JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Aning Prastiwi 1) dan Teguh Hariyanto 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh pember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email : teguh_hr@geodesy.its.ac.id 2) Abstrak Kerusakan hutan dapat menimbulkan dampak kerusakan pada ekosistem DAS khususnya bagian hulu yang merupakan daerah tegakan hutan. Sub DAS Brantas Hulu merupakan sebagian kecil daerah tangkapan hujan dari DAS Brantas yang mengalami kerusakan hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasikan kerusakan hutan yang terjadi di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8. Metode yang digunakan adalah algoritma NDVI (rmalized Difference Vegetation Index) untuk mendapatkan nilai kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood) untuk klasifikasi fungsi kawasan hutan dan klasifikasi tutupan lahannya. Identifikasi kerusakan hutan dilakukan dengan memanfaatkan nilai indeks vegetasi yang dihasilkan dari algoritma NDVI serta hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo dengan luas kerusakan pada tahun sebesar 908,50 ha dan 16,19 ha. Kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari tahun 2002 2013 mengalami penurunan seluas 892,31 ha yang meliputi kerusakan berat seluas 163,38 ha dan kerusakan sedang seluas 728,94 ha. Hal ini menunjukkan bahwa proses rehabilitasi lahan hutan dari tahun 2002 terlihat semakin baik. Kata Kunci Daerah Aliran Sungai (DAS), Kerusakan Hutan, Landsat 7, Landsat 8, NDVI H I. PENDAHULUAN UTAN merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan berperan secara signifikan pada kehidupan manusia dan lingkungan. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, hutan sangat rentan terhadap kerusakan. Kerusakan hutan adalah terjadinya perubahan fisik, sifat fisik, atau hayatinya, yang menyebabkan hutan tersebut terganggu atau tidak dapat berperan sesuai dengan fungsinya [1]. Keberadaan hutan sebagai sumber daya alam harus dipertahankan, dijaga daya dukungnya dan dikembalikan fungsinya. Fungsi hutan tersebut salah satunya berhubungan dengan siklus hidrologi dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan [2]. Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, sedangkan DAS bagian tengah dan hilir merupakan daerah pemanfaatan [3]. Kerusakan hutan akan menimbulkan dampak yang luas yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS khususnya bagian hulu yang merupakan daerah tegakan hutan. Salah satu wilayah DAS yang mengalami kerusakan hutan adalah Sub DAS Brantas Hulu yang terletak di wilayah Kota Batu. Kerusakan hutan yang terjadi merupakan akibat dari peralihan fungsi (alih-fungsi) lahan hutan menjadi lahan pertanian holtikultura dan pemukiman. Selain itu, pada tahun 1997-2001 telah terjadi deforestasi (penggundulan hutan) di wilayah Sub DAS Brantas Hulu seluas 1,597 ha yang dialih-gunakan (sementara) sebagai kawasan pertanian tanaman semusim khususnya sayuran dengan kondisi konservasi tanah dan air yang sangat memprihatinkan [4]. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7 dan Landsat 8 yang secara luas dapat dimanfaatkan untuk monitoring perubahan penutupan lahan, deforestasi dan degradasi pada kawasan hutan. Metode yang digunakan adalah algoritma NDVI dan dan klasifikasi terselia berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood). Algoritma NDVI digunakan karena memiliki efektivitas untuk memprediksi sifat permukaan ketika kanopi vegetasi tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang [5]. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifkasikan luasan dan tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berdasarkan citra Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Sub DAS Brantas Hulu yang secara administratif terletak di wilayah Kota Batu meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo. Secara geografis Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu terletak di 112 19 52 112 44 0,9 Bujur Timur dan 7 44 29 7 55 39 Lintang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 2 Selatan. Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di bagian utara, Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang di bagian timur, Kecamatan Dau Kabupaten Malang di bagian selatan, dan Kecamatan Pujon Kabupaten Malang di bagian barat. Citra Landsat 7 Tahun 2002 Pemotongan Citra Koreksi Geometrik Citra Landsat 8 Tahun 2013 Peta RBI Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu 1:25.000 Tahun 1999 Digitasi TIDAK RMSE 1 YA Citra Terkoreksi Citra Komposit Warna Konversi DN ke Reflektan Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Klasifikasi Terselia Tutupan Lahan Gambar 1. Lokasi Penelitian Indeks Vegetasi (NDVI) Density Slicing TIDAK Uji Ketelitian Klasifikasi 85% Groundtruth B. Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data citra satelit Landsat 7 akuisisi 6 Juli 2002 dan Landsat 8 akuisisi 28 Juli 2013. Data pendukung lain yang digunakan berupa Peta RBI lembar Batu (1608-111), Bumiaji (1608-113), Banjarejo (1508-322), Pujon (1508-324) skala 1:25.000 tahun 1999, peta batas delineasi wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari BPDAS Brantas dan peta kawasan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. C. Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan analisa perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun. Luasan dan tingkat kerusakan hutan diperoleh dari peta kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu berdasarkan hasil overlay peta kerapatan vegetasi dan peta persebaran hutan. Peta persebaran hutan diperoleh berdasarkan hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan dengan metode klasifikasi terselia maximum likelihood. Klasifikasi fungsi kawasan hutan dilakukan berdasarkan peta kawasan hutan dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang dibagi menjadi empat kelas, yaitu area penggunaan lain, hutan lindung, hutan produksi dan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam. Peta kerapatan vegetasi dihasilkan dari klasifikasi kerapatan vegetasi dengan metode algoritma NDVI yang dibagi menjadi tiga tingkat kerapatan berdasarkan kisaran tingkat kerapatan vegetasi dari Departemen Kehutanan tahun 2003, yaitu kerapatan vegetasi jarang, sedang dan tinggi. Untuk Tingkat kerusakan hutan diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai NDVI yang diperoleh, yaitu nilai kerusakan berat mempunyai nilai NDVI antara -1 s/d 0,32, kerusakan sedang mempunyai nilai NDVI antara > 0,32 s/d 0,42 dan kerusakan tidak rusak mempunyai nilai NDVI antara > 0,42 s/d 1. Selanjutnya, untuk informasi tambahan ditampilkan informasi tutupan lahan yang diperoleh dari peta tutupan lahan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun berdasarkan hasil klasifikasi terselia tutupan lahan metode maximum likelihood dengan hasil uji ketelitian klasifikasi 85% [6]. Citra Terklasifikasi Kerapatan Vegetasi Peta Kerapatan Vegetasi Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Citra Terklasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Konversi Citra Terklasifikasi ke Vektor Overlay Peta Kerusakan Hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Peta Persebaran Hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun ANALISA Perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu tahun YA Citra Terklasifikasi Tutupan Lahan Peta Tutupan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Tahun Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koreksi Geometrik Gambar 3. Sebaran Ground Control Point Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi nilai RMS Error 1 dan untuk jaring titik kontrol ditentukan dengan meletakkan titik-titik kontrol yang merata mencakup daerah studi dengan nilai toleransi SoF (Strength
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 3 of Figure) mendekati nol [7]. Berikut hasil perhitungan RMS Error dan SoF. Tabel 1. Hasil Perhitungan RMS Error Citra Landsat 7 (Actual) dalam (Predict) dalam Kesalahan () X Y X Y X Y RMS Error () 1 1.753,00 5.502,00 1.753,14 5.501,92 0,14-0,08 0,16 2 1.988,50 5.443,50 1.987,95 5.443,49-0,55-0,01 0,55 3 2.148,00 5.558,75 2.148,63 5.559,05 0,63 0,30 0,70 4 2.083,75 5.775,00 2.083,13 5.774,54-0,62-0,46 0,77 5 2.071,25 5.922,50 2.071,04 5.922,80-0,21 0,30 0,37 6 2.139,25 6.018,75 2.139,53 6.018,70 0,28-0,05 0,29 7 1.978,50 6.014,00 1.978,49 6.014,20-0,01 0,20 0,20 8 1.823,25 6.000,50 1.823,24 6.000,43-0,01-0,07 0,07 9 1.743,75 5.992,25 1.743,76 5.991,79 0,01-0,46 0,46 10 1.786,75 5.862,00 1.786,68 5.862,83-0,07 0,83 0,84 11 1.804,75 5.646,25 1.804,74 5.646,34-0,01 0,09 0,09 12 1.923,25 5.533,00 1.923,51 5.533,00 0,26 0,00 0,26 13 2.010,25 5.722,00 2.009,98 5.721,82-0,27-0,18 0,32 14 1.930,75 5.882,75 1.930,93 5.882,70 0,18-0,05 0,18 15 1.924,75 5.738,75 1.925,00 5.738,37 0,25-0,38 0,45 Rata-rata RMS Error 0,45 Tabel 2. Hasil Perhitungan RMS Error Citra Landsat 8 (Actual) dalam (Predict) dalam Kesalahan () X Y X Y X Y RMS Error () Gambar 4. Komposit Warna Citra: (a) Landsat 7 RGB 542 dan (b) Landsat 8 RGB 653 C. Hasil Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Hasil klasifikasi kerapatan vegetasi berupa peta kerapatan vegetasi yang dibagi menjadi delapan kelas berdasarkan nilai density slice dari masing-masing citra. Tabel 3. Kisaran NDVI Citra Landsat 7 Tahun 2002 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 1-0,0002 0,1072 Jarang 14,76 0,09 2 0,1072 0,2146 Jarang 406,63 2,53 3 0,2146 0,3219 Jarang 1439,44 8,95 4 0,3219 0,4293 Sedang 3424,61 21,29 5 0,4293 0,5366 Tinggi 4.895,65 30,44 6 0,5366 0,6440 Tinggi 4.080,02 25,37 7 0,6440 0,7514 Tinggi 1.814,31 11,28 8 0,7514 0,8587 Tinggi 9,13 9,13 Luas Total 16.084,55 100 1 1.472,50 5.852,00 1.472,70 5.851,87 0,20-0,13 0,24 2 1.708,75 5.793,25 1.708,78 5.793,58 0,03 0,33 0,34 3 1.869,75 5.909,25 1.869,64 5.909,26-0,11 0,01 0,11 4 1.806,25 6.078,50 1.806,18 6.078,47-0,07-0,03 0,08 5 1.789,75 6.273,00 1.790,51 6.273,24 0,76 0,24 0,80 6 1.853,00 6.381,50 1.852,64 6.381,53-0,36 0,03 0,36 7 1.698,75 6.364,00 1.698,47 6.363,97-0,28-0,03 0,28 8 1.542,75 6.349,75 1.543,04 6.350,15 0,29 0,40 0,49 9 1.463,75 6.341,75 1.464,06 6.341,62 0,31-0,13 0,34 10 1.508,00 6.213,00 1.507,03 6.212,82-0,97-0,18 0,98 11 1.525,00 5.995,50 1.524,77 5.995,98-0,23 0,48 0,54 12 1.643,50 5.883,25 1.643,65 5.882,80 0,15-0,45 0,48 13 1.733,50 6.061,25 1.733,15 6.060,92-0,35-0,33 0,48 14 1.650,25 6.233,25 1.650,54 6.232,66 0,29-0,59 0,66 15 1.645,00 6.088,50 1.645,34 6.088,86 0,34 0,36 0,49 Rata-rata RMS Error 0,50 Besar SoF = (Trace [A x A T ] -1 ) = 0,1036 u B. Hasil Komposit Warna Dalam penelitian ini komposit warna yang digunakan adalah kombinasi band RGB 543 untuk Landsat 7 dan kombinasi band RGB 654 untuk Landsat 8. Gambar 5. Peta Kerapatan Vegetasi Tahun 2002 Tabel 4. Kisaran NDVI Citra Landsat 8 Tahun 2013 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 1-0,0002 0,1072 Jarang 8,91 0,06 2 0,1072 0,2146 Jarang 138,92 0,86 3 0,2146 0,3219 Jarang 536,07 3,33 4 0,3219 0,4293 Sedang 764,87 4,76 5 0,4293 0,5366 Tinggi 1.289,26 8,02 6 0,5366 0,6440 Tinggi 2.708,45 16,84
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 4 Lanjutan Tabel 4. Kisaran NDVI Citra Landsat 8 Tahun 2013 Kisaran Nilai Kerapatan Luas (ha) % NDVI Vegetasi 7 0,6440 0,7514 Tinggi 7.335,57 45,61 8 0,7514 0,8587 Tinggi 3.302,49 20,53 Luas Total 16.084,55 100 Lanjutan Tabel 6. Luas Fungsi Kawasan Tahun 2013 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 2 Hutan Lindung 1.298,36 8,07 3 Hutan Produksi 2.393,90 14,88 4 Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam 2.968,75 18,46 Gambar 6. Peta Kerapatan Vegetasi Tahun 2013 D. Hasil Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan Hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan berupa peta persebaran hutan yang diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan klasifikasi fungsi kawasan hutan [8]. Berikut hasil klasifikasi fungsi kawasan hutan tahun : Tabel 5. Luas Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2002 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 1 Area Penggunaan Lain 10.674,36 66,36 2 Hutan Lindung 685,77 4,26 3 Hutan Produksi 2.342,59 14,56 4 Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam 2.383,09 14,81 Gambar 8. Peta Persebaran Hutan Tahun 2013 Dari Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa luas fungsi kawasan hutan pada tahun adalah 16.085,81 ha, dengan luas kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi dan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam) sebesar 33,63% dan 41,41%. E. Hasil Klasifikasi Kerusakan Hutan Penentuan kelas kerusakan hutan didasarkan pada penelitian [9] menggunakan nilai NDVI untuk menghasilkan kelas kerusakan hutan berdasarkan pengolahan citra penginderaan jauh. Kelas kerusakan hutan yang dihasilkan dibagi menjadi tiga kelas sebagai berikut. Tabel 7. Tingkat Kerusakan Hutan Berdasarkan NDVI dan Kerapatan Kanopi [9] Kelas Estimasi Kisaran Nilai Kerusakan Kerapatan NDVI Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50% 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50 70% 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70% Hasil klasifikasi kerusakan hutan berupa peta kerusakan hutan dengan luas kerusakan hutan tahun disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Gambar 7. Peta Persebaran Hutan Tahun 2002 Tabel 6. Luas Fungsi Kawasan Tahun 2013 Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) % 1 Area Penggunaan Lain 9.424,80 58,59 Tabel 8. Luas Kerusakan Hutan Tahun 2002 Kelas Estimasi Kisaran Nilai Luas Kerusakan Kerapatan NDVI (ha) Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50 % 164,37 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50-70 % 744,13 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70 % 4.502,95 Luas Total 5.411,44
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 5 Tabel 9. Luas Kerusakan Hutan Tahun 2013 Kelas Estimasi Kisaran Nilai Luas Kerusakan Kerapatan NDVI (ha) Hutan Kanopi 1-1,0 s.d 0,32 Berat < 50 % 0,99 2 > 0,32 s.d 0,42 Sedang 50-70 % 15,20 3 > 0,42 s.d 1 Tidak Rusak > 70 % 6.644,82 Luas Total 6.661,00 Lanjutan Tabel 10. Luas Tutupan Lahan Tahun 2002 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 6 Pertanian Lahan Kering dan Semak 1.154,42 7,18 7 Sawah 6.725,33 41,81 8 Tanah Terbuka 1.212,47 7,54 Tabel 11. Luas Tutupan Lahan Tahun 2013 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 1 Hutan Lahan Kering Primer 2.549,68 15,85 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 2.549,61 15,85 3 Hutan Tanaman 1.817,81 11,30 4 Pemukiman 1.419,82 8,83 5 Pertanian Lahan Kering 3.202,32 19,91 6 Pertanian Lahan Kering dan Semak 1.508,31 9,38 7 Sawah 2.985,03 18,56 8 Tanah Terbuka 53,22 0,33 Gambar 9. Peta Kerusakan Hutan Tahun 2002 Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Tahun 2002 Gambar 10. Peta Kerusakan Hutan Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 ditunjukkan bahwa luas kerusakan hutan untuk kerusakan berat dan kerusakan sedang pada tahun adalah 908,50 ha dan 16,19 ha. F. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Hasil klasifikasi berupa peta tutupan lahan yang diklasifikasikan menjadi 8 kelas berdasarkan sistem klasifikasi kelas penutupan lahan [10] seperti disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11 sebagai berikut : Tabel 10. Luas Tutupan Lahan Tahun 2002 Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) % 1 Hutan Lahan Kering Primer 3.284,92 20,42 2 Hutan Lahan Kering Sekunder 1.012,76 6,30 3 Hutan Tanaman 1.879,05 11,68 4 Pemukiman 400,97 2,49 5 Pertanian Lahan Kering 415,88 2,59 Gambar 12. Peta Tutupan Lahan Tahun 2013 Dari Tabel 10 dan Tabel 11 ditunjukkan bahwa luas tutupan lahan pada tahun adalah 16.085,81 ha, dengan luas tutupan lahan paling besar yaitu sawah seluas 6.725,33 ha dan pertanian lahan kering seluas 3.202,32 ha.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 6 G. Identifikasi Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Berikut adalah luas dan tingkat kerusakan hutan yang tersebar di tiap kecamatan berdasarkan hasil klasifikasi kerusakan hutan tahun : Tabel 12. Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Per Kecamatan Tahun 2002 Tingkat Kerusakan Hutan Luas (ha) Batu Bumiaji Junrejo 1 Berat 6,12 157,99 0,18 2 Sedang 42,95 699,42 1,54 3 Tidak Rusak 457,48 4.029,66 13,99 Luas Total 506,55 4.887,07 15,71 Tabel 13. Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Per Kecamatan Tahun 2013 Tingkat Kerusakan Hutan Luas (ha) Batu Bumiaji Junrejo 1 Berat 0 0,99 0 2 Sedang 0 15,19 0 3 Tidak Rusak 960,70 5.652,31 29,71 Luas Total 960,70 5.668,48 29,71 Dari Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hutan tahun yang paling besar berada di Kecamatan Bumiaji dengan luas kerusakan sebesar 857,41 ha dan 16,18 ha. H. Analisa Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Berikut adalah perbandingan luas dan tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu tahun : Tabel 14. Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun Kisaran Nilai NDVI Kelas Kerusakan Hutan Luas (ha) 2002 2013 Selisih 1-1,0 s.d 0,32 Berat 164,37 0,99-163,38 2 > 0,32 s.d 0,42 3 > 0,42 s.d 1 Sedang 744,13 15,20-728,94 Tidak Rusak 4.502,95 6.644,82 2.141,87 Luas Total 5.411,44 6.661,00 1.294,56 Dari Tabel 14 diatas terlihat bahwa tingkat kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu pada tahun 2002 dan 2013 mengalami penurunan. Pada tahun 2002 tingkat kerusakan hutan mencapai 908,50 ha dengan kerusakan berat seluas 164,37 ha dan kerusakan sedang seluas 744,13 ha. Sedangkan, pada tahun 2013 tingkat kerusakan hutan hanya sebesar 16,19 ha dengan kerusakan berat seluas 0,99 ha dan kerusakan sedang seluas 15,20 ha. Kerusakan hutan Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu pada tahun 2002 mencapai 908,5 ha dari total luasan hutan dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar 16,19 ha. Kerusakan hutan tersebut sebagian besar terjadi di Kecamatan Bumiaji yang merupakan kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu. Kerusakan hutan yang terjadi disebabkan oleh perambahan kawasan hutan menjadi lahan pertanian kering berupa tanaman holtikultura. Berikut perbandingan luas dan tingkat kerusakan hutan tahun disajikan dalam bentuk grafik : Gambar 13. Grafik Perbandingan Luas dan Tingkat Kerusakan Hutan Tahun IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi kerusakan hutan di daerah aliran sungai (DAS) menggunakan data citra Landsat 7 dan Landsat 8, maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir sebagai berikut : 1. Kerusakan hutan tahun 2002 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi Kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo diklasifikasikan menjadi tiga tingkat kerusakan hutan, yaitu kerusakan hutan berat sebesar 3,04%, kerusakan hutan sedang sebesar 13,57% dan hutan yang tidak mengalami kerusakan sebesar 83,21%. 2. Kerusakan hutan tahun 2013 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu meliputi Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo yang terdiri dari kerusakan hutan berat sebesar 0,01%, kerusakan hutan sedang sebesar 0,23% dan hutan yang tidak mengalamai kerusakan sebesar 99,76%. 3. Perbandingan luasan dan tingkat kerusakan hutan dari tahun 2002 hingga 2013 di wilayah Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu mengalami penurunan seluas 892,31 ha meliputi hutan dengan kerusakan hutan berat seluas 163,38 ha dan kerusakan hutan sedang seluas 728,94 ha. DAFTAR PUSTAKA [1] Undang-Undang. 41 Tahun 1999. Kehutanan. [2] Undang-Undang N0. 7 Tahun 2004. Sumber Daya Air. [3] Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [4] Widianto, Suprayogo, D., Sudarto, & Lestariningsih, I. D. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS Brantas, Jawa Timur. Bogor: World Agroforestry Centre. [5] Liang, S. 2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. New Jersey: John Willey & Sons Inc. [6] Susilawati, & Jaya, I. S. 2003. Evaluasi Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Menggunakan Landsat 7 ETM+ di HPH PT Sri Buana Dumai Provinsi Riau. Jurnal Manajemen Hutan Tropika IX, 1:1-16. [7] Abidin, Z. H. 2002. Survei dengan GPS. Jakarta: Pradnya Paramitha. [8] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. 2012. Klasifikasi Fungsi Kawasan Hutan. [9] Iskandar, M., Sanjoto, T. B., & Sutardji. 2012. Analisis Kerapatan Vegetasi Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh sebagai Basis Evaluasi Kerusakan Hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Geo Image 1, 94-101. [10] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).