OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung


PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

III.TATA CARA PENELITIAN

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Mengapa Air Sangat Penting?

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

Tata Cara penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT:

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

Cara Menanam Cabe di Polybag

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TUGAS AKHIR SB091358

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

Arang Tempurung Kelapa

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR. : Sutia Afrinanda : Kelompok : VI

Transkripsi:

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK 0

MEDIA TANAM JAMUR KAYU A. Persiapan 1. Bangunan a. Ruang Persiapan Merupakan tempat pembuatan media tanam, yaitu kegiatan pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Dapat berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan bahan baku. b. Ruang Inokulasi Yaitu ruang untuk menanam bibit pada media tanam. Harus mudah dibersihkan dan disterilisasikan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba atau bakteri yang lain. Diusahakan agar ruangan yang dibuat tidak terlalu banyak ventilasi dan tertutup untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak. Untuk sterilasi bisa digunakan alkohol 70-96 % dan disemprotkan ke dalam ruangan. c. Ruang Inkubasi Ruangan untuk menumbuhkan spora jamur pada media tanam yang sudah diinokulasikan. Ruangan tidak terlalu lembab (60 80%) dan pada suhu 22-28 C. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. d. Ruang Penumbuhan Merupakan ruangan untuk menumbuhkan jamur. Ruangan ini dilengkapi dengan rak penanaman, kondisi pada 16-22 C dan kelembaban 90-100 %. 2. Sarana dan prasarana Peralatan Produksi Cangkul dan sekrop timba dan takaran sprayer punggung dan hand sprayer alat sterilisasi (bisa bangunan/kubus/drum) modifikasi, autoklaf alat pemanas/kompor khusus masker kantong plastik polibag (Jenis Poly Propilene) 0,04 x 18 x 35 Cm karet gelang, kain perca, ring/cincin 3. Bahan-bahan a. Bahan Baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai media sebaiknya tidak banyak mengandung minyak, atau bergetah (dapat menghambat pertumbuhan). Contoh kayu yang bisa digunakan adalah: albasia, randu, dan meranti. Diusahakan dengan tingkat keseragaman yang baik agar pertumbuhan spora jamur merata (diayak), serta harus bersih dari kotoran-kotoran lain bahkan unsur minyak/oli/solar (bila terdapat unsur ini maka jamur tidak akan tumbuh). 1

b. Bahan Tambahan Bekatul (dedak padi), tepung jagung, tepung biji-bijian Meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan Nitrogen. Sebaiknya dipilih masih baru, belum tengik, dan tidak rusak (menggumpal). Kapur tohor (CaCO 3 ) Merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca), mengatur PH media, dan meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Gips (CaSO 4 ) Selain sebagai sumber kalsium dan pengatur PH, juga sebagai bahan untuk memperkokoh media, sehingga tidak mudah rusak. Komposisi/takaran bahan baku dan bahan tambahan No. Nama Bahan Takaran 1. Serbuk gergaji albasia 78 % 2. Bekatul/dedak padi 18 % 3. Bekatul/dedak jagung 2 % 4. Kapur Tohor (CaCO 3 ) 1 % 5. Gips (CaSO 4 ) 1 % B. Pembudidayaan 1. Persiapan Semua bahan dipersiapkan dengan komposisi atau takarannya masing-masing, untuk serbuk kayu terlebih dahulu dilakukan penjemuran atau dikeringkan untuk membunuh bakteri lain dan sekaligus pembersihan kotoran yang besar-besar serta diayak untuk keseragaman ukuran. Hindarkan dari hujan karena dimungkinkan terjadi hujan asam. 2. Pencampuran Setelah ditakar sesuai dengan komposisinya, dilakukan pencampuran dengan bahan-bahan yang lain sampai merata (bekatul padi dan bekatul jagung, kapur dan gips). Pencampuran dapat dilakukan dengan manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Pada proses pencampuran semua bahan diusahakan tidak terdapat gumpalan, karena hal ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan jamur. 2

