MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA MELALUI TEKNIK FADING PADA ANAK TK PELITA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

Gustina M. Biga Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia karakteristik orang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR BERHITUNG MELALUI BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN TEKNIK BERMAIN PADA ANAK DI TK PERTIWI KECAMATAN HULONTALANGI KOTA GORONTALO

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. perilaku terpuji seorang anak dalam berinteraksi sosial pada kehidupan sehari-hari. Lembaga

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI PERMAINAN OUT- BONDSEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 05 KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : DINA NURHAYATI A

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas, dan yang menjadi mitra kerja adalah guru kelas kelompok A.

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PENINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI PERMAINAN MONTASE DI RA DARUL ULUM PGAI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-5 MELALUI MEDIA POHON HITUNG PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN SANTA MARIA KEDIRI TAHUN AJARAN

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SUMARTIN NPM:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah olah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN KERANJANG TEMPURUNG DAN BIJI SALAK DI TAMAN KANAK-KANAK PK3A TAEH BARUAH KECAMATAN PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.I. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR. Mulyati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB III. Penelitian ini dilaksanakan di TK Berlian Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual. Aziz Alimul (dalam Erwan: 2005). Definisi anak usia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA PERCAYA DIRI PADA ANAK DI KELOMPOK B TK ANGGREK MEKAR KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Bone Bolango. Adapun siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN PIRING HURUF DI RAUDHATUL ATHFAL DARMA WANITA PADANG ARTIKEL

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. TK Patriotik terletak di Jalan Makam H. Nani Wartabone Desa Bube Baru

Mengenalkan Konsep Huruf Dengan Metode Permainan Kartu Huruf Pada Anak

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR TK LEMBAH SARI AGAM ZAINAB ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

Transkripsi:

1

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Rostin Halid Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Dr. Wenny Hulukati, M.Pd 1 Hj. Murhima A.Kau,S.Psi, M.Psi 2 ABSTRAK Rostin Halid. NIM. 111 411 146. Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Teknik Bermain Kelompok di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Pembimbing I: Dr. Wenny Hulukati, M.Pd, Pembimbing II: Hj. Murhimah A. Kau, S.Psi, M.Psi. Masalah yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah teknik bermain kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial anak di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan interaksi sosial anak melalui teknik bermain kelompok. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data melalui observasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, anak yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial adalah 16 orang (64%), kurang memiliki interaksi sosial 3 orang (12%), dan tidak memiliki kemampuan berinteraksi sosial 6 orang (24%). Pada siklus II, anak yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial berjumlah 20 orang (80%) dan kurang memiliki 5 orang (20%) serta tidak memiliki interaksi sosial (0%). Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: Jika guru menggunakan teknik bermain kelompok, maka interaksi sosial anak di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat, dapat diterima. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Teknik Bermain Kelompok 1 Dr. Wenny Hulukati, M.Pd. Pembimbing I. 2 Hj. Murhima A.Kau,S.Psi, M.Psi. Pembimbing II Dosen Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling 2

