HUBUNGAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN AIR DENGAN POLA DEFEKASI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR ELYZZABETH MAYORGA AMBARITA

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 1 N

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n =

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

HUBUNGAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN AIR DENGAN POLA DEFEKASI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagan Kerangka Pemikiran "##

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN AIR DENGAN POLA DEFEKASI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR ELYZZABETH MAYORGA AMBARITA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Elyzzabeth Mayorga Ambarita NIM I14090003

ABSTRAK ELYZZABETH MAYORGA AMBARITA. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara asupan serat makanan dan air dengan pola defekasi pada anak sekolah dasar. Sebanyak 527 siswa SD dengan kisaran usia 9 13 tahun diambil sebagai contoh. Berdasarkan indeks IMT/U dan TB/U status gizi contoh sebagian besar normal. Rata-rata asupan serat contoh 12.4 g/hari; rata-rata asupan air contoh 1086 ml/hari. Frekuensi BAB contoh 6 kali/minggu dengan mayoritas konsistensi feses menurut Bristol Stool Chart termasuk kategori normal (tipe 3 dan 4). Sebanyak 8.5% contoh memiliki konsistensi feses keras (tipe 1 dan 2 ) dan 8.3% contoh memiliki konsistensi feses lunak/cair (tipe 5 7). Sebanyak 22.2% contoh mengalami nyeri ketika buang air besar dan 18.0% contoh mengeluh sulit buang air besar (konstipasi). Terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara asupan serat dengan frekuensi BAB dan konsistensi feses, namun tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan serat dengan keluhan nyeri ketika BAB dan keluhan konstipasi, asupan air dengan frekuensi BAB, konsistensi feses, rasa nyeri ketika BAB dan keluhan konstipasi (p>0.05). Kata kunci: asupan air, asupan serat, frekuensi BAB, konstipasi, pola defekasi. ABSTRACT ELYZZABETH MAYORGA AMBARITA. Association of dietary fiber and water intake with defecation pattern among elementary school students in Bogor City. Supervised by SITI MADANIJAH. The study aimed to analyze corelation between dietary fiber and water intake with defecation pattern among elementary school students. The number of samples in this research as much as 527 students with a range of ages 9 13 years old. The average dietary fiber intake as much as 12.4 g/d. The average water intake as much as 1086 ml. The average frequency of bowel movements as much as 6 times/week with the consistency of the stool according to Bristol Stools Chart categories include into normal (type 3 and 4). There were 8.5% subject had hard stools (type 1 and 2) and 8.3% subject had watery stools (type 5 7). There were 22.2% of subject who experience pain when defecating and as much as 18.0% of subject complained of difficult bowel movements. Based on BMI/A and H/A index, sample had normal nutritional status. Based on correlation test, there was a significant correlation between fiber intake with stool frequency and consistency of stool (p<0.05). However, there was no significant correlation between fiber intake with painfulness when defecate, water intake with stool frequency, consistency of stool and painfulness when defecate,fiber and water intake with constipation (p>0.05). Keywords: constipation, defecation pattern, fiber intake, stool frequency, water intake.

HUBUNGAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN AIR DENGAN POLA DEFEKASI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR ELYZZABETH MAYORGA AMBARITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor Nama : Elyzzabeth Mayorga Ambarita NIM : I14090003 Disetujui oleh Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga penulisan skripsi dengan judul Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan, saran, dan motivasi kepada penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini. 2. dr. Naufal Muharam Nurdin selaku pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Tim penelitian BOPTN Lintas Fakultas/Departemen/Pusat/Advanced Research dengan koordinasi Southeast Asian Food Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB yang telah memberikan kesempatan untuk bergabung dalam kegiatan penelitian. 4. Orang tua, kak Ellien, bang Victor Manulang, kak Frisca, Rabecca, dan keluarga besar yang selalu mendoakan penulis, memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materi selama masa pendidikan. 5. Teman-teman sesama tim penelitian Uthu, Dian serta sahabat dan teman terdekat Evi, Lativa, Weny, Nisa, Sarah, Debora, Velyn, Sefri, Lisa, Ika, Hanum, Tania, Fera, Anggar, Suty, Ayu, Erwin, Diego, Onald, Tami, Nabil, Etong, Irul, Kak Ai, Yuyun,Icha dan adik-adik Wisma Jenius atas semua saran, motivasi, bantuan, dan dukungannya selama ini. 6. Teman-teman Gizi 46 atas kebersamaannya selama ini, semangat, motivasi, saran dan juga bantuan baik dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang membangun berkaitan dengan penulisa skripsi ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Bogor, Maret 2014 Elyzzabeth Mayorga Ambarita

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5 Desain, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian 5 Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Karakteristik Contoh 11 Karakteristik Keluarga Contoh 12 Status Gizi Contoh 14 Asupan Energi dan Zat Gizi 16 Asupan Serat 20 Asupan Air 20 Pola Defekasi 21 Hubungan antar Variabel 24 SIMPULAN DAN SARAN 28 Simpulan 28 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 RIWAYAT HIDUP 32

DAFTAR TABEL 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori status gizi berdasarkan indeks IMT/U dan TB/U 9 3 Sebaran contoh berdasarkan kelas dan jenis kelamin 11 4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin 11 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan jenis kelamin 12 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 12 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan keluarga 13 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 13 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua 14 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi indeks IMT/U dan TB/U 15 11 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan energi contoh 16 12 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan jenis kelamin 16 13 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan protein contoh 17 14 Sebaran contoh berdasarkan TKP dan jenis kelamin 17 15 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan lemak contoh 18 16 Sebaran contoh berdasarkan TKL dan jenis kelamin 18 17 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan karbohidrat contoh 19 18 Sebaran contoh berdasarkan TKKh dan jenis kelamin 19 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan serat 20 20 Asupan, kebutuhan dan tingkat kecukupan air contoh 21 21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan air minum 21 22 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi BAB per minggu 22 23 Sebaran contoh berdasarkan konsistensi feses 23 24 Sebaran contoh berdasarkan Nyeri ketika BAB 23 25 Sebaran contoh berdasarkan keluhan konstipasi 1 bulan terakhir 24 26 Sebaran contoh berdasarkan asupan serat dan pola defekasi 25 27 Sebaran contoh berdasarkan asupan air dan pola defekasi 26 28 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (IMT/U) dan pola defekasi 28 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran mengenai asupan serat makanan dan air serta pola defekasi anak sekolah dasar 4 2 Bristol stool chart 9

PENDAHULUAN Latar belakang Anak sekolah dasar merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan. Salah satu masalah yang sering dihadapi anak usia sekolah dasar yaitu pergeseran pola makan yang cenderung mengonsumsi makanan tinggi energi dan rendah serat. Berbagai penelitian melaporkan bahwa ada hubungan antara kurangnya asupan serat makanan dengan pola defekasi. Hal ini mendorong konsumsi serat makanan menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi karena serat dapat membantu memelihara kesehatan terutama sistem pencernaan dan mencegah atau mengontrol kejadian penyakit (Sulistijani 2002). Sejauh ini penelitian tentang konsumsi serat Indonesia masih sangat terbatas. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10.5 gram/orang/hari (Depkes 2001). Nilai ini hanya mencapai setengah dari kecukupan serat yang dianjurkan. Kebutuhan serat yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi untuk orang dewasa usia 19 29 tahun adalah 38 g/hari untuk laki-laki dan 32 g/hari untuk perempuan. Data rata-rata konsumsi serat untuk anak di Indonesia belum ada. Kebutuhan serat yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk anak-anak berusia 9-13 tahun adalah 26 35 g/hari (WNPG 2012). Serat makanan adalah zat non gizi yang tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak dapat masuk dalam sirkulasi darah. Serat akan dilewatkan menuju usus besar (kolon) dengan gerakan peristaltik usus (Sulistijani 2002). Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang syaraf pada rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian feses lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan adalah bertambahnya volume feses, melunakkan konsistensi feses dan memperpendek waktu transit di usus (Kusharto 2006). Tensiska (2008) juga mengemukakan konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air dalam feses, menghasilkan feses yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan kontraksi otot yang rendah feses dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan sehat. Oleh karena itu penelitian tentang konsumsi serat pada anak menjadi sangat penting. Selain serat, faktor lain yang dapat memperlancar proses defekasi adalah asupan air. Air merupakan zat yang vital dalam memelihara hidup dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Air memiliki banyak fungsi. Salah satu fungsi air adalah media eliminasi sisa metabolisme. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksin. Berbagai sisa metabolisme tersebut dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran nafas, kulit dan saluran cerna yang memerlukan media air ( Santoso et al. 2011). Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) (2009) menunjukkan sebanyak 46,1% dari 1.200 contoh remaja dan dewasa di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, mengalami dehidrasi ringan (Santoso et al. 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition Examination

2 Surveys (NHANES) tahun 2005 2010, menunjukkan bahwa rata-rata asupan air pada anak di United States lebih rendah daripada kebutuhan tubuhnya. Asupan rata-rata air pada kelompok usia 9 13 tahun sebesar 1.6 L pada perempuan dan sebesar 1.7 L pada laki-laki. Berdasarkan penelitian Linorita 2009 menggunakan Data Riskesdas 2010 menunjukkan rata-rata asupan air minum pada anak Indonesia masih kurang. Rata-rata konsumsi air minum anak usia 10 12 tahun sebesar 905 ml/hari untuk laki-laki dan 887 ml/hari pada perempuan. Proses defekasi dapat berjalan lancar jika kebutuhan air tercukupi. Sanjoaquin et al. 2003 melaporkan terdapat peningkatan jumlah pergerakan usus dengan meningkatkan asupan air. Klauser et al. 1990 meneliti 8 orang sehat yang diberi air 2500 ml selama 1 minggu, kemudian 1 minggu berikutnya hanya diberi air kurang dari 500 ml. Hasil menunjukkan frekuensi buang air besar dan berat feses menurun secara bermakna. Penelitian mengenai asupan air pada anak, pengaruh asupan air dan serat terhadap pola defekasi masih terbatas. Data mengenai pola defekasi juga masih terbatas. Oleh karena itu peneliti ingin melihat asupan serat makanan, air dan pola defekasi serta hubungan antara variabel tersebut pada anak sekolah dasar di Kota Bogor. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokokpokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Bagaimana asupan serat makanan dan asupan air contoh. 3. Bagaimana status gizi contoh. 4. Bagaimana tingkat kecukupan serat dan air contoh. 5. Bagaimana pola defekasi contoh. 6. Bagaimana hubungan antara asupan serat dan air dengan pola defekasi contoh. 7. Bagaimana hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan pola defekasi. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengindentifikasi karakteristik contoh (usia, kelas, jenis kelamin, uang saku) dan keluarga contoh (besar keluarga, total pendapatan, pekerjaan dan pendidikan orang tua). 2. Menganalisis asupan energi dan zat gizi makro contoh (lemak, protein dan karbohidrat). 3. Menganalisis status gizi contoh. 4. Menganalisis asupan serat dan air contoh. 5. Menganalisis pola defekasi contoh.

3 6. Menganalisis hubungan antara asupan serat dan air dengan pola defekasi. 7. Menganalisis hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan pola defekasi. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asupan serat makanan dan konsumsi air serta status kesehatan (pola defekasi) anak sekolah dasar di Kota Bogor. Selain itu dapat memberikan informasi tentang zat gizi yang diperlukan oleh anak sekolah serta pentingnya serat makanan bagi anak usia sekolah. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta berguna sebagai tambahan pustaka pada penelitian selanjutnya. KERANGKA PEMIKIRAN Anak sekolah dasar merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan. Salah satu masalah yang sering dihadapi anak usia sekolah dasar yaitu pergeseran pola makan yang cenderung mengonsumsi makanan tinggi energi dan rendah serat. Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan umur bepengaruh terhadap kecukupan serat dan air. Karakteristik keluarga diantaranya pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua akan berpengaruh pada pengetahuan dan sikap seseorang dalam mengonsumsi serat dan air sedangkan besar keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi. Lingkungan sosial yang berada di sekitar individu akan membentuk suatu kebiasaan seseorang untuk mengonsumsi makanan mengandung serat dan minum air. Kebiasaan makan anak-anak cenderung mengarah pada pola konsumsi pada makanan cepat saji. Anak-anak cenderung tidak menyukai makanan seperti buah dan sayur yang banyak mengandung serat. Serat merupakan zat non gizi yang penting untuk mengatasi konstipasi. Konstipasi merupakan kesulitan dalam pengeluaran sisa pencernaan karena volume feses terlalu kecil sehingga penderita jarang buang air besar. Jika konsumsi pangan anak baik, maka tingkat kecukupannya juga semakin baik dan akan mempengaruhi status gizi anak. Penentuan status gizi anak menggunakan metode antropometri IMT/U. IMT/U digunakan sebagai indikator terbaik untuk anak usia sekolah dan remaja. Selain serat, asupan air juga perlu diperhatikan mengingat asupan air anak sekolah masih kurang. Konsumsi air pada penelitian ini meliputi asupan air dari minuman (kemasan atau tidak). Asupan air yang kurang terutama air putih juga dapat menyebabkan proses pencernaan terganggu. Pemenuhan kecukupan akan air dipengaruhi oleh konsumsi air dan kecukupan air. Perhitungan kecukupan air dilakukan dengan membandingkan konsumsi air terhadap kecukupan air pada individu.

4 Asupan serat dan air kemudian dihubungkan dengan pola defekasi meliputi frekuensi buang air besar, konsistensi feses, rasa nyeri ketika buang air besar dan keluhan konstipasi. Kerangka pemikiran penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Karakteristik sosial ekonomi keluarga 1. Pendidikan orang tua 2. Pekerjaan orang tua 3. Besar keluarga 4. Pendapatan keluarga Karakteristik contoh 1. 1. Umur Umur 2. 2. Kelas Kelas 3. 3. Jenis Jenis kelamin 4. 4. Besar Besar uang uang saku saku Konsumsi pangan contoh Konsumsi makanan 1. Jenis bahan pangan 2. Jumlah bahan pangan Konsumsi air Air minum Asupan serat Tingkat pemenuhan - Serat - Air Kebutuhan -Serat -Air Pola defekasi : 1. Frekuensi BAB 2. Konsistensi feses 3. Nyeri ketika BAB 4. Keluhan konstipasi Status gizi - IMT/U - TB/U Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang dianalisis = hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai asupan serat makanan dan air serta pola defekasi anak sekolah dasar

5 METODE Desain, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian BOPTN Lintas Fakultas/Departemen/Pusat/Advanced Research yang berjudul Pola Konsumsi Pangan Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah, dengan koordinasi Southeast Asian Food Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di 20 (dua puluh) sekolah dasar di wilayah perkotaan Bogor, Jawa Barat meliputi 6 (enam) kecamatan yaitu kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sereal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Februari 2014. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian adalah anak laki-laki dan perempuan usia 9 13 tahun yang tinggal di Kota Bogor, sedangkan populasi terjangkau adalah anak-anak yang terdaftar di 20 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Bogor yang dipilih secara acak menggunakan metode Simple Random Sampling. Jumlah SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor, menurut data statistik kota Bogor 2012. Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Bogor selatan : 4 SD Kecamatan Bogor timur : 2 SD Kecamatan Bogor utara : 3 SD Kecamatan Bogor tengah : 3 SD Kecamatan Bogor barat : 4 SD Kecamatan Bogor tanah sareal : 4 SD Jumlah contoh ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003 2006, yakni 12g/hari, dengan ketepatan absolut sebesar 1.5 g/hari. Berikut adalah rumus perhitungan pengambilan contoh : Keterangan: n = Jumlah contoh yang diambil Z = Deviat baku normal = 1.96 S = Simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12 d = Presisi yang diinginkan = 1.5

6 Berdasarkan rumus perhitungan diatas maka diperoleh n= 246, dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis kelamin. Dengan demikian, dari setiap sekolah akan diambil sebanyak 13 contoh perempuan dan 12 contoh laki-laki, dengan total contoh minimal sebanyak 500 anak. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini 527 anak. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik anak (usia, kelas, uang saku), karakteristik keluarga (tingkat pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga), konsumsi pangan, asupan serat dan air, status gizi anak berdasarkan IMT/U dan TB/U, pola defekasi serta data hasil review kandungan serat pangan. Tabel 1 menunjukkan jenis dan cara pengumpulan data. Data tersebut diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data karakteristik dan pola defekasi dikumpulkan melalui wawancara pada ibu contoh dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur. Data konsumsi pangan dan air diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Data status gizi dikumpulkan dengan pemeriksaan antropometri yang meliputi berat badan dan tinggi badan. Alat ukur timbangan berupa timbangan injak digital sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data No Jenis data Variabel Cara pengumpulan Usia Wawancara kepada contoh Karakteristik 1 menggunakan kuisioner contoh Jenis kelamin Uang saku terstruktur. Besar keluarga Pengisian kuesioner oleh ibu contoh 2 Karakteristik keluarga 3 Status gizi 4 Asupan serat dan air Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Total pendapatan Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Jumlah makanan yang dikonsumsi 2x24 jam Jumlah minuman yang dikonsumsi 2x24 jam Penimbangan berat badan menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise Wawancara kepada contoh menggunakan kuisioner terstruktur. Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap

jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner, sehingga memudahkan pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang di luar pilihan jawaban yang disediakan kuesioner atau isian data yang diluar kewajaran. Karakteristik contoh dan keluarga dianalisis secara deskriptif. Karakteristik anak adalah usia, jenis kelamin, kelas dan uang saku. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Usia anak dilihat berdasarkan tanggal lahir dan dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu usia 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun dan 13 tahun. Uang saku anak sekolah dasar diolah dengan mengelompokkannya menjadi 4 kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kategori tersebut diperoleh dengan cara mengelompokkan uang saku anak SD dengan mencari simpangan kuartilnya. Data peubah karakteristik contoh disajikan secara deskriptif yang meliputi kelas dikategorikan menjadi kelas V (lima) dan VI (enam). Data karakteristik keluarga berupa besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga. Menurut BKKBN (2009), data besar keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga 4 orang, keluarga sedang 5 6 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga 7 orang. Data pendidikan orang tua dikategorikan menurut jenjang pendidikan yang pernah diperoleh yaitu tamat SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi tidak bekerja (ibu rumah tangga untuk ibu), PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi) dan lainnya. Pendapatan orang tua dihitung berdasarkan total pendapatan per bulan dan dikelompokkan menjadi 5 kategori < Rp 1 juta, Rp 1 juta Rp 2 juta, Rp 2 juta Rp 4 juta, Rp 4 juta Rp 6 juta dan > Rp 6 juta. Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/urt diolah dengan menggunakan Aplikasi Analisis Konsumsi Pangan. Jumlah makanan dalam bentuk gram/urt kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi, protein, lemak dan karbohidrat. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2012. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah : Keterangan : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) 7 KGij Bj Gij BDDj = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi = Berat bahan makanan j (gram) = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan

8 Pengukuran tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat merupakan tahap lanjutan dari penghitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan konsumsi merupakan persentase konsumsi aktual siswa dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2012. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: TKGi = (Ki/AKGi) x 100% TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan Untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap berat badan, dengan rumus: AKG Aktual = x AKG Tingkat konsumsi energi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: defisiensi tingkat berat (<70% AKG), defisiensi tingkat sedang (70 90% AKG), dan defisiensi tingkat ringan (80 89% AKG), cukup (90 119% AKG) dan lebih 120% AKG) (Depkes RI 1996). Intik serat dihitung berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari sumber review seperti penuntun diet, USDA National Nutrient Database for Standard Reference, dan DKBM Singapure. Data asupan serat contoh dibandingkan dengan kebutuhan serat orang dewasa dan dilakukan penggolongan tingkat konsumsi serat berdasarkan anjuran asupan serat per hari yaitu 20 30 gram/hari dengan kategori kurang (<19 g/hari), cukup (19 30 g/hari), dan lebih (> 30 g/hari). Data konsumsi air pada penelitian ini diperoleh dari minuman. Perhitungan air dari minuman diperoleh berdasarkan data recall 2x24 jam dan dihitung dalam ml. Penggolongan tingkat pemenuhan air minum dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu kurang minum (<2 000 ml) dan cukup minum ( 2 000 ml). Pengelompokan kategori didapat berdasarkan angka kecukupan air anak usia 9 13 tahun. Data pola defekasi diperoleh menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu contoh. Setelah kusioner diberikan, enumerator wajib untuk menanyakan lagi kepada contoh agar jawaban yang diberikan lebih valid. Pola defekasi yang ditanyakan kepada contoh meliputi frekuensi BAB, konsistensi feses dengan memilih jawaban tipe feses yang tersedia pada Bristol Stool Chart, rasa nyeri ketika BAB dengan jawaban ya atau tidak dan frekuensinya, dan keluhan konstipasi dengan jawaban ya atau tidak. Frekuensi BAB dikategorikan menjadi 2 yaitu <3 kali/minggu dan 3 kali/minggu, konsistensi feses dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu konsistensi feses keras (tipe 1 dan 2), konsistensi feses normal (tipe 3 dan 4), konsistensi feses lunak atau cair (tipe 5 tipe 7) (Gambar 2). Keluhan konstipasi diperoleh dengan cara menanyakan pandangan subjektif contoh terhadap kebiasaan buang air besar dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu konstipasi (sulit buang air besar) dan tidak konstipasi. Bristol Stool Chart disajikan pada Gambar 2. 9 Gambar 2 Bristol stool chart Data jenis kelamin dan umur contoh diperoleh melalui wawancara langsung kepada contoh. Status gizi contoh dihitung berdasarkan data umur dan ukuran antropometri (BB dan TB) dengan menggunakan parameter indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dan parameter tinggi badan menurut umur (TB/U), dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007. Berikut adalah batasan z- skor untuk klasifikasi status gizi berdasarkan kedua indeks tersebut (Tabel 2). Tabel 2 Kategori status gizi berdasarkan indeks IMT/U dan TB/U Indeks Variabel Kategori Z-skor < -3 Sangat kurus -3 z-skor < -2 Kurus IMT/U -2 z-skor +1 Normal +1 < z-skor +2 Gemuk Z-skor > +2 Obese Z-skor < -3 Sangat pendek TB/U -3 z-skor < -2 Pendek -2 z-skor +2 Normal Z-skor > +2 Tinggi Sumber: WHO (2007) Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferesia dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows. Hubungan uji beda dianalisis menggunakan Independent Sampel t-test dan Mann-Whitney dan hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Chi-square. Analisis statistik yang dilakukan adalah menguji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan uji beda t-test dan Mann- Whitney. Uji beda dilakukan pada variabel uang saku, asupan energi dan zat gizi, asupan air serta asupan serat. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk menguji hubungan antara asupan serat dengan pola defekasi contoh (frekuensi BAB, rasa nyeri ketika BAB, dan keluhan konstipasi), hubungan asupan air dengan pola defekasi contoh (frekuensi BAB, konsistensi feses, rasa nyeri ketika BAB, dan

