BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

14 PRINSIP TOYOTA WAY

BAB III LANDASAN TEORI. Beberapa manfaat pergudangan adalah: 1. Terjaganya kualitas dan kuantitas barang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya.

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, Indonesia menghadapi era globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II. Tinjauan Pustaka. bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE. sebagai alat ukur dalam meningkatkan produksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II LANDASAN TEORI

Ekonomi & Bisnis Manajemen

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

Addr : : Contact No :

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. akan menunjukkan korelasi yang sebanding dengan output perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

Pemilik. Komisaris. Direktur. Internal Audit. Office. Gudang. Timbangan. Personalia. Umum. Keamanan

ANALISIS PEMBOROSAN WAKTU YANG TERJADI DI LANTAI PRODUKSI PADA PT. SOLINDO GRAPIKA

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. terjadi di semua proses sepanjang aliran bahan dalam proses, value stream.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

Strategi Peningkatan Produktivita s

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

LEAN ACCOUNTING, PERHITUNGAN BIAYA TARGET DAN BALANCED SCORECARD

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

BAB II LANDASAN TEORI

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

BAB V HASIL DAN ANALISIS

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi, 2009, lead time didefinisikan sebagai waktu rata-rata untuk mengalirnya satu unit produk di sepanjang proses (dari awal sampai akhir) termasuk waktu menunggu (waiting time) antara sub-sub proses. Definisi lead time bisa juga dilihat dari 2 sudut pandang, yakni dari sudut pandang konsumen dan produsen. Dari sudut pandang konsumen, hanya ada satu lead time yaitu waktu yang dibutuhkan dari pemesanan sampai ke pengiriman. Jelas sekali pandangan konsumen tersebut merupakan variabel persaingan yang sangat penting ketika semakin banyak persaingan. Namun demikian, hal tersebut hanya menggambarkan sebagian dari sudut pandang lead time. Hal yang tak kalah pentingnya adalah lead time yang dilihat dari sudut pandang produsen, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah pesanan menjadi pemasukan dalam bentuk tunai dan juga jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan modal usaha dari hasil pembayaran konsumen (Triyanto, 2012). Secara garis besar, dapat diartikan bahwa lead time adalah waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi order. Mulai dari datangnya order hingga produk yang dipesan sampai ke tangan customer. Dari pengertian di atas bisa diuraikan komponen atau variabel penyusun lead time, yaitu: 7

8 Waktu order, yaitu waktu yang diperlukan untuk memenuhi dokumen order, termasuk spesifikasi teknisdari produk yang dipesan. Waktu persiapan bahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat produk. Biasanya dilakukan dalam MRP (Material Requirement Planning) atau PPIC (Production Planning & Inventory Control) Waktu produksi, yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat produk yang dipesan. Termasuk di dalamnya adalah waktu untuk inspeksi atau Quality Control dan perpindahan material dari mesin ke mesin. Waktu pengiriman, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim produk jadi kepada customer. Lead time merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur kerja bagian proses produksi termasuk juga menentukn kualitas dan cost tentunya. Semakin kecil nilai lead time, berarti produk bisa diproduksi dengan waktu lebih cepat, dan ini semakin bagus tentunya. Lead time menjadi indikator bagi: 1. Volume atau kapasitas aktual produksi untuk setiap item 2. Ketepatan Waktu Proses 3. Performance Engineering 4. Kemampuan Control Proses Untuk itu kita perlu mengetahui beberapa jenis System Line agar dapat menghitung lead time. System line dibagi menjadi: 1. Single Product Line Single Product Line, merupakan jalur produksi dimana proses produksi mulai dari tahap awal sampai akhir, melalui mesin-mesin khusus. Dengan kata lain, mesin-mesin di jalur produksi ini hanya memproduksi satu jenis produk. Jadi model produksi ini dapat secara nyata dilihat. Misal : Jalur perakitan pada pabrik mobil modern, Jalur perakitan untuk Honda city, tidak akan sama dengan Honda Jazz, karena mesin dan peralatan di masing-masng jalur sudah tersetting khusus hanya untuk item tertentu.

9 Gambar 2.1 Bagan Single Line 2. Multiple product Line Multiple Product Line, merupakan jalur produksi dimana, beberapa mesin memproses item-item produk yang berbeda. Beberapa jenis mesin, sudah didesain untuk mudah dan tidak perlu waktu lama untuk disetting saat berganti item produk. Gambar 2.2 Bagan Multiple Line Pada dasarnya sistem line mengurai jalur proses produksi ke dalam setiap proses mesin, lalu memasukkan item dengan proses mesin yang sama kedalam satu line. Jalur produksinya menganut

10 single line, perhitungannya akan lebih mudah dibanding multiple line. Kunci utama dalam memperkecil lead time yaitu pada kapasitas produksi yang terus ditingkatkan, dengan cara : 1. Control Proses Produksi dengan lebih baik 2. Penambahan Mesin 3. Re-engineering, atau up grade teknologi permesinan Lead time yang semakin pendek/kecil pasti menjadi salah satu kekuatan manufaktur dalam iklim persaingan yang semakin kompetitif. Pada dasarnya, tidak ada customer yang mau menunggu dalam waktu relatif lama saat membeli. 2.2. Pengertian Konsep Lean Di dalam sebuah industri, waktu berarti uang. Semakin panjang waktunya maka semakin besar uang yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu dunia industri selalu berlomba-lomba untuk menekan lead time dengan menggunakan berbagai metode, salah satunya dengan Konsep Lean. Konsep Lean adalah sebuah konsep yang menekankan pada identifikasi jenis aktifitas value-adding activity (aktivitas yang memiliki nilai tambah), nonvalue-adding activity (aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah) dan necessary but non-value-adding activity (aktivitas penting tapi tidak memiliki nilai tambah) serta waste activity (aktivitas pemborosan) kemudian melakukan identifikasi penyebab terjadinya pemborosan dan tipe aktivitas tersebut, kemudian melakukan upaya untuk mengeliminasi nonvalue-adding activity serta waste yang ada. Konsep Lean ini diadopsi dari sistem produksi Toyota. Konsep ini berguna untuk memudahkan pengidentifikasian masalah dengan mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang ada ke dalam Konsep Lean. Ketika suatu aktivitas-aktivitas telah dikelompokkan ke dalam Konsep Lean ini, maka akan terlihat jenis dari masing-masing aktivitas sehingga pemecahan masalah pada tiap jenis akan lebih mudah dibandingkan jika aktivitas-aktivitas tersebut belum dikelompokkan.

11 Konsep ini merupakan upaya untuk efisiensi produksi. Lean itu sendiri merupakan praktik yang banyak mempertimbangkan pengeluaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan nilai dari setiap produk yang diproduksi sehingga membutuhkan eliminasi pada bagian tertentu. Cara ini merupakan upaya untuk mencegah pemborosan anggaran produksi, dengan demikian biaya produksi bisa diminimalisasi yang pastinya dengan kualitas yang tetap bagus. Konsep Lean itu sendiri bisa menjadi hal penting yang perlu diterapkan oleh perusahaan. Meskipun mungkin tidak semua perusahaan yang membutuhkan implementasi hal ini, tapi bagi perusahaan dengan kondisi tertentu sangat membutuhkan tidakan ini. Selain memiliki banyak manfaat, upaya ini juga mungkin akan mempunyai beberapa hambatan yang harus benar-benar diketahui oleh perusahaan bagiamana cara mengatasinya. Perusahaan memang seringkali mengalami masalah untuk mengubah berbagai budaya yang terjadi di dalam anggota organisasinya. Berbagai masalah seringkali muncul yang berkitan dengan kegiatan operasional yang dilakukan sehari-hari. Di antaranya adalah karyawan yang tidak disiplin, karyawan yang tidak mempunyai integritas tinggi untuk bekerja, tidak bekerja secara profesional, dan masih banyak lagi berbagai permasalahan yang terjadi pada karyawan hingga akhirnya bisa menyebabkan kegiatan operasional tidak bisa berjalan secara maksimal. Dalam kondisi tersebutlah perusahaan membutuhkan tindakan lean manufacturing. Keberhasilan implementasi hal tersebut telah banyak dibuktikan oleh perusahaan hingga akhirnya perusahaan bisa kembali mendapatkan karyawan dengan kinerja yang diharapkan perusahaan. Bahkan berbagai industri di belahan negara lain juga telah membuktikan efisiensinya. Konsep Lean itu sendiri sebenarnya cukup sederhana, tapi perlu tindakan tegas dari perusahaan sehingga konsep ini benar-benar bisa memberikan dampak positif untuk perusahaan. Hal yang perlu dilakukan dalam konsep ini adalah menggabungkan antara mengubah mindset orang dan juga lingkungan kerja. Poin yang diperlukan untuk mengubah mindset orang

12 tersebut adalah dengan menanamkan nilai akan pentingnya bekerja bekerja secara efektif sehingga tidak akan banyak waktu yang terbuang secara sia-sia. Dengan mindset yang sama maka diharapkan setiap karyawan akan mempunyai cara berfikir dan cara bertindak yang sama hingga mereka akan sama-sama bekerja secara efektif. Bagaimanapun juga lingkungan kerja juga akan memberikan pengaruh tersendiri hingga para karyawan merasa nyaman dan bisa mengerjakan segala tugas masing-masing dengan baik. Lingkungan kerja yang kondusif serta memudahkan manajer perusahaan dalam melakukan pemantauan akan memberikan semangat tersendiri bagi mereka yang sedang bekerja. Selain itu berbagai kemudahan yang mungkin dibutuhkan oleh karyawan juga perlu untuk diperhatikan. Dengan menerapkan lean manufacturing pada perusahaan yang berada dalam kondisi tertentu, maka hal ini akan memberikan efek perubahan yang positif untuk perusahaan. Perusahaan pastinya akan sangat mengharapkan disiplin kerja yang bagus yang terus terjaga dan berkelanjutan pada hari-hari berikutnya. Sehingga budaya improvement yang positif juga akan memberikan dampak yang positif pula untuk perusahaan. Proses ini memang merupakan upaya dalam meningkatkan efisiensi kerja dari setiap karyawan yang terlibat dalam perusahaan tersebut. Dalam peneraparan lean manufacturing dikenal prinsip Poka Yoke. Poka Yoke berasal dari bahasa Jepang yang artinya Mistake Proofing atau Error Proofing. Yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Anti Salah. Poka diterjemahkan sebagai kesalahan, dan Yoke (Yokeru) sebagai mencegah. Tujuannya adalah mencegah atau menarik perhatian orang saat kesalahan terjadi. Contoh paling sederhana dari Poka Yoke adalah colokan USB flash disk yang memiliki guide pin sehingga orang tidak mungkin terbalik arah mencoloknya karena sudah ada guide pin yang mencegah terjadinya mencolok terbalik.

13 Gambar 2.3 Contoh Sederhana Penerapan Poka Yoke pada Colokan USB Prinsip dari Poka Yoke adalah mencegah terjadinya kesalahan karena sifat manusiawi yaitu lupa, tidak tahu, dan tidak sengaja. Sehingga kita tidak hanya menghabiskan energi untuk mengingatkan dan menyalahkan orang untuk mencegah terulangnya kesalahan, tapi harus fokus pada bagaimana cara untuk memperbaiki proses sehingga kesalahan sama tidak terulang. Contohnya adalah operator yang menjalankan proses untuk mengoven / memanggang produknya harus pada limit waktu tertentu. Kesalahan umumnya terjadi karena operator tersebut lupa waktu dan produk menjadi defect karena memanggang terlalu lama. Pendekatan Poka Yoke disini adalah tidak berpusat untuk memastikan operatornya supaya selalu ingat dan mengecek waktu, tetapi justru berfokus pada mempermudah cara kerja operator dengan cara penggunaan timer yang diset pada waktu tertentu memberi alarm atau mematikan oven secara otomatis. Sehingga kesalahan terlalu lama memanggang tidak mungkin terjadi. Tujuan dari Poka Yoke adalah untuk mencegah terjadinya defect. Prinsip anti salah ini akan mencegah terjadinya defect yang artinya menghemat biaya operational perusahaan, membuat kualitas produk selalu pada kondisi terbaik, dan membuat output dari proses menjadi predictable.

14 Ada dua model pendekatan sistim Poka Yoke yaitu pendekatan warning system yang akan memberi sinyal berupa lampu atau bunyi tertentu saat sistim mendeteksi terjadinya kesalahan pada input proses, parameter proses, ataupun pada keluaran dari proses. Istilah lain dari pendekatan ini adalah Warning Poka Yoke. Sedangkan sistim pendekatan yang kedua adalah pendekatan pencegahan yaitu mencegah kesalahan terjadi dan tidak memungkinkan kesalahan terjadi karena secara sistim sudah dicegah. Contoh dari sistim ini adalah penggunaan guide pin dan jig template. Istilah lain dari pendekatan ini adalah control Poka Yoke.