PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA. Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

dokumen-dokumen yang mirip
EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB V PENGOLAHAN DATA

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA DI KECAMATAN BOYAN TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI MALUKU UTARA

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

EKEPLORASI UMUM BESI PRIMER DI KECAMATAN RAO, KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

termineralisasi dan tanah, akan tetapi tidak semua unsur dibahas dalam makalah ini karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN LONG PAHANGAI KABUPATEN MAHAKAM ULU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

PROSPEKSI MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

KETERDAPATAN MINERALISASI EMAS YANG BERASOSIASI DENGAN SINABAR DI KECAMATAN RAROWATU KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN MUNTE KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA. Franklin Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar. , 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2

BAB II TATANAN GEOLOGI

PROSPEKSI MANGAN DI KECAMATAN TIMPEH, KABUPATEN DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATERA BARAT

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU 2014

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI UMUM DOLOMIT DI KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMA- TERA UTARA. Djadja Turdjaja, Zulfikar, Corry Karangan Kelompok Program Penelitian Mineral

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI ENDAPAN EMAS SEKUNDER DAERAH MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI

Eksplorasi Umum Timah Hitam (Pb) Di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB II TATANAN GEOLOGI

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

EKSPLORASI UMUM LOGAM JARANG (REE) TIMAH DI KABUPATEN TAPANULI UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA. Oleh : Kisman dan Wahyu Widodo

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL, DAERAH PULAU LOMBOK, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Oleh : Rudy Gunradi

Transkripsi:

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Prospeksi mineral logam di Kabupaten Humbang Hasundutan ini dilatarbelakangi adanya indikasi mineralisasi emas di Kecamatan Onanganjang (Aldiss D.T. dkk, 1983) dan di bagian barat dari wilayah kabupaten ini didominasi oleh sebaran batuan sedimen termetakan berumur Permokarbon Formasi Kluet yang merupakan kelanjutan dari bagian utara (Dairi) ditemukan adanya mineralisasi Pb - Zn yang dikenal mineralisasi tipe Sediment Exhalative (Sedex) (D.T. Aldiss, dkk., 1983). Lokasi prospek mineralisasi emas dan mineral ikutannya DITEMUKAN DI Dolok Pinapan, Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan berada di kawasan Hutan Lindung dan merupakan sumber air bersih bagi penduduk di sekitarnya dan saat penyelidikan lapangan berlangsung, di lokasi tersebut diketahui adanya kegiatan penambangan emas rakyat. Mineralisasinya berbentuk urat kuarsa dengan kedudukan N 50º E/75º berada di dalam tufa terubah (argilik, silisifikasi), keberadaannya urat kuarsa tersebut di dukung oleh adanya sebaran anomali Au conto tanah yang digambarkan dalam bentuk image sebaran Au membentuk kelurusan berarah NE - SW atau sesuai dengan arah urat kuarsa dan diperkirakan sebaran anomali Au tersebut masih ada kemungkinan membuka ke arah luar. Hasil analisis kimia tiga conto batuan dengan metoda analisis AAS menunjukkan kandungan 10.500 s/d 93.700 ppm Cu; 134 s/d 2.249 ppb Au; 1.011 s/d 2.363 ppm Pb; 4.557 s/d 7.798 ppm Zn; 128 s/d 441 ppm Ag dan 100 s/d 1.270 ppm As. Daerah penyelidikan G. Pinapan ini dinilai prospek dikembangkan untuk komoditi Emas, akan tetapi berada di kawasan Hutan Lindung, sehingga peruntukannya disarankan sebagai Wilayah Pencadangan Negara (WPN). Perluasan pengembangan eksplorasi diarahkan ke kedalaman ataupun perluasan searah NE - SW atas dasar anomali yang masih membuka. Pendahuluan Adanya indikasi mineralisasi emas di Kecamatan Onanganjang (Aldiss D.T. dkk, 1983) dan juga disebutnya sebagai daerah prospek emas di Dolok Pinapan yang secara administratif sekarang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan (PT. Danau Toba Mining, tahun 1997-1999). Bagian barat kabupaten Humbang Hasundutan secara geologi didominasi oleh batuan sedimen termetakan berumur Permokarbon Formasi Kluet, sebagai kelanjutan dari bagian utara (Dairi) lokasi ditemukannya mineralisasi Pb - Zn (D.T. Aldiss, dkk., 1983), dikenal mineralisasi tipe Sediment Exhalative (Sedex) (www.smedg.org.au/tiger/dairizinc.htm). Prospeksi mineral logam di daerah ini dimaksudkan untuk menghimpun data primer potensi mineral logam, serta untuk membuktikan kebenaran informasi yang disampaikan penyelidik terdahulu khususnya di Kabupaten Humbang Hasundutan, sedangkan tujuannya untuk melengkapi/memperbaruhi Bank Data Sumber Daya Mineral Logam Nasional di Pusat Sumber Daya Geologi/Badan Geologi, dengan harapan dapat menemukan potensi baru mineral logam serta membatu pemerintah daerah dalam menentukan daerah-daerah yang memungkinkan untuk dijadikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan.