10 keluhan konstipasi), status gizi IMT/U dengan pola defekasi (frekuensi BAB, konsistensi feses, rasa nyeri ketika BAB, dan keluhan konstipasi). Uji korelasi Chi-square dilakukan untuk menguji hubungan antara asupan serat dengan konsistensi feses. Semua analisis statistik menggunakan program SPSS vs 16. Definisi Operasional Contoh adalah anak kelas 5 dan 6 SD berusia 10 13 tahun yang diambil secara acak distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan kelas dari sekolah yang ditetapkan berdasarkan kriteria penelitian yang dilakukan oleh SEAFAST. Karakteristik contoh adalah berbagai ciri yang membedakan individu satu dengan individu yang lainnya mencakup jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi badan yang dikumpulkan melalui kuisioner. Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup besar keluarga, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan orang tua. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga dikategorikan sebagai keluarga besar, sedang, dan kecil. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh ayah dan ibu contoh. Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan ayah dan ibu dalam satu bulan yang dinilai dalam bentuk uang. Konsumsi pangan adalah berbagai jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dengan metode food recall 2x24. Asupan zat gizi adalah kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat terdapat dalam makanan yang diukur dengan food recall 2x24 jam. Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein diklasifikasikan menjadi kurang (<90%) dan baik (>90%). Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang diukur secara antropometri dan ditentukan berdasarkan IMT/U dan TB/U. Asupan serat adalah asupan serat yang dikonsumsi oleh contoh dari makanan dan minuman dalam satuan gram sehari. Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan air contoh. Asupan air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh contoh yang diperoleh dari minuman. Air minum adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air bagi contoh. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi adalah nilai yang menunjukkan pemenuhan asupan zat gizi terhadap kebutuhan zat gizi sampel. Defekasi atau buang air besar adalah proses pengeluaran atau pengosongan usus dari zat/sisa makanan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Konstipasi adalah perubahan frekuensi buang air besar yang lebih jarang dan konsistensi feses yang lebih keras dari sebelumnya

11 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini merupakan siswa kelas V dan VI SD dari 20 SDN terpilih yang terletak pada 6 kecamatan di Kota Bogor. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah contoh sebanding baik kelas V maupun kelas VI dengan persentase masing-masing 50.1% dan 49.9%. Jumlah contoh berdasarkan jenis kelamin juga relatif sama seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kelas dan jenis kelamin Variabel Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Kelas Lima 133 50.6 131 49.6 264 50.1 Enam 130 49.4 133 50.4 263 49.9 Total 263 100 264 100 527 100 Hurlock (2004) membedakan periodisasi masa anak berdasarkan perkembangan psikologis menjadi 3 kategori, yaitu early childhood (2 6 tahun), late childhood (6 12 tahun), dan remaja awal (13 14 tahun). Usia 9 12 tahun termasuk dalam masa kanak-kanak kedua atau masa sekolah. Berdasarkan pengelompokan usia pada Tabel 4, median usia contoh yaitu 11 tahun. Sebagian besar contoh pada umumnya termasuk dalam kategori anak-anak dengan persentase 98.1% dan sisanya tergolong usia remaja awal sebanyak 1.9%. Sebagian besar anak termasuk dalam kategori anak berusia 11 tahun dan 10 tahun dengan persentase sebesar 49.5% dan 32.8%. Hanya sebagian kecil contoh yang berusia 9 dan 13 tahun yaitu 1.9%. Sebaran contoh berdasarkan usia disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin Usia (tahun) Laki-laki Perempuan Total n % n % n % 9 4 1.5 6 2.3 10 1.9 10 78 29.6 95 36.0 173 32.8 11 129 49.1 132 50.0 261 49.5 12 44 16.7 29 10.9 73 13.9 13 8 3.1 2 0.8 10 1.9 Total 263 100 264 100 527 100 Median (min;max) 11(9;13) 11(9;13) 11(9;13) Rata-rata±SD 10.9±0.8 10.7±0.7 10.8±0.8 Jumlah uang saku tergantung pada jumlah pendapatan orang tua. Oleh karena itu, uang saku pada siswa dapat dikatakan sebagai representasi atas pendapatan orang tua dalam keluarga dan tinggi atau rendahnya kecukupan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Uang saku pada anak sekolah dapat

12 digunakan untuk mengukur status sosial keluarga. Semakin besar uang saku yang diterima oleh anak maka semakin besar pendapatan keluarga (Slamet 2009). Hasil analisis menunjukkan uang saku contoh berkisar Rp 0 Rp 30 000. Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar uang saku contoh berada pada kisaran Rp 4 000 Rp 7 000 yaitu sebanyak 45.5% dengan persentase contoh perempuan (46.2%) dan laki-laki (44.9%) relatif sama. Hasil uji beda Mann-Whitney juga membuktikan tidak terdapat perbedaan signifikan antara uang saku contoh laki-laki maupun perempuan (p=0.607). Berikut sebaran contoh berdasarkan uang saku disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan jenis kelamin Uang saku (Rp/hari) Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Rendah ( 0 4 000 ) 85 32.3 77 29.2 162 30.7 Sedang (4 000 7 000) 118 44.9 122 46.2 240 45.5 Tinggi (7 000 10 000) 13 4.9 14 5.3 27 5.1 Sangat tinggi (>10 000 ) 47 17.9 51 19.3 98 18.6 Total 263 100 264 100 527 100 Median (min;max) 5 000 (0;28 000) 5 000 (1 000;30 000) 5 000 (0;30 000) Karakteristik Keluarga Contoh Tingkat Pendidikan Orang tua Pendidikan orang tua dibedakan menjadi pendidikan ayah dan ibu. Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang/strata pendidikan formal yang ditempuh. Tingkat pendidikan orang tua disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Pendidikan Terakhir Ayah Ibu n % n % Tidak sekolah 12 2.3 4 0.8 SD/sederajat 92 17.5 135 25.6 SMP/sederajat 84 15.9 111 21.1 SMA/sederajat 226 42.9 187 35.5 Perguruan Tinggi 113 21.4 90 17.1 Total 527 100 527 100 Berdasarkan Tabel 7 sebagian besar pendidikan ayah contoh tergolong tinggi. Sebagian besar pendidikan ayah contoh (42.9%) adalah tamat SMA/sederajat. Demikian hal nya dengan pendidikan ibu sebagian besar merupakan tamat SMA/sederajat dengan persentase 35.5%. Pendidikan ayah dan ibu contoh jika dibandingkan menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan ayah rata-rata lebih tinggi daripada tingkat pendidikan ibu. Kualitas pendidikan dari orang tua mungkin saja mempengaruhi kualitas dari keluarga itu sendiri, karena pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pengetahuan gizi seseorang. Tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Menurut Atmarita & Fallah (2004), tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang/masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Pendapatan Keluarga Besar kecilnya pendapatan akan menentukan kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan. Salah satu faktor penting dalam pemilihan makanan adalah pendapatan dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk makanan. Terdapat sejumlah bukti bahwa makanan yang banyak direkomendasikan untuk pola makan sehat bukan hanya bergizi, lebih mengenyangkan dan padat energi, namun juga harus dibeli dengan harga yang tinggi (Gibney et al.2005). Pendapatan keluarga merupakan akumulasi pendapatan yang dihasilkan oleh ayah dan ibu yang bekerja per bulan. Hasil menunjukkan sebagian besar keluarga contoh memiliki tingkat pendapatan yang cukup rendah < Rp 1 juta sebanyak 40.1%, Rp 1 juta Rp 2 juta sebanyak 25.8%, Rp 2 juta Rp 4 juta sebanyak 16.3%. Terdapat juga keluarga yang memiliki tingkat pendapatan yang cukup tinggi, 9.1% keluarga contoh memiliki tingkat pendapatan Rp 4 juta Rp 6 juta dan 8.7% keluarga contoh memiliki tingkat pendapatan Rp 6 juta. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan keluarga disajikan pada Tabel 8. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan keluarga Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) n % <1 juta 211 40.1 1 juta 2 juta 136 25.8 2 juta 4 juta 86 16.3 4 juta 6 juta 48 9.1 >6 juta 46 8.7 Total 527 100 Besar Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri atas ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumber daya yang sama. Sementara besar keluarga menggambarkan jumlah anggota keluarga yang tinggal di bawah satu atap (dalam satu rumah). Hasil menunjukkan sebagian besar contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (45.5%) dan keluarga sedang (49.5%). Hanya sedikit contoh yang termasuk dalam kategori keluarga besar (5.0%). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga disajikan pada Tabel 6. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar keluarga (orang) n % Kecil ( 4) 240 45.5 Sedang (5 7) 261 49.5 Besar ( 8) 26 5.0 Total 527 100 13

14 Besar kecilnya anggota keluarga dapat mempengaruhi pemenuhan gizi anggota keluarga terutama keluarga miskin. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga. Semakin besar anggota keluarga maka kecukupan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kecukupan pangan keluarga akan tinggi (Sanjur 1982). Pekerjaan Orang tua Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Soehardjo 1989). Pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi 6 kelompok yaitu: PNS/POLRI/TNI, Swasta, Petani/Buruh tani, Wiraswasta, Tidak bekerja, dan lainnya selain yang disebutkan di atas. Berikut sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Ayah Ibu Jenis Pekerjaan n % n % PNS/POLRI/TNI 51 9.7 16 3.0 Swasta 204 38.7 33 6.3 Petani/Buruh tani 29 5.5 0 0.0 Wiraswasta 155 29.4 32 6.1 Tidak bekerja 0 0.0 425 80.7 Lainnya 88 16.7 21 3.9 Total 527 100 527 100 Sebanyak 38.7% pekerjaan ayah contoh adalah swasta, kemudian disusul oleh wiraswasta sebesar 29.4%. Terdapat juga ayah contoh yang bekerja sebagai PNS/POLRI/TNI (9.7%), petani/buruh tani 5.5% dan lainnya 16.7% seperti buruh non tani, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi). Sebaliknya, sebagian besar ibu termasuk dalam kategori tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 80.7%, tetapi ada juga sebagian kecil ibu yang bekerja. Sebanyak 3.0% bekerja sebagai PNS/POLRI/TNI, 6.3% bekerja sebagai karyawan swasta, 6.1% bekerja dibidang wiraswasta dan lainnya sebanyak 3.9%. Menurut Soehardjo (1989), semakin baik pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya, hal tersebut juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga demi tercapainya taraf hidup yang lebih baik. Status Gizi Contoh Status gizi adalah suatu kondisi tubuh akibat asupan, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama ( Supariasa et al. 2001). Gibson (2005) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh individu atau kelompok individu sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan pemanfaatan zat gizi dari makanan. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung.

