BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan hal terpenting dalam perkembangan dunia. Adanya

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SUMIARTI, 2013

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting yaitu era globalisasi yang membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

PROFIL KONFLIK KOGNITIF SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 3 PLOSOKLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS GAYA BELAJAR SISWA. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai makna yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI TIMUR. Reski. P Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika, IAIM NU Metro Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

PEMBELAJARAN MENGGAIRAHKAN DENGAN ICE BREAKING

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN QUANTUM TEACHING

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Metode Quantum Learning Berbantuan Gambar Animasi Materi Lingkaran

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2006), hlm Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan soalnya sesuai waktu yang disediakan. Oleh karena itu, siswa memerlukan

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika kualitas dari pendidikannya bermutu dan merata disetiap golongan

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

PENGARUH GAYA BELAJAR VAK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

KEMAMPUAN MEMBACA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R DAN GAYA BELAJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. matematika menjadi pelajaran yang diminati dan dikuasai oleh siswa.

BABI PENDABULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan memiliki peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang lebih baik pula. Pendidikan di Indonesia terutama dalam pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami kemajuan. Mengingat sangat pentingnya pendidikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika di sekolah diberikan lebih banyak dari mata pelajaran yang lain. Atas dasar kepentingan itulah matematika di Indonesia sekarang mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah peranan guru. Dimana secara garis besar tugas guru yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran. Menjadi pengajar yang baik dituntut menguasai berbagai kemampuan dasar yang harus ditampilkan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Kemampuan tersebut misalnya penguasaan materi, kemampuan dalam penguasaan metode pembelajaran, memotivasi situasi belajar, hubungan dengan peserta didik dan berbagai kemampuan lain. Oleh karena itu, salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh seorang guru sebagai pembimbing peserta didik terutama dalam pembelajaran matematika adalah mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda. Peserta didik lebih mudah mengerti dan menerima acara televisi, lagu, video, animasi ataupan gambar-gambar yang menarik karena adanya inovasi dan kreativitas yang terusmenerus sehingga tidak mudah bosan. Kemampuan kognitif, kecepatan dalam menerima dan mengolah informasi yang dimiliki peserta didik perlu dirangsang melalui tampilan yang bervariasi agar informasi yang diterima dapat diolah 1

dengan berbagai indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka akan semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Peserta didik diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubunghubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berturutturutan. Keterlibatan peserta didik dengan memberdayakan stimulus kinestetik akan memberikan hasil yang maksimal karena peserta didik terlibat langsung secara fisik melalui media yang digunakan sebagai alat bantu mengajar. Dalam dunia sekolah yang serba seragam, perbedaan karakter peserta didik kerap menjadi masalah bagi pihak sekolah dan guru, khususnya yang langsung bersentuhan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya peserta didik yang berbeda dengan karakter peserta didik normal yang lain sering kali dianggap nakal, gagal, bodoh, lambat, bahkan dianggap peserta didik yang mempunyai keterbelakangan mental. Jika diteliti lebih dalam, ternyata bukan mereka yang bermasalah melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Banyaknya peserta didik yang dianggap lambat dan gagal menerima materi dari guru disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik. Sebaliknya, jika gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru akan merasa senang karena menganggap semua peserta didiknya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. Pengembangan diri harus didasarkan pada kompetensi positif yang dimiliki seorang peserta didik. Menyadari bagaimana cara termudah menyerap informasi (modalitas belajar) kadang tidak dimiliki peserta didik. Akibatnya peserta didik kurang tepat dalam menentukan cara belajar yang sesuai dengan 2

modalitasnya. Banyak diantaranya yang mencoba meniru gaya belajar peserta didik lain yang dianggapnya lebih pandai. Tetapi usahanya tidak selalu menumbuhkan hasil, justru sering kali menurunkan prestasi belajarnya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan modalitas peserta didik yang ditiru dengan modalitasnya. Apalagi jika peserta didik dihadapkan pada mata pelajaran matematika yang memiliki tingkat keabstrakan tinggi, memahami konsep-konsep baru, menghafal dan belajar menggunakan rumus-rumus baru, membuat peserta didik mengalami kesulitan belajar. Jika hal ini digabungkan dengan keharusan menguasai pelajaran yang sulit, maka peserta didik tidak akan punya kesempatan untuk meraih sukses. Suasana di kelas sering kali tidak menguntungkan bagi sebagian besar peserta didik. Sebagaimana setiap orang mempunyai kecenderungan modalitas belajar, seseorang juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang biasanya sama dengan modalitas belajarnya. Artinya bahwa jika seorang guru dulunya seorang pelajar visual, guru tersebut cenderung mengajar dengan cara visual pula, ini terjadi secara alamiah. Tetapi tidak demikian dengan peserta didiknya tidak menjadi masalah bagi sebagian peserta didik yang memiliki modalitas belajar yang sama dengan gurunya. Tetapi bagi sebagian yang lain yang modalitasnya berbeda dengan gurunya kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan. Mereka secara harfiah memproses bahan pelajaran melalui bahasa yang berbeda dengan gurunya. Dengan kata lain gurunya tidak dapat menjangkau semua pesera didik dengan modalitas yang berbeda-beda dan melakukannya secara konsisten. 1 Seharusnya para guru menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Seorang guru memahami bahwa beberapa peserta didik perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode mengajar standar. Jika para peserta didik ini diajar dengan metode standar, kemungkinan kecil mereka dapat memahami apa yang diberikan. Mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah membantu para guru untuk mendekati semua 1 Bobbi DePoter dan Mark Reardon, dkk., Quantum teaching: mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas, (Bandung: kaifa, 2001), hlm. 124. 3

atau hampir semua peserta didik hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya belajar yang berbeda-beda. 2 Fenomena-fenomena diatas kiranya begitu penting, menarik dan perlu mendapat perhatian baik oleh kalangan guru maupun peserta didik demi peningkatan mutu pendidikan. Mencermati keadaan yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu: 1. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak, membosankan dan terlalu sulit dipahami oleh sebagian besar peserta didik. 2. Guru belum memperhatikan perbedaan karakter peserta didik mengenai modalitas belajar peserta didik. 3. Guru belum mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. 4. Ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran. 5. Guru menggunakan metode mengajar yang standar, sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diberikan. 6. Peserta didik belum mampu mengidentifikasi modalitas belajar masingmasing, sehingga peserta didik tidak dapat menentukan cara belajar yang tepat untuk mempercepat belajarnya. 2 Bobbi DePoter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2009), hlm. 110. 4

C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang ada yaitu: 1. Prestasi belajar matematika dibatasi pada materi pokok kelas VIII semester I, yaitu nilai hasil semester 1 yang terdiri dari lima pokok bahasan yaitu faktorisasi, relasi dan fungsi, persamaan garis lurus, SPLDV, dan phytagoras. 2. Modalitas belajar peserta didik meliputi visual, auditorial, dan kinestetik yang dimiliki oleh peserta didik kelas VIII SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang. D. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah pengertian dan agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan istilah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Modalitas Belajar Modalitas belajar adalah cara seseorang menyerap informasi melalui indera yang dimiliki. 3 Modalitas belajar hampir sama dengan gaya belajar, gaya belajar adalah cara yang diambil oleh masing-masing orang dalam menyerap informasi baru, bagaimana mereka berkonsentrasi, memproses dan menampung informasi yang masuk ke otak. 4 Modalitas yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K). 3 Akbar Zainudin dan Usep Saefurohman, Modalitas Belajar, http://www.maswins.com/2010/05/mengenal-modalitas-belajar-anak.html. 08/10/2010. 4 Howard Gardner, Gaya Belajar, http://binakreatif.blogspot.com/2008/06/memahamigaya-belajar-anak.html.23/06/2011 5

2. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 5 E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar balakang masalah diatas, dan untuk memperoleh pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka dibuat rumusan masalah apakah ada pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011? F. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam hidayatullah banyumanik semarang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran matematika, diantaranya: 1. Peserta didik dapat mengidentifikasi modalitas belajar sehingga dapat menentukan cara belajar yang tepat untuk mempercepat belajarnya. 2. Dengan mengetahui modalitas belajar para peserta didik, guru dapat merancang proses pembelajaran yang multi modalitas agar dapat menjangkau semua peserta didik. 3. Dengan mengetahui modalitas belajar peserta didik, dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah. 4. Dengan mengetahui modalitas belajar peserta didik, guru dapat mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hlm. 895. 6