PERANCANGAN FILM ANIMASI EDUKASI RAMBU-RAMBU BERLALU LINTAS UNTUK ANAK USIA 5-7 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Film Animasi Edukasi Rambu-Rambu Berlalu Lintas Untuk Anak Usia 5-7 Tahun. Elianda Mardi L

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

PERANCANGAN MEDIA PERMAINAN DAN PEMBELAJARAN BOARDGAME UNTUK ANAK TK USIA 5-6 TAHUN DENGAN MATERI PENGENALAN RAMBU LALU LINTAS

BAB III DATA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

ABSTRAK. Kata kunci : Pembelajaran sepeda motor berbasis multimedia PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Keluarga 117. Bab 11. Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 KONSEP DESAIN. maupun tidak langsung. Unsur-unsur yang merupakan persyaratan. Orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.

BAB II METODOLOGI. perancangan iklan dengan 3D tentang bahaya menerobos pintu perlintasan kereta ap

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB III ANALISIS DATA. Analisis diperlukan guna mengetahui perilaku target terhadap masalah dalam. 5W+1H Pertanyaan Jawaban. Apa yang menjadi masalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai perilaku yang mulai memudar. dikalangan anak-anak, yakni perilaku peduli pada sesama.

Game Genre. Action Action Adventure Adventure Construction And Management Simulation Life Simulation Role Playing Strategy Vehicle Simulation

BAB V HAS IL & PEMBAHAS AN DES AIN. memutar, ketika kamera mendekati terlihat wilayah kepulauan Indonesia,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Ciri akhir masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SOSIALISASI BERKENDARA BAGI USIA REMAJA AGAR TERTIB BERLALU LINTAS

Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata 1. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN MENYUSUN BALOK PADA KELOMPOK B PAUD AL HIDAYAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

MEDIA PEMBELAJARAN HURUF AKSARA JAWA UNTUK SISWA KELAS III VI SEKOLAH DASAR BERBASIS GAME EDUKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODE PERANCANGAN

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PERMAINAN TEBAK SUARA PADA ANAK KELOMPOK A TK AL HIDAYAH SUMBERAGUNG 02 KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. juga media-media lainnya, yaitu video game, internet, dan film bioskop. Menurut

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

BAB III TAHAPAN PRA PRODUKSI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

ABSTRACT CAMPAIGN OF SAFETY RIDING FOR FEMALE MOTORCYCLISTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB PENDAHULU AN Latar Belakang

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian.

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

Transkripsi:

PERANCANGAN FILM ANIMASI EDUKASI RAMBU-RAMBU BERLALU LINTAS UNTUK ANAK USIA 5-7 TAHUN Elianda Mardi Laksono Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 593114 ABSTRAK Penyebab tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya sering disebabkan oleh faktor manusia. Mengendarai kendaraan bermotor dengan ceroboh dan tidak disiplin terhadap peraturan jalan raya merupakan faktor penyebab kecelakaan. Pendidikan berlalu lintas yang baik sangat kurang diberikan kepada masyarakat, hal inilah yang memunculkan karakter seorang pengendara yang tidak disiplin. Wujud dari perancangan visual ini adalah berupa tayangan film televisi, di mana dengan memakai media televisi akan dapat menutup segala kekurangan dari bentuk pengajaran yang sudah ada, antara lain intensitas pengajaran yang pasti, dapat menjangkau ke banyak sasaran dalam waktu yang bersamaan, serta tidak membutuhkan biaya yang besar. ABSTRACT The cause of the high level of road accidents are often caused by human factors. Driving a motor vehicle with careless and undisciplined to the traffic rules is a factor causing road accidents. Education of good traffic is less given to the public, which is led to the character of a rider who is not disciplined. The realization of this visual designing is the form of television film. Using the television media will be able to cover all the weakness of the existing teaching program, including teaching a definite intensity, it can reach out many targets at the same time and also does not need large cost. KATA KUNCI animasi edukatif, disiplin lalu lintas

PENDAHULUAN Latar Belakang Keselamatan di jalan raya sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pemakai jalan raya. Ada bermacam-macam rambu lalu lintas yang dipasang baik di marka atau di badan jalan, semua itu dimaksudkan untuk menertibkan para pemakai jalan, dan secara langsung bertujuan untuk menjaga keselamatan para pemakai jalan. Tapi sayangnya sebagian besar cara berkendara masyarakat indonesia cenderung buruk, peraturan-peraturan (rambu-rambu) di jalan raya banyak mereka langgar. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan antara lain 91% disebabkan oleh faktor manusia, 5% faktor kendaraan, 3% faktor jalan, dan 1% faktor lingkungan. Ada sejumlah upaya yang dilakukan pihak kepolisian untuk bersosialisasi pada anak-anak, antara lain adalah dibangunnya taman lalu lintas di beberapa kota besar di indonesia, atau pihak kepolisian juga turun langsung ke sekolah-sekolah untuk bersosialisasi tertib lalu lintas, atau biasa disebut Polisi Sahabat Anak (PSA). Dalam perjalanannya sosialisasi tersebut mendapat banyak hambatan. Misalkan untuk taman lalu lintas, tidak semua kota di Indonesia memiliki taman lalu lintas sebagai sarana belajar anak, sehingga untuk menjangkau sasaran yang lebih luas media taman lalu lintas tersebut dirasa kurang maksimal. Program Polisi Sahabat Anak (PSA) memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan media taman lalu lintas. Dengan program ini pihak kepolisian dapat lebih banyak dalam menjangkau sasaran. Ada 2 jenis kegiatan dalam program ini, yaitu pihak kepolisian yang datang ke sekolah atau pihak sekolah yang berkunjung ke kepolisian. Tetapi ada kelemahan dalam program ini, kendala waktu dan biaya menjadi alasan pihak sekolah untuk tidak menyelenggarakan program tersebut. Selain itu hanya sedikit sekolah yang memasukkan pendidikan lalu lintas ke dalam program pembelajaran mereka. Pendidikan lalu lintas memang tidak seperti pendidikan formal yang lain, yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang nyata berupa nilai. Pendidikan lalu lintas lebih mengarah pada pendidikan pembentukan karakter seseorang, terutama untuk berdisiplin di jalan raya. Memang hasil akhir dari pendidikan tersebut tidak dapat langsung dirasakan dalam waktu singkat, tetapi ada saatnya si anak terjun ke dalam dunia nyata dari sesuatu yang telah dia dapat selama menonton film edukasi tersebut, dengan begitu si anak akan siap untuk menghadapi hal tersebut. Berdasarkan hasil quisioner tentang kegiatan anak sepulang dari sekolah adalah 70% anak memilih menonton TV, 20% anak memilih bermain game (playstation, komputer, dll), dan 12% anak memilih bermain di luar rumah. Menurut hasil quisioner yang lain juga menunjukan hasil yang tidak berbeda jauh yaitu 64% anak lebih memilih menonton TV, dan 36% anak memilih bermain game. Dari hasil quisioner tersebut media TV dapat dipakai sebagai sarana pembelajaran berlalu lintas kepada anak. Media TV merupakan media yang paling banyak

dijumpai, hampir di setiap keluarga memiliki TV. Media tersebut dapat membantu pihak kepolisian (pendidik) untuk dapat memberikan pengetahuan tentang berlalu lintas (tentang rambu-rambu) menjangkau lebih banyak target audience. Selain itu media tersebut dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam hal keuangan. Pembelajaran melalui media TV dalam hal biaya jauh lebih murah. Karena pihak sekolah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk mengadakan kegiatan kunjungan kepolisian, hal ini akan sangat menguntungkan sekolah-sekolah yang lemah dalam hal keuangan. Berikut ini adalah ciri-ciri media massa elektronik yang mampu menunjang pembelajaran rambu-rambu lalu lintas: 1. Keserempakan Yang dimaksud keserempakan adalah dalam waktu yang relatif sama, audience di mana pun berada dapat menerima informasi secara bersamaan. 2. mampu meliputi daerah yang tidak terbatas. 3. bisa dimengerti yang buta huruf. 4. bisa diterima mereka yang menderita cacat tubuh. Tujuan Tujuan dari perancangan ini adalah memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang rambu-rambu lalu lintas agar mereka mengerti dan dapat berhati-hati ketika sedang berada di jalan. Serta memberikan kemudahan target audience dalam mendapatkan pendidikan berlalu lintas, yang selama ini sulit didapatkan terutama di lingkungan sekolah. Masalah bagaimana merancang film animasi edukasi anak, sebagai media pembelajaran tata tertib (rambu-rambu) lalu lintas yang baik untuk anak usia 5-7 tahun? PEMBAHASAN Metode penelitian dan perancangan yang akan digunakan dalam perancangan animasi edukatif rambu-rambu berlalu lintas ini adalah sebagai berikut: a. Perencanaan animasi edukatif rambu-rambu berlalu lintas ini dimulai dari analisa terhadap masalah yang ditemukan yaitu kurangnya pendidikan tentang berlalu lintas yang baik untuk target audience. b. Setelah mengetahui fenomena dan masalah yang terjadi, yaitu kurangnya pendidikan tentang berlalu lintas yang baik untuk target audience, kemudian dilakukan study terhadap target audience yaitu anak dengan rentang kelas 1-2 sekolah dasar. c. Berdasarkan analisa terhadap masalah yang terjadi dan karakteristik target audiences, serta maka dirancang sebuah konsep desain berdasarkan keyword yang telah ditentukan. d. Konsep desain yang telah dibuat konsep visual dan konsep komunikasinya.

e. Konsep visual akan mengarah kepada karakteristik anak sebagai target audiences serta studi pustaka dan studi komparasi berbagai macam teori seperti teori komunikasi terhadap anak, teori karakteristik anak dan teori animasi yang telah dilakukan. f. Konsep visual meliputi aspek cerita, karakter tokoh, setting, komposisi warna dan aspek mise-en scene seperti pengambilan gambar, framing, angle, transisi, dan sebagainya. Konsep Visual adalah unsur what, who, where dan when. g. Konsep komunikasi adalah bagaimana memberikan pendidikan tentang berlalu lintas yang baik khususnya dalam mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalan raya. Setelah itu, maka akan ditentukan konsep desain berdasarkan karakter target audiences, antara lain : 1. Anak-anak usia 5 7 tahun 2. Pendidikan sekolah dasar 1 2 SD 3. Tinggal di wilayah perkotaan dan pinggiran ( Surabaya dan sekitarnya ) 4. laki-laki dan perempuan 5. Seluruh strata sosial (pendidikan minimal SMU) Sedangkan karakteristik dari aktivitas, minat dan dari target audiences adalah sebagai berikut: Aktifitas Anak Menurut Johnson dan Roopnarine (1983)]. Pada dasarnya aktivitas anak usia 5-7 tahun, baik laki-laki atau perempuan, adalah : 1. Aktivitas anak usia 5-6 tahun adalah bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Bermain dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi dan bereksplorasi. Oleh karena itu, pendidik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) perlu memahami makna bermain agar mampu mengembangkan permainan dan menciptakan suasana yang mengundang dan keasyikan bermain yang mendorong anak belajar. 2. Bermain adalah aktifitas selain sekolah. Bermain merupakan wahana belajar untuk mengeksplorasi lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, dan sosial-emosional anak. Di samping itu, bermain juga mengembangkan individu agar memiliki kebiasaan-kebiasaan baik, seperti tolong-menolong, berbagi, disiplin, berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab. 3. Rekreasi bersama keluarga diwaktu libur. Hal ini dilakukan agar Rasa kedekatan kuat dengan keluarga, karena keluarga merupakan pendidikan dasar anak untuk mengenal lingkungannya. 4. Senang memiliki teman bermain. Anak usia 5-7 tahun mengenal aktivitas berkelompok, Mulai berminat kerja kelompok, Cenderung bermain baik dengan sesama jenis kelamin, Mulai memahami arti berbagi dan bergiliran. Mencoba menguasai teknik mengekspresikan minat, perasaan, petemanan /

persahabatan, menerima teman untuk bermain bersama. Belajar berbagi kepemimpinan, ide, bahan dan pertemanan. 5. Senang bermain dengan benda-benda sekitar. Anak usia 5-7 tahun tertarik dengan apa yang disekitarnya, selalu ingin tahu apa yang ada disekitarnya, misalnya menyukai puzel, alat mainan manipulatif, menyukai bermain peran, memakai baju oang dewasa. Minat Anak Interest / minat anak usia 5-7 tahun sebagaimana sesuai dengan teori Steinberg (1995), Hughes (1995), dan Piaget (1966) adalah : 1. Selalu ingin tahu, misalnya : Tertarik kebiasaan mandi orang lain, bertanya dari mana bayi keluar, hal-hal yang terjadi keseharian dari pada dongeng khayal 2. Mainan, misalnya : Senang bermain dengan bilangan, menyukai bermain bangunan balok, lego. Menyukai puzel, alat mainan manipulatif. 3. Permainan, misalnya : Bermain kelompok, senang bermain berbisik, menyukai bermain di luar, menyukai bermain air dan pasir. Menyukai permainan lotto, domino warna, benda, gambar dan berbagai permainan kelompok lainnya. 4. Berkhayal, misalnya : Bermain dengan teman bayangan imajinasi, menyukai bermain peran, memakai baju orang dewasa, mengatakan apa yang mau digambar sebelum mulai menggambar, mampu bermain kreatif penuh imajinasi. 5. Warna-warna cerah, misalnya : Mampu mengelompokkan sesuai warna, ukuran, bentuk, yang sama, yang sejenis, yang berpadanan. Karakteristik target audience Karakteristik target audience yang terdapat dalam tahap praoperasional menurut Papalia dkk adalah meliputi fungsi simbiolik, yaitu sebagai berikut : a. Fungsi simbiolik : adalah kemampuan anak untuk menggunakan simbol- simbol atau hal-hal yang mewakili aktivitas mental seperti kata, angka, atau imaji yang membuat manusia memahami arti. Dengan memiliki simbol dari benda-benda, akan membantu anak mengingat dan berpikir tentang benda-benda tersebut tanpa harus ada kehadiran bendabenda tersebut secara fisik (nyata). b. Pemahaman terhadap identitas : anak dapat memahami bahwa penggantian penampakan sesuatu tidak mengubah hakikat benda tersebut yang sesungguhnya. c. Pemahaman terhadap sebab dan akibat : anak mengerti bahwa setiap kejadian memiliki penyebab. d. Kemampuan untuk membuat klasifikasi : anak mampu mengatur objek, orang, dan kejadian ke dalam kategorisasi yang berlaku. e. Pemahaman terhadap angka : anak mampu berhitung yang berhubungan dengan kuantitas.

f. Empati : anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan bagaimana kemungkinan perasaan orang lain. g. Teori akal : anak menjadi lebih sadar terhadap aktifitas mental dan fungsi pikiran. Targeting 1. Keingintahuan tentang hal-hal yang baru 2. Memiliki pribadi yang ceria dan semangat Skema perolehan keyword konsep desain adalah sebagai berikut : Gambar 1. Skema keyword

Definisi keyword 1. Petualangan Selain tema cerita yang paling banyak dipilih target audience. Unsur pendidikan lalu lintas yang terkandung dalam film tersebut bukan semata-mata gambaran imajinasi anak, tetapi hal yang bersifat nyata yang dialami atau akan dialami oleh target audience. Seri petualangan ini mengangkat keadaan yang nyata ke dalam dunia anak. Walaupun demikian tidak dapat dihindari bahwa dunia anak yang penuh imajinasi juga akan dimasukkan dalam cerita petualangan tersebut. 2. Teka-teki Secara visual rambu-rambu lalu lintas terlihat seperti suatu tanda teka-teki. Untuk dapat aman dalam perjalanan seseorang harus mengerti tanda (teka-teki) lalu lintas. Dalam cerita tersebut digambarkan seorang anak harus dapat memecahkan teka-teki yaitu rambu lalu lintas untuk dapat berhasil sampai ditempat yang dituju. 3. Lalu lintas Kata lalu lintas tentu dipakai, hal ini karena tema cerita yang dipakai menyangkut seputar lalu lintas. Area cerita berhubungan dengan lalu lintas yang masih terdapat rambu-rambu, dan masih dalam kondisi nyata yang dialami atau akan dialami target audience. Penelusuran judul acara Gambar 2. Skema penelusuran judul acara

