ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH. Analisis Daya Saing dan Faktor- Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI). Pertanian merupakan sektor yang penting bagi perekonomian nasional, terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai 15 persen dan penyerapan tenaga kerja nasional yang mencapai lebih dari 40 persen. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Diantara komoditi tersebut, buah-buahan menyumbang 50 persen PDB hortikultura yang mengindikasikan buah-buahan merupakan komoditi unggulan baik dalam produksi maupun dalam ekspor. Nenas adalah salah satu buah yang mendominasi ekspor nasional, dimana nilai ekspor nenas Indonesia saat ini lebih tinggi dibanding buah-buahan lainnya, mencapai US$ 204,5 juta pada tahun 2009 (Ditjen Hortikultura, 2011). Selain itu, permintaan akan buah nenas di pasar internasional terus meningkat. Walaupun begitu, pada tahun 2008 pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di pasar internasional hanya sebesar 0,006 persen terhadap nilai ekspor nenas dunia, yang berarti ekspor nenas Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara eksportir nenas lainnya. Ekspor nenas Indonesia yang rendah tidak sejalan dengan potensi yang dimiliki Indonesia baik secara geografis maupun dalam luas wilayah. Hal tersebut bisa disebabkan oleh komoditi nenas Indonesia yang kalah bersaing dengan komoditi nenas dari negara lain, selain itu banyak faktor yang mempengaruhi aliran ekspor nenas dari dalam negeri ke pasar Internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui posisi daya saing nenas Indonesia di pasar Internasional, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data time series dari tahun dan data cross section enam negara tujuan ekspor yang berkesinambungan yaitu Jepang, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, Macao, dan Amerika Serikat. Metode yang digunakan yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk mengestimasi posisi daya saing nenas Indonesia dan Gravity Model untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia di pasar internasional. Hasil penelitian mengenai estimasi daya saing menunjukkan bahwa nenas Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar internasional, ditandai dengan nilai RCA Indonesia selama tahun 2002 hingga 2008 yang rata-rata berada di bawah satu. Berdasarkan metode EPD, posisi daya saing nenas Indonesia berada pada kuadran Retreat, ditandai dengan pangsa pasar total ekspor Indonesia maupun pangsa pasar ekspor nenas Indonesia yang mengalami penurunan. Berdasarkan metode IIT, keterkaitan perdagangan nenas Indonesia dengan negara tujuan bersifat inter-industry, ditandai dengan nilai IIT yang rata-rata berada di

3 bawah 20 persen yang berarti hingga saat ini Indonesia masih berperan sebagai negara eksportir untuk komoditi nenas. Hasil regresi panel data menggunakan Gravity model menunjukkan faktorfaktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia ke negara tujuan yaitu (1) pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, (2) jarak Indonesia dengan negara tujuan dan (3) pendapatan perkapita Indonesia. Pendapatan perkapita negara tujuan signifikan dan berpengaruh positif terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia, sedangkan jarak Indonesia dengan negara tujuan dan pendapatan perkapita Indonesia signifikan dan berpengaruh negatif terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia. Variabel lainnya yaitu populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, maka pemerintah harus melakukan kebijakan yang tepat untuk mendorong peningkatan ekspor nenas Indonesia dan penguatan daya saing nenas Indonesia, dengan cara (1) Indonesia harus meningkatkan volume ekspor nenas dengan cara meningkatkan produksi nenas nasional. Produksi nenas yang tinggi akan mengurangi biaya produksi (economies of scale) sehingga harga nenas Indonesia dapat lebih murah di pasar internasional dan dapat bersaing dengan nenas ekspor dari negara lain, (2) Indonesia harus meningkatkan nilai ekspor nenas dan nilai total ekspornya di pasar internasional agar memperoleh tambahan pangsa ekspor. Salahsatu caranya yaitu melakukan kerjasama dengan negara pengekspor nenas yang bernilai ekspor tinggi dan berdaya saing kuat dalam pemasaran guna meningkatkan nilai ekspor nenas Indonesia di pasar internasional, (3) Indonesia harus mempertahankan posisinya sebagai eksportir di negara Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Macao dengan cara meningkatkan ekspor berbagai produk olahan nenas, agar negara tujuan tersebut memiliki pilihan produk yang lebih beragam dan tetap mengimpor nenas dari Indonesia, dan (4) Indonesia harus lebih intensif mengekspor nenas ke Jepang dan Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan potensial karena kedua negara tersebut merupakan negara dengan GDP perkapita yang tinggi dibandingkan negara tujuan lainnya sehingga aliran ekspor nenas Indonesia ke kedua negara tersebut akan cenderung stabil, ditandai dengan nilai cross section effect yang bernilai positif.

4 ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Asti Barorotun Minal Karomah Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. Bogor, Juni 2011 Asti Barorotun Minal Karomah H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Asti Barorotun Minal Karomah lahir pada tanggal 15 September 1989 di Cianjur, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Mutarom dan Ibu Juansah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cinyawar pada tahun 2001 dan penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama ke MTs Negeri Ciherang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis sempat aktif di organisasi seperti SES-C dan di beberapa kepanitiaan seperti 1st Politik Ceria, 7th Economic Contest, dan Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen (MPF/MPD) tahun 2009.

8 KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional dengan baik. Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada departemen Ilmu Ekonomi. Dalam Skripsi ini penulis mencoba mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan karena komoditi nenas adalah salah satu komoditi pertanian yang potensial untuk ekspor di pasar Internasional. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut. Penulis menyadari masih terdapat berbagai kekurangan karena keterbatasan penulis dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang membangun sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Juni 2011 Asti Barorotun Minal Karomah H

9 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kemudahan dalam pengerjaan dan penyelesain skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan banyak masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Deniey Purwanto, M.SE selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang juga telah berkenan memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orangtua tercinta, Bapak, Ibu, juga adik-adikku Deasy dan Fajar yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan semangat kepada penulis, juga telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin. 5. Seluruh dosen dan staf departemen ilmu ekonomi yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan kepada penulis selama kegiatan perkuliahan. 6. Teman-teman penulis Dewi, Eva, mbak Ine, Tia, mbak Elga, dan temanteman wisma Arsida 2, Faaizah, Lina, Ika, Puji, Ajeng, Maslichah, Ai Lulu, Arini, dan teman-teman satu bimbingan Nurriska, Nurul Andelisa. 7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 44 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pencarian data, pengolahan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Juni 2011 Asti Barorotun Minal Karomah H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Perdagangan Internasional Konsep Daya Saing Teori Keunggulan Absolut Teori Keunggulan Komparatif Teori Keunggulan Kompetitif Gravity Model Nilai Tukar Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data Revealed Comparative Advantage Export Product Dynamic Intra-Industry Trade Analisis Panel Data Model Operasional Penelitian Definisi Operasional... 43

11 IV. GAMBARAN UMUM Kondisi Pasar Ekspor Nenas Internasional Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Singapura Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Jepang Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Uni Emirat Arab Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Amerika Serikat Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Malaysia Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Macao Kondisi Budidaya Nenas dalam Negeri Produksi Pengolahan Kendala V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Daya Saing Nenas Indonesia di Pasar Internasional Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage Hasil Estimasi Export Product Dynamic Hasil Estimasi Intra-Industry Trade Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia dengan Negara Tujuan Hasil Regresi Panel Data Hasil Uji Asumsi Model Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 86

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Nilai PDB Sektor Pertanian dan Angkatan Kerja di Sektor Pertanian Indonesia Periode Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Nilai Produksi Beberapa Buah-Buahan Indonesia Periode Nilai Konsumsi Perkapita Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode Nilai Ekspor Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Klasifikasi Nilai Intra-Industry Trade Sepuluh Negara dengan Nilai Ekspor Nenas Terbesar Tahun Sepuluh Negara dengan Nilai Impor Nenas Terbesar Tahun Harga Produsen Beberapa Negara Penghasil Nenas Tahun Neraca Perdagangan Indonesia Malaysia Periode Lima Besar Provinsi Penghasil Nenas di Indonesia Tahun Perbandingan Produkstivitas dan Luas Panen Nenas Indonesia dengan Negara Pesaing Tahun Hasil Estimasi RCA Nenas Indonesia Periode Nilai RCA Nenas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Indonesia Periode

13 5.4. Hasil Estimasi Nilai EPD Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Beberapa Negara Pesaing Periode Hasil Estimasi Nilai IIT Komoditi Nenas Antara Indonesia dengan Beberapa Negara Tujuan Periode Hasil Uji Chow Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan Nilai Korelasi antar Variabel dalam Model... 75

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Pangsa Negara Pengimpor Nenas dari Indonesia Tahun Mekanisme Perdagangan Internasional Analisis Keseimbangan Parsial atas Biaya Transportasi Kerangka Pemikiran Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD Nilai Ekspor Nenas Dunia Periode Produksi Buah Nenas di Indonesia Periode Luas Panen dan Produktivitas Nenas di Indonesia Tahun Beberapa Produk Olahan Nenas Perbandingan Nilai RCA Indonesia dengan RCA Negara-Negara ASEAN Periode Perkembangan Peningkatan GDP Perkapita Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode Perkembangan GDP Perkapita Indonesia Periode Perkembangan Peningkatan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Perbandingan Hasil Estimasi 4 Metode di Masing-Masing Negara Tujuan Halaman Ekspor Tahun Data Penelitian dalam Logaritma Natural Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia Menggunakan Fixed Effect Uji Normalitas dan Multikolinearitas Chow Test Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia Menggunakan Pooled Least Square Perbandingan Produksi, Konsumsi dan Ekspor Nenas Indonesia Tahun

16 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya sumberdaya alam dan dikenal juga sebagai negara agraris. Wilayah daratan Indonesia yang membentang dari ujung Barat hingga ujung Timur seluas km² dengan pulaupulaunya yang tersebar di sekitar garis khatulistiwa menjadikan Indonesia beriklim tropis yang sangat sesuai untuk pertanian. Hal tersebut didukung pula oleh jumlah penduduk Indonesia. Hasil sensus BPS pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mencapai juta jiwa. Penduduk yang banyak mengindikasikan jumlah angkatan kerja yang besar termasuk dalam bidang pertanian, tercermin dari sektor pertanian yang termasuk lapangan pekerjaan utama bagi penduduk Indonesia dari dulu hingga saat ini. Menurut data SAKERNAS, penduduk yang bekerja di sektor pertanian hingga tahun 2009 adalah jiwa atau sekitar 41,18 persen dari total penduduk yang bekerja. Faktor geografis dan luas wilayah didukung oleh jumlah tenaga kerja yang dimiliki Indonesia menjadikan pertanian sebagai sektor yang sangat penting bagi perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan penyumbang pendapatan negara terbesar setelah industri pengolahan, terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 15 persen pada tahun Kontribusi pertanian terhadap PDB nasional dan lapangan pekerjaan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.

17 2 Tabel 1. 1 Nilai PDB Sektor Pertanian dan Angkatan Kerja di Sektor Pertanian Indonesia Periode Tahun Nilai PDB Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan , , , ,00 (Milyar Rupiah) Kontribusi Terhadap Total PDB Indonesia (%) 12,97 13,72 14,46 15,29 Angkatan Kerja di Sektor Pertanian (Jiwa) Kontribusi terhadap Total Angkatan Kerja Nasional (%) Sumber : BPS 2011 (diolah) ,47 43,66 41,83 41,18 Pertanian di Indonesia terbagi ke dalam beberapa subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan dan hortikultura. Subsektor hortikultura adalah subsektor yang penting karena nilai PDB hortikultura yang terus meningkat seperti dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Kelompok Nilai PDB (Milyar Rupiah) Kontribusi No Komoditas Rata-Rata ** (%) 1 Buah-buahan Sayuran Biofarmaka Tanaman Hias Total PDB Keterangan: **angka sementara Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011 Berdasarkan tabel di atas hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Diantara komoditi hortikultura tersebut, komoditi buah-buahan menjadi komoditi unggulan karena produksi di dalam

18 3 negeri cukup tinggi yang berkontribusi lebih dari 50 persen dari seluruh PDB subsektor hortikultura, diikuti oleh komoditi sayuran sebesar 34,74 persen, komoditi tanaman hias sebesar 6,52 persen dan komoditi biofarmaka sebesar 4,97 persen. Jenis tanaman buah-buahan yang potensial dan memberikan kontribusi besar terhadap total produksi buah-buahan nasional adalah jeruk, mangga, nenas, pepaya, pisang dan salak. Nilai produksi beberapa buah-buahan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3 Nilai Produksi Beberapa Buah-Buahan Indonesia Periode No. Komoditas Produksi (Ton) Pisang , , , , Jeruk , , , , Mangga Nenas Pepaya Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa produksi buah-buahan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun nilai produksi buah-buahan yang tinggi tidak berarti konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia juga tinggi. Walaupun beragam jenis buah tumbuh di Indonesia dan sebagian besar buah-buahan selalu tersedia sepanjang tahun, minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan masih tergolong rendah karena banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari pentingnya mengkonsumsi buah-buahan bagi pemenuhan gizi dan kesehatan. Padahal di luar negeri buah-buahan merupakan komoditi yang dicari walaupun harganya mahal.

