EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

BAB III LANDASAN TEORI

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN HARAPAN DAN JALAN SAM RATULANGI

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

THE PERFORMANCE ANALYSIS OF A SIGNALIZED JUNCTION (Case Study:Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak)

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

LAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

Studi Efektifitas Waktu Siklus Jaringan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Antang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Sapto Budi Wasono, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

DAFTAR PUSTAKA. Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA)

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

Studi Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Kertajaya Kota Surabaya. Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

ANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG

Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Jemursari & Simpang A.Yani Kota Surabaya. A. Muchtar, ST ABSTRAK

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA)

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membantu kelancaran pergerakan lalulintas di lokasi tersebut.

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN (TIGA LENGAN) JALAN SM AMIN-JALAN HR SOEBRANTAS DI KOTA PEKANBARU

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

ANALISIS KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL LAMPU LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN PASIR PUTIH JALAN KAHARUDDIN NASUTION KOTA PEKANBARU

PERENCANAAN SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIUNG WANARA DI KABUPATEN GIANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA. 1. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan pada persimpangan Bersignal Jl. Raden saleh dengan Jl.Balai kota Medan (STUDI KASUS) SURYO UTOMO

STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR

(2) Untuk approach dengan belok kiri langsung (LTOR) W E dapat dihitung untuk pendekat dengan atau tanpa pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.2.

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG (Studi Kasus Jalan Soeprapto Kota Bengkulu)

KINERJA LALU LINTAS JALAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL EMPAT LENGAN PATUNG KUDA PAAL DUA MANADO. Johanis E. Lolong ABSTRAK

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

OPTIMASI KAPASITAS PERSIMPANGAN BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE IHCM 1997 (STUDI KASUS PERSIMPANGAN JL.P.TENDEAN JL.SAM RATULANGI MANADO)

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL RINGROAD UTARA AFFANDI ANGGA JAYA SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PROPOSAL PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JL. RUNGKUT MENANGGAL - JL. RAYA TAMAN ASRI - JL. WADUNG ASRI SIDOARJO

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

Transkripsi:

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO Dwi Anita M. J. Paransa, Lintong Elisabeth Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado E-mail:whiedwie19@gmail.com ABSTRAK Persimpangan merupakan suatu bagian jalan yang menjadi pusat terjadinya titik konflik dari berbagai pergerakan arus lalu lintas. Persimpangan 17 Agustus Babe Palar di kota Manado yang merupakan pertemuan empat ruas jalan memiliki kondisi fisik/geometrik jalan yang berbeda dengan simpangan pada umumnya yaitu simpang tiga ganda (senjang) dengan pengaturan satu siklus yang sama, mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas di ruas jalan-jalan persimpangan tersebut. Karena adanya jarak antar pendekat simpang yang cukup panjang, sehingga kendaraan yang melintasi pendekat tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk keluar dari persimpangan. Selain itu antrian panjang sering terjadi pada pendekat-pendekat dipersimpangan ini. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengukuran awal untuk mengambil data geometrik dan waktu siklus. Data volume arus lalu lintas diambil selama 3 hari yaitu hari selasa, jumat dan sabtu pada tanggal 11, 14 dan 15 November 2014 dari jam 06.00 18.00 WITA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja simpang pada kondisi eksisting dan juga pada kondisi desain. Kemudian membandingkan kinerja pada kondisi eksisting dan kinerja pada kondisi desain. Metode yang digunakan untuk menganalisa kinerja simpang adalah MKJI 1997. -jam sibuk semua pendekat adalah terjadi dari jam 08.30 sampai dengan jam 17.00 ditandai dengan derajat kejenuhan rata-rata simpang diantara 0.70 sampai 0,80, panjang antrian berkisar antara 60 meter sampai dengan 80 meter serta tundaan 60 smp/detik sampai dengan 75 smp/detik. Pengurangan waktu siklus dari 152 detik menjadi 115 detik, tidak menyebabkan kenaikan derajat kejenuhan simpang secara signifikan yaitu, dari derajat kejenuhan rata-rata = 0,71 menjadi derajat kejenuhan rata-rata = 0,73 (kenaikan sebesar 0,026), tetapi terjadi pengurangan panjang antrian rata-rata simpang sebesar 16 meter dan pengurangan tundaan simpang rata-rata sebesar 13,3 detik/smp. Kata Kunci : Derajat Kejenuhan, Waktu Siklus, Peluang Antrian, Tundaan PENDAHULUAN Latar Belakang Persimpangan merupakan suatu bagian jalan yang menjadi pusat terjadinya titik konflik dari berbagai pergerakan arus lalu lintas. Pengaturan persimpangan dengan pengendalian lampu lalu lintas harus direncanakan dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan arus lalu lintas, karena perencanaan yang tidak sesuai akan menimbulkan konflik baru dalam persimpangan dengan munculnya tundaan (delay) lalu lintas yang lebih besar, antrian yang panjang serta menurunnya kapasitas simpang sebagai akibat tidak berfungsinya simpang secara optimal. Persimpangan 17 Agustus Babe Palar di kota Manado yang merupakan pertemuan empat ruas jalan memiliki kondisi fisik/geometrik jalan yang berbeda dengan simpangan pada umumnya yaitu simpang tiga ganda (senjang) dengan pengaturan satu siklus yang sama, mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas di ruas jalan-jalan persimpangan tersebut. Karena adanya jarak antar pendekat simpang yang cukup panjang, sehingga kendaraan yang melintasi pendekat tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk keluar dari persimpangan. Selain itu antrian panjang sering terjadi pada pendekat-pendekat dipersimpangan ini. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah tugas akhir ini adalah ingin dilihat kinerja persimpangan Jalan 17 Agustus Jalan Babe Palar dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Pembatasan Masalah Batas-batas permasalahan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 621

Analisa lalu lintas menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Waktu siklus yang ada di lapangan (data survey) digunakan untuk analisa kinerja simpang. Waktu siklus desain didasarkan pada perhitungan volume desain (Q DH ) rata-rata ditiap lengan. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung volume per jam dan jam-jam sibuk tiap pendekat pada kondisi eksisting. 2. Menghitung kinerja simpang pada kondisi eksisting. 3. Desain ulang waktu siklus tanpa merubah fase sinyal dan geometrik simpang yang ada dengan memperhatikan batasan-batasan perencanaan dalam MKJI 1997. 4. Menghitung kinerja simpang pada kondisi desain. 5. Membandingkan kinerja simpang pada kondisi desain dan kondisi eksisting. Manfaat Penulisan Desain waktu siklus simpang yang optimal akan mengurangi panjang tundaan simpang, yang berarti mengurangi lamanya waktu perjalanan. Pengurangan waktu perjalanan akan memberi kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Bagan Alir Penelitian Pengumpulan Data : - Geometrik simpang - Fase, Waktu siklus - Volume Kendaraan Analisa Kinerja Simpang Menurut MKJI 1997 Kondisi Eksisting Studi Literatur Survey Awal Kondisi Desain LANDASAN TEORI Pengaturan Simpang Bersinyal Menurut MKJI 1997, pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut : a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik lalu lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak. b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk/memotong jalan utama. c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraankendaraan dari arah yang bertentangan. Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu lintas terutama adalah fungsi dari keadaan geometrik dan tundaan lalu lintas. Dengan menggunakan sinyal, kapasitas dapat didistribusikan ke berbagai pendekat melalui pengalokasian waktu hijau pada masingmasing pendekat. Karakteristik Sinyal Lalu Lintas Persimpangan Sinyalisasi pada persimpangan jalan di Indonesia umumnya menggunakan tiga warna utama, yaitu: Merah : Kendaraan pada fase ini tidak diperkenankan untuk bergerak/jalan. Kuning : Kendaraan jika masih memungkinkan diperkenankan jalan dan segera mengosongkan persimpangan. Hijau : Arus lalu lintas pada fase ini diperkenankan untuk bergerak/jalan. Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (merah, kuning, hijau) diterapkan untuk memisah lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakangerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan yang saling berpotongan (konflik-konflik utama). Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas melawan, atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyeberang (konflik-konflik kedua), lihat gambar 2. Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Bagan alir penelitian 622

Gambar 2. Konflik-Konflik Utama dan Kedua pada SimpangBersinyal dengan Empat Lengan Sumber : MKJI 1997 Fase sinyal Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas. Salah satu faktor yang menentukan dalam analisa sinyal adalah penentuan pola gerakan. Karena penentuan pola gerakan bertujuan untuk menghindari sekecil mungkin konflik-konflik pada persimpangan. Bila konflik yang terjadi dipisahkan dari konflik utama, maka persimpangan bisa diadakan pengontrolan dalam dua fase. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang (Intergreen and Lost Time) Waktu antar hijau adalah periode waktu kuning + merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan. Waktu antar hijau (kuning + merah semua) dapat dianggap sebagai nilai-nilai normal. Waktu merah semua yang diperlukan untuk pengosongan pada akhir setiap fase harus memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti pada akhir fase sinyal kuning) berangkat dari titik konflik sebelum kedatangan kendaraan yang datang pertama dari fase berikutnya (melewati garis henti pada awal sinyal hijau) pada titik yang sama. Jadi merah semua merupakan fungsi dari kecepatan dan jarak dari kendaraan yang berangkat dan yang datang dari garis henti sampai ke titik konflik, lihat gambar 3. Waktu Siklus Waktu siklus sebelum penyesuaian (C ua ) C ua = (1) C ua =Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det) LTI = Waktu hilang per siklus (det) IFR = Rasio arus simpang L (FR crit ) Gambar 3. Titik Konflik Kritis Dan Jarak Untuk Keberangkatan Dan Kedatangan Sumber : MKJI 1997 Jika alternatif rencana fase sinyal dievaluasi, maka yang menghasilkan nilai terendah dari (IFR+LTI/c) adalah yang paling efisien. Tabel 1 di bawah ini memberikan waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda. Tabel 1 Waktu Siklus Menurut Tipe Kontrol Tipe pengaturan Sumber : MKJI 1997 Waktu siklus yang layak (detik) Pengaturan dua fase 40-80 Pengaturan tiga fase 50-100 Pengaturan empat fase 80-130 Waktu hijau Waktu hijau pada masing - masing fase: gi = (C ua - LTI) x PR i (2) gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (det) C ua = Waktu siklus sebelum penyesuaian (det) LTI = Waktu total hilang per siklus (det) PR I = Rasio fase FR crit / Σ (FR crit ) Waktu siklus yang disesuaikan Waktu siklus yang disesuaikan (c) berdasarkan pada waktu hijau dan waktu hilang (LTI) yang diperoleh dan telah dibulatkan. c = Σ g + LTI (detik) (3) Kapasitas Kapasitas (C) dari masing-masing pendekat adalah : C = S x g/c (detik) (4) Dimana : C= Kapasitas (smp/jam) S = Arus jenuh (smp/jam) G= Waktu hijau (detik) c = Waktu siklus (detik) 623

Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan (DS) dari masing-masing pendekat adalah : DS = Q/C (5) DS = Derajat kejenuhan Q = Arus lalu lintas (smp/jam) C = Kapasitas (smp/jam) Tingkat Kinerja Panjang Antrian Jumlah antrian smp (NQ 1 ) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Untuk DS > 0,5 : NQ 1 =0,25C[ ] (6) Untuk DS 0,5 :NQ 1 = 0 NQ = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau 1 sebelumnya DS = Derajat kejenuhan GR = Rasio hijau (g/c) C = Kapasitas ( smp/ jam) Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ 2 ) dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut : NQ 2 = C x (7) NQ 2 = Jumlah smp yang datang selama rase merah DS = Derajat kejenuhan GR = Rasio hijau (g/c) C = Waktu siklus (det) Q MASUK = Arus lalu lintas pada tempat masuk diluar LTOR(smp/ jam) Jumlah total kendaraan antri : NQ = NQ + NQ (8) 1 2 Nilai NQ perlu untuk disesuaikan dalam hal peluang yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih P OL (%). Untuk perancangan dan perencanaan disarankan P OL < 5%, untuk operasi suatu operasi nilai P OL = 5 %- 10 % mungkin dapat diterima, lihat gambar 4. Panjang antrian (QL) pada masing-masing kaki persimpangan : QL = NQ MAX x (9) D QL = Panjang antrian ( m ) NQ MAX = Jumlah antrian yang disesuaikan (smp) 20= Asumsi luas rata-rata yang dipergunakan per smp W MASUK = Lebar pendekat masuk Gambar 4 Perhitungan Jumlah Antrian (NQ MAX ) Dalam smp Sumber : MKJI 1997 Kendaraan Terhenti Angka henti (NS) pada masing-masing pendekat yang didefinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per smp (termasuk berhenti berulang dalam antrian) sebelum melewati persimpangan, dapat dihitung dengan rumus : NS = 0,9 x x 3600 (10) C = Waktu siklus (det) Q = Arus lalu lintas (smp/ jam) NQ = Jumlah kendaraan antrian (smp) Jumlah kendaraan terhenti (N SV ) pada masing-masing pendekat dihitung dengan rumus: N SV = Q x NS (smp/jam) (11) Angka henti seluruh simpang dihitung dengan rumus : NS TOT = (12) Tundaan Untuk tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada simpang, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DT = c x A (13) Dimana : DT = Tundaan lalulintas rata-rata (det/ smp) C = Waktu siklus (det) A = 0,5 ( - ) - DS (14) GR = Rasio hijau (g/c) DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas (smp/ jam) NQ 1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebe1umnya 00 624

Volume (kend/jam) Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (621-630) ISSN: 2337-6732 Untuk menentukan tundaan geometrik ratarata masing-masing pendekat (DT) akibat perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah : DGj = ( 1 - P SV ) x P T x 6 + (P SV x 4 ) (15) DGj= Tundaan geometrik rata-rata untuk pendekat j (det / smp) P SV = Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NS, 1) P T = Rasio kendaraan berbelok pada pendekat Untuk rata-rata tiap pendekat : Dj = DTj + DGj (det/smp) (16) DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat (det/smp) DGj = Tundaan geometrik rata-rata pendekat (det/smp) Tundaan total = D x Q (17) Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dapat dihitung dengan : D D I = (det/smp) (18) Tundaan rata-rata dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat demikian juga dari suatu simpang secara keseluruhan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Volume Lalu Lintas Data volume lalu lintas simpang diambil tiap cycle, 152 detik, dari jam 06.00 sampai dengan jam 18.00.Data volume kendaraan dipisahkan menurut masing-masing jenis kendaraan MC, LV, dan HV, yang Belok Kanan (RT), Lurus (ST), dan Belok Kiri (LT). Volume ditampilkan dalam satuan kendaraan/jam. : Teling Rata-rata : Selasa, Jumat, Sabtu Variasi Rata-rata Volume kend/jam Per Hari Periode 350 MC LV HV LV +HV LV+HV+MC 6,51 152 144 1 145 297 300 152,31 144,08 0,66 7,52 282 208 4 212 494 282,25 207,57 3,95 8,53 322 197 7 204 526 250 321,72 197,05 6,91 9,55 324 236 5 240 564 324,02 235,86 4,61 10,56 319 236 7 243 563 200 319,09 236,19 7,24 11,57 306 251 6 258 563 305,60 251,32 6,25 s LV +HV 12,59 277 225 11 236 513 150 277,31 225,34 10,53 MC 13,60 272 244 9 253 526 272,38 244,09 9,21 14,61 272 242 10 252 525 100 272,38 242,44 9,87 LV 15,63 239 228 3 231 470 238,82 227,64 3,29 HV 16,64 234 219 7 226 461 50 234,22 219,09 7,24 17,65 265 212 6 218 483 264,81 211,52 6,25 3265 2642 76 2718 5983 0 3264,91 2642,19 75,99 6 8 10 12 14 16 18 Proporsi (%) 54,57 44,16 1,27 45,43 100,00 % 100,00 Gambar 5. Rata-rata Volume kendaraan/ pada pendekat Teling : 17 Agustus Rata-rata Periode : Selasa, Jumat, Sabtu MC LV HV LV +HV LV+HV+MC 6,51 145 203 1 204 349 7,52 260 300 5 305 565 8,53 309 342 7 349 658 9,55 325 362 15 376 701 10,56 301 396 15 411 712 11,57 309 414 14 428 736 12,59 305 403 16 419 725 13,60 279 387 13 400 679 14,61 262 366 14 381 642 15,63 256 345 6 351 608 16,64 301 382 7 389 689 17,65 295 336 11 346 641 3346 4235 124 4358 7705 Proporsi (%) 43,43 54,96 1,61 56,57 100,00 % 100,00 Volume (kend/jam) 450 400 350 300 250 200 150 100 50 Variasi Rata-rata Volume kend/jam Per Hari 0 6 8 10 12 14 16 18 Gambar 6. Rata-rata Volume kendaraan/ pada pendekat 17 Agustus : Rike Rata-rata : Selasa, Jumat, Sabtu Variasi Rata-rata Volume kend/jam Per Hari Periode 350 MC LV HV LV +HV LV+HV+MC 6,51 133 165 0 165 298 300 132,90 165,14 0,00 7,52 251 253 4 257 508 251,00 252,97 3,62 8,53 308 295 14 310 618 250 307,90 295,40 14,47 9,55 313 295 13 308 620 312,84 295,08 12,50 10,56 317 299 12 311 627 200 316,79 299,02 11,51 11,57 286 283 11 293 579 285,86 282,58 10,86 12,59 304 279 10 289 592 150 303,63 278,63 10,20 LV +HV 13,60 309 309 8 317 626 309,22 308,89 8,22 MC 14,61 311 287 13 300 611 100 310,87 286,52 13,16 LV 15,63 280 277 11 288 568 279,94 276,98 11,18 HV 16,64 277 278 10 288 565 50 277,31 278,30 9,54 17,65 290 238 7 246 536 290,47 238,49 7,24 3379 3258 113 3371 6749 0 3378,73 3258,00 112,50 Proporsi (%) 50,06 48,27 1,67 6 8 10 12 14 16 18 49,94 100,00 % 100,00 Volume (kend/jam) Gambar 7. Rata-rataVolume kendaraan/ pada pendekat Rike : Karombasan Rata-rata Periode : Selasa, Jumat, Sabtu MC LV HV LV +HV LV+HV+MC 6,51 147 167 0 167 314 7,52 256 222 1 223 479 8,53 309 213 8 221 530 9,55 275 232 6 238 513 10,56 305 261 8 269 574 11,57 266 264 8 272 538 12,59 279 264 9 273 552 13,60 282 244 8 252 534 14,61 262 240 5 245 508 15,63 245 241 7 247 492 16,64 248 228 6 234 482 17,65 255 209 2 211 466 3129 2786 69 2854 5983 Proporsi (%) 52,30 46,56 1,15 47,70 100,00 % 100,00 Volume (kend/jam) 350 300 250 200 150 100 50 Variasi Rata-rata Volume kend/jam Per Hari Gambar 8. Rata-rata Volume kendaraan/ pada pendekat Karombasan Perhitungan Kinerja Simpang Kondisi Eksisting Perhitungan kinerja persimpangan menggunakan Formulir SIG I, SIG II, SIG III, SIG IV, dan SIG V untuk Simpang Bersinyal sesuai MKJI 1997. SIG I SIG I menunjukkan informasi ukuran kota, nilai waktu hijau (g), waktu siklus (c), pengaturan fase, waktu antar hijau (IG), waktu hilang total (LTI), sketsa simpang yang meliputi data lebar pendekat (W A ), lebar masuk (W MASUK ) dan lebar keluar (W KELUAR ). Tipe lingkungan persimpangan ini adalah daerah komersial (COM) dan pemukiman (RES), dengan LV +HV 0 6 8 10 12 14 16 18 MC LV HV LV +HV MC LV HV 625

hambatan samping rendah, tanpa median jalan, dan tanpa belok kiri langsung (LTOR). Waktu siklus seperti yang didapat di lapangan adalah 152 detik. Fase pertama adalah pendekat Teling, fase kedua pendekat 17 Agustus, fase ketiga pendekat Rike dan fase keempat pendekat Karombasan. Derajat Kejenuhan Teling 17 Agustus Rike Karombasan 6,5 0,496 0,367 0,346 0,506 7,5 0,766 0,555 0,557 0,749 8,5 0,765 0,639 0,682 0,729 9,5 0,863 0,685 0,677 0,757 10,5 0,863 0,685 0,677 0,757 11,5 0,901 0,763 0,643 0,846 12,5 0,830 0,749 0,637 0,851 13,5 0,871 0,715 0,689 0,798 14,5 0,871 0,683 0,661 0,761 15,5 0,789 0,635 0,630 0,763 16,5 0,772 0,711 0,627 0,729 17,5 0,776 0,643 0,552 0,665 Derajat Kejenuhan 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 Teling 17 Agustus SIG II SIG II mengenai data arus lalu lintas, dengan jenis kendaraan LV, HV dan MC, untuk setiap pergerakan belok kanan (RT), lurus (ST), belok kiri (LT), pada setiap pendekat. Data arus lalu lintas yang masih dalam satuan kendaraan per jam dikonversikan kedalam satuan smp per jam dengan mengalikan emp (ekivalen mobil penumpang) untuk masing-masing pendekat terlindung ataupun terlawan. Perhitungan rasio belok kiri (P LT ) dan rasio belok kanan (P RT ) sesuai masing-masing pendekat. Perhitungan rasio UM/MV tidak ada, karena kendaraan tak bermotor (UM) tidak melewati persimpangan ini. SIG III Data pada SIG III diambil langsung di lapangan sesuai kondisi eksisting. Allred : Fase 1 ke Fase 2 = 2 detik Fase 2 ke Fase 3 = 2 detik Fase 3 ke Fase 4 = 2 detik Fase 4 ke Fase 1 = 2 detik Waktu kuning total (3det/fase) = 3 x 4 = 12 detik Waktu Hilang (LTI) = All red total + Waktu kuning total = 20 detik SIG IV SIG IV menunjukkan distribusi data arus lalu lintas yang diambil dari SIG II disesuaikan dengan tipe tiap pendekat simpang, pada persimpangan ini semua pendekat adalah tipe terlindung (P). Data tersebut berdasarkan data volume rata-rata per hari (3 hari penelitian). Waktu sinyal diambil dari yang ada di lapangan yaitu 152 detik, dengan tujuan untuk menghitung kinerja kondisi eksisting simpang tersebut. Gambar 9 menunjukkan derajat kejenuhan tiap pendekat dari jam 06.00-18.00 pada kondisi eksisting. Pada gambar terlihat bahwa derajat kejenuhan masih di bawah 1,00 dan jam-jam sibuk terjadi jam 08.30 sampai jam 17.00. DS pada pendekat Teling menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada pendekat lainnya. 0,200 0,100 0,000 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Gambar 9. Derajat Kejenuhan Tiap Pada Kondisi Eksisting Gambar 10 menunjukkan derajat kejenuhan rata-rata simpang dari jam 6.00 sampai dengan jam 17.00, pada kondisi eksisting, dimana derajat kejenuhan simpang berkisar antara 0,70 sampai dengan 0,80. Gambar 10. Derajat Kejenuhan Rata-rata Simpang Pada Kondisi Eksisting SIGV SIG V menunjukkan perhitungan kinerja simpang yaitu panjang antrian, jumlah kendaran henti dan tundaan. Pada Gambar 11 terlihat bahwa dari jam 8.30 sampai jam 17.00 panjang antrian rata-rata berkisar diantara 60 sampai dengan 80 meter. Gambar 11. Panjang Antrian Rata-rata Simpang Pada Kondisi Eksisting Rike Karombasan 626

Gambar 12 menunjukkan tundaan rata-rata simpang berkisar diantara 60 sampai dengan 75 detik/smp. Gambar 12. Tundaan Simpang Rata-rata Pada Kondisi Eksisting Kinerja Simpang Menggunakan Volume Rencana Volume Rencana (Q DH ) diambil dari data volume rata-rata per hari, berdasarkan LV+HV terbesar pada tiap-tiap pendekat. Tabel 2 menunjukkan jumlah kendaraan LV+HV terbesar dan MC serta proporsinya untuk tiap pendekat. Tabel 2 Volume Rencana (Q DH ) Jumlah Kendaraan LV+HV MC TOTAL Teling 258 309 567 % 45,43 54,57 100 17 Agustus 428 328 756 % 56,57 43,43 100 Rike 317 318 635 % 49,94 50,06 100 Karombasan 273 300 573 % 47,70 52,30 100 TOTAL 1276 1255 Berdasarkan nilai LV+HV dibuat proporsi kendaraan yang belok kanan (RT), lurus (ST), dan belok kiri (LT) juga masing-masing jumlah dari LV, HV, MC seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Proporsi Kendaraan tiap Belok Kanan (RT) Lurus (ST) Belok Kiri (LT) MC LV HV MC LV HV MC LV HV Teling 44 307 216 18 26 0 161 141 5 131 84 2 17 Agustus 351 339 66 137 206 8 161 175 3 31 34 1 Rike 50 306 277 25 25 0 176 125 5 116 155 5 Karombasan 215 282 76 124 89 2 145 135 2 30 43 3 Perhitungan kinerja persimpangan menggunakan Formulir SIG I sampai dengan SIG V untuk Simpang Bersinyal sesuai MKJI 1997. SIG I mengenai kondisi geometrik, pengaturan lalu lintas dan lingkungan yang sama dengan kondisi eksisting. SIG II menggunakan data volume rencana yang ada pada Tabel 3. SIG III mengenai waktu antar hijau dan waktu hilang. Waktu merah semua dihitung berdasarkan waktu untuk berangkat L EV dan waktu untuk datang L AV. Waktu adalah jarak dibagi kecepatan. Kecepatan rata-rata pada persimpangan diambil 10 m/det, berlaku untuk V EV dan V AV. Jarak berangkat L EV, dan jarak datang L AV diambil berdasarkan gambar geometrik persimpangan. Panjang kendaraan berangkat I EV diambil 5 meter. Hasil perhitungan waktu siklus dan waktu hijau tiap fase simpang ditampilkan dalam bentuk gambar, seperti pada gambar 13. 24 3 86 Fase 1 113 27 23 3 3 57 Fase 2 113 56 27 3 1 26 Fase 3 113 87 19 3 4 Fase 4 113 Gambar 13. Waktu Siklus Desain Waktu siklus desain adalah c = 113 detik dengan lost time sebesar 20 detik. Dibandingkan dengan kondisi eksisting c = 152 detik dengan lost time sebesar 20 detik. Fase 1 pada pendekat Teling, fase 2 pada pendekat 17 Agustus, fase 3 pada pendekat Rike dan fase 4 pada pendekat Karombasan. Kinerja Simpang Menggunakan Waktu Siklus Desain Dari perhitungan kinerja simpang menggunakan volume rencana di dapat waktu siklus desain yaitu c = 113 detik. Dengan menggunakan Formulir SIG I sampai dengan SIG V untuk Simpang Bersinyal sesuai MKJI 1997 dihitung kembali kinerja persimpangan ini. Untuk perhitungan SIG II menggunakan data volume eksisting. Gambar 14 menunjukkan derajat kejenuhan pada tiap-tiap pendekat yang semua nilainya masih di bawah 1. Derajat kejenuhan maksimum terjadi pada pendekat Teling adalah sebesar 0,832 pada jam 11.30. Derajat kejenuhan maksimum pada pendekat 17 Agustus adalah 0,828 pada jam 11.30. Derajat kejenuhan maksimum pada pendekat Rike adalah 0,832 pada jam 13.30. Derajat kejenuhan maksimum pada pendekat Karombasan adalah 0,839 pada jam 10.30. 627

Jumlah kendaraan antri NQ Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.9 September 2015 (621-630) ISSN: 2337-6732 Derajat Kejenuhan (Desain) Teling 17 Ags Rike Karombasan 6.5 0.458 0.397 0.417 0.494 7.5 0.708 0.602 0.672 0.732 8.5 0.707 0.693 0.823 0.712 9.5 0.798 0.742 0.816 0.739 10.5 0.806 0.796 0.827 0.839 11.5 0.832 0.828 0.775 0.826 12.5 0.767 0.812 0.768 0.831 13.5 0.805 0.776 0.832 0.779 14.5 0.805 0.740 0.797 0.743 15.5 0.729 0.689 0.759 0.745 16.5 0.714 0.771 0.756 0.712 17.5 0.717 0.697 0.666 0.650 Derajat Kejenuhan 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 Teling 17 Ags Rike Karombasan 0.100 0.458 0.397 0.417 0.494 0.000 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Gambar 14. Derajat Kejenuhan Tiap Pada Kondisi Desain Derajat kejenuhan rata-rata simpang diperlihatkan pada gambar 15,dimana derajat kejenuhan rata-rata simpang pada jam-jam sibuk berkisar antara 0,73 sampai dengan 0,83 ( Derajat kejenuhan pada jam-jam sibuk 0,70. -jam sibuk terjadi pada simpang ini adalah dari jam 8.30 sampai dengan jam 17.00. Gambar 17. Tundaan Simpang Rata-rata Pada Kondisi Desain Perbandingan Kinerja Simpang Berdasarkan Waktu Siklus Gambar 18 menunjukkan derajat kejenuhan rata-rata simpang pada kondisi eksisting dan derajat kejenuhan rata-rata simpang pada kondisi desain. Selisih rata-rata antara kedua derajat kejenuhan rata-rata simpang tersebut adalah sebesar 0,026. Derajat Kejenuhan Rata2 Simpang DS Eksisting DS Desain 6,5 0,43 0,44 7,5 0,66 0,68 8,5 0,70 0,73 9,5 0,75 0,77 10,5 0,79 0,82 11,5 0,79 0,82 12,5 0,77 0,79 13,5 0,77 0,80 14,5 0,74 0,77 15,5 0,70 0,73 16,5 0,71 0,74 17,5 0,66 0,68 Rata-rata 0,71 0,73 Selisih rata-rata 0,026 Derajat Kejenuhan 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 Gambar 15. Derajat Kejenuhan Rata-rata Simpang Pada Kondisi Desain Pada gambar 16dan gambar 17 berturutturut menunjukkan panjang antrian rata-rata simpang pada jam-jam sibuk berkisar antara 50 sampai 60 meter dan tundaan rata-rata simpang berkisar antara 50 sampai 60 detik/smp. 0,2 DS Eksisting 0,44 0,44 0,44 0,44 waktu siklus turun.ds turun 0,67 0,68 0,68 0,68. Pjg antrian turun 0,1 0,73 0,73 0,73 0,73 0,77 0,77 0,77 0,77 0,81 0,81 00,82 0,82 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0,81 0,82 0,81 0,81 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,80 0,80 0,80 Gambar 18. Derajat Kejenuhan Rata-rata Simpang Pada Kondisi Eksisting dan Kondisi Desain Gambar 19 menunjukkan rata-rata jumlah kendaraan antri yang tersisa dari fase hijau dan yang datang selama fase merah (NQ). Rata-rata penurunan jumlah kendaraan antri adalah sebesar 3.28 smp. DS Desain Gambar 16. Panjang Antrian Rata-rata Simpang Pada Kondisi Desain Teling 17 Ags Rike Karombasan 6,5 4,8 6,3 5,0 5,6 5,4 7,5 9,0 10,2 8,6 9,7 9,4 8,5 9,1 12,2 11,3 9,3 10,5 9,5 12,0 13,5 11,2 9,8 11,6 10,5 12,0 14,8 11,3 12,5 12,6 11,5 13,2 15,7 10,4 12,1 12,8 12,5 10,6 15,3 10,3 12,3 12,1 13,5 12,0 14,2 11,5 10,8 12,1 14,5 11,9 13,3 10,8 10,0 11,5 15,5 9,6 12,0 10,1 10,0 10,4 16,5 9,3 13,9 10,0 9,3 10,6 17,5 9,2 12,1 8,5 8,2 9,5 Jumlah Kendaraan Antri NQ Jumlah Kendaraan Antri NQ Teling 17 Ags Rike Karombasan Jumlah Kendaraan Antri NQ (Desain) 6,5 6,6 8,4 6,4 7,6 7,2 7,5 11,9 13,6 11,1 12,8 12,4 8,5 11,9 16,2 14,6 12,3 13,8 9,5 14,9 17,9 14,5 12,9 15,1 10,5 15,3 19,6 14,7 16,0 16,4 11,5 16,6 20,7 13,4 15,5 16,6 12,5 13,8 20,1 13,3 15,8 15,8 13,5 15,3 18,7 14,9 14,1 15,7 14,5 15,3 17,5 14,0 13,1 15,0 15,5 12,6 15,9 13,1 13,1 13,7 16,5 12,2 18,4 13,0 12,3 14,0 17,5 12,1 16,1 11,0 10,9 12,5 128,6 Jumlah Kendaraan Antri NQ (Eksisting) 20,0 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Gambar 19. Jumlah Kendaraan Antri NQ Pada Kondisi Eksisting dan Kondisi Desain Jumlah Kendaraan Antri NQ (Desain) Jumlah Kendaraan Antri NQ (Eksisting) 628

Pada gambar 20 menunjukkan panjang antrian rata-rata simpang pada kondisi eksisting dan kondisi desain. Rata-rata penurunan panjang antrian adalah sebesar 16 meter. Gambar 20. Panjang Antrian Rata-rata Simpang Pada Kondisi Eksisting Dan Kondisi Desain Gambar 21 menunjukkan tundaan rata-rata simpang pada kondisi eksisting dan pada kondisi desain. Tundaan rata-rata simpang berkurang sebesar 13,3 det/smp. Gambar 21. Tundaan Simpang Rata-rata Pada Kondisi Eksisting Dan Kondisi Desain PENUTUP Kesimpulan Pada kondisi eksisting, waktu siklus 152 detik 1. Derajat kejenuhan semua pendekat (pendekat Teling, pendekat 17 Agustus, pendekat Rike dan pendekat Karombasan) adalah dibawah 1. Dimana, derajat kejenuhan maksimum terjadi pada pendekat Teling yaitu sebesar 0,905 pada jam 11.30. 2. -jam sibuk semua pendekat adalah terjadi dari jam 08.30 sampai dengan jam 17.00 ditandai dengan derajat kejenuhan rata-rata simpang diantara 0.70 sampai 0,80, panjang antrian berkisar antara 60 meter sampai dengan 80 meter serta tundaan 60 smp/detik sampai dengan 75 smp/detik. Pada kondisi desain, waktu siklus 113 detik 3. Berdasarkan volume rencana, yaitu volume jam puncak tiap-tiap pendekat dan dengan fase simpang yang sama dengan kondisi eksisting (4 fase), maka dari analisa simpang bersinyal diperoleh waktu siklus c = 113 detik dan total waktu hilang sebesar 20 detik. 4. Pengurangan waktu siklus dari 152 detik menjadi 113 detik, tidak menyebabkan kenaikan derajat kejenuhan simpang secara signifikan yaitu, dari derajat kejenuhan ratarata = 0,71 menjadi derajat kejenuhan ratarata = 0,73 (kenaikan sebesar 0,026). 5. Pengurangan waktu siklus pada point 3 menyebabkan pengurangan panjang antrian rata-rata simpang sebesar 16 meter. 6. Pengurangan waktu siklus pada point 3 menyebabkan pengurangan tundaan simpang rata-rata sebesar 13,3 detik/smp. Saran 1. Melakukan perubahan geometrik (pelebaran jalan) tanpa merubah fase sinyal yang ada, hanya menambah rambu lalu lintas belok kiri langsung (LTOR/Left Turn On Red) pada pendekat Karombasan, pendekat Rike, dan pendekat 17 Agustus. 2. Melakukan perubahan geometrik (pelebaran jalan) dengan merubah fase sinyal yang ada dari 4 (empat) fase menjadi 3 (tiga) fase dan pembuatan median jalan untuk pendekat 17 Agustus. 3. Apabila tidak dapat atau sulit untuk dilakukan perubahan geometrik (pelebaran jalan) disarankan untuk menambah rambu lalu lintas belok kiri langsung (LTOR/Left Turn On Red) pada pendekat 17 Agustus dan pendekat Karombasan. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2013. Sulawesi Utara Dalam Angka 2013, BPS Kota Manado. Clarkson, O dan Hicks, G. R, 1999, Teknik Jalan Raya, Jilid IV Erlangga, Jakarta 629

Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Hobbs, F.D 1995, Perencanaan dan Teknik Lalulintas, Gadjah Mada University press Yogyakarta. Ibrahim, M. I. H, Meliyana, Saifannur, Januari 2015, Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Berlengan Empat. Jurnal Teknik Sipil Unaya. Volume 1, No. 1, http://jurnaltekniksipilunaya.com/wpcontent/uploads/2015/01/69-76-analisa -Simpang-Bersinyal-Mohd-Isa-Cs.pdf, Juli 2015. Wikrama, A. A.. A. Jaya, Januari 0, Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Volume 15, No. 1, http://www.e-jurnal.com/2014/08/analisis-kinerja-simpang-bersinyal.html, Juli 2015. 630