Secara administratif lokasi prospeksi berada di Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatra Utara, (Gambar 1).Pencapaian daerah ini dari Bandung - Medan dengan pesawat komersial dan Medan - Dolok Sanggul - Desa Banuarea dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 dilanjutkan dengan jalan kaki menuju lokasi prospeksinya. Metodologi yang dilakukan antara lain pengamatan geologi, pengambilan conto batuan dan tanah system grid dengan interval 50 m. Hasil Prospeksi Selama kegiatan prospeksi masingmasing conto yang terkumpul adalah 131 conto tanah dan 18 conto batuan (Gambar 2). Geologi Pakkat dan Sekitarnya Geologi Pakkat - Onan Ganjang dan sekitarnya disampaikan dengan mengacu pada peta Geologi Lembar Sidikalang skala 1 : 250.000 dan beberapa tambahan atau koreksi berdasarkan pengamatan singkapan sepanjang lintasan. Litologi yang terdapat di daerah ini dapat dikelompokkan menjadi 6 satuan batuan, dari satuan batuan relatif lebih tua ke lebih muda adalah satuan batuan sedimen termetakan, satuan batuan terobosan bertekstur porfiritik, satuan batupasir, satuan batuan gunungapi, satuan tufa dan endapan aluvial, (Gambar 3). Satuan batuan sedimen termetakan, merupakan batuan tertua di daerah ini yang terdiri dari batupasir metakuarsa, batupasir termetakan, serpih dan filit, secara regional dapat disetarakan dengan Formasi Kluet berumur Permo Karbon, (DT. Aldis dkk., 1983). Satuan batuan terobosan bertekstur porfiritik, tersingkap di Dolok Pinapan Desa Banuara, umumnya telah menunjukkan gejala ubahan (argilik, filik maupun silisik) dan di beberapa lokasi singkapan batuan terlihat mineral pirit tersebar sampai mengisi rekahan. Satuan batupasir, berlapis, berbutir sedang, tersingkap di sekitar Desa Banuarea dan secara regional satuan batuan ini berkorelasi dengan Formasi Barus berumur Miosen Awal, (DT. Aldis dkk., 1983). Satuan batuan gunungapi yang disusun oleh tufa riolitik conto No. HHC 15-003 R batuan hipabisal (bertekstur porfiritik) dan batuan piroklastik, secara regional satuan batuan ini dapat disetarakan dengan batuan gunungapi Pinapan, berumur Miosen Tengah, (DT. Aldis dkk., 1983). Pengamatan petrografi sayatan tipis menunjukkan tekstur piroklastik, berbutir halus hingga berukuran 1,5 mm, sortasi sedang, bentuk butir menyudut - menyudut tanggung, disusun oleh fragmen kuarsa (10 %), plagioklas (5 %) dan biotit (2 %) didalam masadasar gelas kriptokristalin (83 %), (Gambar 4). Satuan tufa berbatuapung, tersebar luas di sepanjang lintasan pengamatan yang secara regional disebut sebagai Tufa Toba berumur Plio Pleistosen. Endapan permukaan yang sampai sekarang masih berlangsung pengendapannya berasal dari rombakan batuan-batuan yang ada disekitarnya, terdiri dari kerikil-kerakal, pasir dan Lumpur. Berdasarkan interpretasi citra satelit ASTGTM N02E098 struktur kelurusan yang perkirakan sebagai sesar, menunjukkan arah umum baratlaut - tenggara sampai dengan utara - selatan. Pengamatan pendahuluan indikasi mineralisasi ditemukan adanya float batuan volkanik terubah mengandung pirit di bagian hilir S. Sirahor Desa Purbasianjur, sedangkan pada bagian hulunya yang berada di Dolok Pinapan, Desa Banuarea ditemukan adanya kegiatan penambangan emas rakyat. Penambangan dilakukan