19 4 Persentase konsumsi buah-buahan perkapita masyarakat Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Nilai Konsumsi Perkapita Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode No. Rata-Rata Nama Konsumsi Buah (Kg/kapita/tahun) 1 Jeruk 2,70 6,14 3,07 3,85 3,59 3,87 2 Nenas 0,52 0,47 0,42 0,31 0,31 0,40 3 Pisang 7,59 8,89 7,54 7,80 8,37 8,03 4 Melon 0,26 0,47 0,16 0,36 0,16 0,28 5 Apel 0,52 0,78 0,52 1,14 1,04 0,80 Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011 Berdasarkan tabel 1.4 di atas terlihat bahwa buah yang paling banyak dikonsumsi adalah jeruk dan pisang, sedangkan rata-rata konsumsi buah lainnya bahkan tidak mencapai satu kilogram pertahun. Permintaan terhadap buah-buahan yang rendah menyebabkan produksi buah-buahan nasional yang tinggi tidak terserap seluruhnya oleh pasar domestik, terjadilah kelebihan penawaran buahbuahan di Indonesia dan menjadi salah satu penyebab ekspor buah-buahan ke negara lain untuk memenuhi permintaan pasar Internasional. Menurut Departemen Pertanian (2009) nilai ekspor buah-buahan Indonesia ke sejumlah negara di Asia, khususnya ASEAN dan Timur Tengah dalam setahunnya mencapai US 240 juta Dollar. Hal ini menunjukkan bahwa buahbuahan asal Indonesia sudah punya pangsa pasar di luar negeri. Untuk total ekspor buah Indonesia pada tahun 2006 sebesar ton atau senilai US$ , sedangkan volume ekspor pada tahun 2007 mengalami penurunan, yaitu sebesar ton atau senilai US$ Sedangkan untuk tahun 2008 volume

20 5 ekspor buah meningkat sebesar 105,50 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu ton dengan nilai US$ Diantara buah-buahan asal Indonesia yang diekspor, nenas adalah salah satu komoditi yang mendominasi ekspor buah dari Indonesia selain manggis. Hal ini salah satunya disebabkan nenas adalah salah satu buah tropis utama yang diimpor di tingkat dunia, mencapai 2,8 juta ton pada tahun Potensi ekspor nenas asal Indonesia sangat besar dikarenakan hingga saat ini nilai ekspor nenas asal Indonesia lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya seperti yang terdapat pada data Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian yang menunjukkan nilai ekspor nenas Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008, dimana pada tahun 2008 nilai ekspor nenas Indonesia mencapai US$ 204 juta, jauh lebih besar dibandingkan buah-buahan lainnya seperti manggis yang nilai ekspornya pada tahun 2008 hanya US$ 5,8 juta. Perbandingan nilai ekspor nenas dan buah-buahan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.5 Nilai Ekspor Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode Nilai Ekspor (US$) No. Komoditas Pisang Nenas Mangga Manggis Jeruk Buah Lainnya Total Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011 Nenas asal Indonesia tidak hanya diekspor dalam bentuk nenas segar, tetapi juga dalam bentuk nenas olahan. Negara peminat nenas olahan juga

21 6 tergolong banyak, bahkan permintaan terhadap nenas olahan semakin meningkat saat ini. Menurut Departemen Pertanian (2009), negara pengimpor nenas olahan dari Indonesia antara lain Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Jerman dan Spanyol. Rata-rata volume ekspor ke Amerika Serikat sejak tahun sebesar ton dan relatif stabil setiap tahunnya, bahkan ekspor ke negara Belanda, Singapura dan Jerman serta Spanyol terus menunjukkan trend yang meningkat. pangsa negara pengimpor nenas segar dan olahan dari Indonesia pada tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut. 5% 7% 7% 8% 12% 11% 1% 12% 37% Malaysia (Segar) Jepang (Segar) Negara lain (Segar) Amerika Serikat (Olahan) Belanda (Olahan) Singapura (Olahan) Jerman (Olahan) Spanyol (Olahan) Negara lain (Olahan) Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2009 Gambar 1.1 Pangsa Negara Pengimpor Nenas dari Indonesia Tahun 2005 Permintaan buah nenas di pasar internasional akan terus meningkat dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan kesadaran kebutuhan gizi masyarakat dunia. Hal ini merupakan suatu peluang bagi Indonesia yang beriklim tropis yang sangat cocok untuk budidaya nenas sehingga dapat memenuhi kebutuhan nenas internasional. Keunggulan lain adalah nenas dapat dibudidayakan hampir di semua jenis tanah yang ada di Indonesia karena nenas tergolong sebagai tanaman dataran rendah yang memerlukan curah hujan sedangtinggi dengan periode basah di atas enam bulan. Teknologi produksi dengan

22 7 menggunakan metode pengaturan pembungaan memungkinkan nenas tersedia sepanjang tahun 1. Kesempatan yang ada harus dimanfaatkan oleh pemerintah yaitu dengan meningkatkan daya saing nenas Indonesia dengan nenas dari negara lain agar perdagangan nenas di pasar internasional ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan penerimaan devisa. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan data FAO, perdagangan buah tropika di tingkat dunia terus mengalami peningkatan. Salah satu buah tropika utama yang diperdagangkan di tingkat dunia adalah nenas, terlihat dari nilai perdagangan nenas dunia yang terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 1,5 milyar pada tahun Peningkatan perdagangan nenas dunia hingga saat ini belum diimbangi oleh peningkatan ekspor nenas dari Indonesia. Rendahnya ekspor nenas asal Indonesia tentu tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia terutama dalam faktor geografis seperti iklim dan luas wilayah. Seharusnya dengan kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut, Indonesia berpotensi menjadi pengekspor nenas terbesar di dunia. Apabila Indonesia bisa memaksimalkan potensinya dalam ekspor nenas maka pendapatan yang bisa diperoleh dari perdagangan tersebut cukup tinggi. Menurut Departemen Pertanian, di Indonesia sendiri nenas merupakan salah satu buah yang menjadi komoditi andalan ekspor, tetapi peran Indonesia sebagai produsen maupun eksportir nenas segar di pasar internasional masih 1 Fruit Export Development Centre [

23 8 sangat kecil dengan pangsa pasar hanya 0,006 persen terhadap ekspor nenas dunia pada tahun Hal itu menimbulkan suatu pertanyaan mengapa hingga saat ini Indonesia belum bisa menjadi pemasok utama kebutuhan nenas dunia, dan mengapa ekspor nenas dari Indonesia belum bisa menjadi yang terbesar jika dibanding negara penghasil nenas lainnya. Tentu ada banyak faktor yang memengaruhi rendahnya ekspor nenas asal Indonesia tersebut, salah satu indikatornya dapat berupa daya saing nenas Indonesia di pasar internasional, karena kuat atau lemahnya daya saing suatu komoditi di pasar internasional sangat menentukan besar kecilnya volume ekspor komoditi tersebut. Ekspor nenas Indonesia yang masih rendah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Maka untuk meningkatkan ekspor nenas nasional, perlu diketahui faktor apa saja yang bisa mendorong ekspor nenas Indonesia ke pasar Internasional agar dapat diperoleh kebijakan yang tepat. Kebijakan yang tepat oleh pemerintah dan institusi yang terkait sangat penting dan dibutuhkan dalam mendukung peningkatan ekspor nenas asal Indonesia. Selain itu, kebijakan yang tepat akan menguntungkan semua pihak, yaitu para petani, produsen, pemerintah dan secara nasional yaitu akan meningkatkan pendapatan yang bisa diperoleh dari perdagangan nenas di pasar internasional. Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana daya saing nenas asal Indonesia di pasar internasional? 2. Faktor apa saja yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia ke pasar internasional?

24 9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuaraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui posisi daya saing nenas Indonesia di pasar internasional. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia ke pasar internasional. 1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam implikasi kebijakan yang berkaitan dengan ekspor nenas khususnya, manfaat bagi penulis maupun berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini, serta dapat menjadi bahan studi literatur, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya melingkupi analisis daya saing nenas asal Indonesia dan aliran ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan ekspor yang berkesinambungan berdasarkan estimasi data-data sekunder yang diperoleh dari institusi-institusi terkait selama periode tahun 2002 hingga tahun Nenas yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua varietas nenas asal indonesia yang diekspor dalam bentuk fresh or dried berdasarkan kode HS

25 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran suatu negara. (Oktaviani dan Novianti, 2009) Menurut Krugman dalam Hady (2004) alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah : 1. Negara negara melakukan perdagangan karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai economies of scale. Menurut Todaro (2006) perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar internasional yang potensial untuk beragam produk ekspor. Perdagangan cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkup domestik dan internasional. Hal ini berlangsung melalui suatu proses

26 11 penyamaan harga-harga faktor produksi di semua negara, peningkatan pendapatan riil di setiap negara yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan perdagangan internasional, serta memacu efisiensi penggunaan sumber daya di setiap negara, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya di dunia secara keseluruhan. Perdagangan juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pengutamaan sektorsektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktivitas tenaga kerja. Perdagangan ini juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomis yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakankebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Melalui perdagangan internasional, suatu negara akan mengekspor suatu komoditi apabila kebutuhan dalam negeri akan komoditi di negara tersebut sudah terpenuhi, sehingga kelebihan penawaran akan diekspor ke luar negeri. Begitu pula sebaliknya, apabila produksi dalam negeri akan suatu komoditi tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka negara tersebut akan mengimpor komoditi tersebut dari negara lain sehingga akan terbentuk keseimbangan permintaan dan penawaran diantara kedua negara yang melakukan perdagangan. Menurut Smith (1995) ekspor adalah barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah negara dan dijual di negara lain sebagai penukar atas barang dan jasa,

27 12 emas, devisa asing atau untuk menyelesaikan utang. Negara menggunakan sumberdaya dalam negeri mereka untuk ekspor karena mereka dapat memperoleh lebih banyak barang dan jasa dengan devisa internasional yang mereka peroleh dari ekspor daripada yang akan mereka peroleh dengan menggunakan sumberdaya itu bagi produksi barang dan jasa di dalam negeri. Sedangkan menurut definisi dari International Merchandise Trade Statistics, ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, bersifat komersial maupun non komersial, serta barang yang akan diolah di luar negeri yang hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Keterangan : Kurva 1 : Keadaan pasar komoditi X di negara 1 Kurva 2 : Keadaan pasar komoditi X di negara 1 dan 2 Kurva 3 : Keadaan pasar komoditi X di negara 2 Sumber: Salvatore (1997) Gambar 2.1 Mekanisme Perdagangan Internasional Pada kurva di atas, di negara 1 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P1, sedangkan di negara 2 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua

28 13 negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berada diantara P1 dan P3. Apabila harga yang berlaku di negara 1 lebih tinggi dari P1, maka negara 1 akan berproduksi jauh lebih banyak dari kebutuhan domestik akan komoditi X tersebut, sehingga kelebihan produksi tersebut diekspor ke negara 2. Begitu pula di negara 2, apabila harga yang berlaku setelah perdagangan lebih kecil dari dari P3, maka akan terjadi kelebihan permintaan X domestik sehingga negara 2 tersebut akan mengimpor komoditi dari negara Konsep Daya Saing Teori Keunggulan Absolut Teori absolut dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute disadvantage). Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan absolut apabila suatu negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain. Asumsi pokok dari teori keunggulan absolut antara lain : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan.

29 Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua komoditas dibanding negara lain, perdagangan masih bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda dibanding tidak ada perdagangan. Menurut teori cost comparative advantage suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara teresebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor productivity dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif tidak produktif Teori Keunggulan Kompetitif Porter dalam Ismailfekon (2009) melihat bahwa salah satu faktor yang paling penting untuk menghadapi persaingan global adalah kemampuan kompetitif yang dimiliki suatu negara. Jika suatu negara mempunyai keunggulan dalam hal faktor biaya atau mutu faktor yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, maka negara itu akan menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke negara lain. Porter dalam Mustopa (2010) juga menyebutkan bahwa

30 15 keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat jenis variabel yang merupakan faktor penentu keunggulan kompetitif, yaitu interaksi antara empat faktor spesifik dan dua faktor eksternal, yaitu : 1. Factor Condition Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu, terdiri dari : a) Sumberdaya Alam Sumberdaya alam yang memengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, kualitas, aksesibilitas, ukuran lahan, ketersediaan air, mineral, dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan sumberdaya lainnya baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, termasuk kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah, kondisi topografis, dan lain-lain. b) Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang memengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku, dan etika kerja. c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar dan pengetahuan ilmiah yang menunjang produksi barang dan jasa. Termasuk ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.

31 16 d) Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang memengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, dan peraturan moneter dan fiskal. e) Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang memengaruhi daya saing nasional dapat dilihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang memengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, air bersih, dan energi listrik. 2. Demand Condition Kondisi permintaan sangat memengaruhi penentuan daya saing, terutama mutu permintaan. Mutu permintaan menjadi suatu tantangan bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberikan respon terhadap persaingan yang terjadi. Kondisi permintaan bisa dilihat dari dua aspek yaitu kondisi permintaan domestik dan ekspor. 3. Related and Supporting Industries Keberadaan industri terkait dan pendukung memengaruhi daya saing secara global akibat adanya keterkaitan yang erat antara industri hulu dan hilir. 4. Firm Strategy, Structure, and Rivalry Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi. Keberadaan pesaing lokal akan menjadi penggerak bagi perusahaan lain untuk terus berinovasi. Perusahaan yang bisa bersaing dalam industri nasional akan

32 17 lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibanding perusahaan yang belum memiliki daya saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah. Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Dua faktor eksternal dalam teori Porter yaitu : 1. Peran Pemerintah Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh keeempat variabel utama. Variabel kondisi sumberdaya dipengaruhi melalui subsidi, kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga sering menjadi pemegang kekuasaan atas sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak. 2. Peran Kesempatan Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah namun memengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap sebagai kesempatan seperti adanya penemuan baru, depresiasi mata uang atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing. 2.3 Gravity Model Penelitian ini menggunakan Gravity Model untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi aliran perdagangan nenas asal Indonesia di beberapa negara. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinbergen (1962). Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran

33 18 ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara (Bergstrand dalam Setyo, 2009). Rumus model ini didasari oleh hukum gravitasi Newton yang menyebutkan bahwa gaya gravitasi antara dua benda dipengaruhi secara proporsional oleh massa kedua benda dan dipengaruhi secara proporsional tetapi berbanding terbalik dengan jarak kedua benda tersebut. Secara ekonomi dapat diartikan bahwa perdagangan antarnegara berhubungan positif dengan pendapatan dan populasi namun berhubungan negatif dengan jarak antarkedua negara Jarak Jarak menjadi variabel utama gravity model dalam aliran perdagangan. Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi asuransi, serta aneka pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkan itu disimpan di suatu tempat sementara (Salvatore 1997). Semakin jauh jarak maka biaya transportasi akan semakin mahal sehingga volume ekspor semakin kecil. Salvatore (1997) menjelaskan pengaruh biaya transportasi terhadap perdagangan internasional seperti dalam gambar 2.2. Sebelum dilakukan perdagangan internasional, negara 1 akan memproduksi komoditi Z sebanyak 50 unit dengan harga $5, sementara negara 2 akan memproduksi komoditi Z sebanyak 50 unit dengan harga $11.

34 19 Sumber : Salvatore 2007 Gambar 2.2 Analisis Keseimbangan Parsial atas Biaya Transportasi Berdasarkan gambar 2.2, setelah dilakukan perdagangan internasional (tanpa biaya transportasi) harga komoditi Z di negara 1 akan meningkat sehingga negara 1 berproduksi lebih banyak kemudian kelebihan produksinya diekspor ke negara 2. Bertambahnya kuantitas komoditi Z menyebabkan harga komoditi Z di negara 2 menurun hingga harga yang berlaku di kedua negara adalah sama yaitu sebesar $8 dengan kuantitas komoditi Z yang diperdagangkan sebanyak 50 unit. Biaya transportasi akan menyebabkan harga komoditi di negara importir yaitu negara 2 meningkat sehingga harga komoditi Z di negara sebesar 2 $9 sementara di negara 1 sebesar $7. Negara 1 akan meningkatkan produksi domestik atas komoditas Z hingga 70 unit, dimana untuk konsumsi domestik sebanyak 30 unit, dan 40 unit sisanya diekspor ke negara 2. Sedangkan di negara 2 disaat harga $9 produksi komoditas Z sebanyak 30 unit dan tingkat konsumsi domestiknya sebanyak 70 unit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestiknya negara 2 mengimpor 40 unit komoditi Z dari negara 1.

35 Produk Domestik Bruto Menurut Mankiw (2003) Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP terdiri dari GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Komponen GDP terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut. Y = C + I + G + NX (2.1) Gross Domestic Product (GDP) sebagai salah satu variabel utama dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara. Semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan Populasi Populasi di suatu negara berpengaruh terhadap permintaan ekspor negara tersebut. Pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga kurva permintaan bergeser ke kanan dan menyebabkan terjadinya excess demand pasar internasional dengan asumsi permintaan tetap, ceteris paribus. Begitu pula pertumbuhan penduduk di negara pengekspor akan meningkatkan permintaan dalam negeri dan menurunkan penawaran ekspor sehingga menyebabkan terjadinya excess demand di pasar internasional dengan asumsi permintaan tetap, ceteris paribus.

36 Nilai Tukar Menurut Mankiw (2003) kurs atau exchange rate antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal pada tingkat kurs yang terjadi. Maka kurs riil dapat dituliskan seperti berikut : (2.2) Dimana : = kurs riil e = kurs nominal = rasio tingkat harga di dalam dan luar negeri Kurs riil di antara dua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barangbarang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Maka hubungan antara kurs riil dan ekspor neto adalah : NX = NX ( ) (2.3)

37 22 Dimana dalam persamaan ini ekspor neto adalah fungsi dari kurs riil. Bila kurs riil lebih rendah, barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan barangbarang luar negeri, dan ekspor neto lebih besar. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai aliran perdagangan antarnegara dilakukan oleh Sunde, Chidoko dan Zivanomoyo (2009) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan intra industri antara Zimbabwe dengan mitra dagangnya di wilayah Southern African Development Community (SADC). Penelitian ini menggunakan metode Gravity Model dengan Intra-Industry Index sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita, intensitas perdagangan, jarak, nilai tukar, dan GDP mempengaruhi IIT antara Zimbabwe dan mitra dagangnya di SADC. Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar negara di SADC melakukan perdagangan komoditi yang sama karena persamaan sejarah juga persamaan struktur ekonomi dan pendapatan. Penelitian mengenai daya saing nenas segar indonesia dilakukan oleh Suprehatin (2006) yang meneliti mengenai daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasar dan menentukan faktor-faktor yang memengaruhinya. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series baik dari BPS, Deptan dan Depdag. Alat analisis yang digunakan adalah metode regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasarnya relatif masih kecil dibandingkan produsen dan eksportir nenas segar lainnya. Tren pangsa pasar

38 23 ekspor nenas segar Indonesia juga cenderung mengalami penurunan. Estimasi dengan regresi data panel menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor nenas segar Indonesia adalah volume ekspor nenas segar Indonesia, GDP per kapita negara pengimpor dan produksi nenas segar dalam negeri. Penelitian mengenai perdagangan nenas dilakukan oleh Lubis (2006), meneliti perkembangan ekspor nenas segar Indonesia dan menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi ekspor nenas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor nenas segar Indonesia. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari BPS, Deptan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif berupa analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor nenas segar indonesia adalah harga ekspor, produksi nenas, pendapatan perkapita negara-negara tujuan ekspor dan volume ekspor nenas segar tahun sebelumnya. Sedangkan variabel nilai tukar mata uang di tiap negara tujuan ekspor dan variabel jumlah penduduk tiap negara tujuan ekspor tidak berpengaruh. Penelitian mengenai daya saing nenas dan pisang indonesia juga dilakukan oleh Silalahi (2007) yang mengkaji posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia di pasar dunia dengan menganalisis struktur pasar dunia nenas dan pisang, juga menganalisis posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia dibanding pesaingnya di pasar dunia. Data yang digunakan adalah data sekunder terutama dari United Nations Commodity Trade (UN Comtrade) Statistical Database. Penelitian ini menggunakan alat analisis Herfindahl Index Untuk mengestimasi tingkat

39 24 konsentrasi pasar nenas dunia, RCA untuk mengestimasi keunggulan komparatif ekspor nenas asal Indonesia, juga Porter s Diamond Theory untuk mengestimasi keunggulan kompetitif ekspor nenas asal Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar nenas dan pisang dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar sedang, dan bahwa Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dan pisang di pasar dunia. Penelitian mengenai perdagangan buah-buahan juga dilakukan oleh Hadi (2009), meneliti faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan pisang dan mangga Indonesia ke negara tujuan. Penelitian ini menggunakan data dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, berbagai literratur serta internet. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum agribisnis pisang dan mangga Indonesia serta melihat gambaran umum potensi ekonomi negara tujuan ekspor. Metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi panel data dengan menggunakan Gravity Model dengan persamaan tunggal digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan pisang adalah harga pisang di negara tujuan, volume ekspor pisang satu tahun sebelumnya, dan pendapatan perkapita. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata yaitu populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran

40 25 perdagangan mangga adalah populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan harga mangga Indonesia di negara tujuan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh yaitu pendapatan per kapita negara tujuan dan volume ekspor mangga dari Indonesia ke negara tujuan satu tahun sebelumnya. Penelitian serupa dilakukan oleh Syachruddin (2010), meneliti daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor manggis Indonesia. Penelitian ini menggunakan data-data yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Pusat Statistik. Metode yang digunakan berupa metode kualitatif yaitu metode Porter s Diamond dan metode kuantitatif yaitu metode analisis data panel. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor manggis Indonesia dianalisis menggunakan model panel data. Hasil penelitian menunjukkan variabel harga ekspor riil memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, GDP riil memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, jumlah populasi negara pengimpor memiliki nilai probabilitas yang signifikan atau jumlah penduduk negara pengimpor berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor, volume ekspor tahun sebelumnya berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, dan nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia. Sedangkan hasil analisis kualitatif menggunakan Porter s Diamond menghasilkan saran untuk peningkatan permintaan ekspor manggis asal Indonesia, antara lain peningkatan produktivitas

41 26 dan kualitas manggis, melakukan promosi ekspor, memberikan akses modal bagi para petani manggis, dan lain-lain. Penelitian mengenai daya saing komoditi nenas sebelumnya belum ada yang mengestimasi daya saing di setiap negara tujuan ekspor. Sedangkan penelitian sebelumnya yang menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor nenas belum ada yang memasukan variabel jarak Indonesia dengan negara tujuan. Kelebihan penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya mengenai ekspor dan daya saing nenas Indonesia adalah penggunaan Gravity Model yang memasukan variabel jarak Indonesia ke negara tujuan, juga mencakup estimasi daya saing nenas Indonesia menggunakan metode RCA dan EPD di masingmasing negara tujuan ekspor. Penelitian ini juga dilengkapi metode Intra-Industry Trade untuk mengestimasi bentuk hubungan perdagangan komoditi nenas antara Indonesia dengan masing-masing negara tujuan sehingga penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. 2.6 Kerangka Pemikiran Indonesia sebagai negara berkembang sangat bergantung pada sektor pertanian terutama dalam kegiatan perekonomiannya. Hal ini disebabkan Indonesia dikaruniai sumberdaya alam yang melimpah dan tanah yang subur sehingga hasil pertanian Indonesia sangat banyak dan beragam. Hasil pertanian tersebut menyumbang pendapatan bagi Indonesia melalui ekspor. Ekspor hasil pertanian berupa produk hortikultura berkontribusi paling tinggi terhadap pendapatan nasional, terutama buah-buahan.

42 27 Salah satu buah yang memiliki volume ekspor yang tinggi adalah nenas. Permintaan pasar dunia akan nenas tergolong besar karena nenas adalah buah yang memiliki rasa, aroma dan bentuk yang khas juga hanya bisa tumbuh di negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Hal ini menjadikan nenas begitu populer terutama di negara-negara dimana nenas tidak bisa dibudidayakan. Bagi negara-negara yang bisa membudidayakan nenas hal ini tentu menjadi suatu peluang untuk bisa mendapatkan keuntungan dengan melakukan perdagangan komoditi tersebut, termasuk Indonesia. Menurut Agromedia (2009), nenas termasuk buah unggul baik berdasarkan skala usaha maupun berdasarkan skala ekspor di Indonesia. Disebut buah unggul berdasarkan skala usaha karena buah tersebut sudah dikenal dan dikonsumsi dalam jumlah besar oleh masyarakat Indonesia. Nenas juga disebut buah unggul berdasarkan skala ekspor karena buah tersebut sudah lama menjadi komoditi andalan ekspor dan berpotensi untuk lebih dikembangkan. Selain untuk memenuhi kebutuhan buah domestik, nenas juga dapat diekspor ke pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan dunia. Mengingat jumlah konsumsi nenas di dalam negeri yang tergolong rendah yaitu sekitar 0,31 persen (Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2008) maka kelebihan produksi dapat diekspor ke pasar internasional baik dalam bentuk segar maupun olahan. Namun ternyata di pasar internasional sendiri volume dan nilai ekspor nenas dari Indonesia tidak besar jika dibandingkan dengan negara pengekspor nenas lain. Hal ini mengindikasikan ada sesuatu yang salah dalam ekspor nenas dari Indonesia, dan salah satu indikatornya bisa berupa daya saing yang dapat

43 28 dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) sehingga dapat diketahui apakah nenas asal Indonesia memiliki daya saing atau tidak di pasar internasional. Faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas asal Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor dapat dianalisis menggunakan metode Gravity Model dengan menggunakan variabel jarak, GDP perkapita dan populasi negara tujuan, nilai tukar, dan GDP perkapita Indonesia agar dapat diketahui penyebab tinggi atau rendahnya ekspor nenas asal Indonesia sehingga dapat dianalisis kebijakan dalam bidang apa saja yang perlu diubah atau dirumuskan untuk mendukung peningkatan ekspor nenas asal Indonesia di masa yang akan datang. Alur pemikiran dapat dilihat lebih jelas pada gambar 2.2.

44 29 Pertanian khususnya subsektor hortikultura berperan besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia sebagai negara berkembang Nenas sebagai salah satu buah tropis populer di dunia yang berpotensi menjadi buah ekspor andalan Indonesia Nilai dan Volume ekspor nenas asal Indonesia di pasar internasional masih rendah Analisis daya saing nenas asal Indonesia di pasar internasional Analisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas RCA, EPD, IIT - Jarak - GDP negara tujuan - Nilai Tukar - Populasi negara tujuan - GDP Indonesia Indonesia Analisis Gravity Model Implikasi Kebijakan Ekspor Nenas Keterangan : Gambar diluar garis tidak menjadi objek analisis Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

45 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data cross section enam negara tujuan ekspor dan data time series selama 7 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai tahun Nenas yang menjadi objek penelitian adalah nenas dalam bentuk fresh or dried HS 1996 dengan kode Data-data tersebut diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan, website UN Comtrade, serta studi pustaka yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur di perpustakaan IPB dan internet. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian No Jenis Data Sumber Data 1. Volume ekspor nenas asal UN Comtrade, BPS Indonesia, nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia, nilai ekspor nenas dunia, nilai ekspor seluruh komoditi dunia (Kilogram) 2. Nilai tukar mata uang beberapa negara tujuan ekspor terhadap US$ 3. Jumlah populasi Indonesia dan negara tujuan ekspor (juta jiwa) GDP riil Indonesia dan negara tujuan ekspor (US$) 5. Jarak Indonesia dengan beberapa negara tujuan ekspor (Kilometer)

46 Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu estimasi daya saing dan keunggulan komparatif nenas Indonesia menggunakan RCA, EPD, dan IIT serta estimasi faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas asal Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor menggunakan metode Panel data. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software E-views 6.1 dan Microsoft Excel Revealed Comparative Advantage (RCA) Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis daya saing dan keunggulan komparatif nenas asal Indonesia. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ballasa pada tahun Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antarwilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah sehingga dapat dikatakan bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan dalam ekspornya. Variabel yang diukur dalam RCA adalah kinerja ekspor suatu komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa pasar nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA mendefinisikan apabila pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi di dalam total ekspor komoditi dunia, maka negara tersebut dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi itu. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti

47 32 negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) atau berarti komoditi tersebut berdaya saing kuat. Sedangkan apabila nilai RCA lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditi tersebut rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdaya saing lemah. Formula RCA dirumuskan sebagai berikut : RCA = X W ij j / X it / W t (3.1) Dimana : X ij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j tahun ke t X it = nilai ekspor total negara j W j = nilai ekspor dunia komoditi i W t = nilai total ekspor dunia Nilai daya saing suatu komoditi dalam RCA memiliki dua kemungkinan, yaitu : 1. Nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. 2. Nilai RCA < 1, berarti suatu negara tidak memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing lemah. Kelebihan dari metode RCA antara lain metode ini mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat dengan jelas. Sedangkan kelemahan dari metode ini antara lain : o Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya.

48 33 o Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal. o RCA tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang Export Product Dynamic (EPD) EPD merupakan suatu indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari market share sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity dan Retreat. Jika pertumbuhan ekspor suatu komoditi di atas rata-rata secara kontinu dalam waktu yang lama, maka produk ini mungkin menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Posisi pasar ideal yang bertujuan untuk memperoleh pangsa ekspor tertinggi disebut Rising Star, ditandai dengan negara tersebut memperoleh pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat. Lost Opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar pada produk yang

49 34 dinamis. Kondisi ini paling tidak diinginkan karena berarti kehilangan kesempatan pangsa ekspor untuk komoditi yang dinamis di pasar dunia. Kondisi Falling Star juga tidak diinginkan walau tidak seperti kondisi Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya meningkat meskipun bukan pada produk yang dinamis di pasar dunia. Sementara itu, Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar. Namun bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan pada produk dinamis. Lost Opportunity + Rising Star 0 + Retreat _ Falling Star Keterangan : x-axis: the growth of share of country's export in the world trade y-axis: the growth of share of product in the world trade Gambar 3.1 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD Intra- Industry Trade (IIT) Indeks IIT pertama kali diperkenalkan oleh Grubel dan Lloyd (1975). Perhitungan indeks IIT didasarkan pada selisih antara nilai ekspor dan impor dari sebuah industri atau produk dan total perdagangan dari industri atau produk tersebut. IIT dapat dirumuskan sebagai berikut :

50 35 (3.4) Dimana : IIT ljt = indeks intra-industry trade di negara j dalam industri atau produk l pada waktu t X ljt M ljt = total ekspor negara j dalam industri atau produk l pada waktu t = total impor negara j dalam industri atau produk l pada waktu t Indeks IIT berkisar dari nol hingga seratus. Apabila indeks bernilai nol, maka seluruh perdagangan merupakan inter-industry atau negara j hanya mengekspor atau hanya mengimpor dalam suatu industri atau produk l. Sedangkan apabila indeks bernilai 100 menunjukkan bahwa impor negara j setara dengan ekspornya dalam industri atau produk l atau perdagangan bersifat intraindustry. Menurut Austria dalam Aprilianda (2007) nilai IIT dapat diklasifikasikan seperti pada tabel berikut : Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Intra-Industry Trade IIT Klasifikasi 0,00 No integration (one way trade) >0,00 24,99 Weak integration 25,00 49,99 Mild integration 50,00 74,99 Moderately strong integration 75,00 99,99 Strong integration (two way trade) Analisis Panel Data Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut. Data time series adalah data yang dikumpulkan secara berkala untuk melihat perkembangannya

51 36 dari waktu ke waktu. Metode data panel dapat memberikan keuntungan dibandingkan hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja (Baltagi 2005), yaitu: 1) Data panel dapat mengendalikan heterogenitas individu. 2) Dapat memberikan informasi yang lebih banyak, mengurangi kolinearitas diantara variabel, memperbesar degree of freedom dan lebih efisien. 3) Dapat lebih baik untuk studi dynamic of adjustment. 4) Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model time series atau cross section saja. Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect. A. Metode Pooled Least Square Dalam metode ini dapat dilakukan proses estimasi terpisah untuk setiap unit cross section, maka untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi cross section sebagai berikut : (3.5) Dimana : = variabel endogen = variabel eksogen = intersep = slope i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t

52 37 = error dari persamaan di atas akan diperoleh parameter dan yang konstan dan efisien yang melibatkan sebanyak jumlah data cross section (N) x jumlah data time series (T). Model tersebut mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi. B. Metode Fixed Effect Adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan dapat diatasi dengan memasukkan peubah dummy untuk memungkinkan perbedaan intersep. Model dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan model efek tetap yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut : (3.6) Dimana : = variabel endogen = variabel eksogen = intersep = slope D i = variabel dummy = individu ke-i, t = periode waktu ke-t = error Penambahan variabel dummy dapat mengurangi jumlah degree of freedom yang pada akhirnya akan memengaruhi keefisienan parameter yang diestimasi. Pemilihan pendekatan ini dapat dipertimbangkan dengan menggunakan statistik F

53 38 yang membandingkan nilai jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah dimasukkan variabel dummy ke dalamnya. C. Metode Random Effect Penambahan variabel dummy pada model akan mengurangi degree of freedom dan efisiensi dari parameter yang diestimasi. Hal tersebut dapat diatasi dengan metode random effect. Parameter yang berbeda antarindividu maupun antarwaktu dimasukkan ke dalam error seperti pada persamaan berikut: (3.7) (3.8) Dimana : = komponen error data cross section = komponen error data time series = komponen error gabungan i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t Hubungan antara model random effect dan model fixed effect dapat dilihat dengan memperlakukan komponen-komponen intersep dalam model fixed effect sebagai dua peubah acak, satu peubah time series dan satu peubah cross section. Penggunaan model random effect dapat menghemat degree of freedom sehingga parameter hasil estimasi akan menjadi efisien.

54 Uji Kesesuaian Model A. Chow Test Chow Test dilakukan untuk memilih model yang lebih baik di antara model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut : H 0 : model pooled least square H 1 : model fixed effect Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan F statistik seperti berikut : F N-1, NT-N-K = (3.9) Dimana : = residual sum square hasil pendugaan model pooled least square = residual sum square hasil pendugaan model fixed effect N T = jumlah data cross section = jumlah data time series Jika nilai Chow statistic hasil pengujian lebih besar dari F tabel maka tolak H 0 sehingga model yang digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya. B. Hausman Test Hausman Test dilakukan untuk memilih model yang akan digunakan di antara model fixed effect dan model random effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut : H 0 : model random effect

55 40 H 1 : model fixed effect Dasar penolakan terhadap H 0 adalah perbandingan antara Hausman statistic dan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut : Dimana : = vektor statistik variabel fixed effect b = vektor statistik variabel random effect ( M 0 ) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect (M 1 ) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect Nilai m dibandingkan dengan tabel. Jika m lebih besar dari tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0, sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fixed effect Uji Asumsi Model A. Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Apabila autokorelasi diabaikan maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Autokorelasi terjadi pada serangkaian data time series, dimana error term pada satu periode waktu akan tergantung pada error term periode lainnya secara sistematik. Konsekuensi adanya autokorelasi yaitu pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan peramalan juga menjadi tidak efisien. Uji autokorelasi yang

56 41 digunakan adalah uji Durbin-Watson Statistik. Sebelum dilakukan pengujian dibuat hipotesis sebagai berikut : H 0 : ada autokorelasi H 1 : tidak ada autokorelasi Pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan melihat apakah nilai dari Durbin- Watson statistik mendekati nilai dua atau empat. Jika nilai dari Durbin-Watson statistik mendekati nilai dua, maka tolak H 0 yang berarti tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh (menerima hipotesis H 1 ). Sebaliknya jika nilai Durbin-Watson statistik mendekati nilai empat, maka terima H 0 yang berarti terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh (menolak hipotesis H 1 ). B. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi penting dalam model ekonomi klasik adalah nilai varian dari variabel bebas yang konstan yang disebut dengan homoskedastisitas. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka nilai varian dari variabel bebas tidak lagi bersifat konstan yang disebut heteroskedastisitas. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity Test. Sebelum dilakukan pengujian dibuat hipotesis sebagai berikut : H 0 : Homoskedastisitas H 1 : Heteroskedastisitas Pengujian dilakukan dengan melihat Probability Obs* R-squared. Apabila nilai Probability Obs* R-squared lebih kecil dari taraf nyata berarti terdapat hete-

57 42 roskedastisitas pada model atau menolak hipotesis H 0. Bila nilai Probability Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata berarti tidak ada gejala heteroskedastisitas pada model atau menerima hipotesis H 0. Diketahui taraf nyata ( ) = 5 %. C. Multikolinearitas Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari correlation matrix. Multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antarvariabel bebas. Jika korelasinya kurang dari 0,8 (rule of thumbs 0,8) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas. Tetapi jika nilai koefisien korelasinya lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan terdapat mutikolinearitas dalam model. Multikolinearitas yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah multikolinearitas sempurna. Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas sempurna maka akan diperoleh nilai R² yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan yang signifikan. 3.3 Model Operasional Penelitian Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan nenas asal Indonesia ini menggunakan satu persamaan umum. Model ini dilandasi oleh teori perdagangan internasional mengenai mekanisme keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar internasional. Variabel volume ekspor nenas Indonesia di negara tujuan merupakan variabel terikat. Variabel GDP riil perkapita Indonesia merupakan variabel bebas yang mewakili sisi penawaran, sedangkan variabel GDP riil perkapita negara tujuan, jumlah

58 43 penduduk negara tujuan, jarak antara Indonesia dengan negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar merupakan variabel bebas yang mewakili sisi permintaan. Model ini digunakan untuk melihat hubungan volume permintaan ekspor dengan variabel-variabel penyusunnya yang dituliskan dalam bentuk persamaan logaritma natural dengan model dugaan awal sebagai berikut: Ln X j = β 0 + β 1 Ln Y j + β 2 Ln Pop j + β 3 Ln D ij + β 4 Ln ER j + β 5 Ln Y i + (3.11) Dimana : X j Y j Pop j D ij ER j Y i β 0 β n = Volume ekspor nenas Indonesia di negara tujuan (Kg) = GDP riil perkapita negara tujuan (US$) = Jumlah penduduk negara tujuan (Jiwa) = Jarak antara Indonesia dan negara tujuan (Km) = Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar (domestik/us$) = GDP riil perkapita Indonesia (US$) = Intersep = Slope (n = 1,2,...dst) = Error 3.4 Definisi Operasional 1. Volume ekspor merupakan total volume ekspor nenas di pasar internasional setiap tahunnya dan dinyatakan dalam satuan Kilogram. 2. GDP riil perkapita negara tujuan ekspor merupakan total pendapatan riil negara tujuan setiap tahunnya dibagi populasi negara tujuan dan dinyatakan dalam US$.

59 44 3. Populasi negara tujuan adalah total penduduk yang tinggal dan menjadi warga negara di negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam Jiwa. 4. Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor nenas dihitung berdasarkan jarak antaribukota Indonesia dengan negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam Kilometer. Jarak ekonomi diperoleh dari pembagian jarak geografis dengan share GDP Indonesia terhadap GDP masingmasing negara tujuan setiap tahun. 5. Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap Dollar adalah nilai tukar nominal mata uang domestik negara tujuan terhadap US$ dikali IHK Amerika Serikat dibagi IHK domestik. 6. GDP riil perkapita Indonesia merupakan total pendapatan riil Indonesia setiap tahunnya dibagi populasi Indonesia dan dinyatakan dalam US$.

60 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Pasar Ekspor Nenas Internasional Permintaan pasar internasional terhadap komoditi nenas semakin meningkat dari waktu ke waktu, tercermin dari nilai ekspor nenas dunia yang semakin meningkat. Perkembangan nilai ekspor nenas dunia hingga tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut Nilai Ekspor (juta US$) Sumber : UN Comtrade 2011 Gambar 4.1 Nilai Ekspor Nenas Dunia Periode Berdasarkan gambar 4.1 di atas terlihat bahwa trend nilai perdagangan nenas dunia terus meningkat. Aliran perdagangan nenas dunia terjadi akibat adanya interaksi antara permintaan dan penawaran dari berbagai negara yang bertindak sebagai eksportir atau importir. Pada tahun 2008, negara dengan nilai ekspor terbesar di pasar internasional adalah Kostarika, dengan nilai ekspor mencapai 574,92 juta US$ dengan pangsa terhadap total nilai ekspor nenas dunia

61 46 sebesar 37,81 persen diikuti Belgia dan Belanda dengan pangsa terhadap total nilai ekspor nenas dunia masing-masing sebesar 15,99 persen dan 13,72 persen. Beberapa negara dengan nilai ekspor nenas terbesar tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Sepuluh Negara dengan Nilai Ekspor Nenas Terbesar Tahun 2008 No. Negara Nilai Ekspor Volume Ekspor (US$) (Kg) Share (%) 1 Kostarika Belgia Belanda Amerika Serikat Filipina Uni Eropa Jerman Ekuador Panama Pantai Gading Indonesia Sumber : UN Comtrade 2011 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, dari sepuluh negara dengan nilai ekspor paling besar tahun 2008, empat diantaranya merupakan negara di benua Amerika dan empat lainnya dari benua Eropa. Filipina menjadi negara pengekspor nenas terbesar dari Asia Tenggara saat ini dengan pangsa pasar 4,05 persen, sementara Indonesia berada pada posisi ke 55 sebagai negara pengekspor nenas berdasarkan nilai ekspor dengan pangsa pasar hanya 0,007 persen. Ekspor nenas dunia tentu dipengaruhi oleh permintaan ekspor terhadap nenas tersebut. Selain negara-negara yang bertindak sebagai eksportir nenas, terdapat negara-negara yang bertindak sebagai importir nenas yaitu negara yang mengimpor nenas dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan nenas dalam negeri.

62 47 Beberapa negara dengan nilai impor nenas terbesar pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Sepuluh Negara dengan Nilai Impor Nenas Terbesar Tahun 2008 No. Negara Nilai Impor Volume Impor (US$) (Kg) Share (%) 1 Uni Eropa Amerika Serikat Belgia Belanda Jerman Italia Inggris Spanyol Jepang Kanada Sumber : UN Comtrade 2011 (diolah) Berdasarkan tabel 4.2, Uni Eropa merupakan negara dengan nilai impor yang paling tinggi dengan persentase terhadap total nilai impor nenas dunia sebesar 37,77 persen. Jepang menjadi salah satu negara di Asia dengan nilai impor nenas terbesar dengan persentase terhadap total nilai impor dunia sebesar 4,28 persen. Hingga saat ini Jepang merupakan mitra perdagangan yang sangat penting bagi Indonesia untuk komoditi nenas dan komoditi lainnya. Berdasarkan tabel 4.2, tujuh negara pengimpor nenas terbesar adalah negara di benua Eropa, yaitu Uni Eropa, Belgia, Jerman, Belanda, Italia, Inggris dan Spanyol. Pasar Eropa yang sangat besar tersebut seharusnya menjadi peluang emas bagi nenas asal Indonesia, namun saat ini volume perdagangan nenas antara Indonesia dan Eropa belum optimal, salah satu penyebabnya adalah adanya persyaratan dan standar mutu yang sangat ketat untuk memasuki pasar Eropa.

63 48 Hambatan yang dimiliki Indonesia saat ini untuk memasuki pasar Eropa berupa hambatan Non-Tarif (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan 2010) 2 yang antara lain : Standar pemasaran untuk kualitas dan pelabelan buah-buahan dan sayursayuran ditetapkan dalam peraturan dasar European Countries (EC) 2200/96 (tanggal 28 Oktober 1996), dalam kerangka Common Agricultural Policy (CAP). Berbagai produk yang tidak sesuai dengan standar tersebut dilarang masuk pasar. Berdasarkan peraturan EC 1148/2001 bahwa seluruh pengiriman impor buah dan sayuran segar dari berbagai negara di luar Uni Eropa dan yang terkait dengan standar pemasaran negara- negara Uni Eropa harus meminta Sertifikat Pemenuhan yang resmi sebelum pengiriman tersebut diizinkan untuk memasuki pasar Uni Eropa. Impor buah dan sayuran segar ke Uni Eropa harus sesuai dengan perundangundangan untuk Maximum Residue Limits (MRLs) akan sejumlah besar pestisida. Batas maksimal untuk residu pestisida di dalam dan pada berbagai produk yang berasal dari perkebunan, termasuk buah dan sayuran. Ditetapkan dalam instruksi 90/642/EEC. Peraturan phytosanitary dan perlindungan perkebunan yang ditetapkan dalam peraturan EC 2002/89. Sertifikat phytosanitary merupakan sebuah dokumen resmi yang menjamin bahwa produk yang diuraikan di dalamnya telah diperiksa sesuai dengan prosedur yang ditentukan, dianggap bebas dari hama 2 Strategi Bagaimana Memasuki Pasar Eropa dengan Standar yang Ditentukan [ agribisnis.deptan.go.id/]

64 49 karantina dan memenuhi peraturan terkini dari negara pengimpor. Jika impor buah dan sayuran segar tidak memenuhi persyaratan, pengiriman tersebut tidak dapat memasuki pasar Uni Eropa. Perdagangan nenas dunia tentu tidak terlepas dari harga. Perbedaan harga komoditi di setiap negara menjadi salah satu penyebab dilakukannya ekspor atau impor. Perbandingan harga nenas Indonesia dan beberapa negara pesaing dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Harga Produsen Beberapa Negara Penghasil Nenas Tahun 2008 No. Negara Harga (US$/Ton) 1. Kostarika 630,6 2. Malaysia 284,2 3. Indonesia 221,7 4. Brazil 213,9 5. Thailand 125,2 6. Filipina 117,4 Sumber : FAOSTAT 2011 Berdasarkan tabel 4.3, terlihat bahwa pada tahun 2008 harga produsen untuk nenas Indonesia masih tergolong mahal, yaitu senilai US$ 221,7 perton. Harga nenas Indonesia ini lebih tinggi dari harga negara pesaing dari Asia Tenggara yaitu Thailand dan Filipina. Harga nenas Filipina yang murah yaitu hanya US$ 117,4 perton menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Filipina menjadi salah satu negara pengekspor nenas terbesar di pasar internasional saat ini. Harga nenas Kostarika paling tinggi dibandingkan harga nenas dari negara lain yaitu US$ 630,6 perton, namun hal itu justru menyebabkan Kostarika memperoleh pendapatan yang tinggi dari ekspor nenas dan menjadi negara dengan nilai ekspor nenas terbesar di dunia saat ini.

