JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

dokumen-dokumen yang mirip
SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I-1

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks Kekeringan (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU STUDI KASUS: WILAYAH BARAT KABUPATEN PASURUAN

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS SPASIAL TINGKAT KEKERINGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

PENGERTIAN HIDROLOGI

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Aning Prastiwi 1) dan Teguh Hariyanto 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh pember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email : teguh_hr@geodesy.its.ac.id 2) Abstrak Kerusakan hutan dapat menimbulkan dampak kerusakan pada ekosistem DAS khususnya bagian hulu yang merupakan daerah tegakan hutan. Sub DAS Brantas Hulu merupakan sebagian kecil daerah tangkapan hujan dari DAS Brantas yang mengalami kerusakan hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasikan kerusakan hutan yang terjadi di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8. Metode yang digunakan adalah algoritma NDVI (rmalized Difference Vegetation Index) untuk mendapatkan nilai kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood) untuk klasifikasi fungsi kawasan hutan dan klasifikasi tutupan lahannya. Identifikasi kerusakan hutan dilakukan dengan memanfaatkan nilai indeks vegetasi yang dihasilkan dari algoritma NDVI serta hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo dengan luas kerusakan pada tahun sebesar 908,50 ha dan 16,19 ha. Kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari tahun 2002 2013 mengalami penurunan seluas 892,31 ha yang meliputi kerusakan berat seluas 163,38 ha dan kerusakan sedang seluas 728,94 ha. Hal ini menunjukkan bahwa proses rehabilitasi lahan hutan dari tahun 2002 terlihat semakin baik. Kata Kunci Daerah Aliran Sungai (DAS), Kerusakan Hutan, Landsat 7, Landsat 8, NDVI H I. PENDAHULUAN UTAN merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan berperan secara signifikan pada kehidupan manusia dan lingkungan. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, hutan sangat rentan terhadap kerusakan. Kerusakan hutan adalah terjadinya perubahan fisik, sifat fisik, atau hayatinya, yang menyebabkan hutan tersebut terganggu atau tidak dapat berperan sesuai dengan fungsinya [1]. Keberadaan hutan sebagai sumber daya alam harus dipertahankan, dijaga daya dukungnya dan dikembalikan fungsinya. Fungsi hutan tersebut salah satunya berhubungan dengan siklus hidrologi dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan [2]. Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, sedangkan DAS bagian tengah dan hilir merupakan daerah pemanfaatan [3]. Kerusakan hutan akan menimbulkan dampak yang luas yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS khususnya bagian hulu yang merupakan daerah tegakan hutan. Salah satu wilayah DAS yang mengalami kerusakan hutan adalah Sub DAS Brantas Hulu yang terletak di wilayah Kota Batu. Kerusakan hutan yang terjadi merupakan akibat dari peralihan fungsi (alih-fungsi) lahan hutan menjadi lahan pertanian holtikultura dan pemukiman. Selain itu, pada tahun 1997-2001 telah terjadi deforestasi (penggundulan hutan) di wilayah Sub DAS Brantas Hulu seluas 1,597 ha yang dialih-gunakan (sementara) sebagai kawasan pertanian tanaman semusim khususnya sayuran dengan kondisi konservasi tanah dan air yang sangat memprihatinkan [4]. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7 dan Landsat 8 yang secara luas dapat dimanfaatkan untuk monitoring perubahan penutupan lahan, deforestasi dan degradasi pada kawasan hutan. Metode yang digunakan adalah algoritma NDVI dan dan klasifikasi terselia berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood). Algoritma NDVI digunakan karena memiliki efektivitas untuk memprediksi sifat permukaan ketika kanopi vegetasi tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang [5]. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifkasikan luasan dan tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berdasarkan citra Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Sub DAS Brantas Hulu yang secara administratif terletak di wilayah Kota Batu meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo. Secara geografis Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu terletak di 112 19 52 112 44 0,9 Bujur Timur dan 7 44 29 7 55 39 Lintang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 2 Selatan. Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di bagian utara, Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang di bagian timur, Kecamatan Dau Kabupaten Malang di bagian selatan, dan Kecamatan Pujon Kabupaten Malang di bagian barat. Citra Landsat 7 Tahun 2002 Pemotongan Citra Koreksi Geometrik Citra Landsat 8 Tahun 2013 Peta RBI Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu 1:25.000 Tahun 1999 Digitasi TIDAK RMSE 1 YA Citra Terkoreksi Citra Komposit Warna Konversi DN ke Reflektan Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Klasifikasi Terselia Tutupan Lahan Gambar 1. Lokasi Penelitian Indeks Vegetasi (NDVI) Density Slicing TIDAK Uji Ketelitian Klasifikasi 85% Groundtruth B. Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data citra satelit Landsat 7 akuisisi 6 Juli 2002 dan Landsat 8 akuisisi 28 Juli 2013. Data pendukung lain yang digunakan berupa Peta RBI lembar Batu (1608-111), Bumiaji (1608-113), Banjarejo (1508-322), Pujon (1508-324) skala 1:25.000 tahun 1999, peta batas delineasi wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari BPDAS Brantas dan peta kawasan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. C. Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan analisa perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun. Luasan dan tingkat kerusakan hutan diperoleh dari peta kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berdasarkan hasil overlay peta kerapatan vegetasi dan peta persebaran hutan. Peta persebaran hutan diperoleh berdasarkan hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan dengan metode klasifikasi terselia maximum likelihood. Klasifikasi fungsi kawasan hutan dilakukan berdasarkan peta kawasan hutan dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang dibagi menjadi empat kelas, yaitu area penggunaan lain, hutan lindung, hutan produksi dan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam. Peta kerapatan vegetasi dihasilkan dari klasifikasi kerapatan vegetasi dengan metode algoritma NDVI yang dibagi menjadi tiga tingkat kerapatan berdasarkan kisaran tingkat kerapatan vegetasi dari Departemen Kehutanan tahun 2003, yaitu kerapatan vegetasi jarang, sedang dan tinggi. Untuk Tingkat kerusakan hutan diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai NDVI yang diperoleh, yaitu nilai kerusakan berat mempunyai nilai NDVI antara -1 s/d 0,32, kerusakan sedang mempunyai nilai NDVI antara > 0,32 s/d 0,42 dan kerusakan tidak rusak mempunyai nilai NDVI antara > 0,42 s/d 1. Selanjutnya, untuk informasi tambahan ditampilkan informasi tutupan lahan yang diperoleh dari peta tutupan lahan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun berdasarkan hasil klasifikasi terselia tutupan lahan metode maximum likelihood dengan hasil uji ketelitian klasifikasi 85% [6]. Citra Terklasifikasi Kerapatan Vegetasi Peta Kerapatan Vegetasi Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Citra Terklasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Konversi Citra Terklasifikasi ke Vektor Overlay Peta Kerusakan Hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Peta Persebaran Hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun ANALISA Perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun YA Citra Terklasifikasi Tutupan Lahan Peta Tutupan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koreksi Geometrik Gambar 3. Sebaran Ground Control Point Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi nilai RMS Error 1 dan untuk jaring titik kontrol ditentukan dengan meletakkan titik-titik kontrol yang merata mencakup daerah studi dengan nilai toleransi SoF (Strength

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 3 of Figure) mendekati nol [7]. Berikut hasil perhitungan RMS Error dan SoF. Tabel 1. Hasil Perhitungan RMS Error Citra Landsat 7 (Actual) dalam (Predict) dalam Kesalahan () X Y X Y X Y RMS Error () 1 1.753,00 5.502,00 1.753,14 5.501,92 0,14-0,08 0,16 2 1.988,50 5.443,50 1.987,95 5.443,49-0,55-0,01 0,55 3 2.148,00 5.558,75 2.148,63 5.559,05 0,63 0,30 0,70 4 2.083,75 5.775,00 2.083,13 5.774,54-0,62-0,46 0,77 5 2.071,25 5.922,50 2.071,04 5.922,80-0,21 0,30 0,37 6 2.139,25 6.018,75 2.139,53 6.018,70 0,28-0,05 0,29 7 1.978,50 6.014,00 1.978,49 6.014,20-0,01 0,20 0,20 8 1.823,25 6.000,50 1.823,24 6.000,43-0,01-0,07 0,07 9 1.743,75 5.992,25 1.743,76 5.991,79 0,01-0,46 0,46 10 1.786,75 5.862,00 1.786,68 5.862,83-0,07 0,83 0,84 11 1.804,75 5.646,25 1.804,74 5.646,34-0,01 0,09 0,09 12 1.923,25 5.533,00 1.923,51 5.533,00 0,26 0,00 0,26 13 2.010,25 5.722,00 2.009,98 5.721,82-0,27-0,18 0,32 14 1.930,75 5.882,75 1.930,93 5.882,70 0,18-0,05 0,18 15 1.924,75 5.738,75 1.925,00 5.738,37 0,25-0,38 0,45 Rata-rata RMS Error 0,45 Tabel 2. Hasil Perhitungan RMS Error Citra Landsat 8 (Actual) dalam (Predict) dalam Kesalahan () X Y X Y X Y RMS Error () Gambar 4. Komposit Warna Citra: (a) Landsat 7 RGB 542 dan (b) Landsat 8 RGB 653 C. Hasil Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Hasil klasifikasi kerapatan vegetasi berupa peta kerapatan vegetasi yang dibagi menjadi delapan kelas berdasarkan nilai density slice dari masing-masing citra. Tabel 3. Kisaran NDVI Citra Landsat 7 Tahun 2002 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 1-0,0002 0,1072 Jarang 14,76 0,09 2 0,1072 0,2146 Jarang 406,63 2,53 3 0,2146 0,3219 Jarang 1439,44 8,95 4 0,3219 0,4293 Sedang 3424,61 21,29 5 0,4293 0,5366 Tinggi 4.895,65 30,44 6 0,5366 0,6440 Tinggi 4.080,02 25,37 7 0,6440 0,7514 Tinggi 1.814,31 11,28 8 0,7514 0,8587 Tinggi 9,13 9,13 Luas Total 16.084,55 100 1 1.472,50 5.852,00 1.472,70 5.851,87 0,20-0,13 0,24 2 1.708,75 5.793,25 1.708,78 5.793,58 0,03 0,33 0,34 3 1.869,75 5.909,25 1.869,64 5.909,26-0,11 0,01 0,11 4 1.806,25 6.078,50 1.806,18 6.078,47-0,07-0,03 0,08 5 1.789,75 6.273,00 1.790,51 6.273,24 0,76 0,24 0,80 6 1.853,00 6.381,50 1.852,64 6.381,53-0,36 0,03 0,36 7 1.698,75 6.364,00 1.698,47 6.363,97-0,28-0,03 0,28 8 1.542,75 6.349,75 1.543,04 6.350,15 0,29 0,40 0,49 9 1.463,75 6.341,75 1.464,06 6.341,62 0,31-0,13 0,34 10 1.508,00 6.213,00 1.507,03 6.212,82-0,97-0,18 0,98 11 1.525,00 5.995,50 1.524,77 5.995,98-0,23 0,48 0,54 12 1.643,50 5.883,25 1.643,65 5.882,80 0,15-0,45 0,48 13 1.733,50 6.061,25 1.733,15 6.060,92-0,35-0,33 0,48 14 1.650,25 6.233,25 1.650,54 6.232,66 0,29-0,59 0,66 15 1.645,00 6.088,50 1.645,34 6.088,86 0,34 0,36 0,49 Rata-rata RMS Error 0,50 Besar SoF = (Trace [A x A T ] -1 ) = 0,1036 u B. Hasil Komposit Warna Dalam penelitian ini komposit warna yang digunakan adalah kombinasi band RGB 543 untuk Landsat 7 dan kombinasi band RGB 654 untuk Landsat 8. Gambar 5. Peta Kerapatan Vegetasi Tahun 2002 Tabel 4. Kisaran NDVI Citra Landsat 8 Tahun 2013 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 1-0,0002 0,1072 Jarang 8,91 0,06 2 0,1072 0,2146 Jarang 138,92 0,86 3 0,2146 0,3219 Jarang 536,07 3,33 4 0,3219 0,4293 Sedang 764,87 4,76 5 0,4293 0,5366 Tinggi 1.289,26 8,02 6 0,5366 0,6440 Tinggi 2.708,45 16,84

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 4 Lanjutan Tabel 4. Kisaran NDVI Citra Landsat 8 Tahun 2013 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 7 0,6440 0,7514 Tinggi 7.335,57 45,61 8 0,7514 0,8587 Tinggi 3.302,49 20,53 Luas Total 16.084,55 100 Lanjutan Tabel 6. Luas Fungsi Kawasan Tahun 2013 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 2 Hutan Lindung 1.298,36 8,07 3 Hutan Produksi 2.393,90 14,88 4 Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam 2.968,75 18,46 Gambar 6. Peta Kerapatan Vegetasi Tahun 2013 D. Hasil Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan berupa peta persebaran hutan yang diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan klasifikasi fungsi kawasan hutan [8]. Berikut hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan tahun : Tabel 5. Luas Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2002 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 1 Area Penggunaan Lain 10.674,36 66,36 2 Hutan Lindung 685,77 4,26 3 Hutan Produksi 2.342,59 14,56 4 Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam 2.383,09 14,81 Gambar 8. Peta Persebaran Hutan Tahun 2013 Dari Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa luas fungsi kawasan hutan pada tahun adalah 16.085,81 ha, dengan luas kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi dan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam) sebesar 33,63% dan 41,41%. E. Hasil Klasifikasi Kerusakan Hutan Penentuan kelas kerusakan hutan didasarkan pada penelitian [9] menggunakan nilai NDVI untuk menghasilkan kelas kerusakan hutan berdasarkan pengolahan citra penginderaan jauh. Kelas kerusakan hutan yang dihasilkan dibagi menjadi tiga kelas sebagai berikut. Tabel 7. Tingkat Kerusakan Hutan Berdasarkan NDVI dan Kerapatan Kanopi [9] Kelas Estimasi Kisaran Nilai Kerusakan Kerapatan NDVI Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50% 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50 70% 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70% Hasil klasifikasi kerusakan hutan berupa peta kerusakan hutan dengan luas kerusakan hutan tahun disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Gambar 7. Peta Persebaran Hutan Tahun 2002 Tabel 6. Luas Fungsi Kawasan Tahun 2013 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 1 Area Penggunaan Lain 9.424,80 58,59 Tabel 8. Luas Kerusakan Hutan Tahun 2002 Kelas Estimasi Kisaran Nilai Luas Kerusakan Kerapatan NDVI (ha) Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50 % 164,37 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50-70 % 744,13 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70 % 4.502,95 Luas Total 5.411,44

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 5 Tabel 9. Luas Kerusakan Hutan Tahun 2013 Kelas Estimasi Kisaran Nilai Luas Kerusakan Kerapatan NDVI (ha) Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50 % 0,99 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50-70 % 15,20 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70 % 6.644,82 Luas Total 6.661,00 Lanjutan Tabel 10. Luas Tutupan Lahan Tahun 2002 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 6 Pertanian Lahan Kering dan Semak 1.154,42 7,18 7 Sawah 6.725,33 41,81 8 Tanah Terbuka 1.212,47 7,54 Tabel 11. Luas Tutupan Lahan Tahun 2013 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 1 Hutan Lahan Kering Primer 2.549,68 15,85 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 2.549,61 15,85 3 Hutan Tanaman 1.817,81 11,30 4 Pemukiman 1.419,82 8,83 5 Pertanian Lahan Kering 3.202,32 19,91 6 Pertanian Lahan Kering dan Semak 1.508,31 9,38 7 Sawah 2.985,03 18,56 8 Tanah Terbuka 53,22 0,33 Gambar 9. Peta Kerusakan Hutan Tahun 2002 Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Tahun 2002 Gambar 10. Peta Kerusakan Hutan Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 ditunjukkan bahwa luas kerusakan hutan untuk kerusakan berat dan kerusakan sedang pada tahun adalah 908,50 ha dan 16,19 ha. F. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Hasil klasifikasi berupa peta tutupan lahan yang diklasifikasikan menjadi 8 kelas berdasarkan sistem klasifikasi kelas penutupan lahan [10] seperti disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11 sebagai berikut : Tabel 10. Luas Tutupan Lahan Tahun 2002 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 1 Hutan Lahan Kering Primer 3.284,92 20,42 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 1.012,76 6,30 3 Hutan Tanaman 1.879,05 11,68 4 Pemukiman 400,97 2,49 5 Pertanian Lahan Kering 415,88 2,59 Gambar 12. Peta Tutupan Lahan Tahun 2013 Dari Tabel 10 dan Tabel 11 ditunjukkan bahwa luas tutupan lahan pada tahun adalah 16.085,81 ha, dengan luas tutupan lahan paling besar yaitu sawah seluas 6.725,33 ha dan pertanian lahan kering seluas 3.202,32 ha.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 6 G. Identifikasi Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Berikut adalah luas dan tingkat kerusakan hutan yang tersebar di tiap kecamatan berdasarkan hasil klasifikasi kerusakan hutan tahun : Tabel 12. Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Per Kecamatan Tahun 2002 Tingkat Kerusakan Hutan Luas (ha) Batu Bumiaji Junrejo 1 Berat 6,12 157,99 0,18 2 Sedang 42,95 699,42 1,54 3 Tidak Rusak 457,48 4.029,66 13,99 Luas Total 506,55 4.887,07 15,71 Tabel 13. Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Per Kecamatan Tahun 2013 Tingkat Kerusakan Hutan Luas (ha) Batu Bumiaji Junrejo 1 Berat 0 0,99 0 2 Sedang 0 15,19 0 3 Tidak Rusak 960,70 5.652,31 29,71 Luas Total 960,70 5.668,48 29,71 Dari Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hutan tahun yang paling besar berada di Kecamatan Bumiaji dengan luas kerusakan sebesar 857,41 ha dan 16,18 ha. H. Analisa Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Berikut adalah perbandingan luas dan tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu tahun : Tabel 14. Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Kisaran Nilai NDVI Kelas Kerusakan Hutan Luas (ha) 2002 2013 Selisih 1-1,0 s.d 0,32 Berat 164,37 0,99-163,38 2 > 0,32 s.d 0,42 3 > 0,42 s.d 1 Sedang 744,13 15,20-728,94 Tidak Rusak 4.502,95 6.644,82 2.141,87 Luas Total 5.411,44 6.661,00 1.294,56 Dari Tabel 14 diatas terlihat bahwa tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu pada tahun 2002 dan 2013 mengalami penurunan. Pada tahun 2002 tingkat kerusakan hutan mencapai 908,50 ha dengan kerusakan berat seluas 164,37 ha dan kerusakan sedang seluas 744,13 ha. Sedangkan, pada tahun 2013 tingkat kerusakan hutan hanya sebesar 16,19 ha dengan kerusakan berat seluas 0,99 ha dan kerusakan sedang seluas 15,20 ha. Kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu pada tahun 2002 mencapai 908,5 ha dari total luasan hutan dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar 16,19 ha. Kerusakan hutan tersebut sebagian besar terjadi di Kecamatan Bumiaji yang merupakan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu. Kerusakan hutan yang terjadi disebabkan oleh perambahan kawasan hutan menjadi lahan pertanian kering berupa tanaman holtikultura. Berikut perbandingan luas dan tingkat kerusakan hutan tahun disajikan dalam bentuk grafik : Gambar 13. Grafik Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi kerusakan hutan di daerah aliran sungai (DAS) menggunakan data citra Landsat 7 dan Landsat 8, maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir sebagai berikut : 1. Kerusakan hutan tahun 2002 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi Kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo diklasifikasikan menjadi tiga tingkat kerusakan hutan, yaitu kerusakan hutan berat sebesar 3,04%, kerusakan hutan sedang sebesar 13,57% dan hutan yang tidak mengalami kerusakan sebesar 83,21%. 2. Kerusakan hutan tahun 2013 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo yang terdiri dari kerusakan hutan berat sebesar 0,01%, kerusakan hutan sedang sebesar 0,23% dan hutan yang tidak mengalamai kerusakan sebesar 99,76%. 3. Perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan dari tahun 2002 hingga 2013 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu mengalami penurunan seluas 892,31 ha meliputi hutan dengan kerusakan hutan berat seluas 163,38 ha dan kerusakan hutan sedang seluas 728,94 ha. DAFTAR PUSTAKA [1] Undang-Undang. 41 Tahun 1999. Kehutanan. [2] Undang-Undang N0. 7 Tahun 2004. Sumber Daya Air. [3] Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [4] Widianto, Suprayogo, D., Sudarto, & Lestariningsih, I. D. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS Brantas, Jawa Timur. Bogor: World Agroforestry Centre. [5] Liang, S. 2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. New Jersey: John Willey & Sons Inc. [6] Susilawati, & Jaya, I. S. 2003. Evaluasi Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Menggunakan Landsat 7 ETM+ di HPH PT Sri Buana Dumai Provinsi Riau. Jurnal Manajemen Hutan Tropika IX, 1:1-16. [7] Abidin, Z. H. 2002. Survei dengan GPS. Jakarta: Pradnya Paramitha. [8] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. 2012. Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan. [9] Iskandar, M., Sanjoto, T. B., & Sutardji. 2012. Analisis Kerapatan Vegetasi Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh sebagai Basis Evaluasi Kerusakan Hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Geo Image 1, 94-101. [10] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).