dengan cara penggalian batuan secara horizontal mengikuti urat kuarsa berarah N 50º E/ 75º dalam tufa terubah, emas ditemukan bersama-sama dengan pirit, kalkopirit, bornit dan krisokola, (Gambar 5). Geologi Dolok Pinapan Desa Banuarea Morfologi Dolok Pinapan di Desa Banuarea tergolong kedalam morfologi perbukitan berlereng terjal yang dapat dikategorikan sebagai morfologi berstadium muda, dicirikan lembah-lembah sungai curam menyerupai huruf V dan banyak dijumpai air terjun (Gambar 6). Litologi penyusun Dolok Pinapan di Desa Banuarea adalah tufa terubah dan andesit terubah yang diterobos oleh batuan diorit (diorit porfir, mikrodiorit), (Gambar 7). Petrografi conto batuan HHJ 15000/I/R dari sayatan tipisnya menunjukkan tektur piroklastik, berbutir sangat halus - berukuran 0,5 mm, dengan bentuk butir menyudut - membulat tanggung, disusun oleh fragmen relik plagioklas (6 %) dan relik mafik (3 %) dalam masadasar silika kriptokristalin (54 %) berasosiasi dengan mineral opak (10 %), mineral sekunder klorit (11 %), ilit (9 %), zeolit (2 %) dan karbonat kalsit (5 %), (Gambar 8). Petrografi batuan HHW 15138 R, dari sayatan tipis memperlihatkan faneroporfiritik, holokristalin, intergrowth, berbutir halus - berukuran 1,5 mm, bentuk kristal euhedral - subhedral, disusun oleh fenokris plagioklas (78 %), hornblende (5 %) dan biotit (trace), berasosiasi dengan mikrolit plagioklas. Dipenetrasi oleh aplit granit, sugary texture, berukuran mikrokristalin 0,1 mm, berkomposisi kuarsa (4 %), k-feldspar (4 %), hornblende dan biotit, terdapat mineral opak (4 %) dan oksida besi (5 %), (Gambar 9). Struktur yang berkembang di Dolok Pinapan, Desa Banuarea adalah sesar berarah baratlaut - tenggara sampai utara - selatan. Alterasi batuan yang umumnya diketemukan di daerah ini berupa ubahan, argilik, silisik dan filik, (Gambar 11). Pengamatan di bagian hulu cabang kanan Sungai Sirahor, tepatnya di Dolok Pinapan Desa Banuarea ditemukan sebaran batuan volkanik terubah (argilik, filik dan silisik) dengan urat kuarsa bersama-sama pirit, kalkopirit, bornit dan krisokola. Lokasi ini pada saat dilakukan pengamatan ditemukan adanya kegiatan penambangan emas rakyat dengan melakukan penggalian secara horizontal mengikuti urat kuarsa berarah N 50º E/75º dalam batuan tufa terubah (argilik - silisifikasi) seperti ditunjukkan dalam Gambar 12 dan 13. Salah satu material penggalian yang dihasilkan teramati adanya butiran emas (visible gold) mengisi rekahan bersama quartz veinlet (Gambar 14). Mineralisasi emas yang teramati di lokasi kegiatan penambangan emas rakyat dengan lingkungan batuan tufa terubah argilik - silisifikasi (HHJ/15003 R/BR/FR), dari hasil análisis kimia unsur logam, masing-masing mengandung : 1,05 s/d 9,37 % Cu; 1.011 s/d 3.153 ppm Pb; 5.557 s/d 7.798 ppm Zn; 134 s/d 2.249 ppb Au; 100 s/d 1.270 ppm As dan 128,7 s/d 441 ppm Ag. Tiga conto batuan yang dilakukan analisis mineragrafi, satu conto diantaranya menunjukkan kandungan mineral logam Pirit, Magnetit, Kalkopirit dan Hidrous Iron Oxide (Gambar 15). Analisis kimia unsur-unsur Cu, Pb, Zn, Au, Ag, As dan Sb dari 131 conto tanah masing-masing menunjukkan nilai tertinggi dan terendahnya seperti terlihat pada Tabel 1. Sebaran tiap unsur digambarkan dengan image yang dibuat menggunakan software mapinfo, masing-masing unsur digambarkan dan diuraikan sebagai berikut: Sebaran unsur-unsur Au, Cu, Pb, Zn, Ag, As dan Sb digambarkan dalam

