KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , ,

LAPORAN UMUM TAHUNAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

Nomor 16 Tahun. (PBB) mengenai. yang telah dilatih. Sensus Penduduk. yang diperoleh dari. dari. setinggi tingginya

KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42,

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

KEYNOTE SPEECH. Pada Seminar Nasional MENUJU PENDIRIAN BANK PERTANIAN (IPB International Convention Center, Bogor, 11 Mei 2009)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. :

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BERITA RESMI STATISTIK

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

BAB III METODE KAJIAN

PENGEMBANGAN PUAP UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN MODAL KERJA PETANI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

LAPORAN AKHIR BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PENENTUAN DESA CALON LOKASI PUAP 2011 DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menanggulangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan,

Transkripsi:

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad Rafieq Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lima Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kinerja Gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM- A) di Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive yaitu dipilih gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008, 2009, dan 2010 di lokasi penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survey yaitu wawancara dan melihat catatan yang dimiliki gapotan dan LKM-A. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah gapoktan penerima BLM- PUAP, perkembangan LKM-A gapoktan dan perkembangan dana BLM-PUAP yang kemudian dianalisa secara diskriptif. Hasil dari analisis diskriptif diketahui bahwa jumlah penerima BLM- PUAP di lokasi penelitian sebanyak 419 gapoktan dengan 2.594 kelompok tani dan petani anggota sebanyak 59.908 petani. Tingkat penumbuhan LKM-A baru mencapai 43,0% sedangkan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP). Sebanyak 1,7% LKM-A telah memiliki kantor sendiri dan 86% sudah mempunyai pengelola terpisah dari pengurus gapoktan. Semua LKM-A belum berbadan hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang sudah memiliki kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya. Dana BLM-PUAP yang diterima di lima kabupaten sebesar Rp.41.900.000.000 dan telah disalurkan senilai Rp. 38.549.034.000 (92% dari RUB) dengan tingkat pengembalian Rp. 20.841.963.000 (49% dari RUB). Kata kunci: Gapoktan PUAP, LKM-A PENDAHULUAN Penduduk miskin Kalimantan Selatan Tahun 2007 sebanyak 233.500 jiwa atau sebesar 7,01 % (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Jumlah ini berkurang menjadi 6,48% di tahun 2008 dan 5,12% ditahun 2009, akan tetapi pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yaitu menjadi 5,35% (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Kenaikan jumlah penduduk miskin ini diantaranya disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang komoditi yang berhubungan dengan penghitungan kemiskinan. Pada periode ini Indeks Harga Komoditi (IHK) di Kalimantan Selatan naik sebesar 7,95% dan berada di atas angka IHK nasional, yaitu sebesar 6,64% sementara pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 5,06% atau sejumlah 189.875 jiwa. Sebagian besar masyarakat miskin di Kalimantan Selatan berada di perdesaan dan proporsi terbesar dari masyarakat miskin ini menggantungkan mata pencaharian 575

Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. hidupnya pada sektor pertanian. Kementerian Pertanian telah berupaya membantu pemerintah daerah dalam pengentasannya. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani miskin di perdesaan adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi serta lemahnya organisasi petani (Kementerian Pertanian 2013). Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian telah mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Upaya mempertajam dalam pemecahan permasalahan ini Kementerian Pertanian mengembangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Berdasarkan Buku Pedoman PUAP (2013), PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Salah satu indikator keberhasilan PUAP adalah berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP. Dari aspek fasilitasi pembiayaan, program PUAP diharapkan mampu memberikan kemudahan akses petani mendapatkan pelayanan pinjaman modal. Hal ini dikarenakan petani dengan skala usaha mikro sulit untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya (Kementerian Pertanian 2011). Dana PUAP yang diterima gapoktan berfungsi sebagai stimulus agar gapoktan meningkatkan swadaya anggota untuk mengembangkan modal yang ada dan digulirkan sebagai dana simpan pinjam untuk membiayai usaha produktif anggota. Program PUAP telah dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 termasuk di Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 Provinsi Kalimantan Selatan telah mendapatkan alokasi BLM-PUAP sebanyak 1.367 gapoktan yang tersebar di 13 kabupaten/ kota. Sebaran gapoktan penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel 1. 576

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 1. Sebaran alokasi penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan No Kabupaten/Kota Jumlah Gapoktan 2008 2009 2010 2011 2012 Total 1 Balangan 28 18 21 21 10 98 2 Banjar 35 23 51 25 29 163 3 Barito Kuala 35 17 47 48 13 160 4 Hulu Sungai Selatan 30 20 34 20 16 120 5 Hulu Sungai Tengah 35 18 26 17 19 115 6 Hulu Sungai Utara 33 14 19 29 15 110 7 Kota Banjarbaru - - 8 4 1 13 8 Kota Banjarmasin - - - 5 5 10 9 Kotabaru 35 27 21 41 28 152 10 Tabalong 29 11 28 18 15 101 11 Tanah Bumbu 22 40 37 13 5 117 12 Tanah Laut 30 24 31 20 6 111 13 Tapin 29 18 19 22 9 97 Jumlah 341 230 342 283 171 1.367 Sumber : Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi Kalimantan Selatan Dalam pengelolaan dana BLM-PUAP, gapoktan diharapkan membentuk unit usaha otonom yang menjalankan kegiatan simpan pinjam atau lebih dikenal dengan lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A). Menurut Kementerian Pertanian (2010), LKM-A Gapoktan adalah lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP yang fungsi utamanya adalah mendorong kegiatan menabung dan fasilitasi pembiayaan/permodalan usaha kelompok tani/petani anggotanya. Tujuan pembentukan LKM-A adalah membantu memfasilitasi kebutuhan modal usaha tani bagi petani (Hendayana et al. 2009). Berdasarkan fakta di atas, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab terkait pelaksanaan gapoktan PUAP, diantaranya berapa jumlah kelompok tani dan petani anggota yang memanfaatkan dana BLM-PUAP? Bagaimana kondisi LKM-A di Kalimantan Selatan saat ini? Bagaimana perkembangan dana BLM-PUAP terkait kegiatan pembiayaan usaha produktif. Tujuan penelitian adalah untuk melihat kinerja gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di lima lokasi penerima BLM-PUAP di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel secara sengaja dengan tujuan 577

Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. menyajikan atau menggambarkan beberapa sifat populasi (Soekardono 2009). Gapoktan yang dijadikan sampel adalah gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008, 2009 dan 2010 dengan asumsi gapoktan yang sudah berjalan 3 tahun sudah bisa dilihat kinerjanya. Pengumpulan data dengan menggunakan metode survey yaitu dengan melakukan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan terhadap persoalan didaerah tertentu (Teken 1965). Selain itu dilakukan wawancara dengan responden dan melihat catatan yang dimiliki oleh responden. Sebagai responden adalah pengurus gapoktan dan pengelola LKM-A. Informasi yang dikumpulkan meliputi jumlah kelompok tani dan jumlah anggota gapoktan yang telah memanfaatkan dana BLM-PUAP, kondisi LKM-A gapoktan dan perkembangan dana BLM-PUAP yaitu besaran penyaluran dan pengembalian. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis secara diskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama kurun waktu tiga tahun mulai tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah gapoktan penerima BLM-PUAP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut adalah sejumlah 419 gapoktan. Dari jumlah tersebut penerima BLM-PUAP terbanyak adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu sebanyak 99 gapoktan atau sebesar 23,6% sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tabalong yaitu sejumlah 68 gapoktan atau 16,2%. Begitu pula jumlah kelompok tani penerima BLM-PUAP yang tertinggi adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu sebanyaak 744 kelompok atau sebesar 28,7% dan yang terendah adalah Kabupaten Tabalong yaitu sebesar 293 kelompok atau 11,3%. Dilihat dari jumlah petani yang memanfaatkaan dana BLM-PUAP Kabupaten Barito Kuala juga menduduki peringkat tertinggi yakni sebesar 20.826 petani atau 34,8% sedangkan jumlah terendah adalah Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar 5.220 petani atau sebesar 8,7%. Keragaan jumlah gapoktan, kelompok tani dan petani yang memanfaatkan dana BLM-PUAP dapat dilihat pada Tabel 2. 578

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 2. Jumlah Gapoktan, Poktan dan Petani anggota yang memanfaatkan dana BLM-PUAP Kabupaten Jumlah Gapoktan Jumlah Poktan Jumlah Petani Barito Kuala 99 744 20826 HSS 84 587 12536 Kotabaru 83 271 5220 Tabalong 68 293 7495 Tanah laut 85 699 13831 Jumlah 419 2594 59908 Sumber : Data primer terolah, 2012 Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008, oleh karena itu Kementerian Pertanian telah menyusun exit strategi yang menekankan bahwa pada tahun ketiga gapoktan penerima BLM-PUAP harus bisa menumbuhkan LKM-A. Berdasarkan hasil survey di lima kabupaten, tercatat sebanyak 180 dari 419 gapoktan atau sebesar 43,0% yang sudah berhasil menumbuhkan LKM-A. Sisanya sebanyak 239 gapoktan atau sebesar 57,0% masih berbentuk unit simpan pinjam (USP). Penumbuhan LKM-A terbanyak yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tabalong masing-masing sebanyak 84 dan 68 LKM-A. Semua gapoktan penerima BLM-PUAP di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tabalong sudah menumbuhkan LKM-A. Hal ini disebabkan karena ada kebijakan Tim Teknis Kabupaten yang mensyaratkan pencairan dana BLM-PUAP gapoktan harus memiliki LKM-A terlebih dahulu. Penumbuhan LKM-A di tiga kabupaten lainnya lebih berdasarkan kepada inisiatif gapoktan masing-masing. Tim teknis kabupaten dan pendamping sebatas memberikan arahan dan motivasi. Dari sejumlah 267 gapoktan yang tersebar di Kabupaten Barito Kuala, Kotabaru dan Tanah Laut hanya sejumlah 28 gapoktan atau 10,5% yang berhasil menumbuhkan LKM-A. Berdasarkan wawancara dengan pengurus gapoktan yang menjadi penghambat penumbuhan LKM-A antara lain : a) Sebagian pengurus gapoktan kawatir apabila dana BLM-PUAP dikelola LKM-A akan terjadi penyimpangan; b) Sebagian pengurus gapoktan merasa belum siap dengan pembentukan LKM-A; c) Gapoktan belum banyak yang mengetahui tentang konsep LKM-A dan cara menjalankannya; d) Pemangku kepentingan dan pendamping masih belum sepenuh hati mendorong penumbuhan LKM-A karena belum ada petunjuk, arah dan dasar hukum yang jelas. Penumbuhan LKM-A di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Kotabaru dan Tanah Laut tersaji di Gambar 1. 579

Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. Gambar 1. Keadaan kelembagaan simpan pinjam pada gapoktan PUAP penerima BLM tahun 2008, 2009, dan 2010 Sumber : Data primer terolah, 2012 Kondisi LKM-A di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut disajikan dalam tabel 3. Sebanyak 3 atau sebesar 1,7% LKM-A yang sudah memiliki kantor terpisah dari gapoktan dan sisanya sebesar 98,3% masih menyatu dengan gapoktan. Dilihat dari aspek kepengurusan, sejumlah 155 atau 86% LKM-A memiliki pengelola tersendiri, sementara sisanya sebanyak 14% pengelola LKM-A masih merangkap sebagai pengurus gapoktan. Hasil survey juga menunjukkan bahwa semua gapoktan di lokasi penelitian belum ada yang berbadan hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang telah menjalin kemitraan (linkage program) dengan lembaga keuangan lainnya. Tabel 3. Keragaan LKM-A pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan Kabupaten Kondisi kantor Kepengurusan Badan Hukum Mitra Kerja Jumlah Ter- Menyatpisakaliki memiliki liki memiliki Ter- Merang- Memi- belum Memi- belum LKM-A pisah Barito Kuala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Hulu Sungai Selatan 84 1 83 84 0 0 84 1 83 Kotabaru 2 2 0 2 0 0 2 0 2 Tabalong 68 0 68 68 0 0 68 0 0 Tanah Laut 26 0 26 1 25 0 26 0 26 Jumlah 180 3 177 155 25 0 180 1 111 Sumber : Data primer terolah, 2012 Keadaan USP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut disajikan pada tabel 4. Semua USP masih berkantor di sekretariat gapoktan. Sebanyak 42 atau 16,7% pengelola USP terpisah dari pengurus gapoktan dan sebanyak 207 atau 83,3% pengurus gapoktan merangkap sebagai 580

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 pengelola USP. Semua USP belum memiliki badan hukum dan hanya 3 atau 1,2% USP yang sudah menjalin kemitraan dengan lembaga lain (linkage program). Tabel 4. Keadaan Unit Simpan Pinjam (USP) pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan Kabupaten Kondisi kantor Kepengurusan Badan Hukum Mitra Kerja Jumlah Terpisanyatpisakaliki memiliki liki memiliki Me- Ter- Merang- Memi- Belum Memi- Belum USP Barito Kuala 99 0 99 0 99 0 99 0 99 Hulu Sungai Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kotabaru 91 0 91 0 91 0 91 0 91 Tabalong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tanah Laut 59 0 59 42 17 0 17 3 56 Jumlah 249 0 249 42 207 0 207 3 246 Sumber : Data primer terolah, 2012 Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut telah mendapatkan dana BLM- PUAP sebesar Rp. 41.900.000.000. Kemudian sampai dengan bulan Oktober 2012 telah disalurkan kepada anggota sebesar Rp. 38.459.034.000 (98% dari RUB) dengan pengembalian sebesar Rp. 20.841.963.000 (49% dari RUB). Keragaan besaran rencana usaha bersama (RUB), nilai penyaluran dan pengembalian dapat dilihat pada Gambar 2. Penyaluran tertinggi adalah di Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar Rp. 10.440.603.000 dan sudah melebihi nilai rencana usaha bersama (RUB) yaitu Rp. 8.300.000.000. Sedangkan di empat kabupaten nilai penyaluran masih dibawan nilai RUB. Hal ini dikarenakan masih ada gapoktan yang belum menyalurkan sebagian dananya. Pengembalian dana BLM-PUAP tertinggi di Kabupaten Tanah Laut dengan nilai Rp.6.946.311.000 sedangkan terendah di Kabupaten Tabalong dengan nilai Rp. 2.274.308.000. Rendahnya pengembalian disebabkan karena gagal panen. Gambar 2. Keragaan nilai RUB, penyaluran dan pengembalian dana BLM-PUAP per OkTober 2012 Sumber : Data primer terolah, 2013 581

Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar petani di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru,Tabalong dan Tanah Laut telah memanfaatkan dana BLM-PUAP untuk membiayai usaha produktifnya. Dalam hal penumbuhan LKM-A di lima kabupaten tersebut telah mencapai 43,0% dan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP). Keragaan LKM-A adalah sebanyak 1,7% telah memiliki kantor sendiri, 86% telah memiliki pengelola diluar pengurus gapoktan, dan belum ada LKM-A yang berbadan hukum. Dilihat dari aspek pembiayaan, penyaluran dana BLM-PUAP masih dibawah nilai RUB dengan tingkat pengembalian sebesar 49%. Melihat kinerja perkembangan gapoktan di atas perlu upaya-upaya untuk mendorong tumbuh kembangnya LKM-A melalui berbagai pendekatan, diantaranya peningkatan kompetensi SDM lewat pelatihan dan pendampingan sangat dibutuhkan yang dibarengi dengan pendekatan kebijakan para pemangku kepentingan tentu dengan harapan LKM-A akan berkembang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BPS Kalimantan Selatan.2013. Kemiskinan (Online), (http;//www.kalsel.bps.go.id), diakses 19 Maret 2013 Hendayana, R., Syahrul B., Nandang S.,Erizal J. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM- A). Bogor Kementerian Pertanian.2010. Modul Pengembangan LKM-A. Jakarta Kementerian Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Program PUAP 2011. Jakarta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/ OT.140/1/2013 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta Soekardono.2009.Ekonomi Agribisnis Peternakan Teori dan Aplikasinya. Akademika Pressindo. Jakarta Teken, I.B. 1965. Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian IPB. 582