TEKNIK EMBRYO INCISION DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI BIBIT KELAPA KOPYOR TRUE-TO-TYPE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

BAB III BAHAN DAN TATA KERJA. kotiledon dari kecambah sengon berumur 6 hari. Kecambah berasal dari biji yang

PENGARUH LAMA WAKTU DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN PENYIMPANAN PLASMA NUTFAH EMBRIO KELAPA BANYUMAS (Cocos nucifera L.) MELALUI TEKNIK KRIOPRESERVASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki

PROTOKOL KULTUR EMBRIO SIGOTIK KELAPA KOPYOR

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Pengaruh Penggunaan Vermikulit Terhadap Pertumbuhan Planlet In Vitro Kelapa Genjah Kopyor

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

Pengaruh Giberelic Acid terhadap Perkecambahan Embrio Kelapa Genjah Salak

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

PENGARUH PENAMBAHAN DIMETHYL SULFOXIDA (DMSO) KE DALAM MEDIUM DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN KRIOPRESERVASI EMBRYO KELAPA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

PEMBIAKAN IN VITRO DAN ANALISIS MOLEKULER KELAPA KOPYOR SUKENDAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup petani kelapa adalah dengan membudidayakan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

PRODUKSI BIBIT PISANG RAJA NANGKA (Musa sp.) SECARA KULTUR JARINGAN DENGAN EKSPLAN ANAKAN DAN BUNGA

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Efek Zat Pengatur Tumbuh BAP Terhadap Pertumbuhan Planlet Kelapa Genjah Kopyor dari Kecambah yang Dibelah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Tugas Akhir - SB091358

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Bul. Agron. (36) (1) (2008) Sukendah 1*, Sudarsono 2, Witjaksono 3, dan Nurul Khumaida 2. Diterima 25 September 2007/Disetujui 21 Februari 2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

III. METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

Tentang Kultur Jaringan

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

Transkripsi:

TEKNIK EMBRYO INCISION DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI BIBIT KELAPA KOPYOR TRUE-TO-TYPE Sisunandar Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Kendala utama dalam budidaya kelapa kopyor true-to-type (100%) adalah hanya dihasilkan satu tanaman dari setiap embrio yang ditanam, di samping belum optimalnya protokol yang tersedia khususnya pada tahap aklimatisasi (keberhasilan kurang dari 40%). Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi bibit kelapa kopyor adalah melalui teknik embryo incision. Teknik tersebut meliputi lima tahap, yaitu (1) embrio toreh (2) recovery (3) pembelahan embrio (4) pembesaran bibit dan (5) aklimatisasi. Embrio kelapa kopyor diperoleh dari petani kelapa di Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecambah yang dihasilkan dari setiap embrio yang ditanam berhasil digandakan. Teknik terbaik yang diperoleh adalah embrio ditoreh menjadi dua bagian dan ditanam pada medium dasar MS dengan penambahan 40 µm BAP dan 4 µm IBA. Dengan teknik tersebut berhasil diperoleh 43 kecambah dari 30 embrio yang ditanam. Kecambah yang dipelihara selama 4-5 bulan berhasil diaklimatisasikan selama 3 bulan dengan menggunakan alat mini growth chamber dengan tingkat keberhasilan hidup mencapai lebih dari 90%. Kata Kunci : Kelapa kopyor, Kultur embrio, Aklimatisasi, Mini growth chamber. PENDAHULUAN Kelapa kopyor merupakan salah satu plasma nutfah bernilai ekonomi tinggi yang dimiliki Indonesia. Harga satu butir kelapa kopyor rata-rata sekitar 25 ribu rupiah atau hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa normal (Maskromo et al., 2007). Di Indonesia, pemanfaatan kelapa kopyor pada umumnya masih terbatas untuk es kopyor, es krim kopyor, cooktail, selai kopyor maupun bahan campuran kue. Namun kelapa kopyor memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan dalam industri farmasi karena kadar galaktomanan yang sangat tinggi seperti yang telah dilaporkan pada kelapa makapuno di Filipina (Samunte et al., 1989). Galaktomanan merupakan senyawa utama untuk pembuatan krim wajah untuk pelembab dan anti penuaan, hand and body lotion, bahan utama pembuatan permen bahkan merupakan bahan utama pembuatan microchip. Limbah kelapa kopyor yang lain seperti sabut kelapa dan batok kelapa juga banyak dimanfaatkan untuk tali, matras, cocopeat maupun karbon aktif berkualitas tinggi. Meskipun demikian, budidaya tanaman kelapa tipe ini masih belum optimal. Salah satu kendala yang dihadapi petani adalah belum tersedianya bibit kelapa kopyor dengan kualitas yang memadai dengan harga yang terjangkau. Saat ini perbanyakan kelapa kopyor masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan menanam buah normal dari pohon yang menghasilkan kelapa kopyor. Tanaman kelapa yang dihasilkan dari perbanyakan secara alami tersebut hanya akan menghasilkan buah kopyor antara 3 25 % untuk kelapa tipe dalam dan 5 50 % untuk kelapa Sisunandar: Teknik embryo incision dapat meningkatkan produksi bibit kelapa kopyor true-to-type 45 45

