaian keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan skor keluhan otot subjek selama kegiatan pembelajaran pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Analisis kemaknaan dilakukan secara bertahap mulai dari analisis deskriptif, normalitas dan komparasi yang terdiri atas analisis sebelum perlakuan pada periode I, efek periode, efek sisa dan efek perlakuan. Data dan analisis statistik skor keluhan muskuloskeletal disajikan pada Lampiran di halaman

12 Analisis deskriptif dan normalitas data Data keluhan muskuloskeletal, diuji dengan 1-S K-S mendapat nilai rentangan dan rerata serta SB. Hasil analisis, menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05) Analisis komparasi Analisis sebelum perlakuan pada periode I Perbedaan skor rerata keluhan muskuloskeletal sebelum belajar untuk setiap perlakuan pada periode I, dianalisis memakai uji t mendapatkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hasil analisis ditampilkan pada Tabel Hasil analisis pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dalam percobaan periode I, keluhan muskuloskeletal kelompok 1 sebelum belajar pada desain interior lama dan keluhan muskuloskeletal kelompok 2 sebelum belajar pada ergo-desain interior tidak berbeda bermakna atau sama. Maka, diasumsikan penurunan keluhan muskuloskeletal memang disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Tabel 5.10 Hasil Analisis Keluhan Muskulokeletal Sebelum Perlakuan pada Periode I (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 29,75 0,61 Kelompok 2 29,77 0,45 N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku -0,02-0,20 0, Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung dari beda keluhan muskuloskeletal antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan beda keluhan muskuloskeletal antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.11.

13 112 Tabel 5.11 Hasil Analisis Efek Periode terhadap Keluhan Muskulokeletal (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 (P0 dilanjutkan P1) Kelompok 2 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian 6,34 3,02 7,22 3,02 SB = Simpang Baku -0,88-1,31 0,19 Hasil analisis kemaknaan uji t, menunjukkan bahwa periode percobaan tidak berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal pada periode I dan periode II. Dengan demikian, disimpulkan penurunan keluhan muskuloskeletal disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran Analisis efek sisa (carry over effect) Efek sisa dihitung dari jumlah nilai beda keluhan muskuloskeletal antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan jumlah nilai beda keluhan muskuloskeletal antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil disajikan pada Tabel Tabel 5.12 Hasil Analisis Efek Sisa terhadap Keluhan Muskulokeletal (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 9,74 1,50 (P0 dilanjutkan P1) -0,19-0,57 0,57 Kelompok 2 9,93 1,57 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Hasil analisis kemaknaan uji t, menunjukkan tidak terdapat pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya. Oleh karena itu, disimpulkan penurunan keluhan muskuloskeletal disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior yang berkaitan dengan sistem kerja muskuloskeletal pada tubuh subjek.

14 Analisis efek perlakuan (treatment effect) Efek perlakuan dianalisis dari perbedaan skor keluhan muskuloskeletal sebelum, setelah dan selisih skor antara keluhan muskuloskeletal setelah dengan sebelum belajar pada setiap perlakuan. Hasil uji normalitas memakai uji 1-S K-S, menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05). Selanjutnya, dengan uji t-paired dilakukan analisis kemaknaan untuk mengetahui perbedaan hasil perlakuan. Hasil analisis disajikan pada Tabel Variabel Keluhan muskuloskeletal sebelum belajar Keluhan muskuloskeletal setelah belajar Tabel 5.13 Hasil Uji Beda terhadap Keluhan Muskuloskeletal (N = 81) Rerata dan SB pada desain interior lama Rerata dan SB pada ergodesain interior Beda rerata t - paired 29,84±0,71 29,74±0,63 0,10 0,93 0,360 43,12±2,45 36,25±1,62 6,87 19,69 0,002 Selisih 13,28±2,60 6,51±1,62 6,77 19, N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku p Analisis perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum belajar menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05), menggambarkan keluhan muskuloskeletal kedua kelompok subjek komparabel, sehingga penurunan keluhan muskuloskeletal diasumsikan disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Analisis keluhan muskuloskeletal setelah belajar mendapatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05), menunjukkan aplikasi ergo-desain interior menurunkan keluhan muskuloskeletal pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung. Analisis terhadap selisih beda keluhan muskuloskeletal, juga mendapatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05). Perbedaan skor keluhan muskuloskeletal antar perlakuan, disajikan pada Gambar 5.2.

15 114 Skor Keluhan Muskuloskeletal Sebelum belajar Setelah belajar Selisih keluhan Desain Interior Lama Ergo-Desain Interior Gambar 5.2 Perbandingan Skor Keluhan Muskuloskeletal Penurunan keluhan muskuloskeletal, dapat ditelusuri dari analisis deskriptif terhadap total skor keluhan muskuloskeletal sebelum dan setelah belajar. Keluhan muskuloskeletal sebelum belajar, dirasakan oleh maksimal 10% subjek penelitian dengan kategori agak sakit terjadi pada 11 segmen tubuh seperti ditampilkan pada Tabel Tabel 5.14 Keluhan Muskulokeletal Subjek Sebelum Belajar (N = 81) No Pada desain interior lama Pada ergo-desain interior Jenis Jumlah subjek yang mengeluh (%) Jumlah subjek yang mengeluh (%) keluhan STT TT AT T ST STT TT AT T ST 1. L.bawah B.kiri B.kanan L.bawah kiri L.bawah kanan Paha kiri Paha kanan Betis kiri Betis kanan Kaki kiri Kaki kanan

16 115 Keluhan yang paling banyak dirasakan pada bagian paha dengan kategori agak sakit 73% dan sakit pada bagian kaki dengan kategori terasa 68% serta keluhan pada bagian otot yang lain sekitar 12-19%. Keluhan yang dirasakan sebelum belajar, dapat merupakan akumulasi hasil berjalan kaki menuju sekolah yang ditempuh sejauh m dan membersihkan halaman sekolah serta kelas sebelum pelajaran dimulai. No. Tabel 5.15 Perbedaan Jenis Keluhan Muskuloskeletal Setelah Belajar (N = 81) Lokasi keluhan Desain interior lama Jumlah subjek yang mengeluh % Ergo-desain interior Jumlah subjek yang mengeluh % Beda % 1 Leher bawah 23 28, ,05 12,35 2 Bahu kiri 59 72, ,93 46,91 3 Bahu kanan 63 77, ,46 54,32 4 Lengan atas kiri 43 53, ,69 28,40 5 Punggung 37 45, ,52 27,16 6 Lengan atas kanan 49 60, ,40 32,09 7 Pinggang 54 66, ,75 46,92 8 Pantat , ,43 34,57 9 Lengan bawah kiri 76 93, ,86 62,97 10 Lengan bawah kanan 79 97, ,33 64,20 11 Paha kiri 73 90, ,22 67,90 12 Paha kanan 77 95, ,46 71,60 13 Betis kiri 65 80, ,40 51,85 14 Betis kanan 67 82, ,86 51,86 15 Kaki kiri 59 72, ,27 34,57 16 Kaki kanan 65 80, ,74 39,51 N = Jumlah sampel penelitian Analisis deskriptif keluhan muskuloskeletal setelah belajar pada desain interior lama dan ergo-desain interior, disajikan pada Tabel Berpedoman pada Tabel 5.15, dapat diketahui keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh lebih dari 50% subjek setelah belajar pada desain interior lama dan ergo-desain interior terjadi pada 14 jenis segmen tubuh. Keluhan tertinggi terjadi di pantat, berhasil diturunkan

17 116 sebesar 34,57% setelah belajar pada ergo-desain interior. Pada 13 jenis segmen lain, berhasil diturunkan antara 12,35%-71,60% setelah belajar pada ergo-desain interior. Faktor paling dominan berperan dalam penurunan keluhan muskuloskeletal adalah pemakaian dimensi meja dan kursi sudah sesuai antropometri, sikap tubuh dinamis selama duduk serta setiap menit terjadi pengubahan posisi tubuh dari duduk menjadi berdiri dan berjalan secara sistematis serta reguler untuk mengembalikan serta mengambil buku pelajaran yang disimpan pada locker di bawah papan tulis. 5.8 Kelelahan Penilaian kelelahan, dihitung melalui skor kelelahan selama pembelajaran pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Analisis kemaknaan dilakukan bertahap mulai dari analisis deskriptif, normalitas dan komparasi yang terdiri atas analisis sebelum perlakuan pada periode I, efek periode, efek sisa dan efek perlakuan. Data dan analisis statistik terhadap kelelahan, disajikan pada Lampiran di halaman Analisis deskriptif dan normalitas data Data kelelahan, diuji dengan 1-S K-S untuk mendapatkan nilai rentangan dan rerata serta SB. Hasil analisis menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05) Analisis komparasi Analisis sebelum perlakuan pada periode I Perbedaan rerata kelelahan sebelum belajar untuk tiap perlakuan pada periode I, dianalisis dengan uji t mendapatkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.16.

18 117 Tabel 5.16 Hasil Analisis Kelelahan Sebelum Perlakuan pada Periode I (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 31,69 0,65 Kelompok 2 31,86 0,53 N = Jumlah sampel penelitian -0,17-1,33 0,19 SB = Simpang Baku Hasil analisis pada Tabel 5.16 menandakan, kelelahan sebelum belajar pada kelompok yang belajar pada desain interior lama dan kelompok yang belajar pada ergo-desain interior pada periode I adalah sama. Maka dapat disimpulkan, penurunan kelelahan disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung dari beda kelelahan antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan beda kelelahan antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel Analisis kemaknaan uji t, menunjukkan periode percobaan tidak berpengaruh terhadap kelelahan pada periode I dan periode II. Dengan demikian, penurunan kelelahan diasumsikan disebabkan aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Tabel 5.17 Hasil Analisis Efek Periode terhadap Kelelahan (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 6,15 1,39 (P0 dilanjutkan P1) -0,26-0,93 0,35 Kelompok 2 6,41 1,14 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku

19 Analisis efek sisa (carry over effect) Efek sisa dihitung dari jumlah nilai beda kelelahan antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan jumlah nilai beda kelelahan antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel Analisis kemaknaan uji t menunjukkan tidak terdapat pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya. Dengan demikian, diasumsikan penurunan kelelahan memang disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Tabel 5.18 Hasil Analisis Efek Sisa terhadap Kelelahan (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 (P0 dilanjutkan P1) Kelompok 2 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian 8,76 0,63 8,58 0,67 SB = Simpang Baku 0,18 1,26 0, Analisis efek perlakuan (treatment effect) Efek perlakuan dianalisis melalui perbedaan skor kelelahan sebelum, setelah dan selisih dari skor kelelahan setelah dengan sebelum belajar. Hasil uji normalitas dengan 1-S K-S, menyatakan data berdistribusi normal (p>0,05). Analisis kemaknaan diuji dengan t-paired, hasilnya disajikan pada Tabel Variabel Kelelahan sebelum belajar Kelelahan setelah belajar Tabel 5.19 Hasil Uji Beda terhadap Kelelahan (N = 81) Rerata & SB pada desain interior lama Rerata & SB pada ergodesain interior Beda rerata t - paired 31,77±0,60 31,68±0,65 0,09 0,93 0,360 43,55±0,93 37,20±0,94 6,35 39,68 0,001 Selisih 11,78±0,81 5,56±0,99 6,22 41, N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku p

20 119 Analisis perbedaan kelelahan sebelum belajar, mendapat hasil tidak berbeda bermakna atau sama (p>0,05), menggambarkan kelelahan kedua kelompok subjek sebelum belajar komparabel, sehingga penurunan kelelahan disimpulkan disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran. Analisis kelelahan setelah belajar mendapat hasil berbeda bermakna (p<0,05), sebagai bukti aplikasi ergo-desain interior menurunkan kelelahan pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung. Sedangkan analisis terhadap selisih beda kelelahan, mendapat hasil berbeda bermakna (p>0,05). Perbedaan skor kelelahan antar perlakuan, disajikan pada Gambar 5.3. Skor Kelelahan Sebelum belajar Setelah belajar Selisih kelelahan Desain Interior Lama Ergo-Desain Interior Gambar 5.3 Perbandingan Skor Kelelahan Dilakukan juga analisis deskriptif untuk mengetahui penurunan kelelahan berdasarkan kategori pelemahan aktivitas, motivasi dan fisik pada setiap perlakuan. Hasil analisis berupa rentangan dan rerata serta SB disajikan pada Tabel 5.20, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26 di halaman 220.

21 120 Tabel 5.20 Kelelahan Berdasarkan 3 Kategori (N = 81) Lokasi pengukuran Desain interior lama Ergo-desain interior Kategori kelelahan Aktivitas melemah Motivasi melemah Fisik melemah Aktivitas melemah Motivasi melemah Fisik melemah Jenis data Rentangan Rerata SB Sebelum belajar ,07 0,26 Setelah belajar ,05 1,65 Sebelum belajar ,04 1,19 Setelah belajar ,62 1,83 Sebelum belajar ,01 1,11 Setelah belajar ,96 1,65 Sebelum belajar ,04 1,19 Setelah belajar ,04 1,16 Sebelum belajar ,03 1,16 Setelah belajar ,88 1,18 Sebelum belajar ,03 1,16 Setelah belajar ,68 1,06 Berdasarkan Tabel 5.20, diketahui terjadi penurunan kelelahan pada semua kategori. Aktivitas melemah turun 14,31% dari rerata 14,05 menjadi 12,04 dan motivasi melemah turun 11,90% dari rerata 14,62 menjadi 12,88 serta fisik melemah turun 9,17% dari rerata 13,96 menjadi 12,68. Hasil analisis deskriptif membuktikan, ergo-desain interior menurunkan kelelahan yang tergolong kategori kelelahan mental. 5.9 Kebosanan Penilaian kebosanan, dihitung berdasarkan skor kebosanan setelah belajar pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Skor rerata kebosanan, diuji 1-S K- S untuk mendapat nilai rentangan dan rerata serta SB. Hasil uji, menunjukkan data berdistribusi normal karena nilai p>0,05 (lihat Lampiran di halaman ). Berhubung nilai kebosanan pada penelitian ini hanya tergolong data setelah perlakuan, maka pada tahapan uji komparasi hanya dilakukan analisis efek perlakuan saja karena analisis efek periode dan efek sisa tidak dilakukan.

22 121 Efek perlakuan dianalisis dengan uji t-paired mendapatkan hasil berbeda bermakna (p<0,05), menandakan aplikasi ergo-desain interior menurunkan kebosanan pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung. Hasil analisisnya disajikan pada Tabel Tabel 5.21 Hasil Uji Beda terhadap Kebosanan (N = 81) Variabel Rerata SB Beda t-paired p Kebosanan pada desain interior lama 116,55 7,14 Kebosanan pada ergo- 100,04 7,24 desain interior N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku 16,51 28, Kenyamanan Penilaian kenyamanan dihitung melalui skor kenyamanan subjek selama kegiatan pembelajaran, pada desain interior lama dan ergo-desain interior. Analisis kemaknaan dilakukan secara bertahap mulai dari analisis deskriptif, normalitas dan komparasi yang terdiri atas analisis sebelum perlakuan pada periode I, efek periode, efek sisa dan efek perlakuan. Data dan analisis statistik kenyamanan, disajikan pada Lampiran di halaman Analisis deskriptif dan normalitas data Normalitas data kenyamanan, diuji dengan 1-S K-S mendapat nilai rentangan dan rerata serta SB. Hasil analisis, menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05) Analisis komparasi Analisis sebelum perlakuan pada periode I Perbedaan skor rerata kenyamanan setelah ±10 menit belajar (data sebelum) untuk setiap perlakuan pada periode I, dianalisis memakai uji t mendapat hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.22.

