NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

Transkripsi

1 NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) RINGKASAN Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) merupakan bagian dari pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan. Melalui kegiatan PUMP-PT diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Secara khusus tujuan pelaksanaan PUMP-PT adalah: (1) Meningkatkan pendapatan nelayan melalui kegiatan pengembangan usaha nelayan kecil di pedesaan; (2) Menumbuhkembangkan kewirausahaan nelayan di pedesaan; dan (3) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Ketepatan hasil evaluasi program PUMP-PT sangat ditentukan oleh ketersediaan data dasar KUB sebagai penerima PUMP. Bila data dasar tidak tersedia, maka penilaian akan sulit sekali dilakukan, terutama terkait dengan evaluasi dam pak yang antara lain mencakup: peningkatan produksi, peningkatan tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. PENDAHULUAN PNPM Mandiri KP dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan [1]. Nelayan sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan perikanan juga memerlukan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran. Disamping itu, mereka membutuhkan pendampingan dalam menerapkan dan mengembangkan teknologi tersebut. Keberhasilan dari kolaborasi pendampingan dan introduksi tepat guna dapat mendorong nelayan melakukan diversifikasi usaha perikanan [2]. Diversifikasi usaha perikanan tersebut dapat memberikan dampak positif diantaranya; dapat melindungi pendapatan rumah tangga yang diakibatkan oleh kegagalan usaha, meminimalisasi dampak akibat musim penangkapan, mengurangi kerentanan sosial, dan menyediakan sumber-sumber keuangan [3]. Berdasarkan pedoman teknis yang diterbitkan oleh Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ditetapkan bahwa dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diterima tiap kelompok hanya untuk: (1) Pengadaan atau perbaikan sarana penangkapan (perahu/mesin/bahan alat penangkapan ikan/alat bantu 7

2 penangkapan ikan); (2) Biaya operasional penangkapan ikan maksimal 20%, contoh: bensin/solar/minyak tanah/pelumas/es; (3) Peralatan perbengkelan nelayan, dan; (4) Asuransi. Dalam hal inovasi dan kreativitas BLM untuk pengembangan usaha, ternyata belum sepenuhnya dilakukan oleh kelompok sasaran [4]. Ketepatan waktu pemberian BLM mempengaruhi keberhasilan program PUMP PT, karena nelayan dalam kegiatan usahanya mengalami musim panen ikan dan paceklik ikan. Jika BLM yang diperoleh sesuai dengan musim puncak ikan maka bisa langsung dapat dimanfaatkan dan menambah jumlah hasil tangkapan, namun bila disalurkan pada musim barat saat cuaca tidak bagus maka bantuan tersebut belum bisa dirasakan dampaknya. Faktor inilah yang dapat menghambat keberhasilan program PUMP PT. Hasil penelitian BBPSEKP [5] menunjukkan bahwa sebanyak 58,82% responden menyatakan ketepatan waktu penyaluran bantuan BLM berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan program PNPM Mandiri KP. Mengingat peruntukan dana PUMP- PT untuk pengadaan pengembangan usaha penangkapan ikan maka jumlah (perahu/jenis alat tangkap dan status usaha untuk perikanan tangkap), menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan program PNPM Mandiri KP. Hal tersebut telah dinyatakan oleh sebanyak 73,53% responden. Salah satu indikator keberhasilan program ini dapat dilihat dari jumlah asset usaha dan dan asset lain, apakah terjadi penambahan atau tidak. Dalam hal pengelolaan keuangan dalam kelompok telah mengembangkan kelompok menjadi kelembagaan keuangan yang mandiri, sehingga telah terjadi perguliran dana bantuan PUMP. Generasi muda belum memberikan peran aktif dalam implementasi PUMP PT. Hasil penelitian BBPSEKP [5] menunjukkan bahwa sebanyak 52,94% responden menyatakan bahwa umur calon penerima BLM yang TUA lebih berhasil dalam menjalankan usaha dari usia yang lebih MUDA. Hal ini bisa terjadi dengan asumsi bahwa penerima yang usianya lebih tua mempunyai pengalaman yang penjang sebagai nelayan. Demikian halnya dengan pernyataan bahwa penerima yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih berhasil dalam menjalankan program PNPM Mandiri KP. Hal ini membuktikan bahwa lemahnya regenerasi tenaga kerja dibidang perikanan tangkap. Kondisi di perikanan skala kecil di Indonesia, nelayan mendapatkan pengalaman turun temurun dari orang tua atau lingkungan sekitar. Hasil penelitian BBPSEKP [5] menunjukkan bahwa sebanyak 67,65% responden mempunyai pengalaman yang panjang cenderung berhasil dalam menjalankan cenderung berhasil dalam menjalankan program PNPM Mandiri KP. 8

3 MENINGKATKAN KEBERLANJUTAN PROGRAM BERBANTUAN Penentuan alokasi BLM per Kabupaten/Kota ditentukan oleh Pokja Perikanan Tangkap dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini: 1) Jumlah KUB binaan Kabupaten/Kota; 2) Jumlah alokasi BLM di Kabupaten/Kota yang telah direalisasikan sebelumnya; 3) Jumlah anggota KUB yang belum mendapatkan BLM; 4) Kemampuan pembinaan dan pengendalian dari Kabupaten/Kota; 5) Alokasi dana pendukung untuk pembinaan yang disediakan oleh Kabupaten/Kota; dan 6) Evaluasi kegiatan PUMP tahun sebelumnya. Indikator keberhasilan output antara lain: 1) tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUMP-PT kepada KUB sebagai modal usaha produktif penangkapan ikan; dan 2) terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kelembagaan KUB melalui pendampingan dan pembinaan. Sementara indikator outcome yaitu dimanfaatkannya BLM PUMP-PT untuk kegiatan usaha produktif; meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB; dan berkembangnya kelembagaan KUB. Selanjutnya indikator benefit dan impact adalah: 1) berkembangnya usaha penangkapan ikan di lokasi PUMP PT; 2) berkembangnya kewirausahaan nelayan; dan 3) berkembangnya KUB menjadi lembaga ekonomi [6]. Adapun BLM PUMP-PT hanya dapat digunakan untuk: 1) Pengadaan atau Perbaikan Sarana Penangkapan (perahu/mesin/bahan alat penangkapan ikan/alat bantu penangkapan ikan); 2) Biaya Operasional Penangkapan Ikan Maksimal 20% (Contoh: Bensin/Solar/Minyak Tanah/Pelumas/Es); 3) Peralatan Perbengkelan Nelayan; dan 4. Asuransi. [2] mengungkapkan bahwa pemberian bantuan permodalan atau kredit mengakibatkan peningkatan alokasi curahan waktu kerja rumah tangga dalam kegiatan perikanan. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan produksi hasil tangkapan nelayan, yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kemampuan nelayan untuk mengakumulasi modal yang diterima bagi perkembangan usaha di masa yang akan datang, yang ditunjukkan dengan peningkatan tabungan nelayan. [7] menyebutkan bahwa modal usaha sangat diperlukan oleh masyarakat pesisir untuk menjaga kelangsungan usaha perikanan yang mereka jalani. Hal ini disebabkan, mereka belum bisa mengatur pendapatan rumah tangganya untuk kebutuhan ekonomi (peningkatan kapasitas usaha) dan kebutuhan sosialnya. Dalam rangka mengurangi ketergantungan nelayan terhadap program berbantuan, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki dan menjadi prioritas dalam skema penyaluran program bantuan adalah: 9

4 1) Memfokuskan BLM kepada generasi muda untuk mendorong regenerasi tenaga kerja muda dibidang perikanan tangkap. 2) Sinkronisasi pencairan bantuan BLM untuk persiapan musim ikan, mengingat pada musim paceklik atau rehat adalah waktu untuk nelayan memperbaiki perlengkapan penangkapan ikan. 3) Menetapkan format keberlanjutan program dalam kerangka pemberdayaan dengan memanfaatkan dan menguatkan stakeholder sebagai motivator/ katalisator bagi kelompok sasaran. 4) Memperbaiki format bantuan-bantuan yang berasal dari dana aspirasi yang sampai saat ini diperkirakan menjadi penyebab tujuan program peningkatan ekonomi nelayan mengalami kegagalan. MODEL PENGUATAN PUMP-PT UNTUK KEBERLANJUTAN PROGRAM Hasil identifikasi dan evaluasi dampak program PUMP-PT yang dilakukan oleh BBPSEKP di 12 lokasi penelitian menunjukkan kinerja yang berbeda baik dari input, proses dan output [5]. Kondisi sosial ekonomi, karakteristik masyarakat dan praktek di lapangan dalam implementasi program PUMP-PT, maka dirasa perlu untuk melakukan keberlanjutan program PUMP kedepan. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka upaya peningkatan keberlanjutan program adalah menerapkan model penguatan PUMP-PT yang dapat difokuskan melalui peningkatan peran stakeholder terutama masyarakat penerima program didalam pelaksanaannya (Gambar 1). Selanjutnya, diharapkan terjadi perguliran dana dan manfaat oleh kelompok penerima program. Gambar 1. Rancangan Konsep Penguatan PUMP-PT 10

5 Penguatan Program PUMP-PT dalam pemberdayaan masyarakat perikanan tangkap dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat nelayan. Sehingga diharapkan melalui program ini dapat mengembangkan kehidupan sosial budaya lokal yang dapat berperan sebagai dinamisator pembangunan di sektor perikanan tangkap. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Beberapa opsi rekomendasi yang perlu dipertimbangkan dalam rangka penguatan penguatan program PUMP-PT, yaitu: 1) Memperkuat basis data penerima dan non penerima bantuan PUMP-PT sebagai alat untuk monitoring perkembangan kelompok sasaran dan penentuan calon penerima program berikutnya. 2) Meningkatkan program pendampingan terhadap kelompok sasaran PUMP-PT untuk menjaga keberlanjutan program tersebut. 3) Meninjau kembali jumlah bantuan BLM yang diberikan kepada nelayan dengan tingkat kebutuhan usaha yang diperlukan bagi setiap rumah tangga nelayan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah penerima atau daerah distribusinya, kemudian dapat dilakukan secara bergantian kepada setiap daerah dan kelompok sasaran berikutnya. Langkah strategi rekomendasi kebijakan yang setidaknya harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) perlu menambah jumlah tenaga pendamping dan mengoptimalkan kinerja tenaga pendamping yang sudah ada dengan memberikan kepastian statusnya sebagai pendamping kelompok sasaran agar lebih fokus dalam melaksanakan tugasnya, serta memperhatikan fasilitas yang memadai untuk melakukan pendampingan. 2) Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat kabupaten perlu meningkatkan peran aktifnya dalam melakukan inovasi dan kreativitas dalam melaksanakan peran pendampingan dan mengurangi ketergantungan nelayan terhadap bantuan pemerintah serta mendorong kelompok sasaran untuk mandiri. 3) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap perlu segera menerapkan sistem reward dan punishment terhadap kelompok sasaran dan Dinas Kelautan dan Perikanan yang berhasil maupun yang gagal dalam memanfaatkan dan mengembangkan bantuan yang sudah diberikan. 11

6 4) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap perlu meningkatkan koordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dalam rangka mengembangkan basis data untuk keberlanjutan PUMP PT. DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia PTO (Petunjuk Teknis Operasional) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Jakarta: Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan. [2] Seavanen L, B Crawford, R Pollnacc, and C Lowed Weeding Through Assumptions of Livelihood Approaches in ICM: Seaweed Farming in The Philippines and Indonesia. Ocean & Coastal Management 48 (3-6), [3] Allison, E.H. and F. Ellis The Livelihoods Approach and The Management of Small-Scale Fisheries. Marine Policy 25 (5), [4] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 37/KEP-DJPT/2013 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaaan Bidang Perikanan Tangkap Tahun Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP. Jakarta. [5] Suryawati, S.H., A. Zamroni, M. Yulisti, Hikmah, R. Pramoda, S. Koeshendrajana, Y. Hikmayani, M.D. Erlina, B. Wardono, M. Firdaus, H. Maharani, R.H. Deswati, R. Triyanti Kajian Evaluasi Dampak Program PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekolomi Kelautan dan Perikanan Balitbang KP KKP. Jakarta. [6] Asih, D.N., Harianto, dan N. Kusnadi Dampak Kredit terhadap Usaha Perikanan dan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Tradisional di Kabupaten Tojo Una- Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Forum Pascasarjana IPB. Vol. 31 No. 4 Oktober 2008: [7] Zamroni, A and M. Yamao Assessment of The Socio-Economic Impact of The Small-Scale Natural Resources Management Program (SNRM) in Indonesia: Case Study in Two Fishing Communities of South Sulawesi. Journal of Regional Fisheries. Vol. 52 (1): PENULIS REKOMENDASI Achmad Zamroni Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta Utara roni_socio@yahoo.com 12