Definisi judul acara 1. Jalan bersama Pemakaian kata jalan bersama menggantikan kata petualangan. Petualangan sendiri merupakan kegiatan perjalanan yang dapat dilakukan 1 orang atau lebih. 2. Brian Kata brian dipakai sebagai nama salah satu tokoh karakter film ini. Brian merupakan tokoh karakter yang cerdas, dan selalu dapat memecahkan masalah. 3. Slamet Nama slamet berasal dari bahasa jawa yang berarti selamat. Nama tersebut dipakai oleh salah satu tokoh dalam film animasi ini, yang mempunyai karakter pemberani tetapi tidak pernah berfikir dalam melakukan tindakan. Perilakunya tersebut sering merugikan dia, tetapi tokoh tersebut termasuk anak yang serba beruntung apabila sedang sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Logo acara Dalam film animasi edukasi lalu lintas ini juga akan mengadaptasi dari tema film yang ada di dalamnya. Isi film animasi ini lebih banyak berbicara tentang rambu-rambu lalu lintas. Maka logo yang akan ditampilkan juga tidak jauh dari unsur rambu-rambu lalu lintas. Di bawah ini adalah beberapa gambar rambu-rambu lalu lintas. Gambar 3. Logo acara Proses produksi Alasan kenapa animasi Indonesia sulit untuk berkembang adalah salah satunya terkendala oleh masalah biaya. Proses pembuatan film animasi yang mahal membuat harga jualnya juga mahal. Hal ini yang membuat para stasiun televisi enggan untuk menayangkan film animasi lokal, sehingga mereka lebih memilih film animasi luar yang harga belinya jauh lebih murah. Dalam perhitungan kawasan asia harga proyek animasi dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu : 1. Kelas A antara US$ 150.000 US$ 300.000

2. Kelas B antara US$ 50.000 US$ 75.000 3. Kelas C mulai US$ 25.000 Sedangkan tarif animasi lokal +10% dari tarif di kawasan asia, yaitu 1. Kelas A antara Rp 120.000.000 Rp 240.000.000 2. Kelas B antara Rp 40.000.000 Rp 60.000.000 3. Kelas C mulai Rp 20.000.000 Tarif di atas tersebut dipatok untuk satu episode, yang berdurasi antara 15 30 menit. Begitu juga dalam perancangan film animasi lalu lintas ini per episode berdurasi +15 menit. Karakter animasi Dalam perancangan film animasi ini terdapat 3 tokoh utama yang berperan penting dalam penyampaian materi rambu-rambu lalu lintas kepada target audience, antara lain : 1. Brian Gambar 4. Tokoh karakter Brian Anak yang pandai dan cenderung pendiam. Termasuk dari keluarga dengan strata ekonomi atas. Berdasarkan hasil kuisioner 87% responden menggambarkan ciri orang pintar memiliki rambut rapi, 91% selalu memakai kacamata, 74% memiliki warna kulit putih, 65% selalu berpakaian rapi. Apabila melihat dari film pilihan audience tokoh yang mempunyai karakter seperti Brian adalah Dekisugi dan Ehsan. Selalu memecahkan setiap masalah yang ditemui. 2. Slamet Gambar 5. Tokoh karakter Slamet

Termasuk anak yang pemberani dan tidak mudah menyerah, tetapi dia juga anak yang ceroboh. Termasuk dari keluarga dengan strata ekonomi menengah. Berdasarkan hasil kuisioner 79% responden menggambarkan ciri anak nakal memiliki rambut acak-acakan, 89% memiliki warna kulit gelap, 73% selalu berpakaian tidak rapi. Apabila melihat dari film pilihan audience tokoh yang mempunyai karakter seperti Slamet adalah Giant dan Fizi. Anak yang suka menolong dan setia kawan, dia juga selalu beruntung apabila terkena musibah. 3. Polisi Gambar 6. Tokoh karakter polisi Sebagai pendidik yang ramah. Memakai seragam kepolisian lengkap dengan topinya, dan apabila diperlukan juga memakai perlengkapan pendukung kepolisian yang lain. Sosok seorang polisi juga banyak dikenal anak-anak sebagai sosok yang memiliki kumis tebal. Selalu memberikan penjelasan tentang materi lalu lintas yang ada. Sosok ini selalu muncul di setiap episode, entah itu terlibat langsung dengan cerita, atau tampil pada akhir cerita.

