BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi diperlukan rangkaian kalimat untuk dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dari berbagai negara memiliki ciri universal dan ciri khusus.

Bab 2. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Definisi bahasa menurut Kridalaksana (2001 : 27) adalah sistem lambang

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

Bab I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988:66),

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki keunikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. baik dalam memberikan penjelasan tentang hubungan antara satu kata dengan kata

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, perasaannya kepada orang lain. Setiap bahasa memiliki ciri

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Seperti yang dikatakan oleh P.W.J

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap kalimat selalu terdapat sebuah fungsi sintaksis. Sebuah kalimat

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang memiliki makna, meskipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki ciri khas atau karakteristik tersendiri. Setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kata-kata tersebut terkadang

BAB I PENDAHULUAN. bergantung dan berkelompok dengan anggota masyarakat lainnya. Di dalam

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau kaidah-kaidah yang berbeda.

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

Bab 2. Landasan Teori. Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

BAB 1 PENDAHULUAN. antaranya adalah partikel atau kata bantu yang disebut joshi ( 助詞 ). Joshi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah perilaku mengekspresikan, menyampaikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan kata dengan kata dan turut menentukan makna inti sebuah kalimat.

Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Aspek atau aspect adalah kategori gramatikal verba yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

ABSTRACT. Keywords : error anlyze, the fucntion of joshi wa ( は ) and ga ( が ), sakubun I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

Bab 5. Ringkasan. Bahasa itu sendiri mempunyai dua pengertian, pertama menyatakan alat komunikasi

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi hinshi beserta

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari bahasa lain. Contohnya adalah mengenai konstruksi kausatif,

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

PARTIKEL GA DI DALAM NOVEL KITCHEN KARYA YOSHIMOTO BANANA

Bab 2. Landasan Teori. digunakan sebagai landasan teori untuk mendukung penelitian skripsi ini. Teori-teori

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi diperlukan rangkaian kalimat untuk dapat menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Kalimat tersebut disusun dari berbagai jenis kata, dan kata tersebut digabungkan dengan kata-kata yang lainnya sehingga membentuk sebuah kalimat. Penggabungan dari berbagai jenis kata tersebut di antaranya yaitu nomina, adjektiva, adverbia, verba, dan lain sebagainya. Menurut Harimurti Kridalaksana dalam bukunya yang berjudul Kamus Linguistik (2001:226), Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba terdiri dari berbagai macam jenis verba di antaranya seperti verba aktif, verba pasif, verba bantu, verba intransitif dan lain sebagainya. Dalam bahasa Inggris ada istilah yang disebut dengan movement verb. Movement verb atau biasa disebut dengan verba gerak, menurut David Lightfoot dan Nobert Hornstein dalam bukunya yang berjudul Movement Verb (1994:1), sebagai berikut : Theories emerged which predicted the position to which noun phrases could move, the positions from which they could move, the positions from which they had to move, and the locality restrictions on the movement. 1 Universitas Kristen Maranatha

Teori yang muncul yang diperkirakan posisi frase nomina dapat bergerak, posisi-posisi dari mana saja mereka dapat bergerak, posisi-posisi dari mana saja mereka harus pindah, dan pembatasan lokalitas pada gerakan. Menurut teori verba gerak di atas, yang dimaksudkan adalah adanya suatu pergerakan dan adanya suatu aktivitas perpindahan dan ada tempat dari mana mereka berasal dan ada tempat tujuannya. Agar dapat lebih memahami maksud teori di atas, perhatikan contoh berikut ini : 1. John could have visited New York. (VM:1994) John telah mengunjungi New York. 2. The children have arrived in New York. (VM:1994) Anak-anak telah tiba di New York. Berdasarkan contoh kalimat di atas, dapat dipahami bahwa visited pada kalimat (1), berarti mengunjungi. Kata visited termasuk ke dalam kelas kata verba, visited dalam kalimat (1) mengalami suatu pergerakan atau perpindahan, yaitu John akan pergi mengunjungi New York. Dalam kalimat ini, sangat jelas ada tempat dan tujuan yang dimaksud, yaitu mengujungi New York, maka visited termasuk ke dalam verba gerak atau movement verb. Sedangkan dalam kalimat (2) arrived memiliki arti datang atau tiba. Arrived juga termasuk dalam verba, dalam kalimat (2) juga ada tempat tujuannya yaitu, anak-anak sudah datang atau tiba di New York. Dalam hal ini kata arrived juga mengalami suatu pergerakan dan perpindahan tempat dan memiliki tempat yang akan dituju. Maka kata arrived juga termasuk ke dalam verba gerak. 2 Universitas Kristen Maranatha

Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan doushi ( 動詞 ). Dalam buku Bunpoo no Kiso Chishiki to sono Oshiekata karangan Tomita Takayuki (1991:8), dijelaskan bahwa 私たちの ( 行動 動作 ) や ( 容姿 状態 ) 私達の周りのあるものの ( 動き 変化 ) や ( 状況 ) などを表す単語を動詞と言います Watashitachi no (koodo, doosa), ya (yooshi, jyootai), watashitachi no mawari no aru mono no (ugoki, henka), ya (jyoukyoo) nado wo arawasu tango wo doushi to iimasu. Kata yang mengungkapkan keadaan dan perubahan atau pergerakan benda yang berada di sekeliling kita, dan juga situasi atau keadaan yang berhubungan dengan perasaan dan perbuatan atau tindakan manusia disebut verba. Dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa macam jenis verba. Salah satu di antaranya adalah verba gerak. Verba gerak disebut juga dengan idoudoushi ( 移動動 詞 ). Penelitian terhadap idoudoushi ini dilakukan dari segi semantik dan sintaksis untuk mengetahui makna dan struktur kalimat yang terbentuk dalam penggunaan idoudoushi. Menurut Okitsukikei Ichiro dalam bukunya yang berjudul Nihon e no Shoutai ( 日本語への招待 ) ( 1990:53 ), teori dari idoudoushi ( 移動動詞 ) adalah sebagai berikut : 移動動詞は起点と目標をとるが もうひとつ 移動の場所や通過点を示す成分をとることがある Idoudoushi wa kiten to mokuhyou wo toru ga, mou hitotsu, idou no basho ya tsuukaten wo shimesu seibun wo toru koto ga aru. Idoudoushi adalah tempat asal dan tujuan sasaran, dan juga merupakan bagian dari tempat pergerakan dan unsur suatu lintasan. 3 Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan teori tersebut, dapat dipahami bahwa idoudoushi merupakan verba yang menunjukkan adanya pergerakan. Ciri-ciri yang menunjukkan verba tersebut termasuk dalam idoudoushi yaitu adanya kiten ( 起点 ), tempat asal atau awal, mokuhyou ( 目標 ), tempat tujuan, idou no basho ( 移動の場所 ), tempat pergerakan itu terjadi, dan tsuukaten ( 通過点 ), tempat lintasan atau tempat yang dilewati. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pergerakan itu sendiri adalah bergerak dengan memiliki tempat asal atau awal saat pergerakan itu terjadi dan memiliki tujuan yaitu harus berpindah atau bergerak ke tempat yang akan dituju, dan adanya tempat pergerakan serta tempat lintasan atau tempat yang dilewati. Apabila tidak ada salah satu ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas, maka verba tersebut tidak dapat disebut sebagai idoudoushi. Verba yang termasuk dalam idoudoushi diantaranya seperti doraibusuru ( ドライブする ), hashiru ( 走る ), hau ( 爬う ), iku ( 行く ), toori-sugiru ( 通り過ぎる ), wataru ( 渡る ), dan lain sebagainya yang menunjukkan bahwa verba tersebut merupakan verba gerak seperti yang diungkapkan oleh Kawashima (1999:176). Unsur-unsur sintaksis yang berkaitan dengan idoudoushi yaitu dalam penggunaan partikel, atau dalam bahasa Jepang biasa disebut dengan joshi ( 助詞 ). Bahasa Jepang selain memiliki ciri-ciri universal, juga mempunyai karakteristik tersendiri, seperti halnya dalam penggunaan joshi, sebagai pemarkah fungsi sintaksis 4 Universitas Kristen Maranatha