Kadar air adonan dibuat pada kondisi 60 70 %. Secara sederhana bisa dilihat dengan membuat gumpalan adonan dengan cara mengepalkan adonan. Bila gumpalan mengeluarkan air, maka kandungan air dalam adonan terlalu tinggi. Adonan yang baik bila adonan itu dikepal akan membentuk gumpalan dan mudah dipecahkan atau dihancurkan kembali. Bila terlalu banyak mengandung air akan memacu pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media. Derajat keasaman dapat diketahui dengan menggunakan kertas PH (lakmus). PH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari 6-7 akan menghambat pertumbuhan jamur. 3. Pengomposan Bertujuan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan sehingga diperoleh senyawa yang lebih sederhana yang akan lebih mudah dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur lebih baik. Pengomposan dilakukan dengan menutup rapat adonan bahan (dibumbum) dengan plastik atau terpal selama 2 x 24 jam, (dibolak-balik untuk 24 jam pertama). Pengomposan yang baik dengan indikasi kenaikan suhu sekitar 50 C. Kadar air diatur pada kondisi 60-70% dengan derajat keasaman (PH) 6-7. 4. Pewadahan Pewadahan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik, dengan tenaga manusia atau alat press. Adonan dimasukkan ke dalam plastik dan harus dipadatkan, karena apabila kurang padat akan menyebabkan hasil panen tidak optimal karena media menjadi cepat busuk. Setelah dipadatkan ujung plastik disatukan dan diberi ring pada bagian leher plastik dan pada lubangnya diberi sumbat berupa plastik yang bersih dan diikat karet. Dengan demikian akan tampak seperti botol 5. Sterilisasi Dilakukan dengan memasukkan semua plastik yang sudah diisi adonan ke dalam drum, steamer, atau autoklaf, ditata sedemikian rupa sehingga mampu menampung media dalam jumlah banyak. Sterilisasi dilakukan selama minimal 10 jam dalam temperatur 100-115 C dalam drum. Apabila menggunakan autoclaf pada tekanan 1 1,3 atm sterilisasi digunakan selama 2 jam. Sterilisasi dilakukan dalam temperatur 100-120 C. Beberapa perlakuan berbeda yang perlu diperhatikan sesuai dengan jenis jamurnya. - Jamur tiram memerlukan suhu ± 80 C constan : 4 6 jam - Jamur kuping memerlukan suhu 100 C constan : 6 8 jam - Jamur sitake memerlukan suhu 105 120 C constan : 8-10 jam - Jamur lingshi memerlukan suhu 120 C constan : 10-12 jam 3

6. Pendinginan Setelah mengalami sterilisasi, didinginkan untuk dipersiapkan dalam proses inokulasi (pemberian bibit jamur). Kondisi media harus dingin, karena apabila masih terasa panas atau suhu terlalu tinggi akan mematikan bibit jamur. Bibit akan mati apabila terkena suhu 40 C. Bisa dilakukan dengan menempatkannya pada rak-rak yang bersih setelah keluar dari drum atau alat sterilisasi. (4-6 jam pendinginan di dalam autoclaf/drum, dan ± 12 jam setelah keluar dari autoclaf/drum). Catatan: Proses pendinginan maximal 3 x 24 jam sejak keluar dari alat sterilisasi. Bila lebih dari itu harus dilakukan strilisasi II sekali lagi. 7. Inokulasi Dilakukan harus pada kondisi yang segala sesuatunya bersih dan steril. Baik alat maupun pelaksananya. Kondisi optimal proses inokulasi adalah media bersuhu 30 C, dan harus selesai maksimal 3 x 24 jam, apabila lebih dari itu harus dilakukan sterilisasi kembali. Bibit yang digunakan dipilih yang baik sehingga akan menghasilkan jamur yang baik pula. Inokulasi dapat dilakukan dengan taburan langsung pada media, yaitu dengan menaburkan bibit yang sudah disiapkan dan ditaburkan pada media yang telah dibuka sampai merata pada permukaannya. Kemudian media ditutup dan disumbat kembali seperti semula untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan spora jamur. Spora jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. 8. Inkubasi Merupakan proses penyimpanan media hasil inokulasi agar spora jamur dapat tumbuh atau memberikan kesempatan bibit untuk berkembang biak. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan spora ini adalah 22-28 C. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media putih merata oleh miselia jamur. Biasanya akan tampak putih secara merata antara 30-45 hari sejak dilakukan inokulasi. Perawatan yang perlu dilakukan adalah secara periodik dilihat bagaimana pertumbuhan spora, apakah ada yang berwarna hijau atau berwarna hitam, apabila berwarna hijau harus disisihkan dari yang lain. Warna hijau berarti terjadi kontaminasi dan dapat menular, namun apabila bibitnya kuat, spora jamur tetap dapat menghasilkan jamur dan hasilnyapun tidak akan beracun. Hitam berarti media mati (dapat dibuang atau dibakar), atau bila ada yang lubang harus segera ditutup, atau diperbaiki. Lebih baik dalam ruangan yang tidak terlalu banyak cahaya. Warna hijau dan hitam tidak dapat didaur ulang. 4

9. Penumbuhan Proses penumbuhan dibutuhkan waktu untuk jenis jamur edible adalah kurang lebih 30 hari, kecuali jenis jamur Lentinus edodes adalah 45-60 hari. Dalam kondisi miselium sudah menjalar memenuhi media (log), akan diikuti dengan munculnya pean head pada permukaan media tanam atau di bagian samping. Fruiting body (pembentukan batang tubuh jamur) diawali dengan cara pemberian oxygen, yaitu membuka sumbat media atau memotong pangkal ring/cincinnya. Prinsipnya adalah memberikan O 2 yang cukup bagi pertumbuhan buah jamur. Kondisi yang baik pada masa penumbuhan adalah pada suhu 16-22 C dengan kelembaban 90 100 % (disesuaikan dengan jenis jamur) Catatan: Perlu diingat di dalam pemberian oxygen tidak boleh terlalu cepat membuka keseluruhan permukaan media, jadi harus sedikit demi sedikit. Sebab dengan membuka permukaan media terlalu lebar pada awal penumbuhan mempercepat penguapan, sehingga media kering akan mematikan pean head jamur. 10. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah kondisi jamur optimal, sebaiknya dilakukan pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. Teknis panen dengan mencabut seluruh rumpun jamur. Sehingga tidak meninggalkan akarnya yang bisa membuat busuk media dan akhirnya tidak dapat berproduksi kembali. Untuk akar yang masih menempel pada buah jamur harus dibersihkan juga. Untuk panen yang baik dijaga jangan sampai terjadi perubahan warna pada ujung daunnya (jamur tiram), atau ujung daun mulai mengering (jamur kuping) 11. Pascapanen Untuk jamur yang sudah dipanen cukup dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja, selain kebersihannya terjaga, daya tahannya juga akan lebih lama. Sedangkan untuk media yang sudah dipanen dapat dibersihkan pada bekas akar-akarnya saja. Dapat dilakukan dengan menggunakan sendok bersih (dikerik) sampai kira-kira kotoran yang ada bekas jamur yang sudah dipanen hilang. Untuk daerah yang kering maka hanya cukup dibuka dan disemprot dengan air bersih untuk mendukung kelembaban. Untuk semprotan air jangan sampai menggenangi media yang sudah pernah panen, karena akan membuat busuk media. Juga jangan sampai terkena buah jamurnya agar kandungan air di dalam jamur tidak terlalu tinggi Penyimpanan jamur yang telah dipanen dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik (facum) dimasukkan ke dalam kulkas, hal ini dapat bertahan segar selama 4-6 hari. Penumbuhan berikutnya ± 10-20 hari untuk jamur edible. Untuk lebih mempercepat tumbuhnya jamur berikutnya bisa dilakukan dengan memberikan lubang secukupnya pada sisi lain media. Untuk jamur kuping hanya cukup menyobek 1-2 Cm disebelah ringnya. 5

C. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur Proses sterilisasi Sebelumnya tempat sterilisasi dibersihkan dulu, berikutnya media dapat ditata dalam tempat sterilisasi, sehingga seluruh polybag media kena uap panas sterilisasi, pertahankan suhu konstan. Sesuaikan waktu steril dengan jamur yang akan ditanam kurang lebih 6 8 jam konstan. Pendinginan dalam stim juga harus diperhatikan 6 12 jam sampai suhu tinggal kurang lebih 60 C, lalu dikeluarkan dari stim dan tempatnya harus sudah disteril sebelumnya. Kondisi ruang inokulasi dan media harus dipertahankan dalam kondisi tetap steril. Proses inokulasi Sebelum kita melakukan inokulasi, kita harus memilih bibit jamur yang benar-benar baik. Pembibitan media tanam dilakukan dengan memberikan satu sendok inokulan (bibit) pada permukaan media yang telah dibuka tutupnya, lakukan secepat mungkin menutup kembali untuk mengurangi terjadinya kontaminasi. Pembibitan pada bibit botol disesuaikan dengan kondisi mediumnya. Pelaksana/pelaku harus dalam kondisi bersih biasanya dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 75% tipis pada dua belah tangan dan pakaian bersih yang digunakan juga harus disemprot tipis, gunakan masker. Suhu dalam ruang inokulasi tidak boleh lebih dari 40 C sebab inokulan dan spora jamur tidak akan tumbuh pada suhu di atas 40 C. Apabila terjadi kenaikan suhu tersebut, proses inokulasi harus dihentikan, pelaku harus keluar dari ruang dan kembali melakukannya setelah suhu benar-benar turun. Kondisi optimal proses inokulasi adalah pada suhu antara 30 C sampai dengan 40 C. Proses inkubasi Ruang inkubasi, untuk suhu, kelembapan dan kebersihannya harus diperhatikan. Bersihkanlah ruang inkubasi secara teratur, perhatikan sinar dan udara yang masuk diatur 10%. Kalu diperlukan lakukan sterilisasi ruangan dengan insektisida organik. Setelah tidak ada bau insektisida yang ada dalam ruang tersebut pindahkanlah media jamur yang sudah diinokulasi, ditata dan disusun sebanyak 3 maksimum. Penyusunan lebih dari 3 akan mempengaruhi spora yang tumbuh pada media tersebut. Suhu yang dibutuhkan bisa di atas 30 C dengan kelembapan 60-75%, proses inkubasi media jamur pada rentang waktu 30-40 hari. Proses penumbuhan jamur dan pasca panen Setelah spora jamur memenuhi media sudah bisa dipindahkan pada ruang penumbuhan, ditandai dengan warna putih sudah menyebar pada seluruh media. Dalam ruang penumbuhan sebelum media masuk didalamnya, terlebih dahulu harus disteril dengan 6

insektisida organik, bisa dengan formalin 2% dan KMNO 4, dilakukan 2 hari sebelum media tumbuh dimasukkan dalam ruang tersebut. Dalam ruang penumbuhan selama proses sterilisasi untuk insektisida harus tertutup rapat. Dua hari kemudian setelah bau insektisida hilang media jamur siap diatur dalam ruang penumbuhan. Media dibiarkan begitu saja agar dapat adaptasi dengan ruang penumbuhan kemudian dilakukan pengabutan dengan air bersih dan penyiraman lantai dasar secukupnya agar suhu dan kelembapan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur dapat terpenuhi. Pada proses pembentukan batang tubuh jamur, sebenarnya dibutuhkan suhu 16-22 derajat celcius dengan kelembaban 85-95%. Sirkulasi udara dan sinar hanya dibutuhkan 10% dengan perlakuan kondisi tersebut pembentukan batang tubuh jamur akan mengalami pertumbuhan yang sempurna. Setelah 2-3 hari jamur tumbuh dengan segar sudah dapat dipanen. Lakukanlah proses pemetikan hasil panen yang baik serta dengan perasaan yang halus dalam mencabut pelan-pelan batang jamur tersebut sehingga seluruh akar yang menempel pada media dapat terangkat semua. Perlu dingat akar jamur yang tertinggal akan membusuk dan mematikan spora jamur yang akan tubuh berikutnya. Bila pemetikan jamur dilakukan dengan kasar (serampangan) akan banyak akar jamur yang tertinggal dan membusuk dalam media yang menyebabkan kegagalan dan keterlambatan pertumbuhan jamur berikutnya. Untuk itu dimana kita ketahui ada akar jamur yang tertinggal dapat dilakukan pengerikan kalau perlu pemotomgan media jamur sehingga spora dibelakangnya terlihat memutih dan siap tumbuh, Setelah itu lakukan pengabutan setiap hari demikian seterusnya. Jamur yang telah dipanen cukup dibersihkan kotorannya dengan memotong pangkal jamuruntuk dipersiapkan dikonsumsi atau dipasarkan. Dalam kemasan usahakan daun jamur tetap utuh (tidak sobek) dan tidak merubah morfologi jamur tersebut, sehingga konsumen akan lebih puas. Kemasan jamur untuk pasar dapat menggunakan kantong plastik yang tebal atau stereofoam yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau selera konsumen. 7

Diagram Alir Budi Daya Jamur Kayu Serbuk Kayu Pencampuran bahan Kompos Berhasil Gagal Pewadahan Sterilisasi Pendinginan Inokulasi Pembuangan Rusak Inkubasi Daur ulang Berhasil Penumbuhan Pemanenan Jamur 8

Gambar Sederhana Alat Sterilisasi 2 Sarangan 1 Keterangan: 1. Kompor Bisa menggunakan konstruksi kompor minyak gas dalam tabung (dipompa) atau digantung (minyak gas digantung) Gunakan api yang stabil, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk menghemat bahan bakar Sering dibersihkan agar tidak macet pada waktu pembakaran 2. Drum Gunakan drum oli yang bersih dan tebal Berilah sarangan di dalam drum, 1/3 (seper tiga) bagian dari dasar drum Gunakan sarangan dari kayu atau besi Lapisi drum dengan plastik yang mempunyai tebal 0,1 cm untuk melindungi dinding drum dan sekaligus sebagai tutup Gambar Sederhana Media Tanam 4 3 2 1 9

Keterangan: 1. kantong plastik - dibentuk rapi dan tidak bocor - jenis PP (polip ropilen) : 0.04 x 18 x 35 Cm, bening 2. adonan bahan - dimasukkan secara rapi dan hati-hati sehingga tidak merusak/merobek plastik - harus padat 3. ring - terbuat dari paralon/plastik/bambu - berfungsi untuk tempat sumbat dan takaran bibit 4. kain perca/kapas - dari bahan kaos atau katun - sebagai sumbat media tanam - harus bersih - tidak luntur Catatan: - Usahakan media tanam dalam keadaan rapi, tidak bocor, dan terjaga kebersihannya. - Berilah label pada setiap media tanam apabila sudah diinokulasi. Jamur-jamur yang ditemukan di alam terbuka ini dan belum diketahui jenisnya maupun sifatnya, maka jika akan dikonsumsi perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan keracunan. Untuk mengetahui bahwa suatu jamur dapat dimakan atau tidak, berikut disajikan pengujian jamur secara sederhana. 1. Pada saat jamur dimasak, ke dalam tempat untuk memasak jamur itu dimasukkan barangbarang yang terbuat dari logam perak (misalnya sendok atau garpu). Bila logam ini menghitam maka jamur tersebut diduga mengandung racun. 2. Nasi yang berwarna putih dimasukkan ke dalam masakan jamur. Bila warna nasi berubah menjadi warna kuning maka jamur tersebut diduga mengandung racun. 3. Apabila getah jamur yang beracun dicampur dengan bawang putih maka bawang putih tersebut akan berwarna kehitaman. 4. Sifat-sifat jamur beracun dapat dilihat dari penampakan luarnya. Misalnya warnanya mencolok dan kotor (memberi kesan menjijikkan); mempunyai cincin pada tangkai atau batangnya (kecuali pada jamur merang); terlihat menyala pada malam hari (karena mengandung fosfor yang cukup tnggi). 10

KALKULASI BIAYA PEMBUATAN MEDIA TANAM (MT) JAMUR KAYU (1 resep = 1200 polybag besar) Uraian Jumlah Satuan Harga Jumlah Serbuk kayu 28 kr 5,750 161,000 Bekatul 288 kg 1,000 288,000 Kapur 28 kg 300 8,400 Plastik Polibag 1200 bh 175 210,000 Cincin 1200 bh 150 180,000 Karet 1.5 kg 10,000 15,000 Minyak tanah 75 ltr 2,500 187,500 Bibit 50 btl 10,000 500,000 Tenaga Kerja 1200 hr 125 150,000 lain-lain 150,000 Jumlah 1,849,900 Biaya Produksi 1 buah media tanam: Rp 1.850,- / MT Catatan: Fluktuasi harga menyesuaikan, sehingga setiap waktu bisa berubah Tidak ada standard harga di setiap daerah Spesifikasi ini diberlakukan untuk daerah Blitar KALKULASI MODAL USAHA DAN KEUNTUNGAN UNTUK JAMUR TIRAM 1. Biaya Tetap a. 1 set kubung jamur, (Rp 2.500.000,-) Sudah termasuk lahan, rak, dan perlengkapan penunjang lain Umur ekonomis 2 tahun, 4 x 6 m, kapasitas 3000 media Untuk 6 kali pemeliharaan, sehingga biaya Penyusutan per 4 (empat) bulan adalah Rp 420.000,- b. 1 set alat sterilisasi Sudah termasuk drum, kompor, dan lain-lain Umur ekonomis 2 tahun Untuk 6 kali pemeliharaan, sehingga biaya penyusutan alat per 4 (empat) bulan adalah Rp 250.000,- Total Biaya Tetap Rp 670.000, (A) 2. Biaya Variabel 3000 Media Tanam, @ Rp 2500,- Rp 7.500.000,- TK selama 4 bulan, 2 orang @ Rp 250.000,- Rp 2.000.000,- Total Rp 9.500.000,-(B) 11

3. Pengeluaran = Biaya Tetap (A) + Biaya Variabel (B) = Rp 670.000,- + Rp 9.500.000,- = Rp 10.170.000,- (C) 4. Pendapatan Tingkat kegagalan 10 % dari 3000 media tanam, tinggal 2700 media tanam Nilai BER = 70% (estimasi minimal), sehingga akan dihasilkan jamur sebanyak: 2700 x 700 gr = 1890 kg jamur segar Harga jual minimal jamur segar per kilogram = Rp 8.000,- Pendapatan selama pemeliharaan: = Rp 1890 kg x 8000 = Rp 15.120.000,- (D) 5. Laba-Rugi = Pendapatan (D) - pengeluaran (C) = Rp 15.120.000,- - Rp 10.570.000,- = Rp 4.550.000,- (Laba) 12