Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB 2. Tinjauan Pustaka

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB 2. Landasan Teori

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

Bab 2. Tinjauan Pustaka

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BJ システムについて Mengenai BJ System

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

LATAR SOSIAL YANG MEMPENGARUHI TOKOH GENIN DALAM CERPEN RASHOMON KARYA AKUTAGAWA RYONOUSUKE

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa,

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

Bab 2. Landasan Teori. Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito

PERJUANGAN KELAS PROLETAR DALAM NOVEL KANI KOUSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI MELALUI PENDEKATAN TEORI MARXISME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

FAKTA SEJARAH PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MAWAR JEPANG KARYA REI KIMURA SKRIPSI OLEH: CAROLIN DAWITA MALINO

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

KAJIAN FIKSI ILMIAH PADA TOKOH EDOGAWA CONAN DALAM MANGA MEITANTEI KONAN KARYA AOYAMA GOSHO SKRIPSI OLEH: KARINA KESUMA PUTRI NIM

Bab 2. Landasan Teori. semangat atau motivasi bagi seseorang untuk berusaha dengan keras, penuh ketekunan,

23 September Maret 2014 LAMPIRAN

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Menurut Nurgiyantoro. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Seperti yang dikatakan Jones dalam Nurgiyantoro (2007:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang digambarkan dalam cerita. Stanton dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan bahwa pengunaan istilah karakter (character) sendiri dalam berbagai literature bahasa inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian, character dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya. Tokoh cerita (character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2007:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan katakata (verbal) dan tingkah laku lain (non-verbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. 12

Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Nurgiyantoro (2007:177) juga mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaa itu dilakukan. Misalnya saja pembedaan antara tokoh utama dan tokoh tambahan. Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Disebut sebagai tokoh utama cerita (central character, main character). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan diatas tidak serta merta hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta, prilaku tokoh (Nurgiyantoro, 2007:198). Berbagai teknik dalam penggambaran teknik dramatik: 13

1. Teknik cakapan Percakapan yang dilakukan oleh (baca: diterapkan pada) tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Percakapan yang baik, mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya (Nurgiyantoro, 2007:201). 2. Teknik Tingkah Laku Jika teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjuk tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku menyarankan pada tindakan yang bersifat non-verbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya (Nurgiyantoro, 2007:203). 3.Teknik Pikiran dan Perasaan Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang (sering) dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga ( Nurgiyantoro, 2007:204). 2.2 Pendekatan Biografis Menurut Welek etal. dalam Ratna (2004:55-56), model biografis dianggap sebagai pendekatan yang tertua. Pendekatan biografis merupakan studi yang sistematis mengenai proses kreativitas. Subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya sastra, arti sebuah karya sastra dengan demikian secara relatif sama dengan maksud, niat, pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Penelitian harus mencatumkan biografi, suratsurat, dokumen penting pengarang, foto-foto, bahkan wawancara langsung dengan pengarang. Karya sastra pada gilirannya identik dengan riwayat hidup, pernyataan- 14

pernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografi mensunbordinasikan karya. Oleh karena itu, pendekatan biografis sesungguhnya merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi. Menurut Welek etal. dalam Ratna (2004:56), sebagai anggota masyarakat, pengarang dengan sendirinya lebih berhasil untuk melukiskan masyarakat di tempat ia tinggal, lingkungan hidup yang benar-benar dialaminya secara nyata. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif dibedakan tiga macam pengarang, yaitu : a. Pengarang yang mengarang berdasarkan pengalaman langsung b. Pengarang yang mengarang berdasarkan keterampilan dalam penyusunan kembali unsur-unsur penceritaan. c. Pengarang yang mengarang, berdasarkan kekuatan imajinasi. Menurut Welek etal. Dalam Ratna (2004:56-57), dalam ilmu sastra, biografi pengarang, bukan curriculum vitae, membantu untuk memahami proses kreatif, genesis karya seni. Dalam ilmu sosial, pada umumnya biografi dimanfaatkan dalam kaitannya dengan latar belakang proses rekonstruksi fakta-fakta, membantu menjelaskan pikiranpikiran seorang ahli, seperti : sistem ideologi, paradigm ilmiah, pandangan dunia, dan kerangka umum sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dikaitkan dengan pemahaman sosiologi ilmu pengetahuan Berger etal. dalam Ratna (2004:57), pada dasarnya hanya sebagian kecil dari keseluruhan pengalaman yang berhasil tersimpan dalam kesadaran manusia. Biografi merupakan sedimentasi pengalaman-pengalaman masa lampau, baik personal, sebagai pengalaman individual, maupun kolektif, sebagai pengalaman intersubjektif, yang pada saat-saat tertentu akan muncul kembali. 15

2.3 Teori Dasar Psikologi Sastra Menurut Suwardi (2008:87) pengalaman kejiwaan sang pengarang yang semula terendap dalam jiwa, telah beralih ke dalam karya sastra yang diciptakannya, yang terproyeksi lewat ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya. Sastra sebagai gejala kejiwaan, dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat menggunakan pendekatan psikologi karena hubungannya yang dekat. Meskipun sastrawan jarang berpikir secara psikologis, namun karyanya tetap bisa bernuansa kejiwaan. Hal ini dapat diterima karena antara sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tidak langsung dan fungsional. Menurut Jatman dalam Suwandi (2008:88), tidak langsung artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun psikologi, kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yakni kejiwaan manusia. Sedangkan hubungan fungsional sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Menurut Aminuddin dalam Suwardi (2008:88) berdasarkan uraian di atas, karya sastra sebenarnya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari penulisnya seperti yang dulu dilakukan oleh penganut paham strukturalisme tradiosional, yang menganggap bahwa karya sastra itu bersifat otonom, lepas sama sekali dari penulisnya. Sebab, diantara keduanya terdapat hubungan kausalitas. Menurut Scott dalam Suwardi (2008:64), yang penting adalah psikologi sastra mencakup tiga hal, yaitu (1) penelitian hubungan ketidaksengajaan antara pengarang dan pembaca, (2) penelitian kehidupan pengarang untuk memahami karyanya, dan (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya yang diteliti. 16

2.4 Teori Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh Menurut Albertine Minderop (2005:10), dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh oleh penampilan seseorang, bahkan tertipu oleh penampilan seseorang, demikian pula dalam suatu karya sastra, faktor penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh yang dimaksud misalnya pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik atau kesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh. Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat disangkal terkait pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan. Metode perwatakan yang menggunakan penampilan tokoh memberikan kebebasan kepada pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. Secara subjektif pengarang bebas menampilkan appereance para tokoh, yang secara implisit memberikan gambaran watak tokoh. Namun demikian, terdapat hal-hal yang sifatnya universal, misalnya untuk menggambarkan seorang tokoh dengan watak positif (bijaksana, elegan, cerdas), biasanya pengarang menampilkan tokoh yang berpenampilan rapih dengan sosok yang proporsional. 2.5 Novel Detektif Novel detektif adalah novel yang mengisahkan tentang kasus pembunuhan, kriminalitas dan penyelidikan yang dilakukan oleh seorang polisi atau detektif untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya. Setelah perang dunia kedua, proses perkembangan novel detektif dibagi menjadi berbagai jenis, seperti novel hardboiled eggs, novel suspense, novel polisi, novel yang mengenai mata-mata dan lain-lain. 17

日本では 現在 謎解きの本格ものからハードボイルド サスペンス小説 警察小説 スパイ小説など多彩な流れを包括する用語として推理小説とかミステリーという言葉が使われ 探偵小説という言葉はあまり使われなくなっている これは英米でも同様で 日本でいう推理小説という言葉は 現在 crime fiction といっている 直訳すると 犯罪小説 だが 日本でいうところの推理小説である 困るのは 戦前の日本で使われた探偵小説という言葉が 英語の detective story の直訳なのに 英米と意味が大きく違っていたことである (Manji, 2000:196) Terjemahan: Di Jepang, pada masa sekarang ini, untuk sebuah istilah yang merupakan penggolongan dari berbagai macam jenis novel seperti novel hardboiled eggs, novel suspense, novel polisi, novel yang berisikan tentang mata-mata dan lain-lain yang pada dasarnya berasal dari sebuah cerita yang menceritakan pemecahan sebuah teka-teki, sering digunakan sebuah kata yang disebut misteri dengan istilah Suiri shosetsu, sehingga sebutan istilah Tantei shosetsu menjadi jarang digunakan. Ini juga sama halnya dalam bahasa British-Amerika, dan di Jepang istilah yang disebut dengan Suiri shosetsu, pada masa sekarang ini disebut juga dengan Crime fiction atau kejahatan fiksi. Jika istilah Crime fiction ini diterjemahkan langsung, maka akan mempunyai arti novel kejahatan atau hanzai shosetsu akan tetapi, jika sebutan ini disebut di Jepang maka ini akan dikenal sebagai Suiri shosetsu. Sehingga yang menjadi masalahnya, istilah Tantei shousetsu yang digunakan Jepang pada saat zaman sebelum perang, ini jika diartikan ke bahasa inggris menjadi Detective story atau cerita detektif namun, istilah Tantei shosetsu dan Detective story ini dalam pemahaman British- America dan secara makna memiliki perbedaan yang besar (Manji, 2000:196). Dalam dunia sastra Jepang, Tantei shosetsu dan Suiri shosetsu memiliki makna yang berbeda. Tantei shosetsu lebih romantis dan tidak masuk akal, namun Suiri shosetsu lebih cenderung mengarah ke kenyataan. 推理小説 ( すいりしょうせつ ) は 小説のジャンルのひとつ 殺人 盗難 誘拐 詐欺など なんらかの事件 犯罪の発生と その合理的な解決へ向けての経過を描くもの さまざまなメディアに展開されるミステリーというジャンルの元になった (Manji, 2000:201) 18

Terjemahan: Suiri shosetsu adalah salah satu jenis novel. Dalam novel ini, biasanya menceritakan tentang pembunuhan, perampokan, penculikan, penipuan dan lain-lain. Selain itu, di dalam novel ini juga menggambarkan bagaimana sebuah kejahatan terjadi dan akan mengarahkan rangkaian kejadian tersebut ke arah rasional. Inilah yang merupakan titik awal munculnya sebuah jenis aliran novel yang disebut dengan Misteri yang disebarluaskan di berbagai media (Manji, 2000:201). Sebelumnya Suiri shosetsu di Jepang disebut dengan Tantei shosetsu. Setelah perang dunia kedua Showa 21 (1946), pemerintahan Jepang mengemukakan bahwa tidak ada kanji Tei ( 偵 ), oleh dikarenakan itulah sebutan Tantei shosetsu pelan-pelan menghilang. Pada tahun 1954, kanji Tei sudah muncul di kamus Kanji akan tetapi sebutan Suiri shosetsu sudah sering digunakan dan diterima oleh masyarakat Jepang sampai kini. Novel detektif yang lebih ke kalangan masyarakat Jepang dan mencerminkan kehidupan kenyataan masyarakat Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950, Seicho Matsumoto adalah orang pertama yang menulis karya seperti ini. 社会派とは 事件そのものに加え 事件の背景を社会世相などに絡め て描き出すもの 地に足のついた現実的な犯罪事件と その背後にひ そむ社会的病理を描写する 日本では 1960 年代から長らく主流が続 いた 松本清張の作品がその代表とされる (Manji, 2000:201) Terjemahan: Shakaiha merupakan salah satu jenis dari Suirishosetsu. Istilah Shakaiha merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan latar belakang sebuah kasus yang berhubungan erat dengan sebuah pola 19

masyarakat. Selain menggambarkan sebuah pola masyarakat, juga menggambarkan kasus kejahatan yang terjadi dalam kehidupan nyata atau kasus kejahatan yang bersifat non-fiksi, dan di balik kasus-kasus kejahatan yang diceritakan, novel ini biasanya juga akan memberikan gambaran tentang penyakit masyarakat yang bersembunyi. Novel yang tergolong seperti ini, di Jepang telah ada sejak era tahun 1960an dan berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dalam jangka waktu tersebut yang menjadi perwakilan dari novel-novel tergolong Shakaiha adalah novel-novel karya Seicho Matsumoto (Manji, 2000:201). Di Jepang novel detektif di bagi banyak jenis novel, seperti novel mata-mata, novel hard-boiled, novel suspense, novel polisi, novel Shakai dan lain-lain. Namun novel Seicho Matsumoto lebih dikategorikan novel Shakaiha suirishosetsu yang mengambil latar belakang pola hidup masyarakat Jepang. Di dalam karya Seicho Matsumoto lebih banyak menggambarkan kehidupan tokoh utamanya sebagai seorang polisi atau orang awam. Sebelum adanya Shin Honkaku suirishosetsu, novel detektif Jepang lebih berpusat ke Shakai suirishosetsu. Sebenarnya, Seicho Matsumoto memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dunia novel detektif. Pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1970, kebanyakan novel detektif Jepang memiliki karakteristik seperti Seicho Matsumoto, jadi penulis murni Honkaku suirishosetsu hanya bisa dikatakan beberapa saja. Shakaiha suirishosetsu, asal usul nama ini tidak diketahui secara tepat kapan digunakan. Namun Shakaiha suirishosetsu mulai digunakan sejak Seicho Matsumoto muncul. Pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1970 adalah masa keemasan Shakai suirishosetsu. Karya ini kebanyakan menceritakan tentang latar belakang kehidupan masyarakat Jepang. Di dalam karya Seicho Matsumoto lebih banyak menggambarkan kehidupan tokoh utamanya sebagai seorang polisi atau orang awam salah satunya adalah novel karyanya Suna no Utsuwa. 20