bentuk image warna merah tiap unsur merukan nilai tertinggi yang merupakan simpangan baku (anomali)dapat diuraikan sebagai berikut : Gambar 16. Sebaran unsur Au, menggambakan sebaran anomali (sebaran puncak-puncak anomali) membentuk suatu kelurusan yang arahnya seirama mengikuti arah urat kuarsa N 50 E/75 yang saat ini dilakukan penambangan rakyat sedangkan anomali tersebut terlihat membuka ke arah bagian luar di ujung timur laut dan barat daya batas pengambilan conto tanah. Sebaran unsur Cu, menggambarkan sebaran anomali terakumulasi pada ujung di bagian timur laut dan barat daya dan terkesan ada kecenderungan membuka ke arah luar dari kedua ujung tersebut. Sebaran unsur Pb, menggambaran sebaran anomali pada bagian tengah membentuk kelurusan barat laut - tenggara dan puncak pada kedua ujung timur laut dan barat daya sesuai dengan arah urat kuarsa. Sebaran unsur Zn, menggambarkan sebaran puncak anomali secara spot, dua di bagian tengah dan masing-masing satu di bagian selatan dan timur laut daerah pengambilan tanah dengan kesan anomali tersebut membuka ke bagian selatan dan timur laut. Sebaran unsur Ag, menggambarkan sebaran puncak anomali merata pada bagian tengah ke barat dan bagian selatan memanjang barat ke timur. Sebaran unsur As, menggambarkan sebaran puncak anomali berupa spot di dua lokasi di bagian utara daerah pengambilan conto tanah. Sebaran unsur Sb, menggambarkan sebaran puncak anomali pada lima spot dan keberadaannya merata di bagian selatan, tengah dan bagian utara lokasi pengambilan conto tanah. Pembahasan Berdasarkan data lapangan yang menunjukkan bahwa mineralisasi emas - tembaga yang teridentifikasi pada lokasi penggalian/ penambangan emas rakyat di Dolok Pinapan berupa urat kuarsa N 50º E/75º dengan ketebalan 10-15 cm didalalam tufa terubah (srgilik - silisifikasi). Data laboratorium yang mendukung data pengamatan lapangan antara hasil analisis kimia conto tanah khususnya unsur Au yang menunjukkan adanya sebaran anomali membentuk suatu kelurusan searah dan sejalur dengan arah kedudukan urat kuarsa, yaitu berarah NE - SW. Analisis petrografi menunjukkan bahwa batuan samping pembawa mineralisasi di daerah ini adalah tufa terubah (argilik, silisifikasi), berupa urat kuarsa mengandung emas - tembaga - seng dan timah hitam. Dari sebaran unsur Au conto tanah menunjukkan adanya sebaran anomali membentuk kelurusan NE - SW sesuai dengan jurus urat kuarsa, maka dapat diinterpretasikan bahwa model endapan di Dolok Pinapan Desa Banuarea merupakan mineralisasi tipe urat yang kemungkinan epitermal dan perlu dilakukan penyelidikas secara seksama. Prospek sumber daya mineral logam khususnya emas dan tembaga di daerah ini baru bersifat indikasi dan belum bisa dihitung sumber daya/cadangannya, walaupun dalam kenyataannya di lapangan telah di lakukan penambangan rakyat. Penggaliannya dilakukan secara horizontal mengikuti arah sebaran urat kuarsa, sepanjang pengamatan belum melakukan penggalian secara vertikal. Untuk dapat mengetahui sumber daya/ cadangan masih diperlukan penyelidikan beberapa tahap kedepan baik surface maupun sub surface guna menggambarkan bentuk/ model cebakan secara tiga dimensi dari permukaan