Alur cerita Plot cerita yang digunakan adalah menggunakan struktur lima babak, yaitu babak perkenalan, babak awal masalah, babak menuju klimaks, babak klimaks dan babak penyelesaian klimaks. Untuk lebih jelasnya perhatikan alur gambar sebagai berikut : Gambar 7. Skema alur cerita

VISUAL ANIMASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Fase perkenalan Gambar 8. Fase perkenalan Memperkenalkan tokoh utama yaitu Brian dan Slamet. Mereka melihat teman mereka Danang yang sedang kebingungan mencari orang tuanya di saat jam pulang sekolah. Fase awal masalah Gambar 9. Fase awal masalah Brian dan Slamet memutuskan untuk menemani Danang menunggu orang tua datang menjemputnya. Awal masalah terjadi saat mereka telah lama menunggu tetapi orang tua

Danang belum datang menjemput. Akhirnya Brian dan Slamet memutuskan untuk mengantar Danang pulang ke rumah. Fase menuju klimaks Gambar 10. Fase menuju klimaks Mereka akhirnya melakukan perjalanan menuju rumah Danang. Terlihat Danang sedang jalan arah pulang yang biasa dia lewati bersama orang tuanya. Sampai akhirnya dia menemukan satu petunjuk yang dia ingat. Tetapi ada sebuah halangan di tempat itu, mereka melihat ramburambu yang tidak mereka ketahui. Fase klimaks Gambar 11. Fase klimaks

Muncul dari kejauhan sebuah sepeda motor yang melaju dengan kencang. Dari arah berlawanan juga melaju sebuah mobil. Pada saat sepeda motor tersebut melanggar ramburambu yang terpasang di badan jalan, terjadi tabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Fase penyelesaian Gambar 12. Fase penyelesaian Dari kejadian tersebut Brian mencoba memberi penjelasan kepada Slamet dan Danang tentang arti rambu-rambu tersebut. Setelah mengerti semua arti rambu-rambu tersebut, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dengan aman. KESIMPULAN DAN SARAN Untuk dapat merubah karakter seseorang tidaklah mudah, apalagi kalo orang tersebut termasuk dalam golongan dewasa. Dalam perancangan ini karakter tersebut adalah sikap perilaku seseorang saat berkendara di jalan raya. Salah satu cara apabila tidak dapat merubah karakter seseorang adalah membentuknya. Membentuk karakter seseorang biasanya dilakukan sejak anak usia dini. Dalam hal berlalu lintas, untuk membentuk karakter seseorang yang tertib saat berkendara di jalan raya, salah satunya adalah mengajarkan anak-anak tentang arti dan kegunaan ramburambu lalu lintas. Banyak cara untuk mengajarkan anak usia dini tentang rambu lalu lintas, yang sudah dilakukan antara lain adalah kunjungan sekolah dan open house yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Tetapi semua cara tersebut masih mempunyai kekurangan. Untuk menutupi kekurangan dari media tersebut maka dicari media lain, yang berhubungan langsung dengan anak-anak. Dari hasil kuisioner yang dilakukan terhadap target audience,

didapatkan media televisi sebagai media pembelajaran rambu lalu lintas. Apabila melihat kegiatan menonton TV pada anak-anak, maka tidak jauh dengan film kartun. Dengan pendekatan melalui aktivitas dan kesenangan mereka diharapkan perhatian anak dapat tertuju pada tayangan pendidikan rambu lalu lintas, dan materi yang diberikan dapat diterima secara maksimal. DAFTAR RUJUKAN Buku Piaget, Jean, 2010. Psikologi Anak Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, jilid 2, edisi keenam, Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth B, 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan, Edisi kelima, Jakarta: Erlangga A.S Ranang. dkk, 2010. Animasi Kartun dari analog sampai digital, Jakarta: PT Indeks Drs. Darwanto, S.S, 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Artikel Sudrajat, Akhmad, M.Pd, 2008. Media Pembelajaran Harian Republika, 2009. Memberdayakan Film Untuk Edukasi Anak Harian Jawapos, 2009. Pengendara Surabaya Makin Suka Melanggar Komisi Penyiaran Indonesia, 2009. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Internet www.depkominfo.go.id, 2010. Faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas www.wikipedia.org, Teori Perkembangan Kognitif www.raispictures.com, 2009. jenis-jenis animasi www.raispictures.com, 2009. tehnik film animasi www.wartawarga.gunadarma.ac.id, 2010. prinsip dasar animasi karakter