Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

IV. METODE PENELITIAN

MINGGU 7. MARKET OVER SPACE

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN

Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015 A B S T R A K

STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. * HP:

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun )

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ANALYSIS COMPETITIVENES LEVEL EXPORT FRUIT INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jurnal PASTI Volume VIII No 2,

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

SEJARAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Sejarah perdagangan internasional

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

DAYA SAING EKSPOR KAKAO OLAHAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Agriekonomika Volume 5, Nomor 2, 2016

DAYA SAING KOMODITAS KAKAO INDONESIA DI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

ANALISIS PANGSA PASAR DAN DAYA SAING CPO INDONESIA DI UNI EROPA

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

DAYA SAING EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

Disusun Oleh : DIAN AYU PURNAMASARI B

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No. 2 Thn BAB I. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

DAYA SAING EKSPOR KOMODITI HORTIKULTURA INDONESIA DI PASAR ASEAN FAJAR CAHYA NUGRAHA

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

Transkripsi:

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 2 Sarjana Manajemen Agribisnis, Departemen Agribisnis, FEM-IPB ABSTRACT The production of pineapples and bananas in Indonesia has tended to increase. However, their export value and volume decreased in the period of 1995-2005. This study aims to analyze the competitive position of pineapples and bananas in the international market. The Herfindahl Index (HI) and Concentration Ratio (CR n ) were used to investigate the market structure. Revealed Comparative Advantage (RCA) and Porter s Diamond Theory were used to investigate the comparative and competitive advantages. The result showed that Indonesian pineapple and banana did not have a comparative advantage. Keywords : comparative advantage, pineapple, and banana PENDAHULUAN Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa produksi nenas dan pisang menunjukkan peningkatan selama dasawarsa terakhir. Tetapi ekspor keduanya menunjukkan kinerja yang berlawanan. Rekapitulasi dari data yang dilaporkan oleh statistik United Nations Commodity Trade (COMTRADE-STAT) menunjukkan bahwa nilai dan volume ekspor kedua komoditas tersebut cenderung menurun selama 1996-2005 (Lampiran Tabel 1). Anomali produksi dan eskpor di atas menunjukkan terdapat permasalahan dayasaing nenas dan pisang Indonesia di pasar dunia. Untuk meningkatkan dayasaing di pasar Dunia diperlukan informasi pasar dan posisi Indonesia secara relatif terhadap negara produsen utama nenas dan pisang lainnya. Selama ini informasi posisi buah Indonesia relatif terhadap negara pesaing di pasar dunia masih terbatas. Dengan memahami bagaimana karakteristik pasar dan sejauh mana nenas dan pisang Indonesia mampu bersaing saat ini di pasar dunia, diharapkan akan dapat diperoleh beberapa rekomendasi untuk peningkatan eskpor kedua komoditas ini di masa mendatang. Studi tentang keunggulan bersaing suatu negara dalam menghasilkan komoditas pertanian relatif sudah banyak dilakukan. Khusus untuk Indonesia kajian lebih banyak untuk komoditas perkebunan (Suprihatini, R, 2005; Hadi dan Mardianto, 2004; Chang and Lu, 2005). Kajian tentang keunggulan bersaing buah belum banyak dilakukan. World Bank 3 dalam publikasinya tentang keunggulan komparatif berbagai komoditas yang diproduksi Indonesia juga tidak mencantumkan nilai RCA buah. Untuk itu studi tentang keunggulan bersaing buah, khususnya yang selama ini menjadi primadona ekspor penting dilakukan. Studi ini terutama menggunakan data dari Comtrade, yang menyediakan volume dan nilai ekspor berbagai komoditas secara series. Data ini bersifat one to one country, sehingga diperlukan rekapitulasi untuk setiap negara produsen utama pisang dan nenas dunia. Secara khusus studi ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan konsentrasi pasar nenas dan pisang dunia; 3 Diakses pada tanggal 8 Januari 2008. http://gsis1.snu.ac.kr/cskim/latinissues/exportcom.ppt.

24 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 2. Menganalisis posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia dibanding pesaingnya di pasar dunia. TINJAUAN KONSEPTUAL Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Konsep keunggulan bersaing dimulai pada saat Smith (1786; 2006) mengemukakan tentang keunggulan absolut. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan (absolut) bila dapat memiliki sumberdaya khas (dapat pula teknologi) yang menyebabkannya dapat memproduksi suatu komoditas dengan lebih murah dibandingkan negara lain. Konsep ini dikembangkan kemudian oleh Ricardo (1817) mengemukakan bahwa suatu negara dapat saja unggul secara relatif dalam memproduksi suatu komoditas meskipun secara absolut negara tersebut tidak unggul. Ricardo mengilustrasikan dua negara yaitu England dan Portugal yang sama-sama memproduksi anggur dan pakaian. Di Portugal biaya produksi kedua komoditas lebih rendah daripada di England. Tetapi di England, memproduksi anggur jauh lebih mahal daripada memproduksi pakaian. Bila England spesialisasi pada produksi pakaian dan mempertukarkan sebagiannya untuk membeli anggur dari Portugal, maka jumlah yang diproduksi oleh kedua negara secara total dengan menggunakan sumberdaya yang sama akan lebih besar. Konsep ini dikenal dengan keunggulan komparatif. Konsep keunggulan bersaing di atas disempurnakan dengan muculnya konsep keunggulan kompetitif. Disini keunggulan bersaing mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap kemampuan negara lain (Porter, 1990). Dalam konsep ini keunggulan suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor alamiah saja. Ada empat atribut yang dikenal dengan sebutan the Diamond of Porter yang terdiri dari: kondisi faktor; kondisi permintaan; industri terkait dan penunjang serta strategi, struktur dan persaingan perusahaan yang akan menentukan kemampuan bersaing industri di suatu negara. Pendekatan untuk keunggulan bersaing Menurut Kim 4, pendekatan untuk melihat dayasaing (competitiveness) suatu negara sering dilihat dari kontibusinya terhadap total ekspor dunia. Namun lebih lanjut menurut Kim yang bersaing adalah perusahaan bukan negara. Sehingga ekspor suatu negara adalah lebih sebagai menifestasi daripada ukuran daya saing itu sendiri. Karena tingginya kontibusi negara tersebut terhadap ekspor menunjukkan kondisi yang kondusif bagi tumbuhnya industri di negara tersebut. Posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia di pasar dunia dilihat dari keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif dianalisis dengan formula Herfindahl Index, rasio konsentrasi dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Formula Herfindahl Index dan rasio konsentrasi digunakan untuk menghitung konsentrasi pasar serta kontribusi produsen nenas dan pisang terhadap total produksi dunia. Perhitungan indeks RCA bertujuan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas nenas dan pisang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia) yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen nenas dan pisang dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar nenas dan pisang dunia. Analisis keunggulan kompetitif dilakukan dengan mengkaji potensi, kendala, dan 4 Diakses pada tanggal 8 Januari 2008. http://siteresources.worldbank.org/intindonesia/resource s/publication/.../competitiveness.pdf

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 25 peluang ekspor komoditas nenas dan pisang. Analisis situasi tersebut dilakukan dengan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter s Diamond Theory) tentang keunggulan bersaing negara-negara (Lampiran Gambar 1). METODE PENELITIAN Studi dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2007. Data yang digunakan terutama data sekunder yang diperoleh dari United Nations Commodity Trade (COMTRADE) Statistical Database. Klasifikasi yang digunakan adalah HS1996; kode 080430 untuk nenas (pineapples, fresh or dried) dan 080300 untuk pisang (bananas, including plantains, fresh or dried). Formula Herfindahl Index sebagai berikut : n 2 ( ) HI = = k x i = 1 t dimana : - n : adalah jumlah negara yang terdapat dalam perdagangan nenas atau pisang dunia, yaitu 128 untuk nenas dan 149 untuk pisang. - x : adalah nilai ekspor negara i untuk komoditas nenas atau pisang. - t : adalah total nilai ekspor seluruh negara penghasil nenas atau pisang. - HI : adalah Herfindahl Index. Formula Rasio Konsentrasi adalah sebagai berikut: n CR ni = S ij j = 1 dimana : - S ij : adalah pangsa pasar negara ke i penghasil nenas atau pisang di pasar dunia. - CR ni : menunjukkan rasio konsentrasi komoditas pada pasar dunia. Dari kedua nilai di atas dapat ditentukan tingkat konsentrasi pasar sebagai berikut : 1. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR 4 berkisar 80 100 persen, atau kisaran nilai HI antara 1.800 10.000. 2. Konsentrasi pasar yang sedang dicirikan dengan nilai CR 4 berkisar 50 80 persen, atau kisaran nilai HI antara 1.000 1.800. 3. Konsentrasi pasar yang rendah dicirikan dengan nilai CR 4 berkisar 0 50 persen, atau kisaran nilai HI antara 0 1.800. Formula RCA untuk menganalisis keunggulan komparatif sebagai berikut : RCA i = i i j X j ij X X ij ij X ij Sumber : Laursen (1998) dimana : X ij : adalah nilai ekspor komoditas nenas atau pisang negara j. X ij : adalah total nilai seluruh j ekspor dari negara j. X ij : adalah total nilai ekspor i dunia dari komoditas nenas atau pisang. X ij : adalah total nilai ekspor i j dunia. Bila negara memiliki nilai indeks RCA lebih dari 1, dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produk

26 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) dan berdayasaing kuat. Semakin tinggi nilai RCA maka semakin tangguh dayasaingnya. Teori Berlian Porter (Porter s Diamond Theory) digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitif. Karakteristik yang dianalisis adalah kondisi input (factor conditions); kondisi permintaan (demand conditions); industri pendukung dan terkait (related and supporting industries) serta persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firms strategy, structure, and rivalry). Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan dayasaing industri nasional, secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan The National Diamond yang dapat dilihat pada Lampiran Gambar 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Konsentrasi Pasar Perhitungan Herfindahl Index (HI) nenas menunjukkan bahwa dari tahun 1996 1999 komoditas nenas dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar tinggi. Tahun 2000 2005 pasar komoditas nenas dunia memiliki tingkat konsentrasi sedang. Pada tahun 2006 kembali pasar komoditas nenas dunia memiliki tingkat konsentrasi tinggi. Pada tahun 2006 data hanya diperoleh dari 15 negara pengekspor nenas saja. Selama periode 1996 2006 nilai CR 4 dan CR 8 memperlihatkan kecenderungan empat negara produsen terbesar nenas menguasai lebih dari 40 persen pangsa pasar. Pasar nenas dunia didominasi terutama oleh Kostarika, Brazil, Filipina dan Pantai Gading. Perhitungan Herfindahl Index (HI) pisang menunjukkan bahwa dari tahun 1996 dan 2006 pasar komoditas pisang dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar tinggi. Pada tahun 1997 2005 pasar komoditas pisang dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar sedang. Rasio konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR 4 dan CR 8 memperlihatkan kecenderungan empat negara produsen terbesar pisang menguasai lebih dari 40 persen pangsa pasar selama periode 1996 2006. Pasar pisang dunia didominasi oleh Ekuador, Kostarika, Kolombia dan Filipina. Posisi Bersaing Nenas Indonesia Indeks RCA menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dunia. Ini ditunjukkan oleh nilai indeks RCA dari ekspor nenas Indonesia selama periode 2001 2005 bernilai kurang dari 1 (Lampiran Tabel 2). Analisis teori Berlian Porter menunjukkan faktor kunci internal dan eksternal yang dapat meningkatkan dayasaing kompetitif nenas Indonesia adalah: ketersediaan sumberdaya alam; kondisi permintaan dalam negeri yang tercukupi; belum optimalnya keberadaan industri penangkar benih/bibit dan perusahaan pengolahan nenas serta adanya kelompok tani/gapoktan dalam menghadapi persaingan. Dari kondisi eksternal, dukungan Pemerintah belum maksimal dalam memanfaatkan peluang ekspor yang potensial seperti Jepang yang mengandalkan pasokan nenas dari Thailand dan Filipina. Posisi Bersaing Pisang Indonesia Analisis keunggulan komparatif pisang Indonesia di pasar dunia menunjukkan bahwa RCA pisang Indonesia selama periode 2001 2005 bernilai kurang dari 1 (Lampiran Tabel 3). Faktor-faktor internal dari teori Berlian Porter juga hampir sama dengan industri nenas. Tetapi terdapat tantangan pengembangan ke depan lebih besar untuk pisang karena ancaman serangan penyakit

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 27 seperti layu fusarium dan darah (blood diseases). Dari kondisi eksternal, peran pemerintah belum terlihat maksimal dalam memanfaatkan peluang tujuan ekspor yang potensial seperti Amerika Serikat yang mengimpor pisang sebesar 27,30 persen dari total ekspor dunia serta pasar Timur Tengah yang belum digarap dengan baik. KESIMPULAN Pasar nenas dan pisang dunia menunjukkan konsentrasi pasar yang berubahubah sepanjang tahun 1996 sampai 2006, yaitu sedang dan tinggi. Empat negara produsen menguasai lebih dari 40 persen dari total ekspor dunia. Ini juga mendukung hasil analisis bahwa Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dan pisang di pasar dunia. Edition, London: John Murray, Albermarle-Street. Salvatore, D., 1997, Ekonomi Internasional. Terjemahan - Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga. Smith, A., 2006, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations: Volume I, Elibron Classic Replica Edition of 1786 Edition. Suprihatini, R., 2005, Daya Saing Ekspor Teh Indonesia di Pasar Dunia, Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 23, No. 1. DAFTAR PUSTAKA Chang, P., Lu, B., 2005, An Analysis of Market Competitiveness of World s Major Apples Export Countries, Chinese Business Review, Vol. 4 No. 8. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2006, Statistik Hortikultura Tahun 2005, Jakarta. Hadi, P. U., Mardianto, S., 2004, Analisis Komparasi Daya Saing Produk Ekspor Pertanian Antar Negara ASEAN dalam Rangka Perdagangan Bebas AFTA, Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 22, No. 1. Laursen, K., 1998, Revealed Comparative Advantage and the Alternatives as Measures of International Specialisation, Department of Industrial Economics and Strategy / DRUID, Copenhagen Business School: Denmark. Porter, M.E., 1990, The Competitive Advantage of Nations, New York: Free Press. Ricardo, D., 1817, On The Principles of Political Economy and Taxation - Third

28 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) LAMPIRAN Tabel 1. Keragaan Ekspor Nenas dan Pisang Indonesia Tahun 1996 2005 No. Tahun Nilai Ekspor Nenas (US Dollar) Volume Ekspor Nenas (Kg) Nilai Ekspor Pisang (US Dollar) Volume Ekspor Pisang (Kg) 1. 1996 6.905.057 11.336.750 20.063.416 102.301.184 2. 1997 4.216.618 5.590.025 13.262.130 71.134.456 3. 1998 106.054 45.901 14.073.666 77.472.672 4. 1999 727.907 1.133.966 11.174.208 76.135.611 5. 2000 1.123.566 2.976.685 533.450 2.221.567 6. 2001 886.687 2.020.440 87.680 293.733 7. 2002 2.784.573 3.734.454 1.078.570 585.717 8. 2003 2.315.279 2.284.375 514.011 244.687 9. 2004 529.116 2.431.225 778.498 1.197.530 10. 2005 219.703 643.716 1.288.892 3.647.035 Sumber : United Nations Commodity Trade (COMTRADE) Statistic Database, http://unstats.un.org/unsd/comtrade, diakses 13 April 2007. Tabel 2. Indeks RCA Produsen Nenas Periode 2001 2005 No. Negara Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 1. Indonesia 0,19 0,55 0,38 0,08 0,00 2. Thailand 0,37 0,42 0,45 0,25 0,25 3. Philippines 10,06 9,50 10,43 9,54 9,37 4. Malaysia 0,35 0,34 0,23 0,17 0,18 5. Brazil 0,69 0,34 0,39 0,59 0,47 6. Costa Rica 349,25 368,41 340,25 397,51 409,68 Tabel 3. Indeks RCA Produsen Pisang Periode 2001 2005 No. Negara Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 1. Indonesia 0,00 0,03 0,02 0,03 0,04 2. Thailand 0,07 0,07 0,08 0,18 0,14 3. Philippines 15,41 15,38 17,43 17,26 22,93 4. Malaysia 0,16 0,14 0,12 0,09 0,09 5. Ecuador 303,59 337,02 345,26 284,22 286,17 6. Costa Rica 179,92 169,48 183,92 197,56 178,59

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 29 LANJUTAN LAMPIRAN Tabel 4. Nilai Herfindahl Index (HI) Nenas Tahun 1996 2006 Tahun Jumlah Jumlah HI Tahun Eksportir Eksportir HI 1996 42 2.301 2002 89 1.472 1997 59 2.038 2003 94 1.373 1998 71 2.085 2004 92 1.388 1999 79 1.924 2005 84 1.517 2000 90 1.631 2006*) 15 4.393 2001 89 1.315 Rata-rata 65 1.948 *) Angka Sementara Tabel 5. Nilai Herfindahl Index (HI) Pisang Tahun 1996 2006 Tahun Jumlah Jumlah HI Tahun Eksportir Eksportir HI 1996 45 2.172 2002 102 1.140 1997 60 1.318 2003 115 1.190 1998 80 1.206 2004 106 1.055 1999 89 1.294 2005 105 1.029 2000 100 1.079 2006*) 30 2.541 2001 100 1.029 Rata-rata 85 1.369 *) Angka Sementara Tabel 6. Rasio Konsentrasi Nenas Tahun 1996 2006 Tahun CR 4 (%) CR 8 (%) 1996 75 92 1997 78 93 1998 77 92 1999 74 89 2000 67 88 2001 62 82 2002 67 85 2003 64 85 2004 63 82 2005 66 82 2006*) 99 99 Rata-rata 72 88 *) Angka Sementara

30 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) LANJUTAN LAMPIRAN Tabel 7. Rasio Konsentrasi Pisang Tahun 1996 2006 Tahun CR 4 (%) CR 8 (%) 1996 74 89 1997 62 83 1998 64 80 1999 68 83 2000 60 79 2001 58 77 2002 60 81 2003 61 81 2004 58 77 2005 54 75 2006 86 97 Rata-rata 64 82 *) Angka Sementara Peluang Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan Kondisi faktor Kondisi permintaan Industri terkait dan pendukung Pemerintah Gambar 1. The National Diamond System Sumber : Porter, M.E. 1990.