TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALUKU TENGGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI. bphn.go.id

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 44 TAHUN 2001 SERI: D NOMOR : Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I J A W A T I M U R

PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENERIMAAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 15 TAHUN : 1982 SERI : D NOMOR : 15 SALINAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

LEMBARAN DAERAII DAERAH TINGKAT I BALI PROPINSI TENTANG. Mengingat : 1.

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 23 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 1995 TENTANG PENERIMAAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 25 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

NOMOR 11 TAHUN 1986 (11/1986) PENGAWASAN ATAS JALANNYA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA/PEMERINTAHAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH NOMOR:4 TAHUN:1988 SERI:DNO'4 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1995 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KRAMA ADAT SASAK

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN 1982 Seri D Nomor 14 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2000

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNAGI TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 11 TAHUN : 1983 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:5 TAHUN:1988 SERI:DNO'5 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA ADAT

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BANJAR DINAS DALAM DESA DAN LINGKUNGAN DALAM KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 16 Tahun1982 Seri D Nomor :16

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN 1982 Seri D Nomor 15 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 1987 SERI D ================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1994

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 14 Tahun 1986 Seri D Pada Tanggal 24 Juni 1986 SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 22 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1991

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 2 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA ADAT MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 13 TAHUN : 1982 SERI : D NOMOR : 13 SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

Transkripsi:

TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa Desa Adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang tumbuh dan berkembang sepaniang sejarah selama berabad-abad, telah memberikan sumbangan yang sangat berharga terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat, perjuangan kemerdekaan dan pembangunan di Propinsi Daerah Tingkat I Bali ; b. bahwa Desa Adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali merupakan kesatuan masyarakat Hukum Adat yang 13

Mengingat c. bahwa untuk milestarikan Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat yang bersumber pada ajaran Agama Hindu di Plopinsi Daerah Tingkat I Bali, maka kedudukan, fungsi dan peranannya perlu diatur ; d. bahwa berhubung dengan itu dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali tentang Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat sebagai kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali. : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun L974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037) ; 2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 56; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3153) ; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat Istiadat di Tingkat Desa/Kelurahan ; 5. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkdt I Bali tanggal 2L-L7-7983 Nomor 11 Tahun 1983 tentang Pola bat"r Pembangunan Daerah Tingkat I Bali diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I BaIi tanggal 2O-12-L984 Nomor 149 Seri D Nomor L47. Dengan persetujuan Dewal Perwakilan. Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat fgdi. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TING- - KAT I BALI TENTANG KEDUDUKAN, E.U",AI.9SI DAN,,:l-:? L4

PERANAN DESA ADAT SEBAGAI KESATUAN MA- SYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PROPINSI DA. ERAH TINGKAT I BALI BAB I KETENTUAN I.]MUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali ; b. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah adalah Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dalam Propinsi Daerah Tingkat I BaIi ; c. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang 'mempunyai organisasi Pemerintahan terendah, langsung di bawatr Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; d. Kelurahan adalah zuatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi Pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan mmah tangganya sendiri ; e. Desa Adat sebagai Desa Dresta adalah kesatuan masyarakat Hukum Adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat Umat Hindu secara turun iemurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri ; f. Banjar adalah kelompok masyarakat yang mempakan bagian dari Desa Adat, serta mempakan suatu ikatan tradisi yang sangat kuat dalam satu kesatuan wilayah tertentu, dengan seorang atau lebih pimpinan, yang dapat bertindak ke dalam maupun keluar dalam rangka 15