Pengukuran secara langsung terdiri atas antropometri, pemeriksaan biokimia, klinis, dan biofisik. Penilaian status gizi contoh dalam penelitian ini menggunakan indeks IMT/U dan TB/U, dengan parameter z-skor yang diklasifikasikan menurut WHO (2007). Tabel 10 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kedua indeks tersebut. Secara keseluruhan status gizi contoh cenderung berbeda antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak signifikan (p=0.05). Sebanyak 70.8% contoh memiliki status gizi berdasarkan IMT/U normal dengan persentase perempuan lebih tinggi (72.3%) daripada laki-laki (69.2%). Sebaliknya, proporsi contoh laki-laki (20.1%) yang memiliki status gizi di atas normal lebih banyak dibandingkan contoh perempuan (17.4%). Proporsi contoh yang memiliki status gizi kurus juga lebih banyak pada laki-laki (10.6%) dibandingkan contoh perempuan (10.2%). Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh faktor konsumsi pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang (Riyadi 2003). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi indeks IMT/U dan TB/U Indeks Kategori Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Uji beda Sangat kurus 4 1.5 5 1.9 9 1.7 p=0.05 b Kurus 24 9.1 22 8.3 46 8.7 IMT/U Normal 182 69.2 191 72.3 373 70.8 Overweight 33 12.5 24 9.1 57 10.8 Obese 20 7.6 22 8.3 42 8.0 Total 263 100 264 100 527 100 Rata-rata z skor ± SD -0.39±1.44-0.21±1.38-0.3±1.41 Sangat pendek 11 4.2 12 4.5 23 4.4 p=0.229 a TB/U Pendek 39 14.8 41 15.5 80 15.2 Normal 213 81.0 211 79.9 424 80.5 Total 263 100 264 100 527 100 Rata-rata z skor ± SD -1.07±1.15-0.94±1.23-1.01±1.19 a b Nilai signifikansi uji beda T, signifikan jika p < 0.05; Nilai signifikansi uji Mann-Whitney, signifikan jika p < 0.05. Salah satu aspek penting yang menjadi perhatian utama dalam kehidupan anak adalah pertumbuhan. Supariasa et al. (2001) menjelaskan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi baik pada tingkat sel, organ, maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram, kilo gram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik. Tinggi badan dalam keadaan normal bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu indeks TB/U merupakan indikator masalah gizi yang bersifat kronis atau jangka panjang. Sebagian besar contoh (80.5%) memiliki status gizi TB/U tergolong normal, dengan proporsi contoh laki-laki relatif sama dengan contoh perempuan yaitu 81.0% dan 79.9% (Tabel 10). Proporsi contoh yang berstatus gizi sangat pendek antara contoh laki-laki dan perempuan juga relatif sama yaitu 4.2% dan 4.5%, sedangkan untuk status gizi 15

16 contoh yang termasuk kategori pendek lebih banyak pada perempuan (15.5%) daripada laki-laki (14.8%). Hasil uji beda T menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi TB/U contoh laki-laki dan perempuan (p=0.229). Asupan Energi dan Zat Gizi Asupan energi Energi merupakan suatu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik (Hardinsyah & Tambunan 2004). Hasil analisis menunjukkan rata-rata asupan energi contoh per hari secara keseluruhan adalah 1763.0±587.2 kkal dengan asupan contoh perempuan lebih tinggi 1822.0 ± 587.2 kkal daripada laki-laki 1703.0 ± 582.2, nilai ini sedikit dibawah angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk anak sekolah. Angka kecukupan energi untuk anak berusia 9 tahun sebesar 1 850 kkal. Angka kecukupan energi anak laki-laki usia 10 12 tahun sebesar 2 100 kkal, usia 13 15 tahun 2 475 kkal, sedangkan angka kecukupan energi untuk anak perempuan usia 10 12 tahun sebesar 2 000 kkal, usia 13 15 tahun 2 125 kkal. Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan energi contoh disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan energi contoh Energi Rata-rata ± SD Laki-laki Perempuan Total Asupan (g/hari) 1703.0 ± 582.2 1822.0 ± 587.2 1763.0 ± 587.2 Kebutuhan (g/hari) 1888.9 ± 320.6 1805.6 ± 305.0 1805.6 ± 316.6 Tingkat Kecukupan (%) 86.9 ± 32.7 101.3 ± 39.1 93.3 ± 36.1 Hasil penelitian Masti (2009) yang membandingkan rata-rata asupan energi SD swasta dan SD negeri di Kota Bogor menunjukkan hasil serupa, ratarata asupan energi siswa SD Swasta dan SD negeri berturut-turut yaitu 1 679 kkal/hari dan 1 546 kkal/hari. Hasil uji beda T menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan energi laki-laki maupun perempuan (p=0.020). Hal ini diduga akibat dari baik frekuensi maupun jumlah makanan yang dikonsumsi contoh laki-laki dan perempuan berbeda. Asupan energi yang telah dihitung kemudian dibandingkan dengan kebutuhan contoh sehinggga didapatkan tingkat kecukupan energi contoh. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan TKE dan jenis kelamin Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Total Energi (%AKG) n % n % n % Defisit Berat 69 26.2 43 16.3 112 21.3 Defisit Sedang 37 14.1 30 11.4 67 12.7 Defisit Ringan 31 11.8 31 11.7 62 11.8 Normal 83 31.6 73 27.7 156 29.6 Lebih 43 16.3 87 33.0 130 24.7 Total 263 100 264 100 527 100

Berdasarkan Tabel 12 didapatkan bahwa sebagian besar contoh tingkat kecukupan energi termasuk dalam kategori normal (29.6%) selebihnya defisit berat sebanyak 21.3%, defisit sedang 12.7%, defisit ringan 11.8% dan lebih 24,7%. Tingkat kecukupan energi yang berlebih banyak terdapat pada contoh perempuan daripada laki-laki. Masih banyak contoh yang tingkat pemenuhan kecukupan energi kurang baik. Total contoh yang masuk dalam kategori tingkat kecukupan defisit baik berat, sedang maupun ringan sebesar 45.8%. Keadaan tersebut diduga konsumsi pangan contoh pada saat dilakukan recall dalam jumlah yang sedikit.terdapat juga contoh yang termasuk kategori tingkat kecukupan lebih. Asupan energi yang berlebihan akan tertimbun di dalam tubuh, terutama dalam jaringan adiposa dalam bentuk lemak yang dapat menimbulkan obesitas dan pada akhirnya akan menyebabkan resistensi insulin dan sindrom metabolik (Gross et al. 2004). Asupan Protein Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh; karena selain sebagai sumber energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh. Selain zat pembangun, fungsi utama protein bagi tubuh yaitu membentuk jaringan baru (Muchtadi 2008). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2012, diketahui angka kecukupan protein untuk laki-laki usia 9 13 tahun adalah 49 72 g/hari sedangkan untuk perempuan usia 9 13 tahun adalah 49 69 g/hari. Rata-rata asupan protein contoh secara keseluruhan yaitu 52.4 ± 20.2 g/hari. Asupan protein perempuan 53.9 ± 19.3 g/hari relatif sama dengan contoh laki-laki 50.9 ± 21.1 g/hari. Hasil uji beda T menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan protein laki-laki maupun perempuan (p=0.094). Tabel 13 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan protein contoh Protein Rata-rata ± SD Laki-laki Perempuan Total Asupan (g/hari) 50.9 ± 21.1 53.9 ± 19.3 52.4 ± 20.2 Kebutuhan (g/hari) 50.3 ± 8.7 53.1 ± 9.1 51.7 ± 9.01 Tingkat Kecukupan (%) 103.3 ± 44.3 101.1 ± 40.0 103.6 ± 42.2 Asupan protein yang telah dihitung kemudian dibandingkan dengan kebutuhan contoh sehinggga didapatkan tingkat kecukupan protein contoh. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan TKP dan jenis kelamin Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Total Protein (%AKG) n % n % n % Defisit Berat 59 22.4 53 20.1 112 21.3 Defisit Sedang 22 8.4 21 8 43 8.2 Defisit Ringan 33 12.5 23 8.7 56 10.6 Normal 77 29.3 84 31.8 161 30.6 Lebih 72 27.4 83 31.4 155 29.4 Total 263 100 264 100 527 100 17

18 Hasil analisis menunjukkan tingkat kecukupan protein contoh hampir merata dalam 5 kategori tersebut. Sebagian besar contoh berada pada kategori tingkat kecukupan normal dan lebih dengan persentase masing-masing yaitu 30.6% dan 29.4%. Terdapat contoh yang pemenuhan kecukupan protein kurang baik, dibuktikan dengan 21.3% contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, 8.2% termasuk defisit tingkat sedang dan 10.6% termasuk kategori defisit tingkat ringan. Keadaan tersebut diduga konsumsi pangan contoh pada saat recall khususnya pangan sumber protein sedikit. Asupan lemak Peranan lemak dalam bahan pangan yang utama adalah sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber energi yang dapat menyediakan energi sekitar 2.25 kali lebih banyak daripada yang diberikan oleh karbohidrat (pati, gula) atau protein (Muchtadi 2008). Asupan, kebutuhan dan tingkat kecukupan lemak dapat dilihat pada Tabel 15. Median asupan lemak contoh secara keseluruhan adalah 48.7 g/hari.median asupan lemak contoh laki-laki adalah 47.3 g/hari sedikit lebih kecil daripada perempuan yaitu sebesar 50.4 g/hari. Median asupan lemak contoh masih kurang di bawah rata-rata kebutuhan contoh. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan lemak lakilaki maupun perempuan (p=0.073). Median asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan lemak contoh disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan lemak contoh Lemak Laki-laki Median (min;max) Perempuan Total Asupan (g/hari) 47.3 (12.7;139.7) 50.4 (5.57;130.7) 48.7 (5.6;139.7) Kebutuhan (g/hari) 63.0 (39.5;103.6) 60.5 (37.8;84.5) 60.5 (37.8;103.6) Tingkat Kecukupan (%) 77.8 (22.9;254.1) 87.3 (10.42; 294.7) 82.3 (10.4;294.7) Asupan lemak yang telah dihitung kemudian dibandingkan dengan kebutuhan contoh sehinggga didapatkan tingkat kecukupan lemak contoh. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan TKL dan jenis kelamin Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Total Lemak (%AKG) n % n % n % Defisit Berat 105 39.9 78 29.5 183 34.7 Defisit Sedang 35 13.3 32 12.1 67 12.7 Defisit Ringan 27 10.3 28 10.6 55 10.4 Normal 47 17.9 65 24.6 112 21.3 Lebih 49 18.6 61 23.1 110 20.9 Total 263 100 264 100 527 100 Berdasarkan tingkat kecukupan lemak (TKL), rata-rata TKL contoh secara keseluruhan 82.3% dengan persentse TKL perempuan 87.6% lebih besar daripada laki-laki (77.8%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan lemak lakilaki dan perempuan termasuk kategori defisit ringan. Sebagian besar contoh