dalam kalimat bahasa Jepang. Masuoka (1992:49) dalam bukunya Kiso Nihongo Bunpo mengatakan tentang joshi ( 助詞 ) sebagai berikut : 名詞に接続して補足語や主題を作る働きをするもの 語と語 節と節を接続する働きをするもの 等を一括して 助詞 という Meishi ni setsuzokushite hosokugo ya shudai wo tsukuru hataraki wo suru mono, go to go, setsu no setsu wo setsuzokusuru hataraki wo suru mono, nado wo ikkatsushite joshi to iu. Sesuatu yang berfungsi menyambung kata dengan kata, klausa dengan klausa, juga membuat nomina (meishi) yang diikutinya menjadi sebuah topik kalimat ataupun pelengkap, dapat disebut dengan joshi. Berdasarkan teori di atas, setiap joshi ( 助詞 ) dalam bahasa Jepang, memiliki fungsi spesifiknya masing-masing, yaitu untuk menyambung kata dengan kata sehingga membuat kata tersebut berubah fungsi sintaksisnya. Karena tidak ditemukannya padanan kata yang sesuai dalam kata-kata bahasa Indonesia, dalam arti joshi tidak dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia, maka pelajar asing merasa kesulitan ketika mempelajari bahasa Jepang, terutama tentang joshi yang mempunyai fungsi penting dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. Perhatikan contoh kalimat dalam bahasa Jepang berikut ini: 3. 日本語を話せる (NP:24/2003) Nihongo wo hanaseru. Dapat berbicara bahasa Jepang. 5 Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan contoh kalimat (3), 日本語 (nihongo) yang menyatakan objek 対 象 taishou memiliki makna bahasa Jepang, yang kemudian disertai dengan 助詞 joshi を (wo) yang berfungsi sebagai penanda objek dalam kalimat (3) tersebut. Sedangkan 話せる hanaseru merupakan verba yang memiliki makna dapat berbicara. Jadi jelas bahwa peranan joshi terlihat ketika telah masuk ke dalam kalimat, karena memang joshi tidak dapat berdiri sendiri seperti layaknya kata yang dapat berdiri sendiri jiritsugo ( 自立語 ), karenanya joshi sangat terikat dengan kata-kata lain. Tetapi walaupun demikian, joshi memberi nuansa dalam kalimat, sehingga makna dari suatu kalimat menjadi beragam. Ada beberapa joshi yang menyertai idoudoushi ( 移動動詞 ). Joshi yang menunjukkan adanya pergerakan atau aktivitas, maka joshi tersebut dapat menyertai idoudoushi. Menurut buku yang berjudul A Dictionary of Japanese Particles, karangan Sue A.Kawashima berberapa joshi yang menunjukkan adanya pergerakan atau aktivitas diantaranya yaitu joshi ni ( に ), e ( へ ), wo ( を ), kara ( から ), dan lain sebagainya. Dalam hal ini, penulis hanya membatasi pada joshi yang dapat menyertai idoudoushi berdasarkan teori-teori yang ada. Dalam penggunan joshi yang menyertai idoudoushi, joshi ni menunjukkan adanya arah dan tujuan terjadinya pergerakan, joshi e, hanya menunjukkan arah pergerakan, tetapi tidak ada tujuannya. Joshi kara, menunjukkan jika setelah nomina, maka kara menunjukkan dari, jika setelah 6 Universitas Kristen Maranatha

adjektiva atau verba selain 移動動詞 idoudoushi, maka kara menunjukkan sebab. Sedangkan joshi made menunjukkan tempat tujuan dari pergerakan yang dimaksudkan. Kemudian joshi wo, dalam buku Nihongo e no Shoutai (1990:53) menunjukkan nomina tempat untuk menyatakan pergerakan yang dimaksudkan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat dari masing-masing joshi yang menyertai verba idoudoushi : 4. 僕は明日学校へ行かない (NS : 52) Boku wa ashita gakkou e ikanai. Saya ( laki-laki ) besok tidak pergi ke sekolah. Dalam kalimat (4), joshi e ( へ ) menyertai verba ikanai ( 行かない ). Dalam kalimat ini joshi e ( へ ) hanya menunjukkan bahwa tidak pergi. Verba ikanai berarti tidak pergi. Verba Ikanai adalah bentuk negatif dari iku ( 行く ). Maka verba ikanai juga termasuk kedalam idoudoushi, karena adanya tempat pergerakan yang terjadi. Meskipun verba ikanai berarti tidak pergi, dalam pengertian secara makna, verba ikanai tidak mengalami pergerakan, tetapi dilihat secara sintaksisnya atau secara struktur kalimatnya, joshi e menunjukkan bahwa tidak ada arah tujuan pergi ke sekolah. Oleh karena itu, verba ikanai juga termasuk dalam idoudoushi bentuk negatif. 5. 僕がうちに帰ったとき 妹も学校から帰ってきた (ADJP : 121) Boku ga uchi ni kaetta toki, imouto mo gakkou kara kaette kita. 7 Universitas Kristen Maranatha

Ketika saya ( laki-laki ) sudah pulang ke rumah, adik perempuan saya juga pulang ke rumah dari sekolah. Pada kalimat (5), joshi ni ( に ) menunjukkan adanya tujuan yaitu pulang ke rumah. Verba yang menyertai joshi ni yaitu kaetta ( 帰った ). Verba kaetta merupakan verba bentuk lampau dari verba kaeru ( 帰る ) yang berarti pulang. Dalam kalimat ini, uchi ni kaetta ( うちに帰った ), menunjukkan bahwa saya mempunyai tujuan yaitu sudah pulang ke rumah yang menyatakan adanya pergerakan. Maka, verba kaetta juga termasuk salah satu idoudoushi dalam bentuk lampau. 6. 新幹線は東京から京都まで 3 時間で走ります (NS : 51) Shinkansen wa Tokyo kara Kyoto made san jikan de hashirimasu. Shinkansen berlari dari Tokyo ke Kyoto dalam waktu tiga jam. Pada kalimat (6) joshi kara ( から ) dan made ( まで ), menunjukkan adanya gejala pergerakan, yang menjelaskan hal yang paling utama selain subjek. Ada dua unsur yaitu adanya suatu pergerakan dari tempat asal dan adanya suatu sasaran atau tempat tujuan. Tempat asal yang dimaksudkan dalam kalimat (6) adalah Tokyo dan sasaran atau tempat tujuan yang dimaksudkan dalam kalimat (6) ini adalah Kyoto. Idoudoushi yang menyertai joshi kara dan made dalam kalimat ini adalah hashirimasu ( 走ります ). Verba hashirimasu, memiliki arti berlari. Berlari menyatakan suatu aktivitas pergerakan. Dalam kalimat ini, shinkansen berlari dari Tokyo menuju Kyoto, shinkansen adalah kereta cepat yang ada di Jepang. Verba 8 Universitas Kristen Maranatha

berlari bukan berarti lari seperti manusia, tetapi yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah berjalan cepat, maka menggunakan verba hashirimasu. Oleh karena itu, verba hashirimasu temasuk ke dalam idoudoushi. 7. 太郎は橋を渡った (NS : 53 ) Tarou wa hashi wo watatta. Taro sudah menyeberangi jembatan. Pada kalimat (7), joshi wo ( を ) sebagai penanda idoudoushi yang menyertainya. Joshi wo dalam kalimat ini menunjukkan nomina tempat. Nomina tempat yang dimaksudkan dalam kalimat ini adalah hashi ( 橋 ) yang berarti jembatan. Dalam kalimat ini verba yang digunakan adalah watatta ( 渡った ). Verba watatta adalah bentuk lampau dari verba wataru ( 渡る ). Watatta berarti sudah menyeberang. Maka, joshi wo dalam kalimat ini menunjukkan tempat pergerakan itu sudah terjadi. Verba yang menyertai joshi wo dalam kalimat ini adalah watatta. Oleh karena itu, hashi wo watatta ( 橋を渡った ) menunjukkan pergerakan sudah menyeberangi jembatan. Maka, verba watatta, termasuk ke dalam idoudoushi dalam bentuk lampau. Dengan demikian untuk dapat dipahami dari penulisan latar belakang, yaitu bahwa dalam bahasa Jepang, fungsi masing-masing joshi yang dapat menyertai idoudoushi sangat berpengaruh besar karena dapat mempengaruhi makna dari idoudoushi yang digunakan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang idoudoushi beserta joshi yang menyertainya. 9 Universitas Kristen Maranatha

1.2 Rumusan Masalah Idoudoushi ( 移動動詞 ) dalam bahasa Jepang, sering menimbulkan suatu permasalahan karena makna dari idoudoushi yang digunakan belum dipahami. Begitu juga dalam hal penggunaan joshi ( 助詞 ) yang menyertai idoudoushi. Maka terkadang para pemakai bahasa sering kali salah dalam penggunaan joshi yang menyertai idoudoushi dan pemahaman dari verba tersebut. Berdasarkan latar belakang yang penulis telah uraikan dalam halaman sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Joshi ( 助詞 ) apa sajakah yang dapat menyertai idoudoushi ( 移動動詞 ) dalam kalimat bahasa Jepang, serta apa saja fungsi dari masing-masing joshi tersebut. 2. Apa makna dari idoudoushi yang terkandung dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan fungsi dari masing-masing joshi ( 助詞 ) yang menyertai idoudoushi ( 移動動詞 ) dalam kalimat bahasa Jepang. 2. Mendeskripsikan makna idoudoushi dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. 10 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Subana dan Sudrajat (2001:26), penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya. Teknik yang penulis gunakan adalah deskriptif analitis, yaitu dengan cara menelaah, menggali konsep dan teori yang didapat dari buku-buku referensi, yang mendukung pemecahan masalah yang diteliti, lalu mendeskripsikan dan menganalisis sumber data tersebut sesuai dengan teori yang ada. Teknik penelitian dilaksanakan dengan mencari data-data di perpustakaan, mengumpulkan data-data. membaca bukubuku, kemudian mencatat. Jadi secara ringkas, penelitian ini saya uraikan berupa penetapan tema dan judul penelitian, pengumpulan data dan teori, penulisan data, analisis dan penulisan penelitian, serta penyimpulan penelitian. 1.5 Organisasi Penulisan Dengan demikian, tahap penelitian ini akan terbentuk dalam empat bab yang mencakup landasan teori, analisis data yang diteliti, dan juga kesimpulan yang diambil oleh penulis. Untuk memperlancar penulisan secara sistematis, penulis menggunakan organisasi penulisan sebagai berikut : 11 Universitas Kristen Maranatha

Bab I adalah tentang latar belakang penulis mengambil tema tentang idoudoushi dan joshi yang berkaitan dengan idoudoushi sebagai penelitian, bagaimana kesulitan yang dihadapi para pelajar asing tentang penggunaan joshi yang menyertai idoudoushi. Kemudian diuraikan juga tentang rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, tujuan penelitian dilakukan, juga metode serta teknik yang digunakan. Bab II akan mengkaji tentang teori-teori yang mendukung penelitian, apa saja verba yang termasuk kedalam idoudoushi dilihat dari sisi semantik atau pengertian secara maknanya, kemudian juga joshi yang menyertai idoudoushi dilihat dari sisi sintaksis yaitu secara struktur kalimat. Bab III, dalam analisis data, penulis akan menuliskan tentang pengaplikasian kalimat-kalimat yang terdapat idoudoushi serta joshi-joshi yang terdapat dalam kalimat itu sendiri, lalu bagaimana hubungannya dengan teori-teori yang telah diungkapkan oleh para ahli tentang idoudoushi. Bab IV, penulis akan mengungkapkan kesimpulan yang penulis dapatkan melalui penelaahan teori juga penyesuaian dari sumber-sumber data yang ada. Dengan adanya organisasi penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan agar pembaca skripsi saya dapat melihat pikiran penulis secara sistematis, dan dapat memahami isi penulisan skripsi saya. 12 Universitas Kristen Maranatha