kepentingan wiuganya dan memiliki kekayaan baik berupa material maupun inmaterial ; g. Palemahan Desa Adat adalah wilayah yang dimiliki oleh Desa Adat yang terdiri dari satu atau lebih Palemahan Banjar yang tidak dapat dlpisah-pisahkan dan yang ada sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ; h. Tanah Ayahan Desa adalah tanah yang berada di Desa Adat dan atau dimiliki oleh Desa Adat serta diatur penggunaannya berdasarkan adat, termasuk untuk kepentingan penyelenggzfaan pemerintahan dan pembangunan di Desa/Kelurahan. i. Hukum Adat adatah Hukum Adat Bali yang bersumber serta dilandasi oleh ajaran-ajaran agama Hindu dan tradisitradisi yang hidup da-lam masyarakat ; j. Prajuru Desa Adat adalah Pengurus Desa Adat di BaIi ; k. Paruman adalah Bidang Permusyawaratan/Permufakatan Desa yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam Desa Adat. BAB II WILAYAH DAN KEANGGOTAAN DESA ADAT Pasal 2 (1) Palemahan Desa Adat merupakan wilayah kesatuan masyarakat Hukum Adat yang mempunyai batasbatas tertentu. (2) Batas Palemahan Desa Adat merupakan batas-batas yang ditetapkan oleh masing-masing Desa Adat atas dasar permufakatan Desa Adat yang berbatasan. Pasal 3 Perubahan batas Falemahan Desa Adat dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan prajuru Desa Adat dari Desa Adat yang berbatasan setelah mendapat persetujuan dari Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang bersangkutan. 16

Pasal 4 (1) Krama Desa Adat adalah orang yang menjadi anggota Desa Adat. (2) Tata Cara dan Syarat menjadi Krama Desa Adat di atur dalam Awig-Awig Desa Adat yang bersangkutan. BAB III KEDUDUKAN DAN FUNGSI DESA ADAT Pasal 5 Desa Adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali, merupakan kesatuan rnasyarakat Hukum Adat yang bersifat sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Pasal 6 (1) Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat mempunyai fungsi i a. membantu Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa/Pemerintah I{elurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang terutama bidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan ; b. melaksanakan hukum adat dan adat istiadaf dalam Desa Adatnya ; c. memberikan kedudukan Hukum menurut Hukum Adat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial keperdataan dan keagamaan ; d. membina dan mengembangkan nilai-nilai adat Bali dalam rangka memperkaya, molestarikan dan mengembangkan kebudayaan Nasional pada umum' nya dan kebudayaan Bali pada khususnya, berdasarkan paras-paros salunglung sabayantaka/musyawarah untuk mufakat ; e. menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan Desa Adat untuk kesejahteraan masyzrakat Desa Adat. t7

(2) Fungsi tersebut ayat (1) dijabarkan di dalam Awig- Awig Desa Adat. BAB IV AWIG.AWIG DESA ADAT Pasal 7 (1) Setiap Desa Adat agar memiliki Awig-Awig terbulis ; (2) Awig-Awig Desa Adat tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Ig4E dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pasal 8 (1) Awig-Awig Desa Adat dibuat dan disahkan oleh Krama Desa Adat ; (2) Awig-Awig Desa Adat dicatatkan di Kantor Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Pasal 9 Sanksi yang diatur dalam Awig-Awig Desa Adat tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan rasa keadilan dalam masyarakat BAB V PRAJURU DESA ADAT Pasal 10 (1) Desa Adat dipimpin oleh Prajuru Desa Adat. (2) Prajuru Desa Adat dipilih dan ditetapkan oleh masingmasing Krama Desa Adat. (3) Struktur dan Susunan Prajuru Desa Adat diatur dalam Awig-Awig Desa Adat. BAB VI TUGAS.TUGAS PRAJURU DESA ADAT Pasal 11 Prajuru Desa Adat mempunyai tugas-tugas : 18

a. melaksanakan Awig-Awig Desa Adat ; b. mengatur penyelengganan upacara keagamaan bagi Desa Adat, sesuai dengan sastra agama ; c. menglsahakan perdamaian dan penyelesaian terhadap sengketa-sengketa Adat ; d. mengembangkan kebudayaan Daerah dalam upaya melestjikan kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah kebudayaan Nasional ; e. membina dan mengkoordinasikan masyarakat hukum adat mulai dari keluarga berdasarkan adat-istiadat yang berlaku pada setiap Desa Adat, guna meningkatkan kesadaran sosial dan semangat kegotongroyongan ; f. mewakili Desa Adat dan bertindak atas nama dan untuk Desa Adat atau masyarakat Hukum Adat dalam segala perbuatan hukum di dalam dan di luar peradilan ; g. mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan^d-engan adatiehubungan dengan harta dan pusaka Desa Adat' BAB VII PEMBINAAN DAN HUBUNGAN KER^IA Bagian Pertama Pembinaan Pasal 12 (1) Pembinaan Desa Adat dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah ; (2) Dalam melaksanakan fungsi sebagai tersebut ayat (1) Gubernur Kepala Daerah dibantu oleh Majelis Pembina Lembaga Adat dan Badan Pelaksana Pembina Lembaga Adat ; (3) Struktur dan Susunan Keanggotaan Majelis dan Badan Pelaksana tersebut ayat (2) ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. 19

Bagian Kedua Hubungan Kerja Pasal 13 Hubungan kerja antara Prajuru Desa Adat dengan Kepala Desa/Kepala I(elurahan adalah bersifat Konsultatif dan Koordinatif. BAB VIII HARTA KEKAYAAN DAN PENDAPATAN DESA ADAT Bagian Pertama Harta Kekayaan Desa Adat Pasal 14 (1) (2\ (3) (4) (5) Harta Kekayaan Desa Adat adalah harta kekayaan yang telah ada yang kemudian dan akan datang menjadi hak milik Desa Adat berupa harta tidak bergerak dan yang bergerak ; Pengelolaan harta kekayaan Desa Adat dilakukan oleh Prajuru Desa Adat sesuai dengan Awig-Awig Desa Adat yang bersangkutan ; Penggunaan harta kekayaan Desa Adat di luar kepentingan Desa Adat selalu atas keputusan Paruman ; Setiap pengalihan/perubahan status hak atas tanah ayahan Desa harus mendapat persetujuan Paruman Desa ; Pengawasan terhadap harta kekayaan Desa Adat di Iakukan oleh Gubernur Kepala Daerah beserta Aparat bawahannya atau pejabat lain yang ditunjuknya. Bagian Kedua Pendapatan Desa Adat ' Pasal 15 (1) Pendapatan Desa Adat diperoleh dari : a. Pendapatan sendiri yang diperoleh dari hasil-hasil kekayaan Desa Adat ; 20

b. Sumbangan dari masyarakat ; c. Bantuan dari Pemerintah ; d. Urunan dari Krama Desa Adat ; e. Pendapatan lainnya Yang sah. (2) Cara dan besarnya pungutan yang tersebut ayat (1) sub a dan d ditetapkan dalam Awig-Awig Desa Adat' Pasal 16 (1) Pendapatan Desa Adat sebagai dimaksud pasal 15 dipergunakan untuk pembinaan dan pembangunan di Desa Adat Yang bersangkutan. (2) Tata Pengelolaan dan Penggunaan Pendapatan Desa Adat sebagai dimaksud ayat (1) diatur dalam Awig- Awig Desa Adat Yang bersangkutan. Pasal 17,Awig-Awig Desa Adat yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini agar segera menyesuaikan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP Pasal 18 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubemur Kepala Daerah. (2) Peraturan Daerah ini disebut PERATURAN DAE- RAH TENTANG DESA ADAT ; (3) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali. 2l

' Denpasar,25 Juni 1986., DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GUBERNUR KEPALA DAERAH DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI KETUA, TINGKAT I BALI, ttd. MANTRA. Disahkan Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor : 140.61-1380 tanggal : 29 Oktober 1987. Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Nomor : 3 tanggal : 27 Februari 1988. Seri :D Nomor:3. Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat I Bali, ttd. Drs. SEMBAH SUBHAKTI. NIP. 010023939. 22

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI KESATUANMASYARAKATHUKUMADATDALAMPROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI UMUM 1. Penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang PemerintahanDesadiBali,tidakmenimbulkanperubahanyangFundamental terhadap Pemerintahan Desa Adat yang selama ini berperan sebagai organisasi Pemerintahan Desa Adat yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Berdasarkarl Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 pasal 1 huruf (a) yang ditetapkan sebagai organisasi Pemerintahan terendahlangsungainawatrcamatdanberhakmenyelenggarakanrumah t^ttgg"n-ya slndiri adalah Desa, sedangkan yang telah diakui Pemerintah t"tittgt"t dengan Desa di Bali adalah Desa Adat' 2. Desa Adat di Bali selama ini memegang peranan yang sangat penting dalam menata dan membina kehidupan masyarakat Desa Adat, maupun dalam proses Pembangunan. sebagai organisasi Pemerintahan yang terendah setingkat dengan nesa, oesa Adat mengendalikan jalannya roda Pemerintahan di dalam Palemahan (wilayah) yang terkecil dalam Negara Republik Indonesia, yang tetap hidup dan berkembang sampai saat ini sebagaiperwujudandaribudayabangsayangperludiayomidandilestarikan. Desa Adat di Bali selama Revolusi Fisik telah menjadi basis perjuangan Bangsa dan di masa Pemerintahan orde Baru masyaiatat Oesa Adat yang didukung sepenuhnya oleh Krama Desa Adatmemegangperananyangsangatpentingdalammelaksanakan pembangunan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas, eksistensi ar,

Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat yang telah hidup dan berakar dalam kehidupan masyarakat di Bali perlu.dipelihara, dibina dan dilestarikan, sehingga Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat tetap utuh, tangguh dan tanggap dalam mengikuti perkembangan ketatanegaraan dan perkembangan pembangunan Nasional. 3. Dalam usaha pelestarian dan peningkatan peranan Desa Adat dalam pembangunan, maka perlu dilakukan penataan kembali terhadap kedudukan, fungsi dan peranan Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum Adat dalam Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa Adat di masa yang akan datang mempunyai fungsi untuk menata kehidupan masyarakat Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berkaitan dengan hukum adat dan kebudayaan Bali.. Fungsi yang demikian akan dapat dijadikan landasan bagi kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Bahwa dalam melaksanakan dan mengembangkan fungsi Desa Adat dilaksanakan berdasarkan prinsip "sagilik saguluk, salunglung sabayantaka" dalam mewujudkan masyar'akat tata tentram kertha raharja, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar L945. 4. Bertitik tolak angka 3 di atas, maka secara terperinci peranan dan fungsi Desa Adat meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Membina dan mengembangkan nilai-nilai Agama Hindu dan kaidah Adat dresta di tengah-tengah masyarakat Desa Adat ; b. Menyelesaikan sengketa-sengketa (perkara-perkara) adat ; c. Mengusahakan perdamaian dan memberikan kekuatan hukum terhadap status, hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan menurut Hukum Adat yang berlaku ; d. Mengembangkan kebudayaan masyarakat Desa Adat dalam usaha melestarikan kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah kebudayaan bangsa ; e. Memelihara dan melestarikan adat istiadat yang hidup dan bermanfaat untuk pembangunan bangsa. 24

f. Menjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan masyarakat baik dalam hubungan antara masyarakat sendiri, hubungan masyarakat dengan alam lingkungannya maupun anggota masyarakat dengan Maha Pencipta yang kita kenal dengan falsafah : Tri Hita Karana. Peranan dan fungsi Desa Adat tersebut di atas dilakukan oleh suatu Prajuru Desa Adat yang telah ada dan berakar di setiap Desa Adat di Bali selama ini. 5. Desa Adat di dalam melaksanakan peranan dan fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan ajaran Agama Hindu maka bagi mereka yang tidak beragama Hindu, tidak terikat sepenuhnya kepada hukum adat. Ini tidak berarti bahwa mereka berada di luar kehidupan lingkungannya, karena sepanjang aturan yang ada tidak bertentangan dengan ajaran yang dianut tentu bisa dilaksanakan di dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan dasar-dasar Negara Pancasila. Dengan ditetapkannya peraturan Daerah tentang Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat ini, akan memberikan sumbangan untuk lebih meningkatkan pembinaan Pemerintah di dalam usaha menciptakan perkembangan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri dalam pembangunan Indonesia yang berdasarkan Panca' sila dan Undang-Undang Dasar 1945. il. PASAL DEMI PASAL Pasal t huruf a. Cukup jelas. b. Cukup jelas. c. Cukup jelas. d. Cukup jelas. e. Desa Adat sebagai desa dresta merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki warga krama tertentu, wilayah palemahan tertentu dan pengurus yang dinamakan Prajuru Desa' Di Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli disebut "Banjar Adat" tetapi mempunyai fungsi dan peranan yang sama dengan Desa Adat. f. Yang dimaksud Banjar di sini adalah Banjar Adat. g. Cukup jelas. 25

Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 ayat (1) Pasal 4 ayat (2\ h. Cukup jelas. i. Cukup jelas. j. Prajuru Desa Adat adalah Unsur Pimpinan tertinggi, yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun serta berkembang di tengah-tengah masyarakat Desa. Unsur Pengurus, Unsur Pimpinan dan sekaligus pelaksana-pelaksana dari semua program dan permasalahan Desa Adat. Pimpinan Prajuru Desa Adat ini disebut Bendesa Adat dan atau Klian Desa Adat, yang dibantu oleh unsur Pimpinan lainnya seperti penengen, penyarikan atau dengan nama lain yang fungsinya sama. k. Cukup jelas. Cukup jelas.. Cukup jelas. Yang menjadi Krama Desa Adat adalah orang yang menjadi anggota Desa Adat menurut tata cara dan syarat yang diatur dalam awig-awig Desa Adat yang bersangkutan. Untuk menjadi Krama Desa Adat tidak hanya berdasarkan atas asas dorqisili saja tetapi juga dianut stelsel aktif yaitu adanya permohonan/permintaan dari seseorang untuk menjadi Krama Desa Adat. Dengan demikian bisa terjadi bahwa Krama tersebut berada di luar wilayah Desa Adat yang bersangkutan dan selraliknya. Cukup jelas. Pasal 5 Konsekuensi logis dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun L979 tentang Pemerintahan Desa di Propinsi Daerah Tingkat I Bali : a. tidak beralihnya kedudukan, fungsi Desa Adat kepada desa sebagai pemerintahan yang terendah berada langsung di bawah Camat ; b. perlunya diatur Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat dan Lembaga Pimpinan yang bernama Prajuru Desa Adat. 26

Pasal 6 ayat (1) Pasal 6 ayat (1) Pasal 6 ayat (2) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) a. Di samping fungsi yang disebutkan dalam huruf a pasal inf maka Desa Adat juga berperan di dalam menciptakan keamanan lingkungan (dengan adanya pecalang, sistem gebagan dan sebagainya). b. Cukup jelas. c. Di dalam melaksanakan fungsinya memberikan kedudukan Hukum yang berkaitan dengan kepentingan hubungan sosial, keperdataan dan keagamaan termasuk di dalamnya : 1. Harta kekayaan Desa. 2. Prajuru Desa Adat. 3. Krama Desa Adat. 4. Palemahan Desa Adat. huruf d dan c Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup Jelas. Prosedure pembuatan awig-awig Desa Adat. Awig-awig Desa Adat digarap oleh Desa Adat yang bersangkutan sampai berbentuk Rancangan. Rancangan awig-awig terselout disampaikan kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuannya. Setetah mendapatkan persetujua'n Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan barulah Awig-Awig Desa Adat tersebut disahkan oleh Krama Adat. Dalam melaksanakan sanksi awig-awig supaya dilaksanakan seczra bertahap bersifat mendidik dan tetap menjaga kesucian wilayah Desa Adat yang bersangkutan. ' Desa Adat disamping sebagai kesatuan Masyarakat Hukum juga sekaligus merupakan suatu organisasi pemerintahan yang tidak langsung di bawah Camat. 'Desa Adat berfungsi dan berperanan mengatur kehidupan masyarahat Desa Adat yang dalam pe- 21

laksanaannya dilakukan oleh Lembaga yang dinamakan Prajuru Desa Adat". Ayat (2) Unsur-Unsur Prajuru Desa Adat ialah : Pasal 10 ayat (3) Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas.. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 a. Bendesa Adat, sebagai Pimpinan Prajuru Desa Adat dipilih/diangkat dari Krama Desa Adat ; b. Petajuh adalah Wakil Bendesa Adat ; c. Penyarikan adalah juru tulis Bendesa Adat ; d. Kesinoman adalah juru arah ; e. Pemangku adalah yang membidangi urusan Upacara Agama di Pura ; f. Pesedahan/Petengen adalah Bendahara. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. l,?t1""" Desa Adat digunakan untuk biayaa. Penyelenggaraan ketatausahaan dan sangkepan Prajuru Desa Adat ; Pasal 17 7 Pasal 18 b. Pembangunan di bidang mental spiritual ; c. Pembinaan dalam rangka membantu pengembangan usaha-usaha masyarakat Desa Adat ; d. Membantu pembangunan yang dilaksanakan Kepala Desa/Kelurahan. Cukup jelas. Cukup jelas. 28