STUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya

Kualitas Visual Fasade Bangunan Modern Pasca Kolonial di Jalan Kayutangan Malang

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

Kajian Karakteristik Bangunan Ikonik Pada Gedung Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan

KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (SPIRIT OF PLACE ) KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

Kesimpulan dan Saran

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

KEBIJAKAN PUBLIK PADA PENYERAGAMAN FASADE RUKO TERHADAP PEMBENTUKAN CITRA KOTA WAMENA SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PROPORSI BENTUK CANDI ANGKA TAHUN DAN CANDI SAWENTAR DI BLITAR JAWA TIMUR

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Perencanaan Dan Perancangan Pasar Ikan Di Pantai Jasri Karangasem

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN KOMERSIAL DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA MALANG

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

KOMPOSISI FASAD MASJID AL MUBAROK DI NGANJUK

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

BAB II LANDASAN TEORI

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

DESAIN PENCAHAYAAN RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE DIALux V 4.9

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TIGA DIMENSI BANGUNAN BARU PT. KREAVISI GRUP

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR KEBONDALEM PURWOKERTO SEBAGAI KAWASAN WISATA BELANJA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

Keberadaan Fungsi Bangunan Sekitar dalam Membentuk Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan di Pusat Kota Pasuruan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

THE APPLICATION OF GEOMETRIC PROPORTION AND COMPOSITION THEORY TO THE BNI 46 JAKARTA BUILDING BY SILABAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

Wanita Subadra Abioso, Ir., M.T Halaman 1 dari 6

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

BAB III TINJAUAN KHUSUS

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

Transkripsi:

STUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG Wulan Astrini, Indyah Martiningrum, dan Muhammad Satya Adhitama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya wulanastrini@yahoo.com ABSTRAK Penelitian tentang studi golden section pada fasade di kawasan Kayutangan, Malang ini memiliki tujuan spesifik yaitu (1). Mengevaluasi proporsi fasade di Kayutangan, Malang berdasarkan teori golden section dan (2). Menghasilkan rekomendasi desain fasade di Kayutangan, Malang yang proporsional dan sesuai dengan golden section. Metode pengumpulan data menggunakan observasi terhadap fasade di dua sisi koridor jalan tersebut dengan instrumen distance meter, kemudian digambarkan komposisinya secara digital secara dua dimensi. Selanjutnya data dianalisis proporsinya menggunakan golden section dan dilanjutkan dengan membuat simulasi digital khususnya untuk fasade yang proporsinya tidak sesuai dengan golden section. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fasade di Kayutangan, Malang 10 % memiliki proporsi lebar dan tinggi sesuai dengan golden section dan 90 % tidak sesuai dengan golden section. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi desain bagi penataan dan pembenahan estetika kota, khususnya di kawasan Kayutangan, Malang maupun dapat menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan studi sejenis di kawasan lainnya. Kata kunci: golden section, fasade ABSTRACT The study of the golden section in the building facade in Kayutangan, Malang has a specific purpose, namely (1). Evaluate the proportion of building facade in Kayutangan, Malang based on the theory of the golden section and (2). Produce design recommendations of building facade at Kayutangan, Malang which proportionate and in accordance with the golden section. Data collection method using observations of the building facade on both sides of the corridor with a distance meter instrument, then the composition is described as a two-dimensional digitally. Furthermore, the data were analyzed using the golden section proportion, followed by making a digital simulation, especially for building facade that is not in accordance with the proportion of the golden section. The results of this study indicate that the building facade in Kayutangan, Malang has a proportion of 10% of the width and height of the building according to the golden section and 90% are not in accordance with the golden section. The results of this study are expected to be recommendations for structuring the design and aesthetic improvement of the city, particularly in Kayutangan, Malang and can be a reference for those who want to do similar studies in other regions. Keywords: golden section, building facade Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 66

1. Pendahuluan Kota Malang merupakan salah satu kota besar di Jawa Timur yang memiliki - berarsitektur kolonial di beberapa kawasan, baik yang berfungsi sebagai rumah tinggal, pertokoan, rumah makan, sekolah, maupun perkantoran. Salah satu kawasan bersejarah yaitu Jalan Basuki Rahmat atau yang dikenal dengan kawasan Kayutangan. Jalan Basuki Rahmat merupakan jalan utama menuju pusat kota Malang yang sudah digunakan sejak keberadaan pemerintah kolonial Belanda. Saat ini kawasan Kayutangan memiliki berbagai aktivitas guna lahan seperti perdagangan, jasa, perkantoran, serta peribadatan yang mengakibatkan adanya perbedaan yang signifikan pada karakteristik fasade kolonial dan modern. Di sisi lain adanya beberapa komersial yang kosong akan mempengaruhi tampilan kawasan secara keseluruhan. Kondisi fasade tersebut turut mempengaruhi kualitas estetika kota Malang dan memberikan citra kota yang spesifik dan membedakannya dengan yang citra kota lainnya. Perancangan koridor kota berkaitan dengan tanggapan pengindraan manusia terhadap lingkungan fisik seperti penampilan visual, kualitas estetika dan karakter spasial koridor, sehingga nilai estetika visual yang mampu merepresentasikan isi atau ruang kota menjadi faktor yang sangat dibutuhkan dalam melakukan upaya penataan koridor jalan khususnya jalan masuk kota. Fasade merupakan tampilan atau wajah yang dapat mengekspresikan ciri/karakter khas maupun fungsi tersebut. Oleh sebab itu, fasade memiliki peran terpenting dalam arsitektur, karena merupakan bagian yang pertama kali dilihat oleh para pengamat. Demikian pula halnya dengan estetika kota sangat dipengaruhi kualitasnya pertama kali oleh tatanan/komposisi fasade - di kanan-kirinya. Kualitas estetika fasade dapat dipengaruhi oleh proporsi antara kepala, badan, dan kaki maupun proporsi elemen-elemen lainnya seperti dimensi jendela, pintu, dan ventilasi terhadap kepala, badan, atau kaki maupun terhadap keseluruhan fasade. Teori proporsi yang banyak digunakan dalam arsitektur yaitu golden section. Golden section mempunyai sifat-sifat aljabar dan geometris yang luar biasa, yang dihitung untuk keberadaannya di dalam arsitektur maupun di dalam struktur organik yang hidup. Setiap pertambahan didasarkan pada golden section sekaligus merupakan penambahan dan geometris (Ching, 2000:286). Sehubungan dengan proporsi fasade di kawasan Kayutangan, Malang, maka dapat dievaluasi ketepatan proporsinya dengan menggunakan golden section, sehingga dapat diketahui apakah proporsi fasade - di kawasan tersebut sudah tepat atau belum. Di samping itu, dengan mengetahui proporsi pada fasade di kawasan Kayutangan, Malang, maka dapat dipahami pula bagaimana sistem proporsi fasade yang utamanya bergaya arsitektur kolonial dengan fungsi perkantoran, pertokoan, dan tempat peribadatan. 2. Bahan dan Metode 2.1. Citra Kota dan Estetika Kota Citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya (Zahnd, 2009:53). Estetika kota merupakan salah satu elemen dari delapan dimensi lanskap kota yang dijelaskan oleh Meinig (1971:1) dalam Heryanto (2011:14-15), dimana lanskap kota merupakan suatu dimensi dari berbagai isu yang berkaitan dengan pem, perubahan, dan pengelolaan dari kota dan perdesaan. Oleh sebab itu, citra kota juga dipengaruhi oleh estetika kota, karena lanskap kota merupakan bagian dari perancangan arsitektur kota. Menurut Zahnd (2009:167-171) terdapat tiga faktor estetika kota yaitu orientasi, posisi, dan isi Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 67

a. Zahnd (2009:172-175) juga menjelaskan ada tujuh prinsip sebuah place (kota) secara estetis, yaitu keseluruhan sebagai unit, bentuk unit, kekosongan pusatnya, penutupan batasnya, hubungan lahan/tampak, perabotan tempat, dan gambaran visual. Dari ketujuh prinsip tersebut yang berhubungan langsung dengan studi proporsi fasade dalam penelitian ini yaitu: b. Bentuk unit c. Sebuah place sebagai unit seharusnya memiliki bentuk yang sejelas mungkin dalam hal tipologi, geometri, ukuran, dan skalanya, baik dalam dua dimensi maupuan tiga dimensi. d. Gambaran visual e. Sebuah place seharusnya memiliki suatu citra yang menarik. Artinya, sebuah tempat yang berkualitas tinggi mempunyai ciri khas yang berasal dari interaski antara ruang dan bentuk, antara yang buatan dan yang alami, antara yang lama dan yang baru, antara yang formal dan yang bebas. 2.2. Elemen Fasade Bangunan Elemen-elemen yang menyusun fasade sangat beragam, yaitu kepala, badan, dan kaki. Di samping itu, fasade juga disusun oleh komposisi bukaan-bukaan seperti jendela, pintu, dan ventilasi. 2.3. Golden Section Sistem proporsi dalam arsitektur adalah sistem sebuah rasio karakteristik suatu kualitas permanen yang disalurkan dari satu rasio ke rasio lainnya untuk membentuk suatu hubungan visual yang konsisten antara bagian-bagian seperti halnya antara komponen-komponen dan secara menyeluruh (Ching, 2000:284). Salah satu teori proporsi dalam arsitektur yang umum digunakan yaitu golden section. Golden section didefinisikan sebagai rasio antara dua bagian dari sebuah garis atau dua buah ukuran suatu gambar bidang dimana bagian yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian yang lebih besar adalah sama dengan perbandingan bagian yang besar terhadap keseluruhannya. Hal itu dapat ditunjukkan secara aljabar dengan persamaan dua rasio: a/b = b/a+b. Gambar 1. Konstruksi geometrik golden section (Sumber: Ching, 2000:286) Gambar 2. Komposisi segiempat emas dalam golden section (Sumber: Ching, 2000:287) 2.4 Metode Penelitian Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan melalui observasi lapangan yaitu dengan pengamatan, pengukuran, penggambaran dan dokumentasi fasade - di wilayah studi kasus. Adapun alat yang digunakan dalam observasi ini utamanya yaitu distance meter untuk memperoleh akurasi dimensi-dimensi fasade maupun Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 68

dimensi-dimensi elemen-elemen pada fasade yang menjadi variabel penelitian. Selanjutnya data-data tersebut digambarkan secara digital menggunakan software desain AutoCAD, sketch-up, dan corel draw/photoshop. Penggambaran digital itu untuk mempermudah analisis proporsi golden section serta untuk memudahkan proses simulasi proporsi apabila ditemukan hasil yang tidak sesuai dengan golden section. Data-data yang telah terkumpul dan didokumentasikan di dalam tahap pengumpulan data selanjutnya dianalisis mengenai kesesuaian proporsi fasade nya menggunakan teori golden section. Analisis tersebut dilakukan dengan mengevaluasi proporsi antara kepala, badan, dan kaki maupun proporsi antara bukaan-bukaan adap tiga komponen tersebut maupun terhadap keseluruhan fasade. Apabila hasil analisis ada yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori proporsi golden section, maka peneliti membuat simulasi desain dengan teori tersebut terhadap fasade yang bersangkutan hingga diperoleh proporsi yang tepat. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis Golden Section pada Fasade Bangunan di Kayutangan, Malang Tahapan analisis golden section pada fasade di Kayutangan, Malang ini membagi wilayah studi menjadi dua bagian yaitu koridor jalan sisi Timur dan Barat sebagai berikut: 1. Bangunan- di koridor jalan sisi Timur Jajaran di koridor ini dibagi menjadi segmen 1, segmen 2, dan segmen 3. 2. Bangunan- di koridor jalan sisi Barat Jajaran di koridor ini dibagi menjadi segmen 4, segmen 5, dan segmen 6. Segmen 1 dimulai dari restoran cepat saji Mc Donald s yang merupakan komersial. Analisis golden section pada fasade tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut ini: Gambar 3. Fasade di segmen 1 Segmen 1 Gambar 4. Foto fasade di segmen 1 (restoran cepat saji Mc Donald s) Gambar 5. Hasil analisis golden section pada fasade di segmen 1 Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 69

Analisis golden section pada fasade di segmen 1 menunjukkan bahwa proporsi lebar dan tinggi tersebut telah sesuai dengan golden section. Dalam segmen 2 terdapat 6 (enam) yang dianalisis, dimana 5 (lima) merupakan komersial serta 1 (satu) perkantoran. Hasil analisis menunjukkan bahwa keenam fasade di segmen 2 seluruhnya tidak sesuai dengan golden section. Fasade perkantoran (bank Mayapada), 3 lantai, tidak sesuai dengan golden section Fasade komersial (toko), 2 lantai, tidak sesuai dengan golden section Fasade komersial (toko), 2 lantai, tidak sesuai dengan golden section Gambar 6. Contoh hasil analisis golden section pada fasade di segmen 2 Fasade yang dianalisis di segmen 3 sebanyak 10 (sepuluh), dimana 9 (sembilan) merupakan komersial serta 1 (satu) perkantoran. Seluruh fasade di segmen 3 ini seluruhnya juga tidak sesuai dengan golden section. Sedangkan di segmen 4 terdapat 5 (lima), dimana 4 (empat) merupakan komersial serta 1 (satu) perkantoran. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelima fasade di segmen 4 tidak sesuai dengan golden section. Gambar 7. Contoh hasil analisis golden section pada fasade di segmen 3 Gambar 8. Contoh hasil analisis golden section pada fasade di segmen 4 Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 70

Segmen 5 menganalisis 10 (sepuluh), dimana 9 (sembilan) merupakan komersial serta 1 (satu) perkantoran. Seluruh fasade di segmen 5 tersebut juga memiliki proporsi lebar dan tinggi yang tidak sesuai dengan golden section. Adapun segmen 6 terdiri dari 1 (satu) perkantoran yaitu bank BCA. Hasil analisis menunjukkan bahwa fasade bank BCA tidak sesuai dengan golden section. Gambar 9. Contoh hasil analisis golden section pada fasade di segmen 5 Gambar 10. Contoh hasil analisis golden section pada fasade di segmen 6 3.2 Rekomendasi Desain untuk Fasade Bangunan yang Tidak Sesuai dengan Golden Section Hasil analisis golden section pada proporsi lebar dan tinggi fasade di kawasan Kayutangan, Malang sebagaimana diuraikan dalam sub bab 5.2.1 sampai dengan 5.2.6 menunjukkan bahwa 90% fasade tidak sesuai dengan golden section. Sehubungan dengan hasil analisis tersebut, tabel berikut ini memberikan rekomendasi desain khususnya berkaitan dengan penambahan atau pengurangan tinggi fasade yang sesuai dengan golden section. 4. Kesimpulan Bangunan kolonial di Kayutangan, Malang terdiri dari perkantoran dan komersial. Hasil analisis menunjukkan bahwa fasade di Kayutangan, Malang 10 % memiliki proporsi lebar dan tinggi sesuai dengan golden section dan 90 % tidak sesuai dengan golden section. Pencapaian proporsi fasade di Kayutangan, Malang yang sesuai dengan golden section dapat dilakukan dengan penambahan atau pengurangan tinggi, sehingga dapat menciptakan tampilan estetika kota yang lebih baik. Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 71

Daftar Pustaka Adi, Adri. 2013. http://www.adri1618.com/2013/11/elemen-elemen-fasade-.html (diunduh: 14 April 2014, 22.15 WIB) Ching, Francis D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk, ruang, dan tatanan. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Fauziah, Nur., Antariksa, & Ernawati, Jenny. 2012. Kualitas Visual Fasade Bangunan Modern Pasca Kolonial di Jalan Kayutangan Malang. Jurnal RUAS, Volume 10 No. 2, Desember 2012. www.google.com (diunduh: 14 April 2014, 22.00 WIB) Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota: Peran perancangan kota sebagai kebijakan publik. Surabaya: Brilian Internasional Putri, Ragil Y.A. 2014. Arahan penataan fasade koridor jalan basuki rahmat kota Malang. Skripsi. Tidak diterbitkan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV. Alfabeta Zahnd, Markus. 2009. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori perancangan kota dan penerapannya. Semarang: Soegijapranata University PressBagus, IGN. editor Koentjaraningrat. 1987). Kebudayaan Bali dalam Manusia dan KebudayaanIndonesia, cetakan 11, Jakarta: Djambatan Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 72

Tabel 1. Rekomendasi desain untuk fasade yang tidak sesuai dengan golden section Segmen Hasil Analisis Fasade Bangunan yang Tidak Sesuai dengan Golden Section Rekomendasi Desain Pembahasan 2 3 Pengurangan tinggi Penambahan tinggi Penambahan tinggi Pada segmen 2 terlihat terdapat 2 sebesar 30% dari tinggi nya sedangkan dari skala korriodor jalan segmen 2 tidak begitu banyak diperlukan penambahan. Pada segmen 3 terlihat ada yang sebesar 60 % terutama pada fasade dengan tapak yang lebar dan tinggi sedangkan pada tapak kecil ketidaksesuaian sebesar 30 %, sedangkan dari skala korridor jalan segmen 3 diperlukan banyak penambahan. 4 Penambahan tinggi Pada segmen 4 terlihat sebesar 60 % terutama pada fasade dengan tapak yang lebar yaitu gedung PLN sedangkan dari skala korridor jalan segmen diperlukan banyak penambahan. Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 73

Lanjutan tabel 1 Segmen Hasil Analisis Fasade Bangunan yang Tidak Sesuai dengan Golden Section Rekomendasi Desain Pembahasan 5 Pengurangan tinggi Penambahan tinggi Pada segmen 5 terlihat sebesar 30 % terutama pada fasade dengan tapak yang tinggi sedangkan dari skala korridor jalan segmen diperlukan tidak begitu banyak penambahan. 6 Penambahan tinggi Pada segmen 6 terlihat sebesar 30 % terutama pada fasade dengan tapak yang tinggi dan lebar sedangkan dari skala korridor jalan segmen 6 diperlukan tidak begitu banyak penambahan. Jurnal RUAS, Volume 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693-3702 74