Sikap, kebiasaan dan pola interaksi yang dibentuk diawal sangat menentukan seberapa jauh anak tersebut berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek penting yang berkembang pesat dan merupakan masa diletakkannya pola-pola dasar interaksi. Hurlock (dalam Soetjiningsih, 2012:8) mengemukakan bahwa usia-usia awal (tahun-tahun prasekolah), yaitu sekitar dua sampai lima tahun, merupakan periode diletakkannya dasar struktur interaksi yang kompleks yang dibentuk di dalam kehidupan seorang anak. Sikap yang dimiliki akan cenderung menetap sepanjang hidupnya. Implikasinya adalah kita dapat memprediksi bagaimana perkembangan seorang anak di masa yang akan datang. Interaksi sosial sebagai bentuk hubungan antar individu dengan individu lainnya maupun individu dengan kelompok, perlu dibentuk sejak anak berusia dini. Anak dalam proses perkembangannya, membutuhkan orang lain baik orang dewasa maupun teman sebaya. Pada proses membutuhkan terjadi interaksi sosial, yang menjadikan anak tersebut memahami bahwa mereka di samping sebagai makhluk individual, juga sebagai makhluk sosial. Interaksi sosial merupakan bagian dari ruang lingkup perkembangan sosial emosional. Pada Permen Diknas RI No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dijelaskan bahwa tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional pada usia 4-5 tahun meliputi: a) menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan; b) mau membagi, menolong, dan membantu teman; c) menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif; d) mengendalikan perasaan; e) menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan; f) menunjukkan rasa percaya diri; g) menjaga diri sendiri dan lingkungannya; h) menghargai orang lain. Interaksi sosial akan terjadi, apabila guru sebagai pendidik selalu memfasilitasi anak dalam aktivitasnya sehari-hari di sekolah. Dapat diberikan contoh dalam kegiatan makan bersama, berbagi dengan teman, pada kegiatan bermain, saling meminjamkan alat permainan, bergilir dalam menggunakan alat permainan, membantu teman, apabila teman tersebut menemui kesulitan dalam 3

kegiatan pembelajaran seperti pada kegiatan motorik halus, menempel maupun menggunting. Kenyataan yang ada di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, dari jumlah anak 25 orang, terdapat 14 orang atau 56% yang kurang mengadakan interaksi sosial. Hal ini nampak pada saat guru memberikan tugas kelompok seperti kegiatan menggunting, terdapat anak yang tidak mau meminjamkan gunting pada anak lain, dalam kegiatan bermain, tidak mau bekerja sama dalam jenis permainan tertentu, kurang peduli pada teman yang membutuhkan teman, bahkan terdapat pula anak yang kurang hormat pada guru. Diduga penyebab kurangnya anak berinteraksi sosial, yakni kedekatan anak dengan orang tua belum maksimal, disebabkan orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehari-hari. Tingkat pendidikan orang tua yang kurang memahami perkembangan anak, dan lingkungan yang kurang kondusif dalam membiasakan anak untuk berinteraksi sosial. Selanjutnya dari segi guru, diduga belum menggunakan teknik pembelajaran yang dapat membantu anak untuk dapat berinteraksi sosial, media pembelajaran yang masih minim, sehingga waktu anak untuk dapat berinteraksi belum maksimal. Untuk meningkatkan interaksi sosial, khususnya pada anak TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, digunakan teknik bermain kelompok, dengan tujuan agar anak dapat bekerjasama, menghargai teman, peduli kepada teman. Patmonodewo (2003:106) menjelaskan bermain kelompok, yakni masing-masing anak menerima peran yang diberikan dan dalam mencapai tujuan bermain, mereka masing-masing melakukan perannya secara tergantung serta sama-sama dalam mencapai tujuan bermain. Selanjutnya melalui teknik bermain kelompok, anak akan termotivasi untuk melakukan interaksi, dimana situasi bermain kelompok memerlukan kerjasama, saling menghargai antar teman, tidak egois. Situasi kompetitif (bersaing) untuk menyelesaikan tugas dalam situasi bermain kelompok, mendorong anak untuk berinteraksi sosial. Dengan teknik bermain kelompok pula, anak diharapkan dapat mengenal aturan permainan yang dapat mempengaruhi interaksi sosial. 4

Berdasar pada uraian yang telah dikemukakan, maka penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Teknik Bermain Kelompok di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Dari uraian di atas, dapat diidentifiaksi permasalahan sebagai berikut: a. Kurangnya interaksi sosial pada anak meliputi: tidak mau bekerjasama, kurang peduli pada teman, kurang hormat pada guru. b. Terdapat 14 orang anak atau 56% yang kurang memiliki interaksi sosial. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah interaksi sosial anak TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan melalui teknik bermain kelompok?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan interaksi sosial anak melalui teknik bermain kelompok di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Bonner (dalam Budiningsih, 2008:56) mengemukakan interaksi sosial yaitu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana interaksi individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki interaksi individu yang lain, atau sebaliknya. Interaksi ini dalam bentuknya yang sederhana merupakan proses yang kompleks, karena didasari oleh beberapa faktor, baik secara sendirisendiri maupun gabungan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Aisyah, dkk (2008:9.35) menjelaskan perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Perkembangan sosial berbeda dengan kemampuan sosial, kemampuan sosial merupakan kecakapan anak untuk merespons dan mengikat perasaan dengan perasaan positif, dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk menarik perhatian mereka. Yulianti (2010:11) menyatakan ciri kehidupan sosial pada anak TK adalah menyukai bermain dengan kelompok dan atau sampai lima orang teman, biasanya mempunyai satu atau dua sahabat. Anak usia TK pada umumnya dapat menyesuaikan diri secara sosial. Kadang-kadang sulit menyesuaikan diri dengan sekolah jika suasana di rumah kurang nyaman. Teman yang dipilih biasanya yang 5

sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang teman yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dalam hal ini, yakni anak akan mengadakan interaksi sosial apabila pendidik dapat memfasilitasi, memotivasi sesuai dengan taraf kematangannya untuk berinteraksi sosial. Dalam perkembangan interaksi sosial anak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain: a) Pola Asuh Rachmawati (2010:8) mengemukakan pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif, dan produktif, suka akan tantangan dan percaya diri. b) Lingkungan Mariyana, dkk (2010:20) mengemukakan bahwa tujuan penciptaan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi multisensori anak adalah menyiapkan dan mengelola lingkungan belajar yang dapat merangsang berbagai indra anak secara baik. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Mariyana, dkk (2010:30) dalam pembelajaran hendaknya anak dibimbing untuk mengendalikan dirinya sendiri secara baik. Kemampuan ini penting sekali karena guru TK berhadapan dengan anak-anak yang masih bersifat egosentris, spontan dan fleksibel. Menghadapi anak seperti ini, harus pandai mengatur emosi dan pengendalian diri. Untuk itu, akan semakin efisien suatu pembelajaran di TK jika lingkungan belajarnya dibimbing oleh guru yang bijaksana. Artinya dapat menangani anak secara baik dalam pembelajaran, artinya guru tidak hanya profesional tetapi harus memiliki rasa bijak yang memadai. c) Teman Sebaya Saat anak memasuki tahapan perkembangan dalam pengertian differensiasi, dimana anak telah mengerti dan memahami orang lain. Maka anak 6

sudah tidak lagi melihat segala sesuatunya untuk dirinya atau apa yang disebut pemusatan pada dirinya. Pada saat itu ia membutuhkan orang lain yang dapat mengerti dan memahami dirinya dan ia mengerti apa yang diinginkan orang lain terhadap dirinya. Maksudnya pengertian yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sesuai dirinya, yaitu teman sebaya, teman yang akan menjadi tempat untuk menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain yang seusianya. Memungkinkan akan terjalin hubungan sosial, sehingga antara satu dengan yang lainnya akan terjadi saling mempengaruhi. Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikolog, sejak beberapa dekade yang lalu. Moeslichatoen (dalam Isjoni, 2009:87) mengemukakan bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan. Patmonodewo (2003:102) menjelaskan bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif, dan sebagainya, bekerja pun dapat diartikan bermain, sementara kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya. Sujiono (2009:151) mengemukakan jenis-jenis bermain kelompok, meliputi: 1) Bermain Sosial Penting bagi seorang anak terlibat dengan orang lain selain dirinya. Interaksi, dapat diartikan secara sederhana dengan merespon pada interaksi orang lain. Bermain sosial, dasar dari seluruh pembelajaran sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih. Pentingnya bermain sosial: 1) sebagai sarana 7

bagi anak untuk belajar dari orang lain; 2) mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi; 3) membuat anak lebih mampu untuk bersosialisasi; 4) membantu anak untuk mengembangkan persahabatan. - Bermain denganku Merupakan bentuk awal dari bermain sosial, biasanya terjadi antara anak dan orang tua, seperti orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat, mengawasi respon yang tidak diinginkan, mengikuti kemauan anak dan menyanyikan lagu untuk anak. - Kita berdua Kegiatan yang melibatkan sedikitnya dua orang dalam bermain, baik orang dewasa dan anak, atau dua orang anak, seperti terlibat langsung, berlatih dengan orang tua, bertemu dengan anak lain, terbiasa dengan anak lain, serta mendorong anak untuk bermain bersama. - Bergiliran Dikembangkan pada kegiatan yang melibatkan aturan atau bermain dengan aturan: a) mempelajari aturan baik antara orang dewasa dan anak, dua orang anak dan sekelompok anak; b) mempelajari aturan pada permainan sederhana dan perlombaan; c) membuat permainan yang lebih sulit; d) peraturan baru, seperti pemenang, dadu dan ular tangan, dan e) permainan luar ruangan. 2) Bermain Imajinatif Pentingnya bermain imajinatif: 1) membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa; 2) membantu anak untuk memahami orang lain; 3) membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya, dan 4) membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri. 3) Bermain Teka Teki Pentingnya bermain memecahkan teka-teki dapat: 1) mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir; 2) teka-teki mendorong rasa ingin tahu anal, dan 3) mengembangkan kemandirian pada anak. Sedangkan bermain teka-teki pada anak cacat, dapat: a) menunjukkan padanya bahwa di dunia ini banyak objek yang dapat menarik perhatiannya; b) harus memberikan perhatian pada objek yang 8

sangat diminati oleh anak; c) mendorong rasa ingin tahu anak terhadap puzzle; d) memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan teka-teki. 3) Permainan Dalam Kelompok Yalom, dkk (dalam Rusmana, 2009:22) mengusulkan perlunya permainan dilakukan dalam situasi kelompok saat dibutuhkan dan memandang kegunaan permainan sebagai bantuan yang sangat bernilai bagi konselor, anggota dan proses kelompok. Terdapat tujuh alasan untuk menggunakan permainan dalam kelompok, diantaranya: 1) Mengembangkan diskusi dan partisipasi. 2) Memfokuskan kelompok. 3) Mengangkat suatu fokus. Konselor bisa juga menggunakan permainan untuk mengangkat suatu fokus saat ia merasa sebuah topik baru dibutuhkan; 4) Memberi kesempatan untuk pembelajaran eksperiensial. 5) Memberi konselor informasi yang berguna. Permainan berguna juga untuk mendapatkan informasi dari anggota kelompok yang akan digunakan trainer dalam diskusi. 6) Memberikan kesenangan dan relaksasi 7) Meningkatkan level kenyamanan. Perkembangan adalah perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan itu dijalani oleh anak manusia, khususnya sejak lahir hingga mencapai tingkat kedewasaan atau kematangan. Soetjianingsih (2012:224) mengemukakan dengan bermain kelompok, anak-anak akan berbicara dan berinteraksi satu sama lain dan selama interaksi ini anak-anak mempraktekkan peran yang akan dipegangnya. Brotherson (dalam Soetjianingsih, 2012:225) mempertegas bahwa bermain sangat penting bagi anak karena memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi dunia sekelilingnya. Bermain membantu anak untuk tumbuh dan berkembang dalam berbagai hal/aspek. Teknik bermain kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini, dengan peran yang diberikan guru, anak akan berupaya berkomunikasi dengan temannya. Anak akan berlatih ucapan yang akan dikomunikasikan. Melalui teknik bermain kelompok pula, anak akan belajar bagaimana bertutur kata yang baik, menyapa teman, menyampaikan maksud ataupun keiginan kepada teman. Kata-kata 9

ataupun kalimat yang diucapkan anak pada proses bermain peran, secara tidak langsung memberi dampak positif pada peningkatan interaks sosial. Erikson (dalam Danim dan Khairil, 2011:72) mengemukakan usia 3-5 tahun merupakan fase bermain, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah inisiatif dan rasa bersalah. Kekuatan dasarnya adalah tujuan atau dorongan. Selama periode ini anak mengalami suatu keinginan untuk meniru orang dewasa disekitarnya dan mengambil inisiatif dalam menciptakan situasi bermain. Nuryanti (2008:43) menjelaskan pada aspek sosial, perubahan yang terjadi pada masa kanak-kanak lanjut antara lain: 1) anak semakin mandiri dan mulai menjauh dari orang tua dan keluarga; 2) anak lebih menekankan pada kebutuhan untuk berteman dan membentuk kelompok dengan sebaya; 3) anak memiliki kebutuhan yang besar untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sujiono (2009:159) menguraikan minat bermain anak pada kemampuan sosial meliputi: a) dapat berinteraksi dengan teman dalam suasana bermain dan bergembira; b) dapat menunjukkan rasa kepedulian terhadap orang yang mengalami kesulitan; c) dapat berbagi dengan teman dan orang dewasa lainnya; d) dapat menunjukan rasa saying pada orang lain; e) dapat menunjukkan sikap sabar ketika menunggu giliran. Melalui bermain kelompok, interaksi sosial khususnya kerjasama pada anak dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan teknik bermain kelompok anak dapat bermain bersama, secara tidak langsung mengetahui interaksi yang disenangi teman atau pun tidak disenangi, mematuhi aturan bermain kelompok, memperoleh kepuasan terutama komitmen untuk menyadari bahwa kebersamaan merupakan salah satu faktor dalam mencapai keberhasilan. Dapat diberikan contoh permainan pesan berantai, tanpa kerjasama yang baik dari anggota kelompok akan menyebabkan kegagalan dalam menyampaikan kalimat atau kata yang dimaksud. Pada kesimpulannya, teknik bermain kelompok sangat sesuai dengan peningkatan interaksi sosial, disebabkan bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi anak usia dini. Patmonodewo (2004:112) menyatakan bermain membantu anak dalam menjalin 10

hubungan sosial antaranak. Dengan demikian para guru sebaiknya menyadari akan kegiatan bermain anak khususnya kegiatan bermain yang hendak ditingkatkan. Melalui kegiatan bermain tertentu, guru dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan bermain di sekolah. Bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan mendasar, tanpa bermain anak mengalami kesulitan pada aspek perkembangan. Bermain yang terencana, bertujuan dan menggunakan media yang tepat, akan membantu dalam perkembangan kognitif, motorik, emosional dan sosial. Geldard (2013:63) menjelaskan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang kuat pada banyak aspek sikap dan interaksi sosial yang mempengaruhi pemahaman terhadap diri, keyakinan tentang kompetensi dan moralitas, serta konsepsi anak-anak tentang sistem sosial di luar keluarga. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Geldard (2013:64) karakteristik perkembangan sosial pada anak-anak usia 2-5 tahun yakni pada usia dini, banyak anak cenderung bersikap gampengan, mengolah dan kelompok, khususnya dalam bermain. Selanjutnya Jemsen (dalam Tate, 2013:74) menyatakan ketika anak-anak diizinkan untuk bermain dengan anak lain, mereka belajar aturan formal maupun aturan informal dan kerjasama, negosiasi, persahabatan dan keterampilan fisik. Bermain membantu anak-anak berempati dan menentukan tindakan apa yang akan diambil dalam situasi tertentu. Dengan bermain anak akan belajar berbagi mainan, belajar untuk menyesuaikan konflik, belajar untuk kreatif dan imajinatif. Berdasar pada pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bermain kelompok memberi pengaruh pada interaksi sosial meliputi: a) melalui bermain kelompok, anak secara tidak langsung mempelajari interaksi teman sebaya melalui peran yang dibawakan; b) tema bermain kelompok, bertujuan membentuk kerjasama, peduli kepada teman; c) bermain kelompok membantu anak agar dapat berinteraksi sosial, seperti pada peran dokter kecil, yang berperan dokter akan berempati pada temannya yang berperan sebagai pasien dengan kalimat-kalimat yang baik. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakan teknik bermain kelompok, maka interaksi sosial anak di TK Mawar Kecamatan 11

Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 80% anak telah dapat berinteraksi sosial, yakni terjadi peningkatan dari 11 orang anak atau 44% menjadi 20 orang atau 80% dari jumlah anak 25 orang. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, yang berusia ratarata 5-6 tahun berjumlah 25 orang anak yang terdiri dari laki-laki 14 orang dan perempuan 11 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut: a) Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap peningkatan interaksi sosial anak melalui teknik bermain kelompok. Observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Observasi dilakukan oleh pengamat. b) Dokumentasi Teknik ini dilakukan untuk mendokumentasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif persentase. Teknik analisa data ini dilakukan dengan cara mempresentasekan setiap indikator intreraksi sosial anak melalui teknik bermain kelompok, melalui tabel analisis yang telah disiapkan. Hasil Penelitian Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. TK Mawar merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Bone Bolango, yang memiliki visi mencerdaskan anak didik melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk mencapai visi tersebut, kepala 12

sekolah dan guru terus berupaya meningkatkan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak. Jumlah anak didik yang ada di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango berjumlah 45 orang, terdiri dari kelompok A berjumlah 20 orang, dan kelompok B 25 orang.. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus mengacu pada tema maupun subtema yang dirancang pada RKH, pedoman observasi, serta lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar aktivitas anak. Sebelum mengadakan kegiatan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran awal terhadap subjek penelitian. Pembahasan Kemampuan berinteraksi sosial perlu difasilitasi sejak anak berusia dini. Hal ini mengingat pendidikan yang diberikan pada usia TK sangat mudah dicerna anak, sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada kehidupannya kelak. Anak sebagai makhluk sosial, membutuhkan orang lain baik orang tua maupun teman sebaya dalam berinteraksi. Sujiono (2009:17) menyatakan bahwa pemberian rangsangan melalui pendidikan anak usia dini perlu diberikan secara komprehensif, dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya, akan tetapi juga cerdas pada aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti kehalusan budi dan rasa atau emosi, panca indera termasuk fisiknya dan aspek sosial dalam berinteraksi dan berbahasa. Rangsangan tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan anak, karena setiap individu memiliki kepekaan masing-masing dalam perkembangannya. Mengenai teknik bermain kelompok yang digunakan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mutiah (2010:159) bahwa aktivitas bermain memberikan berbagai cara yang majemuk pada anak untuk melatih dan belajar berbagai macam keahlian dan konsep yang berbeda. Anak merasa mampu dan sukses jika anak aktif dan mampu melakukan suatu kegiatan yang menantang dan kompleks yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Oleh karena itu, penddik seharusnya memberikan materi yang sesuai, lingkungan belajar yang kondusif, tantangan dan 13

memberikan amsukan pada anak untuk menuntun anak dalam menerapkan teori dan melakukan teori tersebut dalam kegiatan praktek. Hasil penelitian terkait dengan peningkatan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial melalui teknik bermain kelompok, menunjukkan hasil yang sangat berarti. Dari kegiatan observasi awal anak yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial pada kriteria mampu berjumlah 11 orang (44%), kurang mampu 10 orang (40%), dan tidak mampu 4 orang (16%). Berdasarkan temuan ini, guru sebagai peneliti berupaya dengan tema dan sub tema yang disesuaikan dengan RKH (rencana kegiatan harian), serta dengan menggunakan langkah-langkah pelaksanaan teknik bermain kelompok, dilaksanakan kegiatan siklus I pertemuan 1 dengan hasil anak yang dapat berinteraksi sosial meningkat menjadi 13 orang (52%) pada kriteria mampu, kurang mampu 11 orang (44%), tidak mampu 1 orang (4%). Selanjutnya siklus I pertemuan 2, diperoleh hasil rata-rata kemampuan anak dalam berinteraksi sosial meningkat menjadi 16 orang (64%), kriteria mampu, 3 orang (12%) pada kriteria kurang mampu, dan 6 orang (24%) pada kriteria tidak mampu. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, pelaksanaan siklus dilanjutkan dengan siklus II. Sebelum siklus II dilaksanakan, antara peneliti dengan guru mitra mengadakan diskusi, terutama menyatukan persepsi tentang pelaksanaan teknik bermain kelompok, serta membimbing anak dalam melakukan aktivitas bermain, sehingga tujuan yang ingin dicapai yakni kemampuan berinteraksi sosial dapat dilaksanakan oleh anak. Dari siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil, anak yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial meningkat menjadi 18 orang anak (72%) pada kriteria mampu, 5 orang (20%) kriteria kurang mampu, serta 2 orang (8%). Bimbingan guru pada situasi bermain, serta adanya jenis permainan yang bervariasi, situasi bermain kelompok yang menyenangkan, membuat anak sudah dapat berinteraksi sosial dengan temannya. Hal ini berdampak positif pada hasil pelaksanaan siklus II pertemuan 2, di mana terjadi peningkatan anak yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial, menjadi 20 orang (80%) pada 14

kriteria mampu, 5 orang (20%) kriteria tidak mampu, serta 0% pada kriteria tidak mampu. Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, telah menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial melalui teknik bermain kelompok. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mencermati hasil yang diperoleh pada siklus II, maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak dilanjutkan ke siklus III. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berinteraksi sosial pada anak TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui teknik bermain kelompok. Dari kegiatan observasi awal diperoleh anak yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial berjumlah 11 orang (44%) dari jumlah 25 orang anak. Pada siklus I pertemuan 1 diperoleh 13 orang anak (52%) anak yang berada pada kriteria mampu dalam berinteraksi sosial, siklus I pertemuan 2 menjadi 16 orang (64%). Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1, terjadi peningkatan anak yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial menjadi 18 orang (72%), serta siklus II pertemuan 2 menjadi 20 orang (80%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka hipotesis tindakan: Jika guru menggunakan teknik bermain kelompok, maka interaksi sosial anak di TK Mawar Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan, dapat diterima. Saran a) Dalam upaya meningkatkan kemampuan anak berinteraksi sosial, guru hendaknya dapat menggunakan teknik bermain kelompok sebagai salah satu teknik pembelajaran di TK. b) Penelitian tindakan kelas merupakan koreksi terhadap proses pembelajaran. Untuk itu diharapkan kerjasama antara kepala sekolah, guru dalam melaksanakannya. 15

DAFTAR PUSTAKA Anita, Yus. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media Group Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka Anwar, Ahmad. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Baradja, Abubakar. 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Studio Press David, Geldard. 2013. Menangani Anak Dalam Kelompok, Jogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Mariyana, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Prenada Media Group Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta: Prenada Media Group Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media Group Mariyana, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Prenada Media Group Rachmawati, Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia TK, Jakarta: Prenada Media Group Rich, Dorothy. 2008. Menciptakan Hubungan Sekolah Rumah Yang Positif, Jakarta: PT. Indeks Prastiti, D. Wiwien. 2008. Psikologi Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks Patmonodewo, Soemiarti. 2004. Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Seswanto, Lestari. 2012. Pembelajaran Aktaktif dan 100 Permainan Kreatif Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Jogyakarta: Andi Offset Soetjiningsih, H. Christiana. 2012. Perkembangan Anak, Jakarta: Prenada Media Group Suyadi. 2010. Bimbingan Konseling Untuk PAUD, Jogyakarta: Diva Press Sujiono N. Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks Tate, L. Marcial. 2013. Menyiapkan Anak Untuk Sukses di Sekolah dan Kehidupan, Jakarta: PT. Indeks 16