sampai dengan bawah permukaan, disamping analisis laboratorium untuk mengetahui kadar/ kandungannya secara seksama. Kesimpulan Prospek mineralisasi emas dan mineral ikutannya di kabupaten Humbang Hasundutan ditemukan pada Gunung Pinapan (Dolok Pinapan) termasuk Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat. Mineralisasinya berbentuk urat kuarsa dengan kedudukan N 50º E/75º berada di dalam tufa terubah (argilik, silisifikasi), keberadaannya urat kuarsa tersebut di dukung oleh adanya sebaran anomali Au conto tanah yang digambarkan dalam bentuk image sebaran Au membentuk kelurusan berarah NE - SW atau sesuai dengan arah urat kuarsa dan diperkirakan sebaran anomali Au tersebut masih ada kemungkinan membuka ke arah luar. Visible gold dalam urat kuarsa tipis dalam batuan tufa terubah (argilik, silisifikasi), hasil analisis kimia tiga conto batuan di sekitarnya dengan metoda analisis AAS menunjukkan kandungan 10.500 s/d 93.700 ppm Cu; 134 s/d 2.249 ppb Au; 1.011 s/d 2.363 ppm Pb; 4.557 s/d 7.798 ppm Zn; 128 s/d 441 ppm Ag dan 100 s/d 1.270 ppm As, khususnya Au kemungkinan akan berbeda hasil nya bila metoda analisis yang digunakan Fire Assay, dengan mengingat bahwa sifat dari emas adalah elastis sehingga pada saat penggerusan butiran emas tidak menjadi halus melainkan menjadi pipih dan tidak tersaring pada 200 mesh. Lokasi prospek emas dan mineral ikutannya ada di kawasan Hutan Lindung dan merupakan sumber air bersih bagi penduduk di sekitarnya dan saat penyelidikan lapangan berlangsung, di lokasi tersebut diketahui adanya kegiatan penambangan emas rakyat. Saran Untuk mengetahui mineralisasi emas yang ada bernilai ekonomis disarankan untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut secara seksama baik surface penyelidikan geolistrik metoda Induced Polarization (IP) maupun sub surface penyelidikan geokimia tanah pada area yang menunjukkan adanya kecenderungan membukanya sebaran anomali Au ke bagian luar, pembuatan parit uji untuk melacak menerusnya urat kuarsa ke arah lateral. Ada beberapa alternatif pemanfaatan yang dapat direkomendasaikan/ disarankan dalam pemanfaatan daerah prospek ini: 1. Daerah ini dipersiapkan sebagai WPN (Wilayah Pencadangan Negara) 2. Daerah ini dipersiapkan sebagai Wilayah Izin Pertambangan Rakyat (WPR), namun bila rakyat tidak mampu melaksanakan karena keterbatasan teknologi, maka daerah ini memungkinkan untuk dipersiapkan sebagai Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dengan mengikuti prosedur dan mengikuti aturan yang berlaku dan tentunya harus dikoordinasikan dengan: Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Bila ada kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang diperuntukkan untuk Pertambangan. DAFTAR PUSTAKA Aldiss D.T., Whandoyo R., Sjaefudien A.G, Kusjono, 1983; Peta Geologi Lembar Sidikalang, Sumatra, Skala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Danau Toba Mining. PT., 1997; Laporan Triwulan Kemajuan Penyelidikan Proyek Sibolga sampai Tanggal 30 Juni 1997.

Danau Toba Mining. PT., 1999; Sibolga Contract of Work Sumatra, Indonesia Final Report of the General Survey Period and Applocation to Enter the Exploration Period. Umi Kuntjara, Simpwee Soeharto, R., Zamri Ta in, Said Ismail, A dan Tampubolon, A., 2000; Laporan eksplorasi logam langka di daerah Sosortolong dan sekitarnya, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara. Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung. Tim Eksplorasi Umum Pusat Sumber Daya Geologi, 2009; Laporan eksplorasi umum logam langka di kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatra Utara. Gambar 1. Peta Lokasi Prospeksi Mineral Logam di Kecamatan Onan Ganjang dan Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 2. Peta Lokasi Conto Tanah Dolok Pinapan, Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 3. Peta Geologi Pakkat - Onan Ganjang dan Sekitarnya, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4. Fotomikrograf Tufa Dasitik - Riolit, Tersusun Oleh Fragmen Kuarsa (E s/d F, -4 s/d -5), Fragmen Plagioklas, Fragmen Biotit (E,-8), dan Masadasar Gelas Kriptokristalin (I s/d J, -4 s/d -7) a Gambar 5. Urat Kuarsa Bersama-sama Pirit Dengan Spot Kalkopirit, Bornit (a) Krisokola (b) b a b Gambar 6. Morfologi Perbukitan Terjal Dolok Pinapan Desa Banuarea (a) dan Air Terjun Pada Bagian Hulu Lembah Sungai (b) Gambar 8. Fotomikrograf Tufa Terubah Argilik - Silisifikasi, Tersusun Oleh Fragmen Relik Plagioklas dan Mafik, Klorit, Ilit, Zeolit, Karbonat Kalsit, Masadasar Silika Kriptokristalin dan Mineral Opak (G,-7).

Gambar 7. Peta Geologi dan mineralisasi Dolok Pinapan Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara Gambar 9. Fotomikrograf Diorit Porfir Penetrasi Aplitik Granit, Tersusun Oleh Plagioklas (C s/d E, -3 s/d -4), Hornblende (F,2), Biotit, Kuarsa (C s/d E, 5 s/d 7), K-Feldspar (C s/d E, 5 s/d 7), Mikrolit Plagioklas (H s/d I, -1 s/d -2) dan Mineral Opak, Oksida Besi Gambar 11. Singkapan Batuan Terubah Argilik Dengan Urat Kuarsa Tipis (a) dan Zona Urat Kuarsa (0,5-1 cm) Dalam Lingkungan Batuan Bertekstur Porfiritik Terubah Dalam Kondisi Lapuk Pada Lokasi Conto MMJ 15-005 R

Gambar 12. Pembuatan Tunnel Mengikuti Sebaran Urat Kuarsa di Dolok Pinapan, Desa Banuarea Gambar 13. Urat Kuarsa Dalam Lubang Penggalian Yang di Dolok Pinapan, Desa Banuarea 49x 55x 20x Gambar 14. Visible Gold Mengisi Rekahan Batuan Bersama Kuarsa

Au Cu Pb Zn Ag As Sb Gambar 16. Pera Image Sebaran Unsur Au, Cu, Pb, Zn, Ag, As dan Sb Conto Tanah di Dolok Pinapan Desa Banuarea, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 15. Fotomikrograf Sayatan Poles Pirit (Py), Magnetit (Mgt) dan Kalkopirit (Cp) Dalam Masa Batuan Conto HHJ 15141 R Tabel 1. Kadar Terendah dan Tertinggi Unsur Logam Conto Tanah Desa Banuarea Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Ag (ppm)* Au(ppb)* As (ppm) Sb (ppm) Minimum 60 18 20 0 5 0 0 Maximum 2728 200 420 74 1087 130 20