tipe genjah (Maskromo dan Novarianto 2007). Satu-satunya alternatif yang tersedia untuk pembibitan kelapa kopyor dengan kualitas tinggi (true-to-type) adalah dengan menggunakan teknik kultur embrio. Kultur embrio telah lama diupayakan untuk digunakan dalam penyediaan bibit kelapa kopyor karena berbagai keunggulan diantaranya adalah bibit yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ini mampu menghasilkan buah kopyor jauh lebih tinggi (80 100 %) dibandingkan dengan pembibitan secara alami yang hanya mampu menghailkan buah kopyor kurang dari 25 % (Maskromo et al. 2007). Namun demikian, aplikasi teknik kultur embryo untuk produksi bibit kelapa kopyor juga memiliki beberapa kendala diantaranya adalah hanya mampu dihasilkan satu buah bibit dari setiap embryo yang ditanam (Nunez 1997). Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan teknik embryo belah maupun embryo toreh. Namun demikian, keberhasilan teknik tersebut masih rendah, yaitu kurang dari 60 % embryo yang dibelah tumbuh menjadi plantlet ataupun akar saja (Sukendah 2009). Hasil yang lebih rendah dilaporkan oleh Mashud (2010) maupun Nunez (1997) dimana hanya dihasilkan dua pasang bibit kelapa berumur 1 1,5 bulan. Jika dibandingkan dengan tingkat keberhasilan kultur embryo yang utuh, persentase perkecambahan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan embryo utuh (100 %; Sukendah, 2008). Kerusakan akibat pembelahan embryo diduga sebagai penyebab utama menurunnya persentase perkecambahan (Sukendah et al. 2008). Teknik embryo toreh adalah suatu teknik perbanyakan bibit kelapa dengan cara menoreh atau melukai bagian atas embryo secara horisontal menjadi beberapa bagian dan dipelihara di dalam media kultur jaringan dengan medium tanam yang tepat. Pada penelitian ini teknik embryo toreh berhasil diaplikasikan untuk yang pertama kalinya. Teknik embryo splitting (pembelahan embrio) memungkinkan untuk penyediaan bibit kelapa kopyor secara masal. Teknik tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah bibit yang dihasilkan dua kali lipat (Mashud 2010; Sukendah 2009). Namun penelitian-penelitian yang telah dilakukan belum memberikan hasil yang menggembirakan, hanya kurang dari 60% embrio yang dibelah dapat tumbuh dengan sebagian besar menghasilkan akar tanpa tunas (Sukendah 2009). Mashud (2010) juga melaporkan bahwa teknik ini belum berhasil digunakan untuk memperbanyak kelapa kopyor secara masal. Pada penelitian ini dilaporkan teknik menggandakan bibit kelapa kopyor melalui teknik embrio toreh (embryo incision). Lokasi dan Bahan Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian optimasi protokol embryo splitting kelapa kopyor dilakukan di Laboratorium Genetika dan Botani (LGB), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) sejak bulan Februari 2013 sampai Mei 2014. Bahan yang digunakan adalah embrio kelapa kopyor baik tipe dalam maupun tipe genjah yang diperoleh dari Kabupaten Purbalingga dan Banyumas. Kelapa kopyor dari Kabupaten Purbalingga dikumpulkan dari para petani kelapa kopyor di Kecamatan Kejobong untuk kemudian dikirim ke LGB-UMP untuk dilakukan isolasi embrio. 46 Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII

Isolasi dan Sterilisasi Embrio Kelapa Kopyor Tahap awal sebelum dilakukan optimasi protokol embryo splitting adalah dilakukan isolasi embrio. Selanjutnya sterilisasi permukaan agar embryo yang ditanam pada media kultur jaringan tidak terkontaminasi bakteri maupun jamur. Teknik yang digunakan dalam isolasi dan sterilisasi embrio kelapa kopyor merupakan hasil terbaik dari penelitian sebelumnya yang didanai dengan penelitian Endeavour Award, Ministry of Education Australia tahun 2010. Isolasi embrio dilakukan dengan cara sebagai berikut : setelah buah kelapa kopyor dikupas dan dibelah, kemudian embryo diisolasi dari bagian tertentu dari endosperm kelapa, yaitu tepat di bagian salah satu dari tiga mata dari kelapa. Namun sering kali terjadi embrio sudah tidak ditempat semestinya karena sifat endosperm yang kopyor, sehingga embrio harus dicari di antara endosperm yang hancur. Isolasi dilakukan dengan menggunakan sendok makan dengan cara mengambil embrio dengan mengikutkan sebagian endospermnya. Setelah diisolasi, embrio kemudian dicuci dengan air mengalir dan dicuci dengan cepat menggunakan etanol 95% untuk menghilangkan lipid yang menempel. Di dalam laminar air flow cabinet (LAF), embrio diisolasi dari endosperm, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass steril yang telah diisi dengan larutan natrium hipoklorida (2,6%) selama 15 menit. Selanjutnya, larutan tersebut dibuang dan diganti dengan aquadest steril sebanyak 4 kali dan embryo siap digunakan untuk percobaan selanjutnya(gambar 1). Gambar 1. Tahapan isolasi dan sterilisasi embrio kelapa kopyor (atas dari kiri ke kanan) dan teknik embrio toreh yang digunakan untuk membelah embrio menjadi dua dan empat bagian (bawah). Sisunandar: Teknik embryo incision dapat meningkatkan produksi bibit kelapa kopyor true-to-type 47

Uji Teknik Torehan Embrio yang telah disterilkan kemudian ditoreh seperti pada Gambar 1. Jumlah torehan yang digunakan ada dua macam yaitu ditoreh menjadi dua bagian dan empat bagian. Setiap embrio yang telah ditoreh kemudian ditanam pada dua medium dasar yaitu medium MS (Murashige dan Skoog) dan sebagai kontrol digunakan hibrid embryo culture medium (HEC; Rillo, 2004). Ke dalam medium perkecambahan ditambahkan zat pengatur tumbuh 6-benzilamino purin (BAP) dengan konsentrasi antara 20-60 M yang dikombinasikan dengan asam indol butirat (IBA) dengan konsentrasi antara 2-4 M. Pada tahap ini, media yang digunakan adalah media padat (8 g/l agar) dengan penambahan sukrosa (60 g/l) dan arang aktif (2 g/l). Setiap perlakuan ditanam 30 embrio dan dipelihara di ruang gelap sampai embryo berkecambah. Setiap 4 minggu, embrio disubkulturkan ke media baru dengan komposisi yang sama dengan medium sebelumnya. Setelah berkecambah, embrio dipindahkan ke ruang terang guna pemanjangan. Tahap ini akan memerlukan waktu antara 3 sampai 4 bulan. Analisis Data Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sofware statistik SPSS release 16 for windows. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan perbandingan rata-rata menggunakan Fisher s Least Significant Differences (LSD). Data yang tidak memenuhi distribusi normal akan ditransformasi menggunakan square root trasformation terlebih dahulu sebelum dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh embrio yang ditoreh menjadi dua bagian berhasil dikecambahakan pada medium dasar MS dengan penambahan 40 µm BAP dan 4 µm IBA (Gambar 1). Dari 30 embrio yang ditanam berhasil diperoleh kecambah mencapai 43 kecambah atau sekitar 140%; Gambar 2). Seluruh kecambah yang dihasilkan berhasil diregenerasikan membentuk kecambah yang lengkap dengan akar dan pucuk dengan menggunakan protokol kultur embrio selama 4-5 bulan. Hasil aklimatisasi selama 3 bulan dengan menggunakan alat mini growth chamber diperoleh tingkat keberhasilan hidup mencapai lebih dari 90%. Bibit dipelihara di screen house selama 1 bulan, kemudian dipindahkan ke kebun pembibitan selama 6 bulan untuk pembesaran bibit dan siap ditanam ke kebun benih. 48 Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII

Gambar 2 Kecambah yang berhasil digandakan dari satu buah embrio yang ditanam dan diberi pelakukan dengan embryo toreh. Atas, embryo yang ditoreh menjadi dua bagian dan dipelihara selama satu bulan dan dipelihara pada medium dasar MS dengan penambahan 40 µm BAP dan 4 µm IBA. Bawah, embrio toreh empat yang diperoleh pada medium MS dengan penambahan penambahan 40 µm BAP dan 4 µm IBA berumur 4 minggu (kiri) dan 12 minggu (kanan). Penggunaan medium dasar yang berbeda (HEC) dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP yang dikombinasikan dengan IBA tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan medium MS. Hasil penelitian menunjukkan medium dasar tersebut tidak mampu meningkatkan persentase keberhasilan induksi kecambah pada embrio yang ditoreh menjadi 2 bagian. Bahkan, penambahan zat pengatur tumbuh BAP dan IBA ke dalam medium tersebut tidak bepengaruh secara signifikan meningkatkan persentase keberhasilan perkemcambahan (Gambar 3). Sisunandar: Teknik embryo incision dapat meningkatkan produksi bibit kelapa kopyor true-to-type 49

Gambar 3. Jumlah kecambah yang dihasilkan dari 30 embrio yang dibelah menjadi dua melalui teknik embrio toreh dan ditanam pada medium dasar Murashige & Skoog (MS) dengan penambahan benzylamino purin (BAP) dan asam indole butirat (IBA) dibadingkan dengan embrio yang ditanam pada medium hybrid embryo culture (HEC) dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan komposisi dan konsentrasi yang sama Hasil penelitian dengan menggunakan embrio toreh empat tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan embrio toreh dua. Pada awal pertumbuhan, semua kombinasi medium dasar yang digunakan (MS maupun HEC) dengan penambahan BAP dan IBA menunjukkan hasil yang menggembirakan (Gambar 2), yaitu dari keempat bagian yang ditoreh nampak tumbuh membentuk tunas baru. Namun, dalam perkembangannya hanya satu tunas yang berhasil tumbuh, sedangkan yang lain mati sehingga hanya satu tunas yang berhasil diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio yang dibelah menggunakan teknik embryo toreh berhasil dikecambahkan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi (Gambar 2 dan 3). Medium dasar terbaik yang digunakan untuk menggandakan kecambah adalah medium dasar MS dengan penambahan 40 M BAP yang dikombinasikan dengan 4 M IBA. Pada medium tersebut berhasil diperoleh kecambah sebanyak 43 buah dari 30 embryo yang ditanam (Gambar 3). Hal ini membuktikan bahwa jika pembelahan dilakukan tepat pada titik tumbuh maka akan dihasilkan dua kecambah dari setiap embrio yang ditanam, sedangkan jika pembelahan tidak mengenai titik tumbuh, maka embrio yang ditanam tidak mampu menghasilkan dua kecambah. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perlukaan pada embrio akan memunculkan titik tumbuh yang baru (George dan Debergh 2008) 50 Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sukendah (2009) yang melaporkan bahwa pembelahan embrio dapat merusak jaringan sehingga akan memperlambat waktu yang dibutuhkan oleh embrio untuk berkecambah. Menurut George dan Debergh (2008), pembelahan suatu jaringan dapat menyebabkan terjadinya sintesis senyawa-senyawa fenol yang tinggi. Senyawa-senyawa tersebut akan menyebabkan sel sel yang berada di sekitar jaringan yang dibelah akan mengalami kematian yang ditandai dengan munculnya pencokelatan jaringan (browning). Pada penelitian ini, pencokelatan jaringan berhasil dicegah dengan menambahkan karbon aktif ke dalam medium tanam. Penambahan karbon aktif tersebut mampu menyerap senyawa-senyawa fenol yang dihasilkan oleh sel yang terbelah sehingga browning berhasil dicegah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan 6-benzylamino purin (BAP) juga mampu menggandakan jumlah kecambah yang ditanam dari setiap embrio (Gambar 3). Kemampuan BAP dalam merangsang induksi perkecambahan diduga karena sebagai salah satu sitokinin, BAP berperan penting dalam aktivitas sintesis RNA, merangsang sintesis protein dan enzim. Aktifitas aktifitas tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam pembelahan sel (George dan Debergh 2008)). KESIMPULAN DAN SARAN Kecambah yang dihasilkan dari embrio kelapa kopyor dapat digandakan dengan cara embrio ditoreh menjadi dua bagian dan ditanam pada medium dasar MS dengan penambahan 40 µm BAP dan 4 µm IBA. Embryo yang ditoreh tidak semua berhasil dikecambahkan dengan menghasilkan dua kecambah, bahkan jika embrio ditoreh menjadi empat bagian tidak memberikan hasil yang lebih baik. Namun penelitian lanjutan masih sangat memungkinkan untuk meningkatkan jumlah kecambah dari setiap embrio yang ditanam. Kemungkinan tersebut juga semakin besar setelah kecambah yang diperoleh berhasil diaklimatisasikan dan tidak menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan kecambah yang lain. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada penyandang dana penelitian. Penelitian ini didanai oleh Program Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2013 dengan nomor kontrak A.11-III/263- SPj./LPPM/VI/2013. DAFTAR PUSTAKA George, E. F. and Debergh, P. C. 2008. Micropropagation: Uses and Methods. In Plant Propagation by Tissue Culture 3rd Edition, eds. E. F. George, M. A. Hall and G. Jan De Klerk, Vol.1. The Background, pp. 29-64. Springer, Dordrecht, The Netherlands. Mashud, N. 2010. Pengembangan metode kultur embryo kelapa kopyor yang lebih efisien (30 %). Laporan Penelitian Program Insentif Riset Terapan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado. Sisunandar: Teknik embryo incision dapat meningkatkan produksi bibit kelapa kopyor true-to-type 51

Maskromo, I. dan H. Novarianto, 2007. Potensi genetik kelapa kopyor genjah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29: 3-5. Maskromo, I., N. Mashud, dan Novarianto, 2007. Potensi pengembangan kelapa kopyor di Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan. 13: 4-6. Nunez, T. C. 1997. Doubling macapuno seedling production thru embryo splitting. Philippine Journal of Crop Science. 22 (Supplement no. 1): 64. Samunte, J. L., E. M. T. Mendoza, L. L. Ilag, MN. B. De la Cruz, dan D. A. Ramirez, 1989. Galactomannan degrading enzymes in maturing normal and makapuno and germinating normal coconut endosprem. Phytochemistry. 28: 2269-2273. Sisunandar, A. Rival, P. Turquay, Y. Samosir, dan S. W. Adkins, 2010. Cryopreservation of coconut (Cocos nucifera L.) zygotic embryos does not induce morphological, cytological or molecular changes in recovered seedlings. Planta. 232: 435-447. Sukendah. 2009. Pembiakan In Vitro dan Analisis Molekuler Kelapa Kopyor. Disertasi Doktor, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sukendah, Sudarsono, Witjaksono dan N, Khumaida, 2008. Perbaikan teknik kultur embrio kelapa kopyor (Cocos nucifera L.) asal Sumenep, Jawa Timur melalui penambahan bahan aditif dan pengujian periode subkultur. Buletin Agronomi. 36: 16-23. 52 Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII