HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Bagan Kerangka Pemikiran "##

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR. Oleh: Willy Prasetyo Raharjo

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN 1 Sungai Apit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Yessy Niarty NIM I14100122

ABSTRAK YESSY NIARTY. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN 1 Sungai Apit. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan gizi dan aktivitas fisik terhadap kebugaran fisik pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit, Riau. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dengan jumlah responden 66 siswa berusia 14-17 tahun. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau pada bulan Februari-Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kebugaran (p=0.000, r=-0.752). Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, berat badan, serta tinggi badan terhadap tingkat kebugaran (p>0.05). Terdapat hubungan negatif yang signifikan (p=0.000, r=-0.429) antara status gizi dengan tingkat kebugaran. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan vitamin C dengan tingkat kebugaran (p>0.05). Namun, terdapat hubungan positif yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran (p=0.000, r=0.878). Kata kunci: Aktivitas fisik, kebugaran fisik, remaja, tingkat kecukupan gizi. ABSTRACT YESSY NIARTY. Relation of Nutrient Adequacy Level and Physical Activity on Physical Fitness of Senior High School Students in SMAN 1 Sungai Apit. Supervised by HADI RIYADI. This research, therefore, aimed to analyze a relationship between nutrient adequacy level and physical activity on physical fitness among Senior High School students in SMA Negeri 1 Sungai Apit, Riau. The design used in this research was cross sectional study and the number of respondents were 66 students of 14 17 years old. This research was conducted in District of Sungai Apit, Regency of Siak, Province of Riau on February March 2014. Hence, the finding of research is that there is a significantly negative relation of sex and fitness extent (p=0.000, r=-0.752). However, there is no significance relation between age, weight, and height on the level of fitness (p>0.05). In addition, there is a significant negative correlation (p=0.000, r=-0.429) between nutritional status and the level of fitness. There is no significance correlation between adequacy level of energy, protein, fat, carbohydrate, calcium, zinc, and vitamin C with the level of fitness (p>0.05). Yet, there is a significant positive correlation between physical activity and the extent of fitness (p=0.000, r=0.878). Keywords: Adolescent, nutrient adequacy level, physical activity, physical fitness.

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN 1 Sungai Apit dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak saran dan masukan pada skripsi sejak awal penelitian hingga penyelesaian skripsi. 2. Ibu Leily Amalia Furkon, S. TP, M. Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan pada skripsi 3. Kepala sekolah, guru-guru, staff serta siswa-siswi SMAN 1 Sungai Apit yang telah memberikan kesempatan serta membantu dalam pelaksanaan penelitian. 4. Mama, papa, adik serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. 5. Sahabat selama penulis menempuh ilmu di Departemen Gizi Masyarakat: Widya Lestari, Rizki Ichwansyah, dan Destiara LP. 6. Sahabat dan keluarga selama di Bogor: Aulia Frisca, Kartika Sari Touw, dan Qonita Muhlisa. 7. Teman-teman ID: Rekyan H. Puspadewi, Cahyuning Isnaini, Putu Rossi Tya L, dan I Kadek Agus H. Dinata. 8. Seluruh teman-teman Departemen Gizi Masyarakat 47. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua. Bogor, Agustus 2014 Yessy Niarty I14100122

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 METODE 5 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5 Cara Pengambilan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 10 Karakteristik Contoh 11 Status Gizi 13 Intik Energi dan Zat Gizi 14 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 15 Aktivitas Fisik 20 Tingkat Kebugaran 21 Uji Hubungan Antar Variabel 22 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 32

DAFTAR TABEL 1 Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun 7 2 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR 8 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 8 4 Norma tes Balke 9 5 Karakteristik contoh 11 6 Sebaran contoh menurut status gizi (IMT/U) dan jenis kelamin 13 7 Intik energi dan zat gizi berdasarkan hari konsumsi 14 8 Intik energi dan zat gizi contoh berdasarkan jenis kelamin 15 9 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi 15 10 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein 16 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak 17 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat 17 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan kalsium 18 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi 19 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C 20 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik 21 17 Sebaran contoh menurut kategori VO2 max 22 18 Hasil uji hubungan karakteristik contoh dengan tingkat kebugaran 22 19 Hasil uji hubungan tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran 24 DAFTAR GAMBAR 1 Skema kerangka pemikiran 4 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 29

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan suatu negara dalam kemajuan berbagai aspek kehidupan ditentukan oleh generasi penerus bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Golongan remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena pertumbuhan dan perkembangan tubuh pada usia ini memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak, sehingga harus diperhatikan tingkat kecukupan gizi dan aktivitas fisiknya sebagai pendukung dalam menciptakan penerus bangsa yang berkualitas. Remaja juga perlu memiliki kualitas kebugaran fisik yang baik agar selalu sehat, bugar dan produktif. Konsumsi pangan memiliki peranan dalam menciptakan status gizi yang baik dan seimbang pada remaja. Kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro akan terpenuhi secara tepat dan seimbang jika seseorang memiliki pola konsumsi yang baik. Menurut Giam (2002), pemberian makanan harus memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan, serta aktivitas fisik, sehingga antara asupan dan pengeluaran energinya seimbang. Pencapaian kesehatan dan gizi yang optimal akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik. Namun, remaja memiliki kecendurungan melewatkan waktu makan dengan alasan tidak sempat atau sedang melakukan diet ketat, sehingga asupan makanannya kurang. Selain itu, seiring perkembangan zaman dan teknologi, remaja sering terpengaruh dengan iklaniklan dan promosi makanan cepat saji dan snack yang kandungan gizinya kurang lengkap dan seimbang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran kurang terpenuhinya kebutuhan gizi remaja yang secara fisiologis sedang berada pada masa pertumbuhan yang pesat. Kesanggupan individu dalam menjalani kegiatan harian tanpa mengalami kelelahan berat serta masih memiliki tenaga untuk melakukan kegiatan fisik di waktu santai atau melakukan kegiatan fisik lainnya secara dadakan disebut kebugaran fisik, dimana kebugaran tersebut dipengaruhi oleh faktor usia, gender, keturunan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok serta status gizi individu (Fatmah 2011). Salah satu indikator kebugaran fisik individu adalah jumlah rata-rata konsumsi oksigen maksimal oleh tubuh atau VO 2 max. Salarkia et al. (2004) menyatakan tingginya aktivitas aerobik dapat meningkatkan konsumsi oksigen maksimum (VO 2 max). Semakin tinggi VO 2 max maka semakin baik tingkat ketahanan serta adaptasi individu dalam melakukan suatu aktivitas fisik. Kebugaran fisik berperan dalam menentukan kesehatan dan prestasi siswa. Hasil penelitian Grissom (2005) pada siswa tingkat 5, 7, dan 9 di California Public School menunjukkan bahwa kebugaran fisik memiliki hubungan dengan kemampuan akademik siswa. Selain itu hasil penelitian Sallis et al. (2000) menunjukkan kebugaran fisik uga memiliki hubungan dengan aktivitas fisik remaja, dimana remaja dengan aktivitas fisik sedentary atau kurang beraktivitas memiliki kebugaran fisik yang rendah. Kebugaran fisik yang optimal akan tercapai jika kecukupan gizi dan aktivitas fisiknya juga baik. SMAN 1 Sungai Apit berada di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau dengan jumlah siswa 533 orang. Kecamatan Sungai Apit hanya

2 memiliki satu Puskesmas dan jauh dari pusat perkotaan. Selain itu, sebagian besar siswa membantu orangtua mereka bekerja di kebun sawit atau karet dan membuat batu bata setelah pulang sekolah atau pada hari libur. Hal ini menarik untuk dikaji lebih lanjut, bagaimana tingkat aktivitas para siswa dan apakah telah didukung dengan konsumsi pangan yang baik serta apakah berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kecukupan gizi dan aktivitas fisik terhadap kebugaran fisik siswa SMAN 1 Sungai Apit. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan suku) serta antropometri contoh (berat badan, tinggi badan, dan status gizi). 2. Menganalisis intik gizi dan tingkat kecukupan gizi contoh. 3. Menganalisis aktivitas fisik dan kebugaran fisik contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh (umur dan jenis kelamin), status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik terhadap kebugaran fisik contoh. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi siswa, orang tua, guru SMA Negeri 1 Sungai Apit, dan instansi dinas pendidikan terkait mengenai tingkat kecukupan gizi, status gizi, aktivitas fisik dan kebugaran fisik siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kesadaran siswa tentang pentingnya pola konsumsi yang baik dan aktivitas fisik untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal. Penelitian ini bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program pendidikan gizi di sekolah. KERANGKA PEMIKIRAN Remaja merupakan golongan usia dengan banyak aktivitas dan kegiatan serta berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan fisiologis yang pesat, sehingga perlu diperhatikan asupan makanannya baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Karakteristik setiap individu berbeda-beda baik menurut umur, jenis kelamin, dan suku. Hal ini akan mempengaruhi konsumsi pangan masing-masing siswa. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang baik akan terpenuhi jika konsumsi pangan siswa baik. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat

dihitung berdasarkan data konsumsi energi dan zat gizi. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang baik akan mendukung aktivitas fisik remaja. Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu sejak bangun tidur hingga tidur kembali, dimana terjadi pengeluaran energi. Aktivitas fisik berkaitan erat dengan kebugaran fisik, dimana remaja dengan aktivitas fisik yang baik akan memiliki kebugaran fisik yang baik juga. Kebugaran fisik siswa diukur menggunakan tes Balke. Kebugaran fisik dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama melakukan tes pada kapasitas maksimum. Konsumsi oksigen maksimal berhubungan dengan status gizi karena kebutuhan oksigen dan energi dipengaruhi oleh ukuran tubuh. 3

4 Karakteristik Contoh: Umur Jenis Kelamin Suku Konsumsi Pangan Tingkat Kecukupan: Zat Gizi Makro (Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat) Zat Gizi Mikro (Vitamin C, Kalsium dan Zat Besi) Status Gizi: IMT/U Penyakit Infeksi dan Non Infeksi Aktivitas Fisik Tingkat Kebugaran Fisik: Tes Balke Gambar 1 Skema kerangka pemikiran Keterangan : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

5 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian serupa di SMAN 1 Sungai Apit serta peneliti memperoleh izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2014. Cara Pengambilan Contoh Contoh ditentukan secara random sampling dengan kriteria inklusi contoh masih terdaftar sebagai siswa SMAN 1 Sungai Apit selama penelitian ini berlangsung, contoh dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, contoh yang dipilih tidak mengalami cidera atau memiliki riwayat penyakit menahun (asma, penyakit jantung, dan lain-lain) dan tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah serta bersedia dijadikan contoh penelitian. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 383 orang. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 66 orang, karena tidak ditemukan nilai proporsi kasus maka peneliti melakukan asumsi bahwa proporsi sebesar 0,5 (50%) untuk memberikan nilai yang cenderung lebih stabil (Susanto 2004). Berikut rumus Lemeshow (1991). dengan Z²1-a2 = tingkat kemaknaan 95% = 1,96 d²= pendugaan (presisi) 0,1 P = 50% = 0,5 N= populasi (383 orang) Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh, yaitu umur, jenis kelamin, dan suku diperoleh dengan menggunakan alat kuesioner. Data antropometri contoh, yaitu berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg dan kapasitas 150 kg, Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan microtouise dengan ketelitian 0.1 cm dan kapasitas 200 cm. Data status gizi dengan indikator Indeks Massa Tubuh terhadap usia (IMT//U) dihitung dengan menggunakan WHO antrhoplus 2007. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan menggunakan metode recall 2x24 jam, yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Data aktivitas fisik diukur dengan menggunakan metode record 2x24 jam (dibedakan menjadi hari sekolah dan hari libur) dan menggunakan skor physical activity level (PAL). Sedangkan data kebugaran fisik diperoleh dari hasil tes Balke

6 dengan indikator nilai VO 2 max. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum sekolah yang dijadikan lokasi penelitian meliputi sejarah sekolah, jumlah guru dan pegawai sekolah, jumlah serta fasilitas yang terdapat di SMA Negeri 1 Sungai Apit. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari editing, pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. editing adalah koreksi seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberiaan angka atau kode tertentu terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner, sehingga memudahkan pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah memasukan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang di luar pilihan jawaban yang disediakan kuesioner atau isian data yang diluar kewajaran. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994). Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: Kgij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi Gij = Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan j Penentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) contoh digunakan rumus sebagai berikut. AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan: AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2013). Tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat dihitung dengan membandingkan terhadap kecukupan energi. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh

7 dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus. TKG = (K/AKGI) x 100 Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Konsumsi energi dan zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan metode recall 2x24 jam. Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) berlebih ( 120% AKG) (Depkes 1996). Tingkat kecukupan lemak terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu defisit (<20% AKE), normal (20-30% AKE) dan lebih (>30% AKE), begitu juga dengan tingkat kecukupan karbohidrat. tingkat kecukupan karbohidrat terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu defisit (<60% AKE), normal (60-70% AKE) dan lebih (>70% AKE) (Depkes 1996). Menurut Gibson (2005) tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibedakan menjadi dua kategori yaitu: (1) kurang (<77% AKE) dan (2) cukup ( 77% AKE). Antropometri contoh yang diukur berupatinggi badan dan berat badan yang digunakan untuk mengukur status gizi dengan menggunakan IMT/U. Data berat badan diperoleh dengan melakukan penimbangan langsung menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg. Data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtouise dengan skala pengukuran 0.1 cm. Data status gizi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007. Kategori IMT/U disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun Status gizi Kategori Sangat kurus Z-score < -3 SD Kurus -3 SD Z-score -2 SD Normal -2 SD Z-score +1 SD Gemuk +1 SD Z-score +2 SD Obesitas Z-score +2 SD Sumber: Kemenkes RI 2012 Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode record 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Selanjutnya hasil diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut. PAL =

8 Keterangan: PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Kategori Keterangan PAR PAL1 PAL2 PAL3 PAL4 PAL5 PAL6 PAL7 PAL8 PAL9 PAL10 PAL11 PAL12 PAL13 PAL14 PAL15 PAL16 PAL17 PAL18 Tidur (tidur siang dan malam) Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca Duduk sambiil menonton TV Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias Makan dan minum Jalan santai Berbelanja (membawa beban) Mengendarai kendaraan Menjaga anak Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) Setrika pakaian (duduk) Kegiatan berkebun Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) Olahraga (badminton) Olahraga (jogging, lari jarak jauh) Olahraga (bersepeda) Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain-lain 1 1.2 1.72 1.5 1.6 2.5 5 2.4 2.5 2.75 1.7 2.7 1.3 1.6 4.85 6.5 3.6 7.5 Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Selanjutnya PAL dikategorikan menjadi tiga kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Aktivitas Sangat Ringan Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Nilai PAL < 1.40 1.40-1.69 1.70-1.99 2.00-2.40 Data tingkat kebugaran fisik diperoleh dari hasil pengukuran nilai VO 2 max. Data ini merupakan data primer yang diperoleh dari hasil tes Balke contoh. Hasil perhitungan total konsumsi oksigen maksimum contoh diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut (Horwill 1991). Total VO 2 maksimum = (Total jarak yang ditempuh / 15) 133 x 0.172) + 33.3 1963). Nilai VO 2 max tes Balke yang digunakan disajikan pada Tabel 4 (Balke

Tabel 4 Cut off VO 2 max tes Balke Kategori Laki-Laki Perempuan Baik sekali >61.00 >54.30 Baik 60.90 s/d 55.10 54.20 s/d 49.30 Sedang 55.00 s/d 49.20 49.20 s/d 44.20 Kurang 49.10 s/d 43.30 44.10 s/d 39.20 Kurang sekali <43.20 <39.10 Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Karakteristik contoh meliputi: umur, jenis kelamin, dan suku menggunakan analisis deskriptif. 2. Intik gizi dan tingkat kecukupan gizi contoh menggunakan analisis deskriptif. 3. Status gizi contoh menggunakan analisis deskriptif. 4. Aktivitas fisik contoh menggunakan analisis deskriptif. 5. Kebugaran fisik contoh menggunakan analisis deskriptif. 6. Hubungan antara umur, berat badan, dan tinggi badan contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 7. Hubungan antara jenis kelamin contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Spearman. 8. Hubungan antara status gizi contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Spearman. 9. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 10. Hubungan antara aktivitas fisik contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 9 Definisi Operasional Contoh adalah Siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit, dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, contoh yang dipilih tidak mengalami cidera atau memiliki riwayat penyakit menahun (asma, penyakit jantung, dan lainlain) dan tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah serta bersedia dijadikan contoh penelitian. Karakteristik contoh adalah kondisi contoh yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan, aktivitas fisik dan kebugaran fisik yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Zat gizi adalah zat atau unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh secara normal (meliputi energi, karbohidrat, protein, dan lemak). Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi contoh baik yang berasal dari rumah maupun luar rumah dan diperoleh dari hasil food recall 2x24 jam. Kebutuhan zat gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan.

10 Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan jumlah dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WNPG (2013) yang dinyatakan dalam persen. Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai manusia. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorbsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui Indek Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dan dikelompokkan menjadi 5 kategori: Sangat kurus=z-score<-3sd, Kurus=-3SD Z-score -2SD, Normal=-2SD Z-score +1SD, Gemuk= +1SD Z-score +2SD, Obesitas= Z-score >+2SD (Kemenkes RI 2012). Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun sampai tidur kembali dan lamanya seseorang melakukan kegiatan fisik tersebut, seperti bersekolah, menonton tv, tidur, aktivitas ringan (duduk dan berdiri), aktivitas sedang (bersepeda dan jogging), dan aktivitas berat (bermain sepak bola dan berenang). Bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental. VO 2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Tes Balke adalah tes yang digunakan untuk mengukur seberapa kuat daya tahan jantung pernapasan seseorang. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit terletak di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. SMAN 1 Sungai Apit pada awalnya merupakan sekolah swasta SMA PGRI yang berdiri pada tahun 1983. Selanjutnya sekolah ini menjadi sekolah negeri pada tahun 1987 dengan nama SMAN 1 Sungai Apit. SMAN 1 Sungai Apit memiliki 16 ruang kelas (kelas X terdiri dari enam kelas; kelas XI terdiri dari tiga kelas IPA dan dua kelas IPS; serta kelas XII terdiri dari tiga kelas IPA dan dua kelas IPS), satu ruang perpustakaan, lima ruang laboratorium (laboratorium kimia, fisika, komputer, bahasa, dan biologi), tiga ruang kantor, satu ruang BK (Bimbingan Konseling), satu ruang PMI (Palang Merah Indonesia), satu ruang OSIS, satu ruang sanggar seni, dua gudang, dua kantin, satu lapangan sepak bola, satu lapangan olahraga, sembilan toilet dan ruang parkir. SMAN 1 Sungai Apit memiliki 580 orang siswa, dimana siswa kelas X berjumlah 198 orang, siswa kelas XI berjumlah 185 orang, dan siswa kelas XII berjumlah 197 orang. Sedangkan jumlah guru di SMAN 1 Sungai Apit adalah 31 orang, dimana Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 23 orang dan tenaga honorer sebanyak 8 orang. Pegawai Tata Usaha (TU) berjumlah 8 orang. Visi SMAN 1 Sungai Apit adalah unggul dalam akademik, olahraga, seni, budaya, berlandaskan iman dan taqwa, berakhlakul karimah, berbudaya dan

berjiwa nasionalisme. Sedangkan misi SMAN 1 Sungai Apit adalah mengintensifkan kegiatan keagamaan, membaca alquran, zikir, asmaul husna, berdoa sebelum PBM; mengintensifkan kegiatan pengembangan diri bidang kurikuler dan ekstrakurikuler di luar jam wajib (mengoptimalkan pelayanan maksimal); meningkatkan kompetensi warga sekolah dengan melaksanakan kompetisi atau pertandingan antar kelas bidang akademik, agama, bahasa asing (inggris dan arab), olahraga dan seni budaya; melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal; mengintensifkan kegiatan imtaq setiap jumat pagi; mengintensifkan senam Riau Sehat setiap pagi sabtu; mengembangkan sistem pendidikan dan pembelajaran berkarakter; membudayakan gemar membaca dan menguasai teknologi informatika; membudayakan budaya jujur, disiplin, dan bertanggung jawab; membudayakan hidup bersih, rapi, dan sehat; membudayakan peduli lingkungan; dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah. 11 Karakteristik Contoh Karakteristik merupakan ciri-ciri yang dimiliki contoh baik secara fisik maupun sosial. Karakteristik contoh yang diidentifikasikan dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan suku. Karakteristik Usia (Median (Min;Max)) Jenis Kelamin (n(%)) Laki-Laki Perempuan Berat Badan (Rata-rata±Stdev) Tinggi badan (Rata-rata±Stdev) Suku (n(%)) Melayu Jawa Minang Tionghoa Tabel 5 Karakteristik contoh Nilai 15(14;17) 57.6% 43.4% 53.5±12.9 159.1±8.5 83.3% 12.2% 1.5% 3.0% Usia Kelompok usia dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu remaja (usia<20 tahun), dewasa awal (usia 20-40 tahun), dewasa madya (usia 41-65 tahun), dan dewasa akhir (usia>65 tahun) (Papalia et al. 2007). Kisaran usia contoh pada penelitian ini berada pada kelompok usia remaja (usia<20 tahun). Jumlah contoh terbesar terdapat pada usia 15 tahun (54,6%), sedangkan jumlah contoh terkecil berada pada usia 14 tahun (4.5%) dan 17 tahun (4.5%). Jenis Kelamin Jumlah contoh dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada jenis kelamin perempuan. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 5, jumlah contoh dengan

12 jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (57,6%). Sedangkan contoh dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (43,4%). Berat Badan Berat badan sering dijadikan salah satu alat pengukuran secara antropometri untuk menujukkan gambaran massa tubuh. Menurut Syafiq et al. (2007), berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan massa mineral tulang. Selain itu, berat badan juga sangat peka terhadap perubahan mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang turun. Berdasarkan hasil Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2013, standar berat badan untuk laki-laki dan perempuan pada usia 13-15 tahun adalah 46 kg. Sedangkan standar berat badan untuk laki-laki dan perempuan usia 16-18 tahun adalah 56 kg dan 50 kg (Hardinsyah et al. 2013). Rata-rata berat badan contoh secara keseluruhan adalah 53,5±12,9 kg. Jika dibandingkan dengan standar tersebut, rata-rata berat badan contoh usia 13-15 tahun untuk contoh laki-laki (55,1±15,0 kg) dan contoh perempuan (52,3±14,9 kg) telah melebihi standar tersebut. Sedangkan rata-rata berat badan contoh usia 16-18 tahun untuk contoh laki-laki (54,4±7,1 kg) berada dibawah standar dan contoh perempuan (51,0±13,7 kg) melebihi standar. Tinggi Badan Tinggi badan berperan penting dalam pengukuran secara antropometri, dimana tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu. Tinggi badan juga digunakan dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Syafiq et al. 2007). Jumlah contoh terbanyak berada pada kisaran tinggi badan 140,4-177 cm. Secara keseluruhan, rata-rata tinggi badan contoh adalah 159,1±8,5 cm. Standar tinggi badan menurut hasil Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2013 usia 13-15 tahun untuk laki-laki dan perempuan adalah 158 cm dan 155 cm. Sedangkan standar tinggi badan untuk laki-laki dan perempuan usia 16-18 tahun adalah 165 cm dan 158 cm. Jika dibandingkan dengan standar tersebut, rata-rata tinggi badan contoh usia 13-15 tahun untuk contoh laki-laki (164,3±6,5 cm) telah melebihi standar tersebut sedangkan contoh perempuan (153,3±5,6 cm) berada dibawah standar. Rata-rata tinggi badan contoh usia 16-18 tahun untuk contoh laki-laki (163,9±6,0 cm) dan contoh perempuan (150,6±7,2 cm) berada dibawah standar. Suku Sebagian besar contoh penelitian adalah suku melayu (83,3%) yang merupakan suku dominan di tempat pelaksanaan penelitian. Suku jawa merupakan suku terbanyak kedua pada contoh penelitian yaitu sebesar 12,2%, sedangkan suku tionghoa dan minang masing-masing adalah 3,0% dan 1,5%.

13 Status Gizi Status gizi merupakan gambaran kondisi kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi (Anwar dan Riyadi 2009). Beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi adalah antropometri, konsumsi pangan, biokimia, dan klinis. Metode antropometri digunakan untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu kurang energi protein (KEP), khususnya anak-anak dan ibu hamil, dan obesitas pada semua kelompok umur (Syafiq et al. 2007). Menurut Riyadi (2003), penilaian status gizi contoh berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U), dapat digunakan untuk menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa semakin kurus seseorang, semakin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Status gizi (IMT/U) diperoleh dari hasil pengukuran berat badan (kg) dan tinggi badan (meter). Berdasarkan Riskesdas (2010), indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Selain itu, indikator IMT/U juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan indikator ini sejalan dengan indikator-indikator yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Status gizi contoh dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh menurut status gizi (IMT/U) dan jenis kelamin Status Gizi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan n % n % 0 0 0 0 3 7.9 1 3.6 29 76.3 22 78.6 4 10.5 2 7.1 2 5.3 3 10.7 Total 38 100 28 100 Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa terdapat contoh yang memiliki status gizi gizi kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Namun sebagian besar contoh memiliki status gizi normal dengan persentase 76.3% untuk contoh laki-laki dan 78.6% untuk contoh perempuan. Persentase ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mustika (2011) pada siswa SMAN 6 Pandeglang, yang menunjukkan bahwa sebanyak 86.4% contoh laki-laki dan 91.3% contoh perempuan memiliki status gizi normal. Sebanyak 7.9% contoh laki-laki dan 3.6% contoh perempuan memiliki status gizi yang tergolong kurus. Sebanyak 10.5% contoh laki-laki dan 7.1% contoh perempuan memiliki status gizi yang tergolong gemuk. Sisanya sebanyak 5.3% contoh laki-laki dan 10.7% contoh perempuan memiliki status gizi yang tergolong obesitas. Status gizi seseorang dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti pola konsumsi sehari-hari, aktivitas fisik, dan status kesehatan (Fatmah 2011).

14 Intik Energi dan Zat Gizi Intik energi dan zat gizi contoh dibedakan menjadi intik energi dan zat gizi contoh pada hari sekolah dan hari libur seperti terdapat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Intik energi dan zat gizi berdasarkan hari konsumsi Rata-Rata Intik Energi dan Zat Gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Zat Besi (mg) Vitamin C (mg) Hari Sekolah Hari Libur p Rata-Rata 2080±760 52.0±26.4 61.8±26.1 455.1±407.6 307.8±283.2 12.9±29.6 41.9±56.0 2392±547 57.2±22.3 70.0±18.9 426.2±153.8 438±404.8 12.8±4.8 72.6±96.7 0.008 0.229 0.000 0.591 0.032 0.960 0.008 2236±561 54.6±20.8 65.9±18.8 440.7±229.7 373.8±273.0 12.9±4.5 57.3±61.4 Intik energi contoh berkisar 1363-3935 kkal dengan rata-rata 2236±561 kkal. Rata-rata intik energi contoh pada hari sekolah adalah 2080±760 kkal. Sedangkan rata-rata intik energi contoh pada hari libur adalah 2392±547 kkal. Hasil uji beda Independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara intik energi pada hari sekolah dan hari libur (p<0.05). Intik protein contoh pada hari sekolah hampir sama dengan intik protein contoh hari libur, dimana rata-rata intik protein hari sekolah adalah 52.0±26.4 g dan hari libur 57.2±22.3 g. Intik protein contoh berkisar antara 26.2-115.0 g dengan rata-rata 54.6±20.8 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.005) antara intik protein pada hari sekolah dan hari libur. Rata-rata intik lemak contoh adalah 65.9±18.8 g. Rata-rata intik lemak pada hari sekolah adalah 61.8±26.1 g, sedangkan pada hari libur 70.0±18.9 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test terdapat perbedaan yang nyata antara intik lemak hari sekolah dan hari libur (p<0.05). Rata-rata intik karbohidrat contoh adalah 440.7±229.7 g. Rata-rata intik karbohidrat pada hari sekolah adalah 455.1±407.6 g, sedangkan pada hari libur 426.2±153.8 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang nyata antara intik karbohidrat hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata intik kalsium contoh adalah 373.8±273.0 mg. Rata-rata intik kalsium pada hari sekolah adalah 307.8±283.2 mg, sedangkan pada hari libur 438±404.8 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test terdapat perbedaan yang nyata antara intik kalsium hari sekolah dan hari libur (p<0.05). Rata-rata intik zat besi contoh adalah 12.9±4.5 mg. Rata-rata intik zat besi pada hari sekolah adalah 12.9±29.6 mg, sedangkan pada hari libur 12.8±4.8 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang nyata antara intik zat besi hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata intik vitamin C contoh adalah 57.3±61.4 mg. Rata-rata intik vitamin C pada hari sekolah adalah 41.9±56.0 mg/kap/hari, sedangkan pada hari libur 72.6±96.7 g. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test terdapat perbedaan yang nyata antara intik vitamin C hari sekolah dan hari libur (p<0.05).

Tabel 8 Intik energi dan zat gizi contoh berdasarkan jenis kelamin Rata-Rata Intik Energi dan Zat Jenis Kelamin Gizi Laki-Laki Perempuan p Energi (kkal) 2468±565 1922±377 0.000 Protein (g) 61.0±23.1 45.8±13.0 0.001 Lemak (g) 71.1±21.4 58.8±11.6 0.008 Karbohidrat (g) 510.4±268.8 346.1±330.8 0.001 Kalsium (mg) 382.5±225.6 362.1±330.8 0.767 Zat Besi (mg) 14.7±4.4 10.4±3.4 0.000 Vitamin C (mg) 63.9±63.5 48.3±58.3 0.312 Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata intik energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan vitamin C contoh laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan contoh perempuan. Berdasarkan uji beda Independent sample t-test terdapat perbedaan yang nyata antara intik energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi dan vitamin C antara contoh laki-laki dan contoh perempuan (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) pada intik vitamin C antara contoh laki-laki dan contoh perempuan. 15 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Menurut Sandjaja et al. (2009), kecukupan gizi merupakan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Penentuan kecukupan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) (Arisman 2007). Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE) terdapat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan n % n % n % n % Defisit tingkat berat 29 43.9 11 16.7 7 18.4 8 28.6 Defisit tingkat sedang 8 12.1 6 9 3 7.9 9 32.1 Defisit tingkat ringan 4 6.1 11 16.7 10 26.3 1 3.6 Normal 15 22.7 27 40.9 12 31.6 8 28.6 Berlebih 10 15.2 11 16.7 6 15.8 2 7.1 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.066 0.043 Energi yang dibutuhkan oleh tubuh terutama berasal dari zat gizi karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang berasal dari makanan diperlukan manusia untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan (Spesific Dynamic Action/SDA). Keseimbangan energi yang masuk dan keluar perlu diperhatikan untuk memperoleh kondisi fisik yang optimal (Syafiq et al. 2007). Rata-rata tingkat kecukupan energi contoh pada hari sekolah adalah 85.3±43.0%, sedangkan pada hari libur 97.5±31.7%. Berdasarkan Tabel 9, sebaran tingkat

16 kecukupan energi contoh pada hari sekolah menunjukkan sebesar 43.9% contoh mengalami defisit tingkat berat; 22.7% normal dan 15.2% berlebih. Sedangkan sebaran tingkat kecukupan energi contoh pada hari libur menunjukkan sebesar 18.4% mengalami defisit tingkat berat; 40.9% normal dan 16.7% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan energi contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata tingkat kecukupan energi contoh laki-laki adalah 98.6±38.3%. Sebanyak 18.4% contoh laki-laki mengalami defisit tingkat berat; 31.6% normal dan 15.8% berlebih. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan energi contoh perempuan adalah 81.6±24.1%. Sebanyak 28.6% contoh perempuan mengalami defisit tingkat berat dan normal; dan 7.1% berlebih. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan energi contoh laki-laki dan perempuan (p<0.05). Protein merupakan bagian tetap dari enzim, otot serta jaringan ikat dan selalu mengalami perubahan serta pembaruan. Dietary protein terdiri dari asam amino esensial dan tidak esensial (Syafiq et al. 2007). Protein digunakan sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiet ketat atau pada waktu latihan fisik intensif (Fatmah 2011). Tingkat kecukupan konsumsi protein dipengaruhi oleh faktor pengeluaran pangan. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan n % n % n % n % Defisit tingkat berat 42 63.6 31 47 16 42.1 16 57.1 Defisit tingkat sedang 7 10.6 6 9.1 7 18.4 4 14.3 Defisit tingkat ringan 4 6.1 7 10.6 3 7.9 2 7.2 Normal 4 6.1 14 21.2 5 13.2 5 17.8 Berlebih 9 13.6 8 12.1 7 18.4 1 3.6 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.301 0.095 Rata-rata tingkat kecukupan protein contoh pada hari sekolah adalah 73.8±42.4%, sedangkan pada hari libur 80.6±32.6%. Berdasarkan Tabel 10, sebaran tingkat kecukupan protein contoh pada hari sekolah menunjukkan sebanyak 63.6% contoh mengalami defisit tingkat berat, 6.1% normal dan 13.6% berlebih. Sedangkan sebaran tingkat kecukupan protein contoh pada hari libur menunjukkan sebesar 47% mengalami defisit tingkat berat, 21.2% normal dan 12.1% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata tingkat kecukupan protein contoh laki-laki adalah 82.9±37.4%. Sebanyak 42.1% contoh laki-laki mengalami defisit tingkat berat; 13.2% normal dan 18.4% berlebih. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein contoh perempuan adalah 69.3±23.4%. Sebanyak 57.1% contoh perempuan mengalami defisit tingkat berat; 17.8% normal dan 3.6% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein pada contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05).

Lemak merupakan garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin (Irianto 2007). Beberapa fungsi lemak diantaranya sebagai sumber energi menghasilkan kalori 9 kkal setiap gram lemak, sebagai sumber asam lemak esensial asam linoleat dan asam linolenat, sebagai pelarut vitamin serta membantu transportasi dan absorpsi vitamin A, D, E dan K, dan lain-lain (Syafiq et al. 2007). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak Klasifikasi Tingkat Kecukupan Lemak Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan n % n % n % n % Defisit 32 48.5 15 22.7 13 34.2 10 35.7 Normal 18 27.3 37 56.1 17 44.7 14 50 Lebih 16 24.2 14 21.2 8 21.1 4 14.3 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.145 0.196 Rata-rata tingkat kecukupan lemak contoh pada hari sekolah adalah 22.8±12.3%, sedangkan pada hari libur 25.5±9.1%. Berdasarkan Tabel 11, sebaran tingkat kecukupan lemak contoh pada hari sekolah menunjukkan sebanyak 48.5% contoh mengalami defisit; 27.3% normal dan 24.2% berlebih. Sedangkan sebaran tingkat kecukupan lemak contoh pada hari libur menunjukkan sebesar 22.7% mengalami defisit; 56.1% normal dan 21.2% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan lemak contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata tingkat kecukupan lemak contoh laki-laki adalah 25.5±11.3%. Sebanyak 34.2% contoh laki-laki mengalami defisit; 44.7% normal dan 21.1% berlebih. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan lemak contoh perempuan adalah 22.4±6.2%. Sebanyak 35.7% contoh perempuan mengalami defisit; 50% normal dan 14.3% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan lemak pada contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05). Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi yang paling murah dibandingkan lemak maupun protein (setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal), sebagai simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi, sebagai penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak, dan lain-lain (Syafiq et al. 2007). Sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi di dalam aliran darah dalam bentuk glukosa (Irawan 2007). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Klasifikasi Tingkat Kecukupan Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan Karbohidrat n % n % n % n % Defisit 41 62.1 34 51.5 17 44.7 15 53.6 Normal 8 12.1 5 7.6 5 13.2 6 21.4 Lebih 17 25.8 27 40.9 16 42.1 7 25 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.828 0.024 17

18 Rata-rata konsumsi karbohidrat contoh pada hari sekolah adalah 72.3±65.0%, sedangkan pada hari libur 70.4±32.0%. Berdasarkan Tabel 12, sebaran tingkat kecukupan karbohidrat contoh pada hari sekolah menunjukkan sebanyak 62.1% contoh mengalami defisit; 12.1% normal dan 25.8% berlebih. Sedangkan sebaran tingkat kecukupan karbohidrat contoh pada hari libur menunjukkan sebesar 51.5% mengalami defisit; 7.6% normal dan 40.9% berlebih. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan karbohidrat contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat contoh laki-laki adalah 80.1±46.2%. Sebanyak 44.7% contoh laki-laki mengalami defisit; 13.2% normal dan 42.1% berlebih. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat contoh perempuan adalah 59.5±25.2%. Sebanyak 53.6% contoh perempuan mengalami defisit; 21.4% normal dan 25% berlebih. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh laki-laki dan perempuan (p<0.05). Kalsium merupakan mineral dengan jumlah terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Kebutuhan kalsium pada masa remaja sangat tinggi karena masa pembentukan tulang terbesar terjadi pada saat ini. Efisiensi penyerapan kalsium pada remaja meningkat dan deposit kalsium meningkat 2 kali lebih besar dari masa-masa sebelum ataupun sesudahnya. Sehingga suplai kalsium yang adekuat dari makanan menjadi sangat penting untuk memaksimalkan peak bone mass (PBM) dan menjaga keseimbangan kalsium tubuh yang optimal (Syafiq et al. 2007). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan kalsium Klasifikasi Tingkat Kecukupan Kalsium Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan n % n % n % n % Defisit 63 95.4 63 95.4 38 100 26 92.8 Normal 3 4.6 3 4.6 0 0 2 7.2 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.035 0.808 Rata-rata tingkat kecukupan kalsium contoh pada hari sekolah adalah 24.2±23.5%, sedangkan pada hari libur 35.0±34.2%. Berdasarkan Tabel 13, sebaran tingkat kecukupan kalsium contoh pada hari sekolah dan hari libur menunjukkan sebanyak 95.4% contoh mengalami defisit dan 4.6% normal. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan kalsium contoh pada hari sekolah dan hari libur (p<0.05). Rata-rata tingkat kecukupan kalsium contoh laki-laki adalah 29.0±17.1%. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan kalsium contoh perempuan adalah 30.4±29.7%. Hal ini berkaitan dengan kurangnya konsumsi makanan sumber kalsium seperti susu, produk olahan susu, dan makanan sumber kalsium lainnya. Sebanyak 100% contoh laki-laki mengalami defisit, sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 92.8% mengalami defisit dan 7.2% normal. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan kalsium pada contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05). Besarnya persantase defisit untuk tingkat keccukupan kalsium perlu diperhatikan, karena asupan kalsium yang rendah pada masa remaja berhubungan

dengan penurunan isi dan densitas mineral tulang panggul sebesar 3 persen. Dengan demikian, remaja tersebut akan beresiko terkena osteoporosis atau masalah kesehatan lainnya yang berhubungan dengan defisiensi kalsium dan tulang pada saat dewasa nanti. Contoh perlu meningkatkan konsumsi pangan sumber utama Ca, seperti susu dan produk olahannya seperti keju, yogurt, kefir, es krim, serta ikan duri halus. Beberapa sayur seperti brokoli dan bayam juga mengandung Ca, namun absorpsinya tidak setinggi Ca pada susu karena sayur umumnya berserat tinggi (Syafiq et al. 2007). Zat besi atau Fe merupakan bagian penting dari hemoglobin, mioglobin dan enzim, namun zat gizi ini tergolong esensial sehingga harus disuplai dari makanan (Syafiq et al. 2007). Kebutuhan Fe pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada wanita subur lebih banyak Fe yang terbuang dari tubuh karena menstruasi (Sediaoetama 2008). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi Klasifikasi Tingkat Kecukupan Zat Besi Hari Sekolah Hari Libur laki-laki Perempuan n % n % n % n % Defisit 49 74.2 47 71.2 22 57.9 24 85.7 Normal 17 25.8 19 28.8 16 42.1 4 14.3 Total 66 100 66 100 38 100 28 100 p 0.911 0.038 Rata-rata tingkat kecukupan zat besi contoh pada hari sekolah adalah 61.5±36.5%, sedangkan pada hari libur 62.1±31.8%. Berdasarkan Tabel 14, sebaran tingkat kecukupan zat besi contoh pada hari sekolah menunjukkan sebanyak 74.2% contoh mengalami defisit dan 25.8% normal. Sedangkan sebaran tingkat kecukupan zat besi contoh pada hari libur menunjukkan sebanyak 71.2% contoh mengalami defisit dan 28.8% normal. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan zat besi contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Rata-rata tingkat kecukupan zat besi contoh laki-laki adalah 67.9±30.3%. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan zat besi contoh perempuan adalah 53.5±24.7%. Sebanyak 57.9% contoh laki-laki mengalami defisit dan 42.1% normal, sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 85.7% mengalami defisit dan 14.3% normal. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan zat besi pada contoh laki-laki dan perempuan (p<0.05). Tingkat kecukupan zat besi yang defisit ini perlu menjadi perhatian, karena kekurangan Fe dapat menyebabkan anemia mikrositik. Gejala kekurangan Fe akan menyebabkan rendahnya peredaran oksigen dalam tubuh sehingga menyebabkan mudah pusing, lelah, letih, lesu dan turunnya konsentrasi berpikir (Syafiq et al. 2007). Vitamin C adalah antioksidan larut air, dimana bagi manusia bersifat esensial karena tidak dapat disintesis dari tubuh, karena manusia tidak mempunyai enzim L-gulonolakton oksidase. Vitamin C berfungsi dalam pembentukan protein kolagen melalui proses hidroksilasi. Selain itu, fungsi lainnya adalah pada metaloenzim untuk pembentukan nerophineohrine, karnitin, elastin dan nuklesosida. Vitamin C juga berfungsi sebagai agen pereduksi sehingga dapat meningkatkan absorpsi Fe non heme dan pereduksi komponen metal untuk aktivitas katalitik enzim terkait serta menghambat pembentukan nitrosamin 19