23 122 Tabel 5.22 Hasil Analisis Kenyamanan Sebelum Perlakuan pada Periode I (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 122,73 3,65 Kelompok 2 122,97 3,73 N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku -0,24-0,29 0,77 Hasil analisis pada Tabel 5.22 menggambarkan dalam percobaan periode I, kenyamanan kelompok 1 sebelum belajar pada desain interior lama dan kenyamanan kelompok 2 sebelum belajar pada ergo-desain interior tidak berbeda bermakna atau sama (p>0,05). Dengan demikian, disimpulkan peningkatan kenyamanan memang disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran Analisis efek periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan beda kenyamanan antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan beda kenyamanan antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel Tabel 5.23 Hasil Analisis Efek Periode terhadap Kenyamanan (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 22,31 3,58 (P0 dilanjutkan P1) -0,33-0,37 0,71 Kelompok 2 22,64 4,24 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Hasil analisis kemaknaan uji t, menunjukkan bahwa periode percobaan tidak berpengaruh terhadap kenyamanan subjek pada periode I dan periode II. Maka, diasumsikan peningkatan kenyamanan subjek memang disebabkan oleh aplikasi ergodesain interior pembelajaran.

24 Analisis efek sisa (carry over effect) Efek sisa dihitung dari jumlah nilai beda kenyamanan antar perlakuan pada kelompok 1, dibandingkan dengan jumlah nilai beda kenyamanan antar perlakuan pada kelompok 2. Hasil analisis disajikan pada Tabel Tabel 5.24 Hasil Analisis Efek Sisa terhadap Kenyamanan (N = 81) Subjek Rerata SB Beda t p Kelompok 1 24,58 2,51 (P0 dilanjutkan P1) -0,03-0,04 0,97 Kelompok 2 24,61 2,25 (P1 dilanjutkan P0) N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Hasil analisis kemaknaan uji t, menunjukkan tidak terdapat pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya. Maka, peningkatan kenyamanan sematamata disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran Analisis efek perlakuan (treatment effect) Efek perlakuan dianalisis dari perbedaan skor kenyamanan sebelum, setelah dan selisih dari skor kenyamanan setelah dengan sebelum belajar. Hasil uji normalitas dengan 1-S K-S, menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05). Selanjutnya, dengan uji t-paired dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan hasil perlakuan. Hasil analisis disajikan pada Tabel Analisis kemaknaan kenyamanan sebelum belajar menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna atau sama (p>0,05), menggambarkan kenyamanan pada kedua kelompok subjek sebelum belajar komparabel, sehingga peningkatan kenyamanan disimpulkan disebabkan oleh aplikasi ergo-desain interior pembelajaran.

25 124 Variabel Kenyamanan sebelum belajar Kenyamanan setelah belajar Tabel 5.25 Hasil Uji Beda terhadap Kenyamanan (N = 81) Rerata & SB pada desain interior lama Rerata & SB pada ergo desaininterior Beda rerata t - paired 122,80±3,41 123,20±3,51-0,40-1,50 0, ,14±3,80 158,89±0,99-22,75-53,82 0,002 p Selisih 13,34±2,30 35,68±3,59-22,34-49, N = Jumlah sampel penelitian SB = Simpang Baku Analisis kenyamanan setelah belajar mendapatkan hasil berbeda bermakna (p <0,05), menunjukkan bahwa aplikasi ergo-desain interior meningkatkan kenyamanan pebelajar di SMPN-3 Abiansemal Badung. Sementara itu, analisis terhadap selisih kenyamanan mendapat hasil berbeda (p>0,05). Perbedaan skor kenyamanan antar perlakuan, disajikan pada Gambar 5.4. Skor Kenyamanan Sebelum belajar Setelah belajar Selisih kenyamanan Desain Interior Lama Ergo-Desain Interior Gambar 5.4 Perbandingan Skor Kenyamanan Peningkatan kenyamanan, dapat ditelusuri dari analisis deskriptif terhadap total skor kenyamanan sebelum belajar dan setelah belajar. Kenyamanan sebelum belajar, yang dirasakan oleh maksimal 10% subjek pada kategori kurang nyaman terjadi pada 5 komponen desain interior lama dan ergo-desain interior seperti terlihat

26 125 pada Tabel Penilaian kurang nyaman, paling menonjol terjadi pada komponen tinggi meja dan posisi bahu sebanyak 7%. Sedangkan penilaian posisi laci, tinggi dudukan dan posisi paha sekitar 3-6% dengan kategori kurang nyaman juga. Penilaian kurang nyaman, dapat diakibatkan oleh ukuran tubuh subjek yang ekstrim. Dari 81 subjek, diketahui ada 2 pebelajar berukuran lebih pendek dan 3 orang berukuran lebih tinggi daripada rata-rata subjek lainnya. No Penyebab keluhan Tabel 5.26 Kenyamanan Subjek Sebelum Belajar (N = 81) Pada desain interior lama Pada ergo desain interior Jumlah subjek yang menilai (%) Jumlah subjek yang menilai (%) SSN SN N KN SKN SSN SN N KN SKN 1. Posisi lengan Posisi lutut Posisi pantat Posisi paha Posisi bahu SSN = sangat sangat nyaman; SN = sangat nyaman; N = nyaman; KN = kurang nyaman; SKN = sangat kurang nyaman. Beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan kenyamanan adalah peningkatan intensitas pencahayaan menjadi 368 lux, komponen interior berwarna terang, gerakan angin 0,20 m/d, suhu kering interior antara 26-29ºC dan suhu basah interior antara 22-27º, kelembaban relatif ruangan hanya 66%, intensitas suara 55dB, dimensi meja dan kursi belajar sudah sesuai antropometri, setiap pebelajar memiliki area sirkulasi mandiri sehingga tidak ada yang merasa terganggu atau mengganggu, sikap tubuh subjek selama duduk dinamis karena secara reguler dan sistematis dapat bersandar serta menjangkau buku, setiap menit memiliki peluang secara reguler dan sistematis untuk mengubah posisi duduk menjadi berdiri disertai dengan berjalan, jumlah saraf sensoris yang bertugas selama proses pembelajaran berkurang karena jumlah objek visual sudah diminimalkan.

27 126 Terbatasnya transmisi sinyal saraf yang dilakukan oleh saraf sensoris dalam waktu bersamaan, mencegah timbulnya kelelahan sinapsis, struktur fungsional tubuh seperti pembuluh darah, otot dan saraf yang berada di bawah permukaan kulit terhindar dari gangguan ketika bersentuhan dengan benda eksternal karena bagian sudut dan tepinya berbentuk tumpul serta lengkung. Banyaknya komponen penyebab terjadinya peningkatan kenyamanan, maka layak terjadi peningkatan sebesar 62,61%. No Penyebab keluhan Tabel 5.27 Perbedaan Persentase Kenyamanan Setelah Belajar (N = 81) Pada desain interior lama Pada ergo desain-interior Jumlah subjek yang menilai (%) Jumlah subjek yang menilai (%) SSN SN N KN SKN SSN SN N KN SKN 1. Kondisi meja Bentuk meja Bentuk laci Posisi laci Kondisi kursi Posisi paha Posisi bahu Kondisi cahaya Gerakan angin Suhu ruang Kondisi suara Warna ruang Kondisi informasi Kondisi hiasan SSN = sangat sangat nyaman; SN = sangat nyaman; N = nyaman; KN = kurang nyaman; SKN = sangat kurang nyaman.

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-3 yang berlokasi di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mulai bulan Agustus 2010 Maret 2011.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-3 yang berlokasi di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mulai bulan Agustus 2010 Maret 2011. 83 P 0 = desain interior lama (tanpa intervensi ergonomi). P 1 = ergo-desain interior (dengan intervensi ergonomi) O1, O3 = data sebelum belajar pada periode I dikumpulkan pukul 07.10 dan 10.40, setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek

BAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek 5.1.1 Analisis Karakteristik Fisik Subjek Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan,

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meja merupakan salah satu fasilitas sekolah berupa permukaan datar yang disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah sebuah fasilitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian tentang Pengaruh Dua Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan secara umum dan Kenyamanan memandang dari Pengunjung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Proses produksi kain endek tiga tahun belakangan ini mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN MEJA DAN KURSI YANG ERGONOMIS UNTUK MURID TAMAN KANAK-KANAK (STUDI KASUS : TK ISLAM SILMI SAMARINDA) Lina Dianati Fathimahhayati 1, Dutho Suh Utomo 2, Mifta Khurrohmah Mustari 3 Program Studi

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Rancangan Meja dan Kursi Sekarang Penulis dalam melakukan penelitian ini melihat dan mengamati model meja dan kuesi warnet yang sekarang digunakan. Adapun rancangan meja dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MATA KULIAH : DESAIN MEBEL I KODE : DI2313 SKS : 3 SKS SEMESTER : III / Ganjil TAHUN AJARAN : 2015/2016 KOORDINATOR : Rangga Firmansyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUISIONER

LAMPIRAN 1 KUISIONER 1. KUISIONER KELELAHAN LAMPIRAN 1 KUISIONER KUESIONER 30 ITEMS OF RATING SCALES DENGAN SKALA LIKERT UNTUK MENGUKUR KELELAHAN SECARA UMUM Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang

Lebih terperinci

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Rumpun: 163/Teknologi Pertanian HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PERANCANGAN MEJA DAN KURSI YANG ERGONOMIS PADA BAGIAN PRODUKSI KERUPUK SAMILER DALAM RANGKA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Didesain agar nyaman dan tahan lama.

Didesain agar nyaman dan tahan lama. Didesain agar nyaman dan tahan lama. Inter IKEA Systems B.V. 2015 Sebagian besar dari kita menghabiskan banyak waktu di meja, baik saat bekerja di kantor maupun di rumah. Itulah mengapa ruang kerja yang

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan industri-industri semakin pesat, baik industri manufaktur maupun jasa. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN 3.1 KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Furniture merupakan sarana atau fasilitas bagi berbagai kegiatan manusia. Desain furniture lahir karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Yuli Suryani*, Yamtana**, Purwanto** *Alumni Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional Indonesia sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Salah satu unsur kualitas sumber daya manusia adalah tingkat kesehatan, baik kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk rancangan

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini jaringan internet sudah banyak digunakan oleh manusia, khususnya di lingkungan mahasiswa. Melalui jaringan internet, manusia

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penilaian REBA nilai action level tertinggi dengan kriteria

Lebih terperinci

BAB III MOTODE PENELITIAN

BAB III MOTODE PENELITIAN 31 BAB III MOTODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah kerangka penelitian yang memuat langkahlangkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah dalam perancangan meja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS ) PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS ) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri 2 Intitut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK ERGONOMI SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DI PT. J. A. WATTIE PERKEBUNAN DURJO JEMBER

ANALISIS ASPEK ERGONOMI SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DI PT. J. A. WATTIE PERKEBUNAN DURJO JEMBER ANALISIS ASPEK ERGONOMI SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DI PT. J. A. WATTIE PERKEBUNAN DURJO JEMBER Andrew Setiawan R, I. B. Suryaningrat, Isman Hadi Subhan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI ALMIZAN Program Studi Teknik Industri, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Email: gracem@petra.ac.id

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) Data Rangkuman Antropometri Tubuh Data Antropometri Tubuh Data Antropometri Telapak Tangan Data Antropometri Kepala Data Antropometri Kaki No Tabel Rangkuman Antropometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci