5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

KAPAL IKAN PURSE SEINE

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BAB III BAHAN DAN METODE

ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

5 EVALUASI TEKNIS PERIKANAN GIOB

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Jaring Angkat

Transkripsi:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikan. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai unit penangkapan payang di Palabuhanratu. 1) Alat penangkapan ikan Alat tangkap payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar (Subani dan Barus 1989). Payang terdiri atas jaring, tali ris, tali selambar, pelampung dan pemberat. Jaring payang terdiri atas sayap, badan dan kantong. Bahan yang digunakan yaitu nilon atau Polyamide (PA) multifilamen. Konstruksi payang di Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Konstruksi payang di Palabuhanratu Panjang total payang sekitar 202,5 m, terdiri atas panjang sayap sekitar 148,5 m, panjang badan sekitar 34 m dan panjang kantong sekitar 20 m. Ukuran bukaan mata jaring antara sayap, badan dan kantong berbeda satu sama lain.

29 Semakin ke arah bagian kantong maka ukurannya semakin kecil. Pada bagian sayap, ukuran mata jaring mencapai 33-34,5 cm. Badan jaring memiliki ukuran mata berkisar antara 18,8-30 cm, sedangkan bagian kantong berkisar 1,1-17,8 cm. Tali ris terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan yaitu Polyethylene (PE) multifilamen. Tali ris atas mempunyai diameter 3-4 mm dan tali ris bawah berdiameter 5-6 mm. Panjang tali ris atas sekitar 200 m dan tali ris bawah sekitar 175 m. Tali selambar terbuat dari bahan Polyethylene (PE) multifilamen panjang 300 m dengan diameter 15-16 mm. Tali selambar berfungsi sebagai tali penarik payang ke atas kapal. Pelampung terbuat dari potongan bambu sepanjang 1 m atau 2 ruas bambu dengan diameter 8-12 cm. Pelampung bambu yang digunakan berjumlah 30 buah pada satu unit payang. Selain itu, terdapat pelampung busa berukuran 49,5 m 3 atau derigen berukuran 5 liter sebanyak 4 buah. Pelampung ini diletakkan berdekatan dengan pelampung jerigen 30 liter. Pelampung jerigen 30 liter diletakkan di tengah bibir jaring bagian atas. Pada ujung tali selambar terdapat pelampung tanda berbentuk bola dari plastik berdiameter sekitar 30-50 cm. Pelampung tanda ini digunakan saat tali selambar pertama kali diturunkan. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berjumlah 26-30 buah dengan bobot 2 kg. Pemasangan pemberat bersilangan dengan pelampung untuk menentukan bukaan mulut jaring saat dioperasikan. Selain itu terdapat 1 buah batu cakel dengan bobot 2 kg di tengah bibir jaring bagian bawah. 2) Kapal Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan terbuat dari material kayu dan fiber. Jenis kayu yang digunakan biasanya kayu bungur dan meranti. Kapal payang mempunyai kekhususan yaitu adanya kakapa. Kakapa terbuat dari beberapa batang bambu. Fungsi kakapa sebagai tempat fishing master untuk mencari gerombolan ikan. Kapal payang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

30 Kapal bermaterial kayu Kapal bermaterial fiber Gambar 4 Kapal payang di Palabuhanratu Dimensi kapal dengan material kayu biasanya memiliki panjang 10,4-12 m, lebar 2,65-3 m dan tinggi 1-1,2 m. Dimensi kapal dengan material fiber umumnya lebih kecil, memiliki panjang 11-11,5 m, lebar 1,5-1,6 m dan tinggi 0,7-1,8 m. Kapal payang material fiber memiliki cadik di sebelah kiri dan kanan badan kapal. Kapal payang tidak memiliki palkah untuk tempat hasil tangkapan, hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam blong. Kapal payang menggunakan mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 15 PK, 25 PK dan 40 PK sebagai tenaga penggerak. Bahan bakar yang digunakan yaitu bensin. Perlengkapan lain yang ada di perahu adalah box untuk es dan ban sebagai peralatan dalam tugas juru batu. 3) Nelayan nelayan untuk kapal payang material kayu berbeda dengan kapal payang material fiber. nelayan kapal payang material kayu berkisar antara 13-23 orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang material fiber biasanya 8-15 orang. Anak buah kapal payang memiliki peran dan tugas masing-masing yaitu: 1) Juru mudi, bertugas memegang kemudi kapal, baik saat menuju maupun kembali dari fishing ground; 2) Juru batu, bertugas untuk melabuhkan kapal serta bertanggung jawab jaring payang terbuka sempurna di dalam perairan; 3) Pengawas, bertugas mencari gerombolan ikan serta menentukan arah operasi penangkapan ikan; 4) Petawuran, bertugas untuk menurunkan jaring; dan 5) Anak payang, bertugas berenang untuk menakut-nakuti ikan serta menggiring ikan ke arah mulut jaring.

31 Selain peran dan tugas yang disebutkan di atas, kadang-kadang ada anak payang yang bertugas sebagai asisten juru mudi. Pada saat proses penarikan jaring, semua anak buah kapal saling membantu dalam proses hauling kecuali juru mudi. 5.1.2 Metode pengoperasian payang Operasional payang biasanya dimulai pukul 05.15 WIB untuk persiapan perbekalan, mesin, es dan anak buah kapal. Unit penangkapan payang beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat. Pada saat musim barat, sumberdaya ikan dilaut banyak, tetapi cuaca dilaut tidak mendukung untuk operasi penangkapan ikan, sehingga nelayan tidak melaut. Kapal meninggalkan fishing base sekitar pukul 06.15 WIB. Kegiatan operasi penangkapan ikan dimulai dengan pencarian gerombolan ikan. Kegiatan ini dilakukan oleh fishing master serta ABK lainnya dengan melihat tanda-tanda keberadaan ikan. Tanda-tanda tersebut antara lain lompatan ikan di permukaan air, adanya buih-buih di permukaan air, banyaknya ikan berukuran kecil di permukaan air, sehingga banyak burung-burung laut yang menukik ke permukaan air, dan warna perairan terlihat keruh. Setelah terlihat ada gerombolan ikan, kemudian setting dilakukan. Setting diawali dengan pelemparan pelampung tanda, jaring, pelampung dan pemberat. Kemudian pembentukan lingkaran jaring untuk mengitari gerombolan ikan dengan kecepatan kapal. Proses ini memerlukan waktu sekitar 15 menit atau bergantung pada kecepatan gerombolan ikan yang mempengaruhi kecepatan kapal, kemudian beberapa anak payang berenang ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan bambu untuk menakut-nakuti gerombolan ikan dan menggiringnya ke arah mulut jaring. Setelah ikan terkurung, selanjutnya dilakukan proses hauling atau penarikan jaring ke atas kapal. Penarikan dilakukan oleh sejumlah ABK tanpa menggunakan alat bantu. Dalam proses hauling, mesin kapal dimatikan. Penarikan jaring dimulai dari tali selambar dan selanjutnya kedua sayap, proses ini dilakukan secara serempak dan cepat. Pada bibir jaring bagian bawah, batu cakel diangkat terlebih dahulu, sehingga bentuk jaring mengerucut ke arah kantong untuk menghindari lolosnya ikan. Setelah proses hauling selesai, hasil

32 tangkapan dikeluarkan dari jaring dan disortir berdasarkan jenisnya. Kegiatan setting-hauling dilakukan di lambung kiri kapal. Pada satu trip penangkapan ikan, biasanya dilakukan 10-12 kali setting dan hauling, bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh serta bahan bakar yang tersedia. Kapal kembali ke fishing base sekitar pukul 17.21 WIB. Lebih rinci mengenai alokasi waktu pengoperasian payang, mulai menuju ke fishing ground hingga kembali ke fishing base, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Alokasi waktu keberangkatan pengoperasian payang, mulai menuju fishing ground hingga kembali ke fishing base No Kegiatan Durasi (menit) Pukul (WIB) 1 Keberangkatan ke fishing ground 169 06.15-09.04 2 Setting-hauling 328 09.04-14.32 3 Kembali ke fishing base 169 14.32-17.21 Sumber : Diolah dari data primer 5.1.3 Hasil tangkapan payang Ikan yang menjadi tangkapan utama yaitu tongkol (Auxis thazard). Jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), kantong semar (Mene maculata), layur (Lepthuracanthus savala), teri (Stolephorus sp), pepetek (Leioghnatus lineolatus), tenggiri (Scomberomorus commersonii) dan madidihang (Thunnus albacares). Hasil tangkapan payang didominasi oleh jenis ikan pepetek dengan jumlah 21.678 kg atau 60,07% dari total hasil tangkapan yang diperoleh. hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang dapat dilihat pada Tabel 12 dan komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 12 hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang per unit Tahun 2011 No Jenis Ikan (kg per unit per tahun) 1 Tongkol (Auxis thazard) 5.333 2 Kantong semar (Mene maculata) 4.367 3 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 2.800 4 Layur (Lepthuracanthus savala) 115 5 Teri (Stolephorus sp) 667 6 Pepetek (Leioghnatus lineolatus) 21.678 7 Tenggiri (Scomberomorus commersonii) 90 8 Madidihang (Thunnus albacares) 1.033 36.083

33 Gambar 5 Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan payang 5.1.4 Daerah dan musim pengoperasian payang Payang dioperasikan di kedalaman sekitar 40-200 m dalam keadaan perairan yang tenang. Pada saat gelombang besar, payang tertarik gelombang sehingga dioperasikan pada kedalaman sekitar 30-170 m. Daerah pengoperasian payang di Palabuhanratu yaitu di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam (Lampiran 1). Daerah pengoperasian payang lebih dekat ke arah pantai sekitar 3-4 mil dari pantai. Musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Berdasarkan wawancara dengan nelayan payang, musim ikan terjadi sekitar Bulan Agustus November dan tidak musim ikan terjadi sekitar Bulan Desember Juli. Namun, musim-musim tersebut tidak sama sepanjang tahun, bergantung perubahan cuaca. 5.1.5 Produktivitas Produktivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan. Produktivitas per alat tangkap sebanyak 36.083 kg per unit dalam setahun, produktivitas per trip sebanyak 424,51 kg per trip, produktivitas per nelayan sebanyak 28,30 kg per orang, produktivitas per setting sebanyak 38,59 kg per setting. Produktivitas unit penangkapan payang disajikan pada Tabel 13.

34 Tabel 13 Produktivitas alat tangkap payang No Produktivitas 1 Per alat tangkap (kg/unit/tahun) 36.083 2 Per trip (kg/trip) 424,51 3 Per nelayan (kg/orang) 28,30 4 Per setting (kg/setting) 38,59 5.2 Karakteristik Nelayan Responden Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan pemilik dan nelayan buruh alat tangkap payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik nelayan responden. 5.2.1 Umur Data umur nelayan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok umur, yaitu kelompok umur kurang dari 30 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun dan di atas 45 tahun. umur tertinggi kelompok nelayan buruh ada pada kelompok umur di atas 45 tahun (Tabel 13). Menurut BPS, umur produktif manusia adalah umur 15-64 tahun. Berdasarkan Lampiran 2 dan 3, umur produktif nelayan buruh sebanyak 90% dan nelayan pemilik sebanyak 100%. Umur tertua responden nelayan pemilik yaitu 53 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 38 tahun. Umur tertua responden nelayan buruh yaitu 66 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 40 tahun. Pengalaman melaut nelayan buruh lebih lama daripada nelayan pemilik. Sebaran responden nelayan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran umur nelayan responden Nelayan pemilik Nelayan buruh Kelompok umur (tahun) Persenrtase <30 - - - - 30-34 - - - - 35-39 1 20,00 - - 40-44 2 40,00 3 30,00 >45 2 40,00 7 70,00 Total 5 100,00 10 100,00

35 5.2.2 Tingkat pendidikan Sebagian besar tingkat pendidikan nelayan pemilik adalah tamat SMP, yaitu 60%. Tingkat pendidikan nelayan buruh sebagian besar adalah tamat SD, sebanyak 7 orang atau 70%. Tingkat pendidikan nelayan payang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Tingkat pendidikan nelayan responden Tingkat pendidikan Nelayan pemilik Nelayan buruh Tidak tamat SD - - 1 10,00 Tamat SD 2 40,00 7 70,00 Tidak tamat SMP - - - - Tamat SMP 3 60,00 - - Tidak tamat SMA - - - - Tamat SMA - - 2 20,00 5.2.3 Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga nelayan pemilik berkisar antara 3-7 orang, sedangkan nelayan buruh berkisar antara 1-6 orang. Tanggungan keluarga nelayan pemilik paling banyak adalah berkisar antara 3-4 orang, sebanyak 60%. Tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak berkisar antara 1-2 orang, yaitu sebanyak 50%. Secara lengkap mengenai tanggungan keluarga nelayan payang dapat dilihat pada Tabel 16, Lampiran 2 dan 3. Tabel 16 tanggungan rumah tangga nelayan responden tanggungan Nelayan pemilik Nelayan buruh 0 - - - - 1-2 - - 5 50,00 3-4 3 60,00 3 30,00 5-6 1 20,00 2 20,00 >6 1 20,00 - -

36 5.2.4 Pendapatan total Pendapatan rumah tangga terdiri atas pendapatan perikanan dan non perikanan dari seluruh anggota rumah tangga. Total pendapatan nelayan pemilik sebesar Rp 104.160.000,00 per tahun, sedangkan total pendapatan nelayan buruh sebesar Rp 18.136.800,00 per tahun. Total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total pendapatan rumah tangga nelayan responden No Kategori nelayan Total pendapatan (Rp per tahun) 1 Pemilik 104.160.000,00 2 Buruh 18.136.800,00 5.3 Deskripsi Alokasi Waktu Kerja Alokasi waktu kerja terdiri atas waktu kerja melaut dan non melaut pada musim ikan dan tidak musim ikan. Pada saat musim ikan waktu kerja nelayan buruh (96%) lebih banyak dari pada nelayan pemilik (28%), sedangkan pada saat tidak musim ikan waktu kerja nelayan buruh adalah sebaliknya. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat musim ikan sebesar 341,13 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 251,75 jam per bulan. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat tidak musim ikan sebesar 115,78 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 202,57 jam per bulan. Alokasi waktu kerja rata-rata per bulan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Alokasi waktu kerja nelayan responden Kegiatan nelayan Musim ikan Tidak musim ikan Pemilik Buruh Pemilik Buruh Dalam jam : Kerja melaut 70,88 329,88 21,6 100,53 Kerja non melaut 180,97 15,25 180,97 15,25 Total kerja 251,75 341,13 202,57 115,78 Dalam persen : Kerja melaut 28,00 96,00 11,00 87,00 Kerja non melaut 72,00 4,00 89,00 13,00 Total kerja 100,00 100,00 100,00 100,00

37 Total alokasi waktu pada saat melaut dalam satu hari adalah 731 menit, sedangkan total alokasi waktu pada saat non melaut dalam satu hari adalah 679 menit. Sebagian besar kegiatan melaut dalam satu hari digunakan untuk hauling (19%), sedangkan sebagian besar kegiatan non melaut dalam satu hari digunakan untuk tidur (25%). Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut Melaut Non melaut Kegiatan Waktu Waktu Kegiatan (menit) (menit) Persiapan 46 3 Ibadah 30 2 Perjalanan menuju fishing ground 169 12 Makan 25 2 Setting 55 4 Istirahat 20 1 Hauling 273 19 Nonton TV 119 8 Perjalanan menuju fishing base 169 12 Tidur 365 25 Bongkar Muat 49 3 Perjalanan rumahfishing base 35 2 - - - Persiapan melaut 45 3 - - - Lain-lain 40 3 761 43 679 57 Sumber : Diolah dari data primer Sebagian besar kegiatan nelayan responden di luar penangkapan ikan dalam satu hari digunakan untuk tidur sebesar 35,61% dan menonton TV sebesar 18,15%. Kegiatan nelayan responden apabila tidak melaut dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari apabila tidak melaut Kegiatan Ibadah Tidur Makan Waktu (menit) Melihat perbaikan jarring Perbaikan jaring Istirahat Nonton TV Kerja bakti Bertani 57 513 58 15 49 68 5 261 33 106 275 1440 3,98 35,61 4,01 1,01 3,41 4,73 0,35 18,15 2,27 7,39 19,13 100 Sumber : Diolah dari data primer Perjalanan TPIrumah Lainlain 5.4 Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Penjelasan mengenai 11 indikator tingkat kesejahteraan keluarga nelayan responden seperti diuraikan lebih lanjut.

38 5.4.1 Pendapatan rumah tangga nelayan responden Rata-rata total pendapatan dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan kemudian dibagi dengan jumlah responden. Rata-rata pendapatan perikanan nelayan pemilik lebih besar dari pada rata-rata pendapatan non perikanan. Rata-rata pendapatan perikanan nelayan pemilik sebesar Rp87.120.000,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan non perikanan sebesar Rp17.040.000,00 per tahun. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh lebih besar dari pada rata-rata pendapatan perikanan. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh sebesar Rp11.820.000,00 per tahun, sedangkan ratarata pendapatan perikanan sebesar Rp6.316.800,00 per tahun. Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata Pendapatan (Rp per tahun) Perikanan Non perikanan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Pemilik 87.120.000,00 17.040.000,00 104.160.000,00 Buruh 6.316.800,00 11.820.000,00 18.136.800,00 Rata-rata pendapatan per kapita nelayan pemilik sebesar Rp19.824.000,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan per kapita nelayan buruh sebesar Rp5.218.850,00 per tahun. Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Rata-rata anggota keluarga Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) Pemilik 104.160.000,00 5 19.824.000,00 Buruh 18.136.800,00 3 5.218.850,00 Konsep kemiskinan Sajogyo memberikan gambaran hubungan antar tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan berbanding terbalik. Harga beras rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp 9.375,00 per kilogram, yaitu pada

39 bulan Maret 2012 saat penelitian berlangsung. Harga beras tersebut dihubungkan dengan sejumlah beras yang dikonsumsi masyarakat perkotaan berdasarkan konsep Sajogyo dan disetarakan dengan pendapatan per kapita keluarga nelayan. Daerah Palabuhanratu merupakan daerah perkotaan. Seluruh responden nelayan pemilik termasuk dalam golongan tidak miskin, 5 responden nelayan buruh termasuk golongan tidak miskin, 3 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin, 1 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin sekali dan 1 responden nelayan buruh lainnya termasuk golongan paling miskin. Penjelasan lebih rinci mengenai indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Tabel 23 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 23 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo Nelayan pemilik Nelayan buruh Kriteria Skor (Orang) Tidak miskin 4 5 100,00 5 50,00 Miskin 3 - - 3 30,00 Miskin sekali 2 - - 1 10,00 Paling miskin 1 - - 1 10,00 Gambar 6 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo

40 5.4.2 Pengeluaran rumah tangga nelayan responden Pengeluaran rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pengeluaran untuk pangan merupakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan keluarga. Pengeluaran pangan nelayan payang lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non pangan. Pengeluaran pangan dan non pangan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Pengeluaran secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rata-rata total pengeluaran rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Pangan (Rp per tahun) Non pangan (Rp per tahun) Sandang Papan Lain-lain Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) Pemilik 37.094.400,00 360.000,00 3.878.400,00 19.613.300,00 60.946.000,00 Buruh 14.534.400,00-1.008.600,00 5.392.600,00 20.935.600,00 Tabungan merupakan nilai selisih antara rata-rata total pendapatan dengan rata-rata total pengeluaran. Tabungan per kapita nelayan pemilik sebesar Rp7.191.734,00 per tahun, sedangkan nelayan buruh memiliki hutang per kapita sebesar Rp898.252,00 per tahun. Lebih rinci mengenai tabungan disajikan pada Tabel 25 dan Gambar 7. Tabel 25 Selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) Rata-rata pengeluaran Per kapita (Rp per tahun) Tabungan (Rp per tahun) Tabungan per kapita (Rp per tahun) Pemilik 104.160.000,00 19.824.000,00 60.946.000,00 12.714.800,00 43.213.920,00 7.191.734,00 Buruh 18.136.800,00 5.218.850,00 20.935.600,00 6.116.800,00-2.798.760,00-898.252,00 Gambar 7 Tabungan per kapita nelayan responden

41 Standar kebutuhan hidup tersebut dibandingkan dengan pengeluaran per kapita per tahun. Besarnya standar kebutuhan hidup per tahun per kapita di Palabuhanratu berdasarkan harga Sembilan bahan pokok adalah Rp2.116.500,00. Rincian kebutuhan hidup tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Harga sembilan bahan pokok berdasarkan harga di Palabuhanratu No Satuan Harga Ketentuan Total 1 Beras Kg 9.375 100 937.500 2 Ikan asin Kg 18.000 15 270.000 3 Minyak goring Kg 11.000 6 66.000 4 Minyak tanah Liter 11.000 60 660.000 5 Gula pasir Kg 11.000 6 66.000 6 Garam Kg 3000 9 27.000 7 Sabun cuci Batang 1000 20 20.000 8 Batik kasar Meter 15.000 2 30.000 9 Kain kasar Meter 10.000 4 40.000 2.116.500 Pengeluaran per kapita merupakan total pengeluaran dibagi dengan banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga. Rata-rata pengeluaran per kapita nelayan pemilik sebesar Rp12.714.800,00 per tahun, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita nelayan buruh sebesar Rp6.116.800,00 per tahun. Pengeluaran per kapita secara rinci dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) anggota keluarga Rata-rata pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Pemilik 60.616.000,00 5 12.714.800,00 Buruh 20.935.600,00 3 6.116.800,00 Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Rumah tangga nelayan pemilik sebanyak 100% termasuk kedalam kategori tidak miskin, sedangkan nelayan buruh sebanyak 90% termasuk kedalam kategori tidak miskin dan 10% termasuk

42 kedalam kategori hampir miskin. Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Tabel 28 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 28 Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah Kriteria Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Tidak miskin 4 5 100 9 90 Hampir miskin 3 - - 1 10 Miskin 2 - - - - Miskin sekali 1 - - - - 5 100 10 100 Gambar 8 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah 5.4.3 Keadaan tempat tinggal Keadaan tempat tinggal nelayan pemilik seluruhnya menggunakan atap genting, bilik tembok, status rumah milik sendiri dan lantainya menggunakan ubin. Sebanyak 3 responden memiliki luas rumah dengan kategori luas dan 2 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sedang. Keadaan tempat tinggal 5 responden nelayan pemilik dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perhatian nelayan pemilik terhadap keadaan tempat tinggal cukup besar. Keadaan tempat tinggal nelayan buruh sebagian besar menggunakan atap genting, yaitu 9 responden dengan persentase 90%, dan sisanya masih

43 menggunakan atap asbes. Bilik rumah dari 8 responden sudah terbuat dari tembok dan sisanya terbuat dari setengah tembok. Status kepemilikan rumah dari 9 responden merupakan milik sendiri dan sisanya merupakan sewa. Keadaan lantai rumah dari 9 responden memakai ubin dan sisanya memakai plester. Luas lantai rumah dari 3 responden masuk dalam kategori sedang dan 7 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sempit. Keadaan tempat tinggal seluruh responden nelayan buruh dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan tempat tinggal nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 29. 5.4.4 Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal juga merupakan indikator keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Sebagian besar responden nelayan buruh mempunyai pekarangan yang sempit, yaitu 90%, dan sisanya 10% tidak mempunyai pekarangan rumah. Fasilitas hiburan yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah mempunyai TV, sebanyak 70%, sedangkan 10% responden mempunyai radio dan 20% responden tidak mempunyai alat hiburan. Sebagian besar rumah tangga nelayan buruh (80%) memanfaatkan alam sebagai alat pendingin, sedangkan sisanya 20% responden mempunyai lemari es. Sumber penerangan yang digunakan masingmasing rumah tangga seluruhnya memanfaatkan listrik. Bahan bakar yang digunakan adalah gas (40%), kayu bakar (40%), minyak tanah 10% dan tidak menggunakan bahan bakar apapun 10%. Namun, jenis bahan bakar yang digunakan tidak selalu tetap, bergantung pada ketersediaan uang untuk membelinya. Sebagian besar nelayan buruh (40%) memanfaatkan air sumur sebagai sumber air, sedangkan sisanya yaitu memanfaatkan air PAM (20%), memanfaatkan mata air (20%) dan memanfaatkan air sungai (20%). Sebagian besar (80%) nelayan buruh mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum.

44 Tabel 29 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Keadaan tempat tinggal 1. Atap Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Genting 5 5 100,00 9 90,00 Asbes 4 - - 1 10,00 Seng 3 - - - - Sirap 2 - - - - Daun 1 - - - - 2. Bilik Tembok 5 5 100,00 8 80,00 Setengah tembok 4 - - 2 20,00 Kayu 3 - - - - Bambu kayu 2 - - - - Bambu 1 - - - - 3. Status Milik sendiri 3 5 100,00 9 90,00 Sewa 2 - - 1 10,00 Numpang 1 - - - - 4. Lantai Porselin 5 - - - - Ubin 4 5 100,00 9 90,00 Plester 3 - - 1 10,00 Papan 2 - - - - Tanah 1 - - - - 5. Luas lantai Luas (< 100 m 2 ) 3 3 60,00 - - Sedang (50-100 m 2 ) 2 2 40,00 3 30,00 Sempit (>50 m 2 ) 1 - - 7 70,00

45 Tabel 30 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Fasilitas tempat tinggal Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh 1. Pekarangan Luas (< 100 m2) 3 1 20,00 - - Sedang (50-100 m2) 2 - - - - Sempit (>50 m2) 1 4 80,00 9 90,00 5 100,00 9 90,00 2. Hiburan Video 4 - - - - TV 3 5 100,00 7 70,00 Tape recorder 2 - - - - Radio 1 - - 1 10,00 5 100.00 8 80.00 3. Pendingin AC 4 - - - - Lemari es 3 5 100,00 2 20,00 Kipas angin 2 - - - - Alam 1 - - 8 80,00 4. Sumber penerangan Listrik 3 5 100,00 10 100,00 Petromak 2 - - - - Lampu temple 1 - - - - 5. Bahan bakar Gas 3 5 100,00 4 40,00 Kayu 2 - - 4 40,00 Minyak tanah 1 - - 1 10,00 5 100.00 9 90,00 6. Sumber air PAM 6 1 20,00 2 20,00 Sumur bor 5 - - - - Sumur 4 1 20,00 4 40,00 Mata air 3 2 40,00 2 20,00 Air hujan 2 - - - - Sungai 1 1 20,00 2 20,00 7. MCK Kamar mandi sendiri 4 4 80,00 8 80,00 Kamar mandi umum 3 1 20,00 2 20,00 Sungai/laut 2 - - - - Kebun 1 - - - - Sebanyak 80% responden nelayan pemilik mempunyai pekarangan yang sempit, sedangkan sisanya 20% mempunyai pekarangan yang luas. Seluruh

46 rumah tangga nelayan pemilik mempunyai fasilitas hiburan TV dan alat pendingin lemari es. Seluruh rumah tangga nelayan pemilik menggunakan listrik sebagai sumber penerangan dan gas untuk bahan bakar. Sumber air yang dimanfaatkan oleh sebagian besar rumah tangga nelayan pemilik (40%) adalah dari mata air, sedangkan sisanya 20% memanfaatkan air PAM, 20% memanfaatkan air sumur dan 20% lainnya memanfaatkan air sungai. Sebagian besar rumah tangga responden nelayan pemilik (80%) mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum. Fasilitas tempat tinggal nelayan responden lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa sebanyak 5 responden nelayan pemilik memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 21, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan pemilik dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang lengkap. Sebanyak 10 responden nelayan buruh memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 16, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan buruh dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang cukup. 5.4.5 Kesehatan anggota rumah tangga Seluruh responden rumah tangga nelayan pemilik termasuk dalam kategori bagus, artinya dalam satu bulan kurang dari 25% anggota rumah tangga nelayan pemilik sering sakit. Sebagian besar responden nelayan buruh (80%) termasuk dalam kategori bagus, sisanya 10% termasuk dalam kategori cukup dan 10% lainnya termasuk dalam kategori kurang. Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden Kesehatan anggota rumah tangga Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Bagus (<25% sering sakit) 3 5 100,00 8 80,00 Cukup (25%-50% sering sakit) 2 - - 1 10,00 Kurang (>50% sering sakit) 1 - - 1 10,00

47 5.4.6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Secara keseluruhan nelayan pemilik dan 90% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari masing-masing rumah adalah antara 0,01 sampai 3 km. Sementara 10% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari rumah lebih dari 3 km. Sebagian besar reponden nelayan pemillik (60%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 40% diantaranya menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Sebagian besar responden nelayan buruh (70%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 30% menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau. Tidak demikian dengan nelayan buruh, 30% responden menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau, 50% responden menyatakan bahwa biaya berobat cukup terjangkau dan 20% responden menyatakan bahwa biaya berobat sulit terjangkau. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa penanganan berobat dari tenaga medis di daerah Palabuhanrau dan sekitarnya sudah baik. Sementara 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah baik, 50% menyatakan cukup baik dan 20% responden masih kesulitan dalam hal penanganan berobat dari tenaga medis. Permasalahan keluarga berencana, alat kontrasepsi dan konsultasi KB tergolong mudah didapat di daerah Palabuhanratu dan sekitarnya, akan tetapi baik nelayan pemilik maupun nelayan buruh tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara untuk konsultasi KB, 60% responden nelayan pemilik dan 30% responden nelayan buruh menyatakan mudah dalam konsultasi KB, 20% nelayan pemilik tidak konsultasi KB, sisanya 20% responden nelayan pemilik tergolong sulit dalam konsultasi KB dan 70% responden nelayan buruh tidak konsultasi atau tidak menggunakan KB. Seluruh nelayan pemilik dan 30% reponden nelayan buruh menyatakan harga obat-obatan sudah terjangkau, sedangkan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup terjangkau. Kemudahan anggota rumah tangga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 32.

48 Tabel 32 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedic 1. Jarak RS terdekat Sk or Nelayan pemilik Persentas e Nelayan buruh 0 km 4 - - - - Persentas e 0,01-3 km 3 5 100,00 9 90,00 >3km 2 - - 1 10,00 2. Jarak ke Poliklinik 0 km 4 - - - - 0,01-2 km 3 2 40,00 3 30,00 >2km 2 3 60,00 7 70,00 Missing 1 - - - - 3. Biaya berobat Terjangkau 3 5 100,00 3 30,00 Cukup terjangkau 2 - - 5 50,00 Sulit terjangkau 1 - - 2 20,00 4. Penanganan berobat Baik 3 5 100,00 3 30,00 Cukup 2 - - 5 50,00 Sulit 1 - - 2 20,00 5. Alat Kontrasepsi Mudah didapat 3 - - - - Cukup didapat 2 - - - - Sulit didapat 1 - - - - 6. Konsultasi KB - - - - Mudah 3 3 60,00 3 30,00 Cukup 2 - - - - Sulit 1 1 20,00 - - 7. Harga obat-obatan 4 80,00 3 30,00 Terjangkau 3 5 100,00 3 30,00 Cukup 2 - - 7 70,00 Sulit terjangkau 1 - - - -

49 5.4.7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan Seluruh responden nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya sekolah dan prosedur penerimaannya mudah terjangkau. Bagi responden nelayan pemilik, jarak tempuh ke sekolah antara 0,01 sampai 3 km. Artinya nelayan pemilik termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Sebanyak 10% responden nelayan buruh termasuk mudah terjangkau dalam biaya sekolah, biaya sekolah bagi 60% responden cukup terjangkau dan 30% responden lainnya tidak memberikan jawaban karena tidak ada tanggungan keluarga yang masuk ke jenjang pendidikan. Sebanyak 70% responden nelayan buruh menyatakan bahwa jarak tempuh ke sekolah tidak terlalu jauh antara 0,01 sampai 3 km. Prosedur penerimaan sekolah bagi 50% responden nelayan buruh tergolong mudah terjangkau dan 20% responden nelayan buruh tergolong cukup terjangkau. Dari penilaian tersebut dapat dikatakan bahwa nelayan buruh termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan 1. Biaya sekolah Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Mudah terjangkau 3 5 100,00 1 10,00 Cukup 2 - - 6 60,00 Sulit terjangkau 1 - - - - 5 100,00 7 70,00 2. Jarak ke sekolah 0 km 4 - - - - 0,01-3 km 3 5 100,00 7 70,00 > 3 km 2 - - - - 5 100,00 7 70,00 3. Prosedur penerimaan Mudah 3 5 100,00 5 50,00 Cukup 2 - - 2 20,00 Sulit 1 - - - - 5 100,00 7 70,00

50 5.4.8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Seluruh rumah tangga nelayan pemilik terjangkau dalam hal ongkos dan biaya transportasi dengan fasilitas kendaraan yang sudah tersedia. Namun, dalam hal kepemilikan kendaraan, 60% responden nelayan pemilik telah memiliki kendaraan sendiri dan 40% lainnya menggunakan kendaraan umum. Menurut 40% nelayan buruh, ongkos dan biaya transportasi sudah terjangkau dan 60% responden cukup terjangkau. Apabila dilihat dari fasilitas kendaraan yang ada, 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah tersedia dan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup tersedia. Nelayan buruh yang memiliki kendaraan sendiri berjumlah 20%, sedangkan 80% lainnya menggunakan kendaraan umum. Indikator kemudahan mendapatkan sarana transportasi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan transportasi Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 1. Ongkos dan biaya Sk or Nelayan pemilik Nelayan buruh Terjangkau 3 5 100,00 4 40,00 Cukup 2 - - 6 60,00 Sulit 1 - - - - 2. Fasilitas kendaraan Tersedia 3 5 100,00 3 30,00 Cukup 2 - - 7 70,00 Sulit 1 - - - - 3. Kepemilikan Sendiri 3 3 60,00 2 20,00 Sewa 2 - - - - Ongkos 1 2 40,00 8 80,00 5.4.9 Kehidupan beragama Sebagian besar penduduk di daerah Palabuhanratu beragama Islam. Sebanyak 80% nelayan pemilik memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup, sedangkan 20% lainnya memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan buruh, diketahui bahwa

51 80% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup dan 20% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Selengkapnya mengenai indikator kehidupan beragama nelayan payang dapat dilihat dalam Tabel 35. Tabel 35 Kehidupan beragama rumah tangga nelayan responden Nelayan pemilik Nelayan buruh Kehidupan beragama Skor Toleransi tinggi 3 - - - - Toleransi cukup 2 4 80,00 10 100,00 Toleransi rendah 1 1 20,00 - - 5.4.10 Rasa aman dari gangguan kejahatan Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan dilihat dari sering tidaknya responden mengalami tindak kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan responden menyatakan bahwa 80% responden nelayan pemilik dan 90% responden nelayan buruh menyatakan merasa aman dari gangguan kejahatan, sedangkan 20% responden nelayan pemilik dan 10% responden nelayan buruh merasa cukup aman karena nelayan tersebut pernah menjadi korban pencurian. Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan Nelayan pemilik Nelayan buruh Rasa aman dari gangguan Sk kejahatan or Aman 3 4 80,00 9 90,00 Cukup aman 2 1 20,00 1 10,00 Kurang aman 1 - - - - 5.4.11 Kemudahan dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga dilihat dari sering tidaknya responden melakukan olahraga. Sebanyak 20% responden nelayan pemilik

52 menyatakan sering olahraga, 40% menyatakan cukup sering olahraga dan 40% lainnya menyatakan kurang olahraga. Sebanyak 20% responden nelayan buruh menyatakan cukup sering olahraga dan 80% responden menyatakan kurang olahraga. Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Sering olahraga 3 1 20,00 - - Cukup sering olahraga 2 2 40,00 2 20,00 kurang olahraga 1 2 40,00 8 80,00 5.5 Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Responden Seluruh nelayan pemilik termasuk dalam tingkat kesejahteraan tinggi. Sementara sebanyak 60% responden nelayan buruh termasuk dalam tingkat kesejaheraan tinggi dan 40% responden lainnya termasuk dalam tingkat kesejahteraan sedang. Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden Klasifikasi Nelayan pemilik Nelayan buruh Total tingkat skor kesejahteraan Tinggi 27-35 5 100,00 6 60,00 Sedang 19-26 - - 4 40,00 Rendah 11-18 - - - - 5.6 Pembahasan Alat tangkap payang banyak digunakan di Perairan Teluk Palabuhanratu. Secara teknik, operasional alat tangkap payang efektif menangkap ikan. Produktivitas payang meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 36.083 kg per unit per tahun. Meningkatnya produktivitas payang disebabkan pengurangan

53 jumlah unit penangkapan payang, sehingga mengurangi persaingan dalam perolehan hasil tangkapan. Hasil tangkapan payang umumnya ikan pelagis, seperti tongkol, kantong semar, cakalang dan madidihang. Pada saat tidak musim ikan, kadang-kadang bagian kantong payang diganti menggunakan jaring dengan ukuran mata lebih kecil. Hal ini dimaksudkan untuk menangkap ikan teri. Saat tidak musim ikan, dengan payang yang sama, kadang-kadang tertangkap ikan layur, tenggiri dan pepetek. Tahun 2007 dan sebelumnya, payang lebih banyak menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti tembang, hanya sesekali secara kebetulan menangkap ikan pelagis besar seperti cakalang. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap kesediaan sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu bahwa telah terjadi pengurangan sediaan jenis ikan tertentu. Keadaan ini dapat dijawab melalui penelitian tentang sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu. Metode penangkapan ikan yang dilakukan yaitu dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan jaring. Pengoperasian payang, terutama pada saat hauling, memerlukan tenaga nelayan dengan energi yang lebih tinggi, terlebih saat mendapatkan banyak hasil tangkapan. Hasil penelitian bahwa hauling memerlukan porsi waktu yang paling banyak saat nelayan melaut. Jika hal ini dikaitkan dengan umur nelayan buruh, yaitu di atas 45 tahun walaupun masih termasuk dalam kriteria umur produktif, akan lebih baik jika payang dioperasikan oleh nelayan yang lebih muda. Nelayan yang lebih muda umumnya memiliki energi yang lebih besar, sehingga hauling dapat dilakukan lebih cepat. Artinya semakin cepat jaring payang mencapai kapal, maka akan semakin baik dan peluang lolosnya ikan hasil tangkapan semakin kecil. Tingkat pendidikan nelayan buruh tampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap pelaksanaan operasi penangkapan ikan, karena operasi penangkapan ikan bergantung pada hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan yang diperoleh menentukan pendapatan yang diterima nelayan buruh. Pendapatan yang diterima nelayan buruh bergantung pada sistem bagi hasilnya. Porsi melaut nelayan buruh lebih tinggi dibandingkan nelayan pemilik, sehingga alokasi waktu kerja nelayan buruh lebih banyak digunakan untuk melaut. Hal ini yang menyebabkan pendapatan nelayan buruh di luar sektor

54 penangkapan ikan tidak ada. Keadaan ini terkait dengan tingkat pendapatan nelayan buruh yang rendah, sehingga nelayan buruh tidak bisa menabung. Hal ini ditunjukkan dengan 50% nelayan buruh masuk dalam kategori miskin, miskin sekali dan paling miskin. Kategori miskin hingga paling miskin ini pula yang menyebabkan nelayan buruh lebih banyak memilih tidur dan menonton TV saat tidak melaut. Keadaan ini yang menyebabkan nelayan buruh tidak memiliki pendapatan pada saat tidak melaut, sehingga nelayan buruh memilih berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan nelayan buruh adalah menciptakan lapangan kerja untuk rumah tangga nelayan buruh, misalnya menciptakan usaha sampingan rumah tangga. Nelayan buruh dapat melakukan pekerjaan ini saat tidak melaut, namun istri atau anak nelayan buruh dapat melakukannya setiap hari. Usaha sampingan yang diciptakan seharusnya dapat dilakukan oleh rumah tangga. Hasil penelitian bahwa pendapatan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Pendapatan semakin besar maka 10 indikator kesejahteraan lainnya semakin baik. Artinya semakin besar pendapatan maka 10 indikator kesejahteraan lainnya mudah terpenuhi, sehingga tingkat kesejahteraan semakin baik. Hal ini menyebabkan tingkat kesejahteraan nelayan pemilik lebih tinggi dibandingkan nelayan buruh.