65 Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Singapura Singapura selain menjadi negara pengimpor nenas juga menjadi negara pengekspor nenas walaupun jumlahnya lebih sedikit dari ekspornya. Pada tahun 2008 total volume impor nenas Singapura sebanyak ,42 ton dengan nilai mencapai US$ Impor nenas tersebut terutama berasal dari negara Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia. Nilai impor nenas dari Indonesia tahun 2008 adalah sebesar US$ Buah-buahan lain yang diimpor dari Indonesia antara lain alpukat, jambu, mangga, manggis, anggur, dan melon. Singapura memiliki regulasi yang ketat mengenai produk impor. Menurut Agry Food and Veterinary Authority of Singapore (AVA) untuk setiap produk pertanian impor di Singapura antara lain harus memiliki izin dan lisensi dalam bentuk dokumen dari pihak yang terkait, harus lolos uji residu pestisida dan bahan kimia sesuai standar FAO/WHO, memenuhi standar kebersihan yaitu tidak mengandung organisme apapun, dan kemasan harus mencantumkan nama produsen, alamat lengkap produsen, deskripsi produk yang ada di dalam kemasan, dan informasi lain yang diperlukan. Biaya yang dikenakan pada sayur dan buah impor adalah S$3 perconsignment Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Jepang Jepang adalah salah satu negara pengimpor nenas terbesar di dunia. Pada tahun 2009 total volume impor nenas Jepang sebanyak ,3 ton dengan nilai mencapai US$ Impor nenas tersebut terutama berasal dari negara 3 Import and Transshipment of Fresh Fruit and Vegetables [

66 51 Filipina, Taiwan, Thailand dan Sri Lanka. Selain nenas, buah-buahan yang diimpor antara lain anggur, jambu, mangga, manggis, melon dan alpukat. Menurut Departemen Perdagangan (2011), Indonesia mendapat fasilitas Bea Masuk nol persen untuk nanas segar dengan kuota 100 ton pada 2008 dan naik 50 ton setiap tahun hingga tahun 2012 berdasarkan hasil kesepakatan Indonesia Japan-Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) yang mulai berlaku 1 Juli Namun hingga saat ini belum ada perusahaan yang meminta kuota ekspor tersebut, salah satu penyebabnya adalah adanya persyaratan teknis yang dianggap sulit dipenuhi. Jepang memiliki regulasi yang sangat ketat mengenai produk impor. Peraturan produk impor di Jepang dikeluarkan oleh Japan External Trade Organization (JETRO) yang antara lain menyebutkan bahwa untuk setiap produk pertanian impor diberlakukan karantina untuk mencegah adanya penyebaran hama dan serangga dan dilakukan uji terhadap adanya residu bahan kimia pada produk Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Uni Emirat Arab Uni Emirat Arab (UEA) merupakan negara di Timur Tengah yang memiliki kekuatan ekonomi kedua terbesar setelah Arab Saudi. Dalam kerjasama ekonomi, nilai perdagangan RI dan Uni Emirat Arab saat ini mencapai US$ 1,5 milyar sedangkan investasi UEA di Indonesia mencapai lebih dari US$ 6 milyar. Penduduk UEA memiliki daya beli yang tinggi sedangkan produksi dalam negeri tidak mencukupi, bahkan sekitar 85 persen produk makanan UEA diimpor dari negara lain dengan tarif bea masuk secara umum 0-5 persen. Nenas menjadi salah

67 52 satu buah yang diimpor dari Indonesia selain anggur dan melon. Pada tahun 2008 total volume impor nenas Uni Emirat Arab sebanyak ton dengan nilai mencapai US$ Impor nenas tersebut terutama berasal dari Filipina, Malaysia, Afrika Selatan, Sri Lanka dan Ghana. Uni Emirat Arab memiliki regulasi yang cukup ketat mengenai produk impor. Beberapa syarat umum dan standar impor produk makanan dan pertanian ke Uni Emirat Arab menurut Public Health Department of Dubai Municipality antara lain harus memenuhi standar ISO atau GCC, harus memiliki sertifikat kesehatan, sertifikat halal, sertifikat phytosanitary, labelling yang memuat informasi yang lengkap mengenai produk, dan sebagainya Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Amerika Serikat Amerika Serikat (AS) adalah mitra perdagangan yang penting bagi Indonesia, salah satu sebabnya dikarenakan AS merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak yang menjadi pasar potensial bagi ekspor komoditi dari Indonesia. Pada tahun 2009, total nilai impor AS dari Indonesia adalah sebesar US$ 13,65 milyar atau sekitar 0.85 persen dari total impor AS. Amerika Serikat menjadi salah satu negara pengekspor nenas terbesar di dunia sekaligus salah satu pengimpor nenas terbesar di dunia. Pada tahun 2008, volume impor nenas AS sebanyak ,9 ton dengan nilai mencapai US$ Impor nenas tersebut terutama berasal dari negara benua Amerika lainnya seperti Kostarika, Ekuador, Meksiko, Honduras, dan Guatemala. Buah-buahan lain yang juga diimpor oleh AS selain nenas adalah melon, anggur, jambu, mangga, manggis,

68 53 dan alpukat. Peraturan dan standar impor di Amerika Serikat antara lain mensyaratkan bahwa produk pertanian impor termasuk buah-buahan segar harus memenuhi standar berupa kualitas, ukuran, kematangan, dan grade yang disertifikasi oleh The Agricultural Marketing Services (AMS) Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Malaysia Malaysia adalah negara yang secara geografis dekat dengan Indonesia sehingga perdagangan antarkedua negara terus berkembang, baik dalam ekspor/impor migas dan non migas. Neraca perdagangan kedua negara dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Neraca Perdagangan Indonesia-Malaysia Periode (dalam Ribu US$) URAIAN TREND (%) TOTAL PERDAGANGAN , , , , ,1 36,24 MIGAS , , , , ,8 80,04 NON MIGAS , , , , ,3 24,14 EKSPOR , , , , ,9 21,05 MIGAS , , , , ,5 44,17 NON MIGAS , , , , ,4 19,69 IMPOR , , , , ,2 55,75 MIGAS , , , , ,3 86,62 NON MIGAS , , , , ,9 33,36 NERACA PERDAGANGAN , , , , ,3 0,00 MIGAS , , , , ,8 96,54 NON MIGAS , , , , ,6 6,25 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011(diolah Pusdata Departemen Perdagangan) Malaysia mengimpor buah-buahan lain dari Indonesia selain nenas, seperti alpukat, jambu, manggis, anggur, melon dan apel. Untuk impor nenas sendiri,

69 54 pada tahun 2008 nilai impor nenas Malaysia mencapai US$ dengan volume ,6 ton. Impor tersebut terutama berasal dari Thailand dengan nilai US$ atau 86,56 % dari total impor nenas Malaysia. Peraturan dan standar impor Malaysia antara lain mensyaratkan adanya sertifikasi phytosanitary terutama bagi produk pertanian untuk mencegah adanya residu pestisida dan penyakit dari negara asal produk impor. Izin untuk impor harus dibuat di Director of Crop Protection Branch, Department of Agriculture, Malaysia Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Macao Macao adalah salah satu wilayah administratif Republik Rakyat China yang diberikan otonomi dalam segala bidang kecuali dalam hubungan luar negeri dan pertahanan. Macao merupakan pasar yang potensial untuk produk pertanian akibat keterbatasan kegiatan pertanian di negara tersebut. Macao merupakan negara yang menerapkan pasar bebas sehingga tidak ada restriksi atau tarif yang diberlakukan pada produk impor. Buah-buahan yang diimpor Macao dari Indonesia selain nenas antara lain jambu, mangga, manggis, dan anggur. Total impor nenas Macao pada tahun 2008 adalah sebesar US$ yang terutama berasal dari Filipina dengan nilai US$ atau mencapai 70,46 % dari total impor nenas Macao. Nilai impor nenas Macao dari Indonesia tahun 2008 berada pada posisi ke delapan yaitu hanya sebesar US$ 177.

70 Kondisi Budidaya Nenas Dalam Negeri Produksi Produksi nenas di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2007 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 produksi nenas di Indonesia mencapai nilai tertinggi yaitu sebanyak ton meskipun pada tahun 2008 produksi nenas kembali mengalami penurunan sebesar 35,96 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak ton akibat adanya penurunan luas panen. Pada tahun 2009 produksi nenas kembali mengalami peningkatan sebesar 8,73 persen yaitu sebanyak ton. Perkembangan produksi nenas di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2009 dapat dilihat pada gambar Produksi (Ton) Sumber : Departemen Pertanian 2011 Gambar 4.2 Produksi Buah Nenas di Indonesia Periode Luas panen nenas di Indonesia selama tahun 2002 sampai 2009 nilainya berfluktuasi, sedangkan produktivitas nenas cenderung stabil. Grafik luas panen dan produktivitas nenas dari tahun 2002 sampai 2009 dapat dilihat pada gambar 4.3.

71 Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Sumber : Departemen Pertanian 2011 Gambar 4.3 Luas Panen dan Produktivitas Nenas di Indonesia Tahun Luas Panen dari tahun 2002 sampai 2004 terus mengalami peningkatan, namun pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 12,85 persen dari luas panen hektar pada tahun 2004 menjadi hanya seluas hektar. Pada tahun 2006 luas panen meningkat drastis sebesar persen menjadi hektar, namun setelah itu luas panen terus mengalami penurunan hingga tahun 2009 luas panen hanya seluas 12,611 hektar. Produktivitas nenas dari tahun 2002 sampai 2009 juga cenderung stabil, dimana produktivitas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 dan 2009, yaitu masing-masing sebesar 1.180,50 dan 1.235,60 ku/ha. Budidaya nenas Indonesia dilakukan di berbagai daerah, dan beberapa diantaranya dikenal sebagai daerah sentra penghasil nenas. Beberapa daerah sentra produksi nenas di Indonesia antara lain Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Subang dan Bekasi), Jawa Timur (Surabaya), Nusa Tenggara

72 57 Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Lampung 4. Produksi nenas dari daerah-daerah tersebut sangat penting dalam menunjang ekspor nenas Indonesia ke mancanegara. Lima besar provinsi penghasil nenas di Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Lima Besar Provinsi Penghasil Nenas di Indonesia Tahun 2009 Share terhadap Total No. Provinsi Produksi Nenas (Ton) Produksi Nasional (%) 1. Jawa Barat ,89 2. Lampung ,39 3. Sumatera Selatan ,04 4. Sumatera Utara ,60 5. J a m b i ,81 Indonesia ,00 Sumber : BPS 2011 (diolah) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa provinsi dengan produksi nenas terbesar adalah Jawa Barat dengan persentase terhadap total produksi nenas di Indonesia sebesar 29,89 persen, diikuti provinsi Lampung sebesar 28,39 persen. Hal ini bisa disebabkan di Jawa Barat terdapat daerah Subang yang bisa menghasilkan 200 ribu ton nenas pertahun dan menyumbang hampir 95 persen dari total produksi nenas Jawa Barat. Sedangkan di daerah Lampung terdapat perkebunan dan pabrik pengolahan nenas yaitu PT Great Giant Pineapple yang memiliki lahan hektar dan dalam keadaan optimal mampu memproduksi sekitar 500 ribu ton nenas varietas Cayenne pertahun. Sentra produksi beberapa varietas nenas di Indonesia adalah sebagai berikut : Bangka Belitung: Bangka (var. Queen) 4 Peta Komoditi Nenas [

73 58 Jambi: Muara Jambi (var. Queen) Jawa Barat: Subang (var. Smooth Cayenne) Kalimantan Tengah: Kota Waringin Timur (var. Smooth Cayenne) Kalimantan Timur: Kutai Kertanegara (var. Queen) Kepulauan Riau: Kampar, Siak, Rokan Hulu, Dumai, Bengkalis (var. Queen, var. Spanish) Perbandingan produktivitas dan luas panen Indonesia dengan negaranegara pesaing pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Perbandingan Produkstivitas dan Luas Panen Nenas Indonesia dengan Negara Pesaing Tahun 2008 No. Negara Produktivitas (Ku/Ha) Luas Panen (Ha) 1. Kostarika 501, Brazil 377, Filipina 379, Malaysia 333, Thailand 244, Vietnam 121, * 7. Indonesia 611, Keterangan : *Data hasil estimasi FAO Sumber : FAOSTAT 2011 Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa produktivitas nenas Indonesia paling tinggi diantara negara pesaing lain yaitu sebesar 611,845 ku/ha, namun luas panen nenas Indonesia lebih rendah daripada negara pesaing lainnya yaitu Kostarika, Brazil, Filipina, Thailand dan Vietnam. Kostarika memiliki produktivitas yang tinggi mencapai 501,113 ku/ha dengan luas panen hektar sehingga wajar Kostarika menjadi negara pengekspor nenas terbesar di dunia saat ini. Filipina memiliki produktivitas yang lebih rendah dari Indonesia,

74 59 namun luas panennya mencapai dua kali lipat dari luas panen Indonesia sehingga Filipina dapat mengekspor nenas lebih banyak dari Indonesia Pengolahan Selain dikonsumsi segar, buah nenas dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, keripik nenas, kerupuk nenas, sirup, jus, liqueur, dodol nenas, manisan, saus nenas, puree, dikalengkan, dan sebagainya. Selain itu berbagai produk olahan berbahan baku nenas juga semakin banyak seperti produk kosmetik dan farmasi, kulit buahnya dapat diolah menjadi sirup atau cairannya diekstraksi untuk pakan ternak, dan serat panjang pada daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakaian. Beberapa produk olahan nenas dapat dilihat pada gambar 4.4. Sumber : Gambar 4.4 Beberapa Produk Olahan Nenas

75 60 Dodol nenas banyak dihasilkan di daerah Subang, Jawa Barat, sedangkan nenas kalengan dan jus nenas banyak dihasilkan di Lampung. Jus nenas asal Lampung sudah diekspor ke berbagai negara tujuan. Selama Januari 2011 ada 16 negara tujuan ekspor dengan nilai ekspor 4,6 juta dolar AS dengan volume ton lebih. Diantara negara tujuan ekspor komoditas itu, terbesar ke Belanda senilai 1,4 juta dolar dengan berat ton, Amerika Serikat 1,2 juta dolar dengan volume ton, dan Thailand senilai 562,5 dolar seberat 418 ton lebih 5. Pengolahan nenas menjadi beragam produk dapat dipahami karena nenas termasuk komoditas buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, seusai panen memerlukan penanganan pasca panen, salah satunya dengan pengolahan. Selain menyelamatkan hasil panen, pengolahan buah nenas juga dapat memperpanjang umur simpan, diversifikasi pangan dan meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis buah tersebut Kendala Menurut Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (2007), kendala yang dihadapi dalam budidaya dan pemasaran nenas di Indonesia antara lain : 1) Lemahnya daya saing, masih rendahnya kualitas dan kuantitas buah nenas. 2) Rendahnya minat perusahaan yang bergerak konsisten di bidang pemuliaan tanaman. 3) Minimnya konsep dan pengembangan teknologi aplikatif mulai dari produksi sampai pasca panen. 5 Hebat! Nenas Lampung Tembus Eropa dan Amerika [

76 61 4) Selera pasar yang berbeda terhadap beberapa varietas nenas yang ada. Hambatan lain dalam ekspor nenas ke pasar internasional antara lain biaya transportasi yang sangat mahal, padahal untuk buah-buahan segar membutuhkan proses distribusi yang cepat untuk menjaga kualitas buah. Kualitas buah yang tidak memenuhi standar juga menjadi salah satu masalah penting yang menjadikan nenas asal Indonesia saat ini tidak bisa memenuhi permintaan ekspor nenas dunia yang semakin tinggi.

77 62 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Daya Saing Nenas Indonesia di Pasar Internasional Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage (RCA) Berdasarkan hasil estimasi, nenas Indonesia selama periode memiliki nilai RCA yang kurang dari satu dengan rentang 0,001 0,558. Nilai RCA yang lebih rendah dari satu tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor nenas, atau dapat dikatakan nenas Indonesia berdaya saing rendah. Nilai RCA Nenas Indonesia lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Hasil Estimasi RCA Nenas Indonesia Periode Tahun RCA (Xij/Xit:Wi/Wt) Pertumbuhan Nilai RCA (%) , , , , , , , , , , , , ,92 Pada tahun 2002 nilai RCA Indonesia mencapai 0,558 yang merupakan nilai RCA tertinggi selama periode tersebut dikarenakan pada saat itu pangsa ekspor nenas Indonesia mencapai 0,51 persen terhadap total ekspor dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 2,78 juta, namun pada tahun-tahun berikutnya nilainya semakin menurun. Peningkatan nilai RCA sebesar 311,53 persen terjadi pada tahun 2007 dimana nilainya mencapai 0,029 dibandingkan dengan nilai RCA

78 63 tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,007. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut produksi nenas Indonesia mencapai 2,24 juta yang merupakan nilai produksi nenas tertinggi selama periode Pada tahun tersebut ekspor nenas Indonesia ke dunia mencapai nilai US$ atau meningkat sebesar 377 persen dari tahun 2006 yang nilainya hanya sebesar US$ sehingga pangsa ekspor nenas Indonesia di pasar dunia pun mengalami peningkatan dari 0,006 persen menjadi 0,025 persen. Nilai RCA Indonesia terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu hanya sekitar 0,0072. Hal ini disebabkan pada tahun 2006 nilai ekspor nenas Indonesia hanya sebesar US$ dengan pangsa yang sangat rendah, yaitu sebesar 0,006 persen terhadap ekspor nenas dunia. Daya saing nenas Indonesia yang rendah di level internasional juga terlihat apabila RCA Indonesia dibandingkan dengan RCA negara-negara ASEAN yang juga menjadi negara pengekspor nenas seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura seperti dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut. 14,0 12,0 Nilai RCA 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0, Filipina Malaysia Thailand Vietnam Indonesia Gambar 5.1 Perbandingan Nilai RCA Indonesia dengan RCA Negara- Negara ASEAN Periode

79 64 Berdasarkan gambar 5.1 terlihat bahwa pada periode , di antara negara-negara ASEAN, Filipina memiliki nilai RCA tertinggi dengan nilai rata-rata 10,32 sedangkan negara lainnya jauh tertinggal dengan nilai RCA dibawah 2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Filipina memiliki daya saing kuat dalam ekspor nenas di pasar internasional dikarenakan Filipina merupakan salah satu negara dengan nilai ekspor nenas tertinggi di dunia, dengan pangsa rata-rata sebesar 4,22 persen terhadap ekspor pisang dunia. Di tingkat dunia, negara yang memiliki nilai RCA tertinggi adalah Kostarika, dengan nilai RCA rata-rata mencapai 449,05 dengan pangsa ekspor sebesar 31,55 persen terhadap ekspor nenas dunia. Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa daya saing nenas Indonesia masih sangat lemah apabila dibandingkan negara-negara pesaingnya. Nilai RCA Indonesia yang lemah juga terlihat di beberapa negara tujuan ekspor nenas, yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Macao yang rata-rata menunjukkan nilai di bawah satu, seperti dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Nilai RCA Nenas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode Tahun Singapura Jepang Uni Emirat Arab Nilai RCA Amerika Serikat Malaysia Macao , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

80 65 Nilai RCA Nenas Indonesia di Singapura tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,079. Hal ini terjadi karena pada periode tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Singapura mencapai nilai terbesar yaitu US$ atau 0,0001 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Singapura. Nilai RCA nenas Indonesia di Jepang yang tertinggi dicapai pada tahun 2007 walaupun nilainya masih jauh dibawah 1, yaitu sebesar 0,095 dikarenakan pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Jepang mencapai US$ yang merupakan nilai ekspor nenas terbesar pada periode atau sekitar 0,001 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Jepang. Nilai RCA nenas Indonesia di Uni Emirat Arab dicapai pada tahun 2003 yaitu 0,525. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut nilai ekspor Indonesia ke UEA mencapai US$ yang merupakan nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut atau 0,003 persen terhadap total ekspor Indonesia ke UEA. Pada tahun 2006 nilai RCA bernilai nol dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke UEA. Nilai RCA nenas Indonesia tertinggi di Amerika Serikat dicapai pada tahun 2002 yang bernilai 0,71. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$ 1,012 juta yang merupakan nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut atau mencapai 0,01 persen terhadap total ekspor Indonesia ke AS. Pada tahun 2005 nilai RCA bernilai nol dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke AS. Nilai RCA nenas Indonesia di Malaysia menunjukkan nilai yang sangat tinggi pada tahun 2002 hingga tahun 2004 hingga mencapai nilai 204,41. Nilai

81 66 RCA yang tinggi tersebut dikarenakan pada tahun tersebut nilai ekspor nenas dari Indonesia ke Malaysia mencapai 50 persen dari total nilai impor nenas Malaysia. Hal tersebut dikarenakan sebelum tahun 2005, pesaing ekspor nenas ke Malaysia dari Asia Tenggara baru Thailand saja, sedangkan ekspor nenas dari Filipina ke Malaysia belum terlalu banyak. Namun tahun 2008 nilai RCA bernilai nol dikarenakan tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke Malaysia pada tahun tersebut. Menurut Istiqomah (2008), penurunan nilai ekspor nenas Indonesia ke Malaysia disebabkan nenas Indonesia kalah bersaing dari negara tetangga eksportir nenas terutama dalam harga, dimana biaya pengapalan nenas dari Indonesia lebih mahal dari biaya pengapalan nenas dari Thailand, sehingga harga nenas ekspor dari Thailand relatif lebih murah dengan kualitas yang sama dengan nenas ekspor Indonesia. Selain itu, nenas Indonesia juga kalah bersaing dari nenas Filipina dikarenakan volume produksi nenas Filipina yang jauh lebih tinggi menyebabkan harganya bisa lebih murah dari nenas Indonesia. Nilai RCA nenas Indonesia di Macao mencapai nilai tertinggi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,62. Hal tersebut disebabkan pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Macao mencapai nilai US$ atau sebesar 5,15 persen dari total impor nenas Macao. RCA tahun 2003 dan 2006 yang bernilai nol dikarenakan tidak ada report ekspor nenas dari Indonesia ke Macao pada tahun tersebut. Nilai RCA Indonesia di beberapa negara tujuan yang semakin menurun dan bernilai di bawah satu juga mengindikasikan bahwa daya saing nenas Indonesia semakin melemah atau dengan kata lain pada saat ini nenas ekspor asal Indonesia di negara tujuan kalah bersaing dibanding nenas ekspor dari negara lain.

82 Hasil Estimasi Export Product Dynamic (EPD) Hasil estimasi EPD nenas Indonesia selama periode menunjukkan posisi kinerja ekspor nenas Indonesia yang terletak pada kuadran Retreat karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas dan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor bernilai negatif seperti disajikan pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Indonesia Periode Tahun Pangsa Pasar Total Ekspor (X) Pangsa Pasar Ekspor Nenas (Y) Rata-Rata Pertumbuhan X (%) Rata-Rata Pertumbuhan Y (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Average -0, , Pada tahun 2007 pertumbuhan pangsa ekspor nenas Indonesia mencapai angka paling tinggi yaitu sebesar 310 persen, hal ini disebabkan pada tahun tersebut pangsa ekspor nenas Indonesia terhadap pangsa ekspor nenas dunia meningkat menjadi 0,00025 sedangkan pangsa total ekspor Indonesia tetap berada pada kisaran 0,008. Posisi Retreat tersebut dikarenakan pada tahun pertumbuhan pangsa total ekspor Indonesia yang mengalami penurunan rata-rata 0,23 persen pertahun, begitu pula dengan pertumbuhan pangsa ekspor nenas dari indonesia ke dunia yang mengalami penurunan rata-rata sekitar 3,32 persen

83 68 pertahun. Posisi Retreat adalah posisi yang menunjukkan nenas Indonesia merupakan produk yang stagnan (tidak dinamis) karena pangsa pasar ekspor nenas Indonesia pertumbuhannya lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor dunia sehingga dapat dikatakan ekspor nenas Indonesia tidak kompetitif di pasar internasional. Nilai EPD yang beragam terjadi di enam negara tujuan ekspor nenas Indonesia, seperti dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini. Tabel 5.4 Hasil Estimasi Nilai EPD Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode Negara Tujuan Rata-Rata Pertumbuhan Pangsa Pasar Total Ekspor (%) Rata-Rata Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Nenas (%) Posisi Daya Saing Jepang 0, , Rising Star Singapura -1, ,41761 Lost Opportunity Uni Emirat Arab -8, , Lost Opportunity Amerika Serikat -0, , Lost Opportunity Malaysia -9, , Retreat Macao 7, , Rising Star Daya saing nenas Indonesia pada periode di pasar Jepang berada pada posisi Rising Star karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di Jepang bernilai positif yaitu sebesar 0,38 persen searah dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di Jepang yang juga bernilai positif atau meningkat sebesar 120,72 persen. Hal serupa terjadi pada posisi daya saing nenas Indonesia di pasar Macao. Nenas Indonesia berada pada posisi daya saing Lost Opportunity di pasar Singapura, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas

84 69 Indonesia di kedua negara bernilai positif, namun rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di ketiga negara tersebut bernilai negatif. Nenas Indonesia berada pada posisi Retreat di pasar Malaysia karena baik rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di Malaysia maupun rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di Malaysia bernilai negatif. Posisi EPD beberapa negara pesaing pada periode yaitu Kostarika dan Belgia yang merupakan negara pengekspor nenas terbesar di dunia saat ini beserta Brazil, Sri Lanka dan Filipina sebagai pesaing dalam ekspor nenas di pasar internasional dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Beberapa Negara Pesaing Periode Negara Rata-Rata Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor (%) Rata-Rata Pertumbuhan Pangsa Pasar Produk (%) Posisi Daya Saing Kostarika -3, , Lost Opportunity Belgia -1, , Retreat Brazil 5, , Rising Star Sri Lanka -5, , Retreat Filipina -8, , Retreat Indonesia -0, , Retreat Hasil estimasi menunjukkan bahwa beberapa negara yang memiliki keunggulan kompetitif yang kuat dalam ekspor nenas di pasar internasional saat ini adalah Brazil yang berada pada posisi Rising Star, ditandai dengan rata-rata pertumbuhan pangsa ekspor nenasnya yang positif yaitu tumbuh sebesar 31,12 persen pertahun searah dengan pertumbuhan total ekspor Brazil di dunia. Posisi Rising Star adalah posisi paling baik yang berarti negara tersebut memperoleh

85 70 tambahan pangsa pasar ekspor nenas. Negara pesaing lainnya yaitu Kostarika dan berada pada posisi Lost Opportunity. Kostarika memiliki rata-rata pangsa pasar ekspor nenas yang positif yaitu 4,89 namun tidak sejalan dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspornya yang menurun 3,16 persen. Belgia, Sri Lanka dan Filipina berada pada posisi Retreat karena baik rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas maupun rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor ketiga negara tersebut mengalami penurunan Hasil Estimasi Intra-Industry Trade (IIT) Hasil estimasi menggunakan metode IIT menunjukkan keterkaitan perdagangan nenas antara Indonesia dengan beberapa negara tujuan. Hasil estimasi nilai IIT nenas Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Hasil Estimasi Nilai IIT Komoditi Nenas Antara Indonesia dengan Beberapa Negara Tujuan Periode Tahun Jepang Singapura UEA AS Malaysia Macao ,00 6,89 0,00 0,00 5,39 0, ,00 22,09 0,00 0,00 37, ,00 29,45 0,00 0,00 0,76 0, ,00 61,02 0,00 0,00 73,07 0, ,00 8,48 0,00 12, ,00 5,01 0,00 0,00 10,26 0, ,00 1,62 0,00 0,00 0,00 0,00 Nilai IIT Indonesia dengan Jepang yang bernilai nol dari tahun 2002 hingga 2008 menunjukkan bahwa keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan Jepang untuk komoditi nenas bersifat satu arah (one-way trade), dimana Indonesia berperan sebagai eksportir saja. Hal yang sama juga terjadi pada keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab, Amerika

86 71 Serikat dan Macao. Untuk Amerika Serikat, Indonesia berperan sebagai Eksportir setiap tahun, kecuali di tahun 2005 Indonesia berperan sebagai importir karena pada tahun tersebut Indonesia tidak mengekspor nenas ke AS, tetapi mengimpor nenas dari AS senilai US$ Nilai IIT yang bernilai nol menunjukkan bahwa keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan Macao bersifat perfect inter-industry. Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai eksportir nenas di negara tujuan dengan melakukan diferensiasi produk, dalam hal ini mengekspor produk olahan nenas untuk meningkatkan nilai tambah. Nilai IIT Indonesia dengan Singapura tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 61,02 persen, karena pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Singapura US$ 2293 dan nilai impor nenas indonesia dari Singapura US$ 5222 sehingga dapat dikatakan keterkaitan perdagangan nenas antara Indonesia dan Singapura pada tahun tersebut bersifat dua arah (two-way trade). Begitu pula nilai IIT antara Indonesia dan Malaysia yang mencapai 73 persen pada tahun 2005, karena pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Malaysia US$ 7693, sedangkan impor nenas dari Malaysia US$ 4429 sehingga perdagangan komoditi nenas antara Indonesia dengan Malaysia dikatakan bersifat dua arah. Nilai IIT Indonesia dengan Singapura dan Malaysia selama periode 2002 hingga 2008 menunjukkan bahwa keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan kedua negara ASEAN tersebut bersifat inter-industry, namun sudah ada integrasi yang lemah (low integration).

87 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia dengan Negara Tujuan Setelah dilakukan regresi terhadap data panel diperoleh model yang mengandung variabel bebas yang signifikan sesuai teori, namun harus melalui beberapa uji untuk mengetahui model yang sesuai. Untuk mengetahui model yang digunakan antara pooled least square dan fixed effect dilakukan uji Chow, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.7 Hasil Uji Chow Effect Test Statistic d.f. Prob Cross Section F 19, (5,31) 0,0000 Berdasarkan hasil uji Chow pada tabel 5.7 di atas, dimana nilai F hitung lebih besar dari tabel, maka disimpulkan bahwa model yang digunakan adalah model fixed effect dengan estimasi persamaan sebagai berikut : LNX = Cross j + 142, , GDP j + 18,52465 LNPOP j 52,06171 LNDIS ER 0, LNGDP i + (5.1) Dimana: X = Volume ekspor nenas Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (Kg) GDP j = Gross Domestic Product riil perkapita negara tujuan tahun ke-t (US$) POP j = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor nenas Indonesia tahun ke-t (Jiwa) DIS = Jarak Ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor nenas (Km) ER = Nilai tukar riil negara tujuan ekspor nenas Indonesia tahun ke-t (Dom/US$) GDP i = GDP riil perkapita Indonesia di negara tujuan tahun ke-t (US$) = error term periode ke t

88 Hasil Regresi Panel Data Model permintaan ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan yang dihasilkan output E-views menghasilkan R-squared sebesar 93 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel-variabel yang ada di dalam model mampu menjelaskan 93 persen keragaman yang terjadi pada volume ekspor nenas di Indonesia sedangkan 7 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hasil output E-views tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan Variable Coefficient Std.Error t-statistic Prob. GDPJ 0, , , ,0018* LNPOPJ 18, , , ,5841 LNDIS -52, , , ,0140* ER 0, , , ,1365 GDPI -0, , , ,0095* C 142, ,118 0, ,7104 Fixed Effect (Cross) Jepang 99,21772 Singapura -100,9126 Uni Emirat Arab -6, Amerika Serikat 179,5132 Malaysia -58,03182 Macao -113,6585 Weighted Statistics R-squared 0, Mean dependent var 6, Adjusted R-squared 0, S.D. dependent var 11,18449 S.E. of regression 1, Sum squared resid 35,17535 F-statistic 42,61277 Durbin-Watson stat 2, Prob(F-statistic) 0, Unweighted Statistics R-squared 0, Mean dependent var 7, Sum squared resid 827,7112 Durbin-Watson stat 2, Keterangan : * ) signifikan pada taraf nyata 5 persen

89 74 Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa probabilitas F statistik lebih kecil dari taraf nyata 5 persen yang menandakan bahwa model tersebut secara keseluruhan signifikan pada taraf nyata yang digunakan dan model dianggap mampu merepresentasikan aliran ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan ekspor. Dari seluruh variabel bebas di atas, terdapat dua variabel yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen yaitu variabel populasi negara tujuan dan nilai tukar, namun variabel lain yang signifikan sesuai dengan teori Hasil Uji Asumsi Model Model yang baik selain harus memenuhi kriteria statistik juga harus memenuhi kriteria ekonometrika yaitu terbebas dari masalah normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Berdasarkan tabel 5.8 diketahui nilai sum square resid pada weighted statistics lebih kecil daripada nilai pada weighted statistics sehingga terindikasi ada masalah heteroskedastisitas. Karena model telah menggunakan metode GLS cross section SUR, maka permasalahan heteroskedastisitas pada model tersebut dianggap sudah teratasi. Masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin- Watson Statistics, yang menunjukkan nilai 2,61. Estimasi dengan pendekatan GLS Cross Section SUR juga telah dapat mengatasi masalah autokorelasi tersebut. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antarvariabel yang terdapat di dalam model. Model dianggap terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai korelasi antarvariabel yang dimutlakkan tidak lebih besar dari nilai 0,8. Nilai korelasi antarvariabel dapat dilihat pada tabel 5.9.

90 75 Tabel 5.9 Matriks Nilai Korelasi antar Variabel dalam Model LNX GDPJ LNPOPJ LNDIS ER GDPI LNX GDPJ LNPOPJ LNDIS ER GDPI Berdasarkan tabel 5.9 di atas diketahui bahwa terdapat hubungan antarvariabel yang memiliki korelasi yang lebih besar dari nilai 0,8 yaitu variabel populasi negara tujuan dengan variabel jarak yang bernilai 0, Menurut uji Klein selama korelasi terbesar antarvariabel bebasnya lebih kecil dari nilai R- squared model tersebut, maka gejala multikolinearitas bisa diabaikan sehingga disimpulkan model yang digunakan dianggap tidak memiliki masalah multikolinearitas. Uji normalitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque-Bera yang pada model ini bernilai 0,31 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen yang digunakan sehingga dapat dikatakan bahwa error term di dalam model telah terdistribusi secara normal Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan Gross Domestic Product (GDP) Perkapita Negara Tujuan Berdasarkan teori ekonomi, GDP perkapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara terhadap barang dan jasa. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel GDP perkapita negara tujuan berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 0,002 yang bernilai positif sehingga sesuai dengan teori. Hal tersebut

91 76 berarti apabila terjadi kenaikan satu persen pendapatan per kapita di negara tujuan, maka akan meningkatkan aliran ekspor nenas sebesar 0,002 persen. Peningkatan GDP perkapita di suatu negara secara otomatis akan meningkatkan daya beli masyarakat di negara tersebut. Hal ini berlaku pula untuk konsumen nenas di negara importir, apabila daya beli mereka meningkat maka permintaan terhadap ekspor nenas pun akan meningkat, ceteris paribus GDP Perkapita (US$) Jepang Singapura Uni Emirat Arab Amerika Serikat Malaysia Macao Sumber : UNDATA 2011 Gambar 5.2 Perkembangan Peningkatan GDP Perkapita Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode Gambar 5.2 menunjukkan bahwa GDP perkapita Jepang, Singapura, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Malaysia dan Macao memiliki trend cenderung meningkat selama periode 2002 hingga Amerika Serikat merupakan negara tujuan dengan GDP perkapita tertinggi, dan volume ekspornya termasuk lebih tinggi dari negara lain. Selain itu, peningkatan GDP perkapita Uni Emirat Arab pada tahun 2008 juga meningkatkan volume ekspornya menjadi Kg dari

92 Kg pada tahun Hal tersebut menunjukkan GDP perkapita dan Volume Ekspor memiliki hubungan positif Jarak Berdasarkan teori Gravity, jarak berpengaruh negatif terhadap hubungan perdagangan antarwilayah. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel jarak berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 52,06 yang bernilai negatif sehingga sesuai dengan teori. Hal tersebut berarti apabila jarak dengan negara tujuan lebih jauh satu persen, maka akan terjadi penurunan permintaan ekspor nenas sebesar 52,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan teori gravitasi, jarak memengaruhi interaksi antara dua objek, dalam hal ini aliran ekspor nenas antara Indonesia dengan negara tujuan. Semakin jauh jarak negara tujuan dengan Indonesia maka semakin besar biaya transportasi untuk melakukan perdagangan nenas dari Indonesia sehingga akan menyebabkan semakin berkurangnya volume nenas Indonesia yang diperdagangkan. Hal ini terbukti oleh rata-rata volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode yang berjarak dekat lebih besar dibanding rata-rata volume ekspor nenas Indonesia ke AS yang berjarak lebih jauh GDP Perkapita Indonesia Berdasarkan teori ekonomi, GDP perkapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara terhadap barang dan jasa. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel GDP perkapita Indonesia sebagai

93 78 negara eksportir berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 0,05 yang bernilai negatif. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan satu persen pendapatan per kapita di Indonesia, maka akan menurunkan aliran ekspor nenas sebesar 0,05 persen. 1600, , ,00 GDP Perkapita (US$) 1000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0, Sumber : UNDATA 2011 Gambar 5.3 Perkembangan GDP Perkapita Indonesia Periode Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pendapatan perkapita Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun sehingga diduga hal tersebut menjadi salah satu penyebab berkurangnya ekspor nenas dari Indonesia. Meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia akan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap berbagai barang dan jasa, termasuk buah-buahan dan khususnya nenas. Permintaan masyarakat akan nenas di dalam negeri yang tinggi menyebabkan komoditi yang tersedia untuk ekspor berkurang.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bawang Merah Bawang merah dikenal dengan nama ilmiah Allium ascalonicum L. Bawang Merah berasal dari wilayah yang sama dengan bawang

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN WINA YUDPI MUDJAYANI.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H14080110 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H

ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H14080065 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H14